Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latarbelakang

Akad murabahah saat ini masih mendominasi sebagai akad yang paling banyak digunakan dalam
produk pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Di Perbankan Syariah, akad Murabahah
mendominasi 46,11% dibanding akad yang lainnya, walau dalam beberapa tahun terakhir akad
Musyarakah juga mengalami peningkatan mencapai 44,72%. Dinamika praktik Murabahah pun terus
berkembang, sehingga pengaturan akad Murabahah pun yang paling banyak diatur, baik Fatwa yang
melandasi aspek syariahnya, pun termasuk SAK yang mengatur aspek akuntansinya.Akuntansi
Murabahah pertama kali disahkan pada 27 Juni 2007 menggantikan pengaturan murabahah pada
PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan 1 Mei 2002. Pada 13 November 2013 PSAK
102 direvisi sehubungan dengan dikeluarkannya Fatwa DSN-MUI 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang
Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga
Keuangan Syariah. Lalu pada 6 Januari 2016 kembali direvisi terkait dengan definisi Nilai Wajar yang
disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar. Dan revisi terakhir pada 6 September 2019,
PSAK 102 direvisi kembali sebagai dampak dikeluarkannya PSAK 71: Instrumen Keuangan.

Pada pertengahan tahun 2017 keluar PSAK 71: Instrumen Keuangan yang berlaku efektif pada 1
Januari 2020 dan akan menggantikan beberapa pengaturan dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran. Perubahan pengaturan tersebut terkait klasifikasi dan pengukuran dari
aset dan liabilitas keuangan, metodologi penurunan nilai, dan akuntansi lindung nilai.Keluarnya PSAK
71 serta untuk tujuan supaya penerapan ketentuan akuntansi murabahah sesuai dengan prinsip,
karakteristik, dan istilah transaksi syariah, maka DSAS IAI mengeluarkan PSAK 102 (2019), ISAK 101,
dan ISAK 102 sebagai acuan akuntansi murabahah yang bersifat menyeluruh dalam SAK Syariah.

Akuntansi Murabahah (revisi 2019) mensyaratkan entitas menerapkan penurunan nilai atas piutang
murabahah. PSAK 102 (2019) paragraf 18 menjelaskan bahwa penurunan nilai atas piutang
murabahah akan diatur dalam ISAK 102: Penurunan Nilai Piutang Murabahah.ISAK 102 ini
merupakan standar antara (bridging standard) untuk mengisi kekosongan pengaturan penurunan
nilai akibat PSAK 71 yang berlaku pada 2020 tidak diterapkan untuk penurunan nilai atas aset-aset
yang berasal dari transaksi berbasis syariah, sampai dengan berlakunya PSAK Syariah terkait
penurunan nilai.

Rumusan masalah

 Bagaimanakah pengakuan dan pengukuran transaksi murabaḥah Berdasarkan PSAK 102


 Bagaimanakah penyajian transaksi murabaḥah berdasarkan PSAK 102
 Bagaimanakah pengungkapan transaksi murabaḥah berdasarkan PSAK 102

Tujuan

 Untuk menganalisis pengungkapan transaksi murabaḥah berdasarkan PSAK 102


 Untuk menganalisis penyajian transaksi murabaḥah berdasarkan PSAK 102
 Untuk menganalisis pengakuan dan pengukuran transaksi murabaḥah berdasarkan PSAK 102
BAB II

PEMBAHASAN

A.SEJARAH

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah (PSAK 102) dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK
102 menggantikan pengaturan mengenai akuntansi murabahah dalam PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/ XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 102 mengalami perubahan sebagai berikut:

1. 13 November 2013 sehubungan dengan keluarnya Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI) No. 84/DSNMUI/ XII/2012 tentang Metode Pengakuan
Keuntungan Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan
Syariah.
2. 06 Januari 2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.

B.TUJUAN DARI AKUNTANSI KEUANGAN MURABAHAH

Akuntansi Murabahah mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi


murabahah.

PSAK 102 diterapkan untuk:

a) Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik
sebagai penjual maupun pembeli; dan
b) Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabhah dengan lembaga keuangan syariah atau
koperasi syariah.

1. Akuntansi untuk Penjual

Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

2. Akuntansi untuk Pembeli Akhir

Aser yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.
Penyajian dalam akuntansi keuangan syariah murabahah

 Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
 Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang
murabahah.
 Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang
murabahah.

C.KARAKTERISTIK AKUNTANSI MURABAHAH

Dalam PSAK 102 Akuntansi Murabahah dijelaskan Karakteristik Murabahah memiliki berikut ini :

 Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah
berdasarkan pesanan, penjual (bank) melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
dari pembeli (nasabah).
 Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak
dapat memabatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai
tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.
 Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh
adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat baran diserahkan kepada pembeli, tetapi
pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
 Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran
yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah
disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.Harga yang
disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedang biaya perolehan harus diberitahukan.
Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka diskon itu merupakan hak
pembeli.

Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi:

a. Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atau pembelian barang.
b. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang.
c. Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan pembelian barang.

Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam akad, maka diskon tersebut
menjadi hak penjual.Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah,
antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual dan/atau aset lainnya.

Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli:

a. Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu.


b. Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:

a. Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu.


b. Mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
c. Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual.

D.SYARAT DAN KETENTUAN MURABAHAH

Akad Murabahah memiliki syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi, yaitu:

 Keinginan bertransaksi dilakukan dengan kemauan sendiri.


 Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
 Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, contohnya apabila
pembelian dilakukan secara hutang.
 Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur
harga pokok barang kepada nasabah beserta biaya tambahan yang diperlukan, misal ongkos
angkut barang.
 Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu.
 Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
 Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang.
 Adanya ijab dan kabul.

E.LANDASAN HUKUM MURABAHAH

Landasan hukum pada transaksi murabahah berasal dari Q.S. Al-Baqarah[2] : 275, yang berbunyi
“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Juga pada Q.S. An-Nisa[4] : 29 yang
artinya, “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu“

Kegunaan Akad Murabahah

 Berikut beberapa manfaat dan kegunaan dari menggunakan transaksi Murabahah:


 Sebagai pemenuh modal usaha kerja, investasi, maupun pembiayaan yang bersifat
konsumtif seperti angsuran rumah, kendaraan, dll.
 Untuk pembiayaan kebutuhan produktif seperti mesin produksi, alat-alat perkantoran, dll.
 Cara dan proses pembayaran serta jangka waktu pembayaran sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak.

Kelebihan Menggunakan Akad Murabahah

Akad Murabahah sering dipilih untuk digunakan dalam transaksi jual-beli tentu karena memiliki
banyak keuntungan maupun kelebihan dari cara lainnya, berikut beberapa di antaranya:

 Keuntungan diketahui dan ditentukan secara jelas di awal transaksi dan merupakan hasil dari
kesepakatan kedua belah pihak. Hal ini tentu berbeda dengan akad Mudharabah atau
Musyarakah yang keuntungannya tidak boleh ditentukan di awal karena harus disesuaikan
setelah mengetahui hasil usaha nasabah.
 Margin atau keuntungan Murabahah bersifat tetap (certainty), apabila sudah disepakati oleh
kedua belah pihak maka tidak dapat diubah.
 Transaksi Murabahah apabila dilakukan secara kredit dinilai memiliki resiko yang lebih
rendah karena tidak berhubungan dengan kondisi usaha nasabah tersebut, baik itu
mengalami untung maupun rugi. Transaksi utang – piutang ini wajib diselesaikan oleh
nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

F.JENIS-JENIS MURABAHAH

Tersedia dua jenis akad Murabahah yang biasanya dilakukan:

 Akad Murabahah dengan Pesanan

Pada akad Murabahah ini, transaksi jual-beli terjadi setelah penjual membeli barang yang telah
dipesan oleh pembeli terlebih dahulu. Pesanan tersebut dapat bersifat maupun tidak mengikat.
Apabila mengikat, maka pembeli tidak dapat membatalkan pesanan dan harus membayar barang
yang telah dipesan. Serta jika barang yang telah dibeli nilainya berkurang sebelum diberikan kepada
pembeli, tentu saja akan mengurangi akad dan penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan atau
beban penjual.

Sebaliknya jika tidak mengikat, pembeli tidak wajib membayar atau dapat membatalkan barang yang
telah dipesan oleh penjual.

 Akad Murabahah Tanpa Pesanan

Sesuai nama jenisnya, penjual dapat membeli barang tanpa harus ada pesanan terlebih dahulu dari
pembeli. Akad Murabahah jenis ini termasuk bersifat tidak mengikat.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang
yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga
perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan
nasabah.Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat
memabatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami
penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi
tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara
tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat baran
diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada
waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-65-psak-102-akuntansi-
murabahah.https://id.scribd.com/document/435736024/sistematika-dan-akuntansi-keuangan-
murabahah-docx.https://www.gustani.id/2021/10/akuntansi-murabahah-landasan-fatwa-dan-
sak.html?m=1.https://www.staffaccounting.my.id/2021/11/contoh-soal-akuntansi-
murabahah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai