Anda di halaman 1dari 22

BEA MATERAI, PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah


“Perpajakan”

MAKALAH

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Septi Husnah Fadlillah
Dela Puspita Sari
Indah Puspita Sari

Dosen Pengampu :
Yoga Travillo. SE.M.Ak

MAHASISWA JURUSAN EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, petunjuk, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas "Perpajakan". Makalah ini dapat digunakan sebagai
wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar dan sebagai
referensi tambahan dalam belajar materi "Bea Materai, Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah".
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak "Yoga Travillo, S.E.M.Ak" selaku
dosen pengampu mata kuliah "Perpajakan" dan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah dan
kami juga mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.

Sungai Penuh, Juni 2023

Pemakalah kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum Bea Materai 4
2.2 Sebab-Sebab Dikeluarkan UU No. 13 Tahun 1985 Tentang
Bea Materai 4
2.3 Prinsip Umum Pemungutan Atau Pengenaan Bea
Materai 4
2.4 Pengertian Bea Materai 4
2.5 Tarif Bea Materai Rp. 6000,00 Dan Rp. 3000,00 Dikenakan
Atas Dokumen 5
2.6 Yang Tidak Dikenakan Bea Materai 6
2.7 Saat Terutang Bea Materai Dan Pihak Yang Terutang
Bea Materai 7
2.8 Cara Pelunasan Bea Materai 7
2.9 Pemateraian Kemudian Dan Sanksi-sanksi 8
2.10 Kadaluwarsa Dan Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan 9
2.11 Pengertian Pajak Daerah 9
2.12 Jenis Dan Objek Pajak Daerah 9
2.13 Tarif Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah 10
2.14 Kadaluwarsa Penagihan Pajak 12
2.15 Pengertian Retribusi Daerah 12
2.16 Objek Dan Subjek Retribusi Daerah 13
2.17 Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi 15
2.18 Tata Cara Pemungutan, Pemanfaatan dan Kedaluwarsa
Penagihan Retribusi 15

ii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen tertentu yang
diatur dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang bea materai. Bea materai
merupakan salah satu jenis pajak yang merupakan sumber pendapatan bagi
pemerintah daerah. Pajak ini diberlakukan untuk memenuhi kebutuhan
anggaran daerah dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan public.
Pajak daerah adalah pajak yang dikenakan oelh pemerintah daerah
berdasarkan peraturan daerah atau keputusan kepala daerah. Pajak ini
bertujuan untuk mengumpulkan pendapatan bagi pemerintah daerah guna
mendukung pembangunan dan penyediaan layanan publik diwilayah
mereka. Seperti pajak daerah antara lain pajak bumi dan bangunan (PBB),
pajak kendaraan bermotor, pajak hotel, dan sebagainya. Retribusi daerah
adalah pungutan atas jaa atau pelayanan umum yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat atau badan usaha. Retribusi ini
merupakan pembiayaan yang diberikan oleh penerima jasa atau penerima
manfaat atas pelayanan atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah
daerah. Seperti retribusi daerah antara lain retribusi pelayanan administrasi,
retribusi parker, retribusi pasar dan sebagainya.
Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menetapkan besaran
bea materai, pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Besaran dan jenis pajak atau retribusi
yang dikenakan dapat berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah
lainnya, tergantung dari kebijakan dan kebutuhan pemerintah daerah
tersebut. Pendapatan dari bea materai, pajak daerah dan retribusi daerah
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai berbagai program
pembangunan, penyediaan infrastruktur, pelayanan publik, serta kegiatan
lain yang mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
diwilayah daerah tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.1 Apa Dasar Hukum Bea Materai ?
1.2 Apasaja Sebab-Sebab Dikeluarkan UU No. 13 Tahun 1985 Tentang
Bea Materai ?
1.3 Apasaja Prinsip Umum Pemungutan Atau Pengenaan Bea Materai ?
1.4 Apa Pengertian Bea Materai ?
1.5 Berapa Tarif Bea Materai Rp. 6000,00 Dan Rp. 3000,00 Dikenakan
Atas Dokumen ?
1.6 Apasaja Yang Tidak Dikenakan Bea Materai ?
1.7 Apasaja Saat Terutang Bea Materai Dan Pihak Yang Terutang Bea
Materai ?
1.8 Bagaimana Cara Pelunasan Bea Materai ?
1.9 Apasaja Pemateraian Kemudian Dan Sanksi-sanksi ?
1.10 Apasaja Kadaluwarsa Dan Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan ?
1.11 Apa Pengertian Pajak Daerah ?
1.12 Apasaja Jenis Dan Objek Pajak Daerah ?
1.13 Berapa Tarif Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah ?
1.14 Bagaimana Kadaluwarsa Penagihan Pajak ?
1.15 Apa Pengertian Retribusi Daerah ?
1.16 Apasaja Objek Dan Subjek Retribusi Daerah ?
1.17 Apasaja Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ?
1.18 Bagaimana Tata Cara Pemungutan, Pemanfaatan dan Kedaluwarsa
Penagihan Retribusi ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka yang menjadi
tujuan pembahasan adalah sebagai berikut :
1.1 Untuk Mengetahui Dasar Hukum Bea Materai
1.2 Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Dikeluarkan UU No. 13 Tahun 1985
Tentang Bea Materai

2
1.3 Untuk Mengetahui Prinsip Umum Pemungutan Atau Pengenaan Bea
Materai
1.4 Untuk Mengetahui Pengertian Bea Materai
1.5 Untuk Mengetahui Tarif Bea Materai Rp. 6000,00 Dan Rp. 3000,00
Dikenakan Atas Dokumen
1.6 Untuk Mengetahui Yang Tidak Dikenakan Bea Materai
1.7 Untuk Mengetahui Saat Terutang Bea Materai Dan Pihak Yang
Terutang Bea Materai
1.8 Untuk Mengetahui Cara Pelunasan Bea Materai
1.9 Untuk Mengetahui Pemateraian Kemudian Dan Sanksi-sanksi
1.10 Untuk Mengetahui Kadaluwarsa Dan Hal-hal Yang Perlu
Diperhatikan
1.11 Untuk Mengetahui Pengertian Pajak Daerah
1.12 Untuk Mengetahui Jenis Dan Objek Pajak Daerah
1.13 Untuk Mengetahui Tarif Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
1.14 Untuk Mengetahui Kadaluwarsa Penagihan Pajak
1.15 Untuk Mengetahui Pengertian Retribusi Daerah
1.16 Untuk Mengetahui Objek Dan Subjek Retribusi Daerah
1.17 Untuk Mengetahui Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
1.18 Untuk Mengetahui Tata Cara Pemungutan, Pemanfaatan dan
Kedaluwarsa Penagihan Retribusi

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum Bea Materai
Dasar hukum penetapan materai adalah Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1985 yang disebut juga dengan Undang-Undang Bea Meterai,
Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1986. Selain
mengatur pelaksanaannya, pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 7
tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2000 tentang Perubahan Bea Meterai dan Besaran Batas Harga
Nominal Bea Meterai.
2.2 Sebab-Sebab Dikeluarkan UU No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai
1. Agar lebih sempurna dan sederhana (hanya terdiri 7 bab, 18 pasal)
2. Lebih mudah diimplementasikan karena hanya mengenal satu jenis
materai saja tetap yaitu Rp. 6.000,00 dan 3.000,00
3. Tujuan yang lebih luas
2.3 Prinsip Umum Pemungutan Atau Pengenaan Bea Materai
1. bea materai atas dokumen adalah pajak atas dokumen
2. Hanya satu materai yang harus dibayar untuk satu dokumen
3. Duplikat (yang juga ditandatangani) terutang bea materai yang harus
dibayar sama dengan aslinya.
2.4 Pengertian Bea Materai
1. Bea materai adalah pajak atas dokumen
2. Dokumen adalah kertas yang berisi tulisan dan memuat maksud dan
tujuan dari suatu tindakan, keadaan atau fakta bagi seseorang dan/atau
pihak yang terlibat.
3. Barang materai adalah meterai dan kertas meterai yang diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4. Tanda tangan adalah tanda tangan yang lazim digunakan, termasuk
inisial, salinan atau cap tanda tangan, tanda nama atau pengganti
tanda tangan lainnya.

4
5. Oleh karena itu, negara adalah cara seorang pejabat pos atau
pemerintah membayar bea meterai dengan memiliki suatu dokumen
yang bea materialnya belum dibayar sebagaimana mestinya.
6. Pos adalah kantor PT pos dan giro yang bertugas menangani
permintaan stempel pos.
2.5 Tarif Bea Materai Rp. 6000,00 Dan Rp. 3000,00 Dikenakan Atas
Dokumen
1. Tarif Bea Materai Rp.6. 000,00 Dikenakan Atas Dokumen
a. Surat perjanjian dan tulisan lainnya, antara lain: surat kuasa,
surat kuasa dan surat pemberitahuan, yang dibuat untuk
dijadikan bukti dalam perkara perdata, banding atau keadaan.
b. Akte notaris dan salinannya
c. Akta jual beli yang dikeluarkan oleh Kantor Pendaftaran Tanah
(PPAT) memuat ayat-ayatnya.
d. Surat yang berisi jumlah yang nilai nominalnya lebih besar dari
RP. 1.000.000.
e. Surat-surat berharga seperti wesel, surat wesel dan kuitansi
dengan nilai nominal lebih dari satu juta rupiah.
f. Surat Berharga denominasi apapun asalkan nilai nominalnya
melebihi satu juta rupiah.
2. Tarif Bea Materai Rp. 3.000,00 Dikenakan Atas Dokumen
1. surat yang memuat sejumlah uang dengan nilai nominal lebih
dari Rp. 250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,00 :
a. siapa yang menyebutkan penerimaan uang.
b. Yaitu tentang pembukuan uang atau penyetoran uang ke
rekening bank.
c. Yang meliputi pemberitahuan saldo rekening bank.
d. Yang meliputi konfirmasi bahwa sebagian atau seluruh
utang telah dilunasi ataudiperhitungkan.

5
2. surat berharga, seperti : wesel, promes dan aksep dengan nilai
nominal diatas Rp. 250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp.
1.000.000,00.
3. Surat berharga dengan nama apapun dan dalam bentuk apapun
dengan ketentuan harga nominal Rp. 250.000,00 tetapi tidak
lebih dari Rp. 1.000.000,00.
4. Cek dan giro berapapun nilainya.
Apabila nilai nominal dokumen (kecuali cek dan transfer bank) tidak
lebih dari Rp. 250.000,00, maka tidak dibebani bea materai pada dokumen
ini.
2.6 Yang Tidak Dikenakan Bea Materai
1. Dokumen meliputi:
a. Surat pendaftaran
b. mengetahui
c. dokumen angkutan penumpang dan barang
d. Permohonan transfer dituangkan dalam dokumen sebagaimana
dimaksud pada butir a, b, dan c
e. Sertifikat pengiriman dan penerimaan barang
f. Pertanggungjawaban atau tanggung jawab pengirim barang yang
akan dijual
g. Surat-surat lain yang dapat diidentifikasikan dengan huruf-huruf
tersebut di atas.
2. Semua kualifikasi yang termasuk dalam definisi ini adalah STTB,
Surat Tanda Tamat Belajar, Surat Keterangan Mengikuti Diklat dan
Promosi.
3. Tanda terima gaji, masa tunggu, uang pensiun dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat-surat yang dikirimkan
untuk menerima pembayaran.
4. Bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas daerah dan bank
5. Penerimaan semua pajak dan penerimaan lain yang sejenis dari kas
negara, kas daerah dan bank

6
6. Kwitansi penerimaan dana untuk kebutuhan internal organisasi
7. Dokumen yang mengkonfirmasi pembayaran simpanan tabungan
kepada deposan dari bank, koperasi dan lembaga lain yang bergerak di
bidang ini.
8. Janji yang diberikan oleh perusahaan. Mendapatkan
9. Efek keuntungan atau token distribusi bunga dengan nama apapun
dan dalam bentuk apapun
2.7 Saat Terutang Bea Materai Dan Pihak Yang Terutang Bea Materai
a. Saat Terutang Bea Materai, yaitu :
1. Dokumen publik adalah ketika orang untuk siapa dokumen itu
ditarik menyerahkan dan menerima dokumen tersebut, bukan
pada saat ditandatangani, seperti kuitansi dan cek.
2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak antara lain
adalah pembuatan dokumen yang ditutup dengan tanda tangan
yang bersangkutan, seperti perjanjian jual beli.
3. Surat-surat yang dibuat di luar negeri, apabila digunakan di
Indonesia, materainya nanti dibayar dengan materai.
b. Para Pihak Melakukan Kewajiban Negara
Penanggung jawab bea meterai adalah orang yang diuntungkan
dari surat itu, kecuali ada pihak lain yang terlibat.
2.8 Cara Pelunasan Bea Materai Dan Penggunaan Benda Materai
a. Cara Pelunasan Bea Materai, Yaitu :
1. Penggunaan barang materai yaitu:
a. Karpet perca
b. Kertas perangko
2. Dengan cara lain yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
b. Cara Penggunaan Benda Materai
1. Pengganti
a. Bea materai dilampirkan pada dokumen materai yang
benar-benar utuh dan tidak rusak

7
b. Cap stiker ditempelkan pada tempat dibubuhkannya tanda
tangan
c. Tanda tangan dan tanggal, bulan dan tahun dibuat dengan
tinta dll, karena tanda tangan tersebut adalah materai dan
sebagian di atas kertas dokumen
d. Jika stiker yang digunakan lebih dari satu, tanda tangan
harus dibubuhkan sebagian pada semua bahan stiker dan
sebagian lagi pada kertas dokumen
2. Kertas stempel
a. Dokumen ditulis di atas kertas stempel, jika isi dokumen
terlalu panjang untuk sepenuhnya muat di atas kertas
stempel bekas, kertas non-stempel dapat digunakan untuk
bagian yang tersisa.
b. Kertas stempel bekas tidak boleh digunakan kembali. Jika
aturan tersebut tidak dipenuhi, maka dokumen tersebut
dianggap tidak memiliki stempel
2.9 Pemateraian Kemudian Dan Sanksi-sanksi
a. Pemateraian Kemudian
Cap pos adalah bentuk penagihan yang dilakukan atas
permintaan pejabat pos atau pemilik dokumen yang bea materainya
tidak dibayar dengan benar. Kemudian kompresi dilakukan:
1. Surat-surat yang semula tidak dikenai bea meterai, tetapi
digunakan sebagai barang bukti di pengadilan
2. Dokumen yang bea materainya dibiarkan belum dibayar atau
belum dibayar
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri untuk digunakan di
Indonesia.
b. Sanksi-sanksi :
1. sanksi Administrasi
2. sanksi Pidana

8
2.10 Kadaluwarsa Dan Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Kadaluwarsa batas waktu kewajiban materai adalah 5 Tahun sejak
tanggal dokumen.
Untuk melengkapi penjelasan tentang bea materai perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. transaksi-transaksi pada unit usaha (ekonomi dan unit produksi).
2. Kantor pusat dan cabang perusahaan adalah entitas independen,
sehingga harus menggunakan materai dalam transaksi.
3. Pembayar bea materai apabila dikemudian hari terjadi sesuatu atau
terjadi pelanggaran administrasi, maka pemegang dokumen.
4. Tanggal stempel.
5. Tanggal yang tertera pada stempel lebih berlaku daripada tanggal
dokumen.
6. Masalah hukum atau isi dokumen kurang diperhatikan, tetapi yang
diutamakan atau lebih penting adalah pajak yang harus dibayar.
7. Warna tinta yang tertulis di stempel tidak menjadi masalah.
2.11 Pengertian Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dan digunakan untuk keperluan daerah demi kemakmuran rakyat.
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan Pajak Daerah, antara
lain Daerah Otonom yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat, Badan yang merupakan kelompok orang
dan modal yang tergabung, Subjek Pajak yang bisa dikenakan pajak, serta
Wajib Pajak yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan hukum perpajakan daerah.
2.12 Jenis Dan Objek Pajak Daerah
Pajak Daerah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota.

9
1. Pajak Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral
Bukan Logam dan pajak Rokok. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan.
Untuk daerah setingkat provinsi yang tidak terbagi menjadi daerah
kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak
yang dikenakan merupakan gabungan dari pajak ke daerah provinsi dan
pajak ke daerah kabupaten/kota.
2.13 Tarif Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
a. Tarif Pajak
1. Tarif pajak untuk kendaraan pribadi memiliki ketentuan
kepemilikan kendaraan pertama akan dikenakan pajak antara 1%
hingga 2% tergantung pada harga kendaraan dan kepemilikan
Kendaraan kedua dan seterusnya akan dikenakan pajak antara
2% hingga 10% tergantung pada harga kendaraan.
2. Tarif pajak kendaraan angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran, keagamaan sosial, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, tarif pajaknya antara
0,5% dan 1% tergantung pada harga kendaraan.
3. Tarif pajak kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar tarif
pajaknya antara 0,1% dan 0,2% tergantung pada harga
kendaraan untuk pengajuan pertama, tarif pajaknya sebesar 20%

11
dan untuk pencabutan kedua dan seterusnya, tarif pajaknya
sebesar 1%.
4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling
tinggi masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 20%
dan untuk penyerahan kedua sebesar 1%.
5. Untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
yang tidak digunakan di jalan umum, tarif pajak tertinggi yang
harus dibayar saat pembelian pertama, harus membayar pajak
sebesar 0,75% dari harga kendaraan dan saat pembelian kedua
dan seterusnya, harus membayar pajak sebesar 0,075% dari
harga kendaraan.
6. Tarif Pajak untuk Bahan Bakar Kendaraan Bermotor memiliki
batas maksimum sebesar 10%. Namun, untuk kendaraan umum,
tarif pajaknya harus lebih rendah setidaknya 50% dari tarif pajak
untuk kendaraan pribadi.
7. Tarif Pajak untuk beberapa jenis usaha diatur dengan batasan
maksimum tertentu. Pajak Air Permukaan, Hotel, dan Restoran
memiliki batas maksimum sebesar 10% dari total biaya, Pajak
Rokok memiliki tarif tetap sebesar 10% dari cukai rokok.
8. Pajak Hiburan memiliki batas maksimum sebesar 35%.
9. Pajak Reklame memiliki batas maksimum sebesar 25%.
10. Pajak Penerangan Jalan memiliki batas maksimum sebesar 10%.
11. Tarif pajak telah ditetapkan untuk beberapa jenis objek, antara
lain mineral bukan logam dan batuan dengan tarif paling tinggi
25%.
12. Parkir dengan tarif paling tinggi 30%.
13. Air tanah dengan tarif paling tinggi 20%.
14. Sarang burung walet dengan tarif paling tinggi 10%.
15. Bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dengan tarif
paling tinggi 0,3%.

11
16. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dengan tarif
paling tinggi 5%. Ini artinya, ketika melakukan pembayaran
pajak, tarif yang harus dibayarkan tidak akan melebihi
persentase yang telah ditetapkan untuk jenis objek tersebut.
Tarif pajak tersebut di atas ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
b. Tata Cara Pemungutan Pajak
Setiap orang atau badan yang memiliki kewajiban membayar
pajak harus melakukannya sendiri atau berdasarkan surat ketetapan
pajak yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah. Pemungutan pajak tidak
boleh diborongkan kepada orang lain. Wajib pajak yang telah
membayar pajak berdasarkan penetapan Kepala Daerah akan
menerima Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen
serupa seperti karcis dan nota perhitungan. Sedangkan Wajib Pajak
yang membayar pajak sendiri akan menerima Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT).
2.14 Kadaluwarsa Penagihan Pajak
Setelah lebih dari 5 (lima) tahun terhitung sejak saat pajak terutang,
maka hak untuk menagih pajak menjadi kedaluwarsa. Akan tetapi, jika
Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah, aturan
ini tidak berlaku.
2.15 Pengertian Retribusi Daerah
Beberapa definisi istilah yang terkait dengan pembayaran regional
antara lain:
1. Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah retribusi
daerah yang dibayarkan atas pemberian jasa atau perizinan tertentu
dari Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau lembaga titik.
2. Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan jasa yang
menghasilkan barang, fasilitas atau manfaat lain yang dapat dinikmati
oleh perseorangan atau masyarakat.

12
3. Jasa Umum (Pelayanan publik) adalah pelayanan yang disediakan atau
disediakan oleh pemerintah kota untuk kepentingan dan keuntungan
umum dan dapat dinikmati oleh perseorangan atau pihak.
4. Jasa Usaha (Pelayanan komersia)l adalah pelayanan yang mengikuti
prinsip perdagangan pemerintahan daerah, karena pada prinsipnya
dapat juga disediakan oleh swasta.
5. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah yang
berkaitan dengan pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang bertujuan untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengendalikan
kegiatan, pemanfaatan ruang, dan penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, ruang tertentu. atau tempat untuk memastikan
kepentingan publik dan menjaga keberlanjutan.
2.16 Objek Dan Subjek Retribusi Daerah
a. Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi objek retribusi daerah adalah :
1. Retribusi jasa umum (Pelayanan publik)
Retribusi pelayanan publik diklasifikasikan sebagai
retribusi pelayanan universal. Obyek retribusi pelayanan umum
adalah pelayanan yang disediakan atau ditawarkan oleh
pemerintah kota untuk kepentingan dan kemanfaatan umum,
yang dapat dinikmati oleh perseorangan atau masyarakat. Biaya
layanan umum meliputi: Penggantian biaya pelayanan
kesehatan, uang untuk layanan sampah atau pembersihan,
penggantian biaya pencetakan kartu tanda pengenal dan akte
pendaftaran penduduk, Biaya jasa pemakaman dan jasa
penguburan, Biaya jasa parkir di jalan umum, Biaya Jasa
Pemasaran, Biaya pemeriksaan kendaraan bermotor, Inspeksi
Pidana alat pemadam kebakaran, Penggantian biaya cetak kartu,
hukuman karena mengatur jamban atau membuang lumpur,
retribusi limbah cair, balas dendam atau kalibrasi ulang layanan

13
pisau, biaya jasa pendidikan, biaya pemantauan menara
telekomunikasi.
2. Retribusi Jasa Usaha (Pelayanan Komersial)
Biaya yang dikenakan untuk layanan bisnis
diklasifikasikan sebagai biaya layanan bisnis. Obyek retribusi
jasa niaga adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
kota menurut asas niaga, yang meliputi:
1. pemanfaatan jasa atau pemanfaatan kekayaan daerah yang
tidak dimanfaatkan secara optimal.
2. layanan pemerintah daerah asalkan sektor swasta belum
cukup menyediakannya.
Jenis pembayaran untuk layanan bisnis adalah sebagai
berikut: kompensasi penggunaan barang milik daerah,
Pembayaran grosir atau took, kompensasi situs lelang, Biaya
akhir, Biaya khusus untuk tempat parker, Kompensasi untuk
penginapan atau wisma atau vila, Pembalasan Rumah Potong
Hewan, Biaya layanan ke pelabuhan, balas dendam tempat
hiburan dan olah raga, biaya penyeberangan air, Kompensasi
penjualan produk komersial daerah.
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Biaya yang dikenakan untuk izin tertentu diklasifikasikan
sebagai biaya untuk izin tertentu. Subyek biaya perizinan
tertentu adalah pelayanan perizinan daerah tertentu bagi orang
pribadi atau badan hukum yang bertujuan untuk mengatur dan
mengendalikan penggunaan kegiatan daerah, sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu untuk menjamin
kepentingan umum dan menyelamatkan lingkungan.
Beberapa jenis Retribusi Perizinan tertentu adalah: Biaya
izin bangunan, biaya untuk lisensi untuk menjual minuman
keras, biaya izin gangguan, biaya izin jalan, biaya perijinan
penangkapan ikan.

14
b. Subjek Retribusi Daerah
Subjek retribusi daerah adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana pelayanan publik adalah orang atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan publik tersebut.
2. Penerima layanan bisnis adalah orang atau badan yang
menggunakan atau menikmati layanan bisnis tersebut.
3. Kompensasi izin tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.
2.17 Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Prinsip dan tujuan penetapan tarif adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran pelayanan publik memperhitungkan biaya
penyelenggaraan pelayanan tersebut, kemampuan masyarakat,
pertimbangan keadilan dan efisiensi pengelolaan pelayanan tersebut,
dengan biaya yang berarti biaya operasional dan pemeliharaan. , biaya
bunga dan biaya modal.
2. Tarif jasa niaga didasarkan pada tujuan memperoleh keuntungan yang
cukup besar, yaitu keuntungan yang diperoleh dari penyelenggaraan
jasa niaga yang efisien dan berorientasi pada harga pasar.
3. Beberapa biaya lisensi didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya administrasi lisensi ini.
2.18 Tata Cara Pemungutan, Pemanfaatan dan Kedaluwarsa Penagihan
Retribusi
a. Tata cara pemungutan retribusi
Surat Perintah Penalti Daerah (SKRD) atau dokumen sejenis
lainnya berupa karcis, kupon dan kartu pesanan digunakan untuk
menagih denda tersebut. Jika biaya tertentu jatuh tempo atau tidak
cukup dibayar, mereka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2%
bunga bulanan atas biaya yang tidak dibayar atau kurang dibayar,
yang diselesaikan dengan kompensasi daerah. tagihan (STRD).
pemungutan biaya yang belum dibayar, didahului dengan surat

15
peringatan. Tata cara pelaksanaan pemungutan iuran diatur dalam
peraturan direktur daerah.
b. Pemanfaatan retribusi
Penggunaan pendapatan dari masing-masing jenis pembayaran
lebih diutamakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
berhubungan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang
bersangkutan. Pembagian penggunaan uang pungli ditetapkan dengan
peraturan daerah.
c. Kedaluwarsa penagihan retribusi
Hak menagih pembayaran berakhir setelah 3 (tiga) tahun sejak
pembayaran itu dilakukan, kecuali kejahatan di bidang pembayaran
dilakukan dengan pembayaran wajib.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bea materai merupakan salah satu jenis pajak yang merupakan sumber
pendapatan bagi pemerintah daerah. Pajak daerah adalah pajak yang
dikenakan oelh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau
keputusan kepala daerah. Pajak ini bertujuan untuk mengumpulkan
pendapatan bagi pemerintah daerah guna mendukung pembangunan dan
penyediaan layanan publik diwilayah merekaRetribusi daerah adalah
pungutan atas jaa atau pelayanan umum yang diberikan oleh pemerintah
daerah kepada masyarakat atau badan usaha.
3.2 Saran
Pemakalah memahami bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk membuat
tugas selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo,2019. Perpajakan Edisi Terbaru 2019. Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai