Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN - 3

KETENTUAN UMUM
DAN TATA CARA
PERPAJAKAN

UNIVERSITAS WANITA INTERNASIONAL


Jl. Pasir Kaliki No.179a
Pamoyanan, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat 40173
IDENTITAS MATAKULIAH

1. Mata Kuliah : Praktikum Perpajakan


2. Kode MK : AB372067P
3. Jumlah SKS : 2 SKS (100 Menit)
4. Semester : 8 (Genap)
5. Program Studi : Administrasi Bisnis
6. Fakultas : Ilmu Sosial dan Bisnis
7. Dosen Pengampu : Nurjamilah, S.A.B., M.A.B.
8. Minggu ke- : 3 ( Tiga)

MATERI/BAHASAN POKOK : Ketentuan umum dan tata cara perpajakan


1. Nomor pokok wajib pajak
2. Pengukuhan pengusaha kena pajak
3. SPT
4. SSP
5. Surat ketetapan pajak
6. Kewajiban dan hak wajib pajak
7. Kewajiban pembukuan
8. Sanksi
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa/i mampu memahami Ketentuan umum dan tata
MATA KULIAH cara perpajakan

KRITERIA DAN BENTUK : Kriteria Penilaian :


PENILAIAN 1) Penilaian Sikap
2) Penilaian Hasil Belajar
Bentuk Penilaian:
1) Diskusi : Keaktifan
2) Tugas

INDIKATOR PENILAIAN : 1) Mampu memahami Ketentuan umum dan tata


cara perpajakan
2) Kehadiran dalam proses pembelajaran
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan
3) Keaktifan dalam diskusi Ketentuan umum dan
tata cara perpajakan

METODE PEMBELAJARAN : Metode Ceramah dan Disukusi melalui Daring


(Akun E-learning IWU dan Zoom)
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Sistem perpajakan yang baru yaitu ditandai dengan lahirnya undang-undang perpajakan yang
baru, yang terdiri dari:

 Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) diatur dalam UU no.6 Tahun 1983 yang kemudian
mengalami perbaharuan menjadi UU no.28 Tahun 2007dan terakhir telah dirubah
dengan Undang-undang No.16 Tahun.2009.
 Pajak Penghasilan diatur dalam UU No.7 Tahun 1983
 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang mewah UU
No.8 Tahun 1983
 Pajak Bumi dan Bangunan UU No.12 Tahun 1985
 Bea Materai diatur dalam UU no.13 Tahun 1985

Alasan pemerintah menciptakan sistem perpajakan yang baru (penyempurnaan dari UU yang
sudah ada sebelumnya:

1. Sistem perpajakan yang lama sudah tidak sesuai dengan tingkat kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Indonesia dan laju pembangunan nasional yang dicapai.
2. Sistem perpajakan yang lama belum dapat menggerakkan peran dari semua lapisan
subjek pajak yang besar peranannya dalam menghasilkan penerimaan dalam negri
yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsunag dan peningkatan
pembangunan nasional.
3. Sudah tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial dan
politik.

Tujuan dari perubahan (penyempurnaan) dari UU yang sudah ada:

1. Lebih memberikan keadilan kepada fiskus dan maupun wajib pajak


2. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan
hukum.
3. Mengantisipasi kemajuan dibidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan
material di bidang perpajakan.
4. Meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan
5. Meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan
sukarela Wajib Pajak.
Arah dan tujuan perubahan undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan ini mengacu kepada kebijakan pokok sbb:

1. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka penerimaan negara


2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal dengan tetap mendukung
pengembangan usaha kecil dan menengah
3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan
di bidang teknologi informasi
4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
5. Menyederhanakan prosedur administratif perpajakan
6. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment serta akuntabel dan konsisten
7. Mendukung ikilim usaha kearah yang lebih kondusif dan kompetitif

Dengan dilaksanakannya kebijakan pokok tersebut diharapkan dapat meningkatkan


penerimaan negara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya
kepatuhan sukarela dan membaiknya iklim usaha.

Kesimpulannya: dasar pertimbangan penyempurnaan Undang-undang tersebut adalah untuk


lebih meningkatkan kepastian hukum bagi fiskus dan wajib pajak, dimana hukum pajak formal
lebih jelas diatur sebagai hukum yang mewujudkan aturan material perpajakan, guna mengatur
pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak dan fiskus.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

o Adalah Nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

o Fungsi NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.

o Pencamtuman NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan
mencamtumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya

o Pendaftaran NPWP
Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self
assessment, wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan subjektif : adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subyek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Persyaratan Objektif: adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor Direktorat Jenderal nPajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, bagi wajib pajak orang pribadi
pengusaha tertentu.

o Lampiran yang Diperlukan Pada Formulir Pendaftaran


a. Wajib Pajak orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
Fotokopi KTP/KK bagi penduduk Indonesia
Paspor dan Surat Keterangan Tempat Tinggal dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi Wajib Pajak Orang Asing.
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
Fotokopi KTP/KK bagi penduduk Indonesia
Paspor dan surat keterangan tempat tinggal instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi wajib pajak orang asing.
Surat keternagan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi
yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
c. Bendaharawan sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong:
Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Bendaharawan.
d. Wajib Pajak Badan
Fotokopi akte pendiri
Fotokopi KTP salah satu pengurus
Fotokopi SIUP/SITU dari instansi yang berwenang
Surat kuasa apabila dikuasakan.
e. Joint Operation
Melampirkan fotocopy perjanjian kerjasama sebagai joint operation
Fotocopy NPWP masing-masing joint opertaion.
f. Apabila telah mendaftar diberikan surat keterangan terdaftar, jika dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak (PKP) maka diberi surat pengukuhan pengusaha
kena pajak.

o Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya,


karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak
terutang.
o Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah:
o Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 (satu ) bulan
setelah saat usaha mulai dijalankan.
o Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan
suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak,
wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP akan
dikenakan sanksi perpajakan.

o Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau
menyalahgunakan sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
akan dikenai pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang.

o Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukam oleh Direktorat Jenderal Pajak apabila :
a. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib Pajak
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b. Wajib Pajak Badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut
telah mendaftar sebagai Wajib Pajak
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia
e. Dianggap perlu oleh DIRJEN PAJAK untuk menghapuskan NPWP dari wajib pajak
yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undnagan perpajakan.

o Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6
(enam) digit berikutnya merupakan kode Administrasi Perpajakan.
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

o Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasrkan
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
o menurut Pasal 1 angka 15 UU PPN adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan UU
PPN dan PPnBM, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan
keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memiulih untuk melakukan
pengukuhan sebagai PKP.

o Fungsi Pengukuhan PKP

o Sebagai identitas PKP yang bersangkutan


o Melaksanakan hak dan kewajiban dibidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah
o Pengawasan administrasi perpajakan.

o Tempat Pengukuhan PKP


Kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kehiatan usaha Wajib
Pajak atau kekantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

o Pencabutan Pengukuhan PKP


Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak dapat dilakukan dalam hal ini:
a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja kantor Pelayanan Pajak lain
b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai pengusaha kena pajak termasuk
pengusaha kena pajak yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk
suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran dan atau penerimaan bruto
untuk Pengusaha Kecil.

o Sanksi
Pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

o Pengertian SPT
Adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

o Fungsi SPT
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenernya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan penghitungan kena pajak
b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan
c. Pembayaran atau pelunasan pajak
Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan
atau melalui pemotongan , pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak, atau
bagian tahun pajak (Wajib Pajak Penghasilan)
d. Penghasilan yang masuk dalam objek pajak atau yang bukan termasuk objek pajak
e. Pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan.

Bagi pengusaha kena pajak, SPT berfungsi sebagai:

Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak


pertambahan nilai dan pajak penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang
dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran


b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh pengusaha
kena pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak. Sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Bagi pemotongan atau pemungutan pajak, Fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya.

o Prosedur penyelesaian SPT


a. Wajib pajak wajib mengambil sendiri SPT di tempat yang telah ditetapkan oleh
DIRJEN Pajak
b. Setiap wajib pajak mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas dengan
menggunakan bahasa Indonesia
c. Wajib pajak yang telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang
selain rupiah wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan uang selain rupiah yang diizinkan
d. Penandatanganan SPT dapat dilakukan secara biasa dengan tanda tangan stempel
atau tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama
e. Bukti-bukti yang harus dilamoirkan pada SPT, antara lain:
o Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan: laporan keuangan berupa
neraca dan laporan rugi laba serta keterangan-keternagan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
o Untuk Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitunagn, perhitungan
jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan.

o Pembetulan SPT
Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT nya yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat DIRJEN pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan.

o Jenis SPT
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak
2. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

SPT meliputi:

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan


2. SPT masa yang terdiri dari:
a. SPT Masa Pajak Penghasilan
b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai

SPT dapat berbentuk: Formulir kertas (hardcopy); atau e-SPT

o Batas Waktu Penyampaian SPT

1. Untuk SPT Masa, paling lama 20 (duapuluh) hari setelah akhir Masa Pajak. Khusus
untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
2. Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang Pribadi, paling lama 3
(tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;
3. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling
lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

o Perpanjangan jangka waktu SPT


Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling
lama 2(dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT tahuan dengan cara
menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dapat disampaikan secara:


1. Langsung
2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
o Sanksi terlambat dan tidak menyampaikan SPT
Apabila SPT tidak disampaikan sampai batas waktu yang telah ditetapkan, maka akan
dikenai sanksi berupa denda sebesar:
1. Rp. 500.000 untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
2. Rp. 100.000 untuk SPT Masa lainnya
3. Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
4. Rp. 100.000 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Andi, Yogyakarta
2. Muljono Djoko dan Wicaksono B., 2009, Akuntansi Pajak Lanjutan, Andi, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai