Disiapkan oleh
PENDAHULUAN
B. TUJUAN PEMELAJARAN
LEMBAR INFORMASI
berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Folke dan Skoog pada 1940-an
menemukan bahwa zat pengatur tumbuh auksin, yaitu IAA dan NAA yang
sebelumnya diketahui dapat merangsang pertumbuhan akar, ternyata dapat
merangsang pertumbuhan in-vitro tetapi menghambat pertumbuhan mata
tunas. Pada 1951 Skoog dkk menemukan bahwa senyawa fosfat anorganik dan
senyawa organik adenin atau adenosin dapat merangsang pertumbuhan mata
tunas. Pada 1955 Carlos Miller dkk (juga bekerjasama dengan Skoog)
menemukan kinetin, satu penemuan pertama hormon sitokinin. Pada 1957
Skoog dan Miller mempublikasikan penemuannya tentang hubungan antara
sitokinin dan auksin dalam mengontrol pembentukan akar dan tunas dalam
kultur jaringan tanaman. Tosshio Murashige dan Skoog (1962)
mempublikasikan formulasi media MS yang sampai sekarang cocok untuk
kulturjaringan banyak tanaman dan digunakan secara luas di alboratorium kultur
jaringan di dunia. Penggunaan teknik kultur jaringanuntuk memproduksi
tanaman bebas virus bermula dari penemuan Morel dan Martin (1952) yang
memperoleh tanaman dahlia bebas virus dengan mengkulturkan meristem pucuk
tanaman yang terinfeksi virus.
3. Manfaat
A. Ruangan Laboratorium
pada media. Ruangan ini harus steril bebbas dari debu dan hewan kecil.
Dalam ruangan ini terdapat peralatan seperti: laminar air flow cabinet,
alat-alat diseksi (scalpel, pinset, spatula, guntung, jarum), hand
sprayer, bunsen, timbangan kecil, dan lain-lain.
3. Ruang kultur, ruangan ini digunakan untuk pertumbuhan kultur.
Ruangan ini memerlukan pengaturan faktor-faktor lingkungan seperti:
suhu, cahaya, dan kelembaban. Pada ruangan ini terdapat: rak-rak
kultur yang bertingkat 3-4 dilengkapi lampu Tl, timer untuk mengontrol
lama penyinaran, AC, mikroskop, shaker (penggojok), dan lain-lain.
B. Peralatan Laboratorium
1) timbangan
- jenis analitik (ketelitian dikehendaki 4 angka dibelakang koma)
- untuk menimbang bahan-bahan media kultur
5) pengukur pH
- dapat berupa elektroda gelas maupun kertas pH
- untuk mengukur kemasaman (pH) larutan/media
6) lemari es
- kulkas model dua pintu
- untuk menyimpan larutan stok media
7) botol kultur
- ukuran, bentuk, dan bahan dapat disesuaikan dengan jenis tanaman
- berisi media, untuk tempat menumbuhkan eksplan
8) alat-alat diseksi
- jenis: pinset, pisau, scalpel, gunting, jarum ose
- untuk kegiatan inokulasi eksplan/inisiasi kultur
B. Teknik Sterilisasi
A. Komponen-komponen Media
K omposisi media tanam kultur jaringan terdiri dari sejumlah unsur yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang umumnya tedapat di
tanah. Komponen media kultur jaringan dapat dikelompokkan kedalam berikut
ini.
1. Unsur makro, terdiri dari unsur-unsur: nitrogen (N), fosfor (P), kalium
(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S)
2. Unsur mikro, terdiri dari: boron (B), cobalt (Co), tembaga (Cu), Iodium
(I), besi(Fe), mangan (Mn), molybdenum (Mo), dan seng (Zn)
3. Vitamin (vitamin B1) dan Myo-inositol, pada beberapa formula media
terkenal juga menambahkan niasin dan piridoksin (B6)
4. Gula, sebagai sumber energi
5. Zat pengatur tumbuh, untuk merangsang dan mengontrol pertumbuhan
6. Agar, sebagai pemadat media
7. Arang aktif, sebagai penyerap senyawa racun
Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 10 dari 20
T
penemunya, antara lain:
erdapat banyak formula media tanam kultur jaringan
yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama
1. Murashige dan Skoog (MS), memiliki kisaran pemakaian yang paling luas
2. Gamborg atau B-5, cocok untuk kultur suspensi sel kedele dan legum
3. Vacin Went (VW), digunakan untuk media anggrek
4. Nitsch dan Nitsch, digunakan untuk kultur tepung sari dan kultur sel
5. Schenk dan Hildebrandt (SH) digunakan untuk media tanam dikotil
6. Woody plant Plant Medium (WPM) untuk media tanaman berkayu
Larutan stok adalah larutan yang dibuat pekat dengan konsentrasi berkisar 10,
20, 100, bahkan 1000 kali konsentrasi media tergantung bahannya. Pada saat
pembuatan media kita tinggal mengencerkan larutan-larutan stok menggunakan
rumus pengenceran:
zat pengatur tumbuh, namun yang paling lazim digunakan untuk petumbuhan
dan perkembangan kultur in vitro adalah golongan sitokinin dan auksin. Secara
umum, sitokinin mendorong penumbuhan tunas dan auksin mendorong
pembentukan kalus dan perakaran. Zat pengatur tumbuh auksin dan stokinin
dapat diberikan bersama-sama atau auksin saja ataupun sitokinin saja, hal ini
sesuai dengan tujuan kita. Konsentarsi zat pengatur tumbuh berkisar antara 0,5
– 10 mg/l. Kegiatan pembuatan media meliputi: memilih formula, membuat larutan
stok, mencampur komponen media, mengatur pH, memasak media, membagi media, dan
mensterilisasi media
sesuai dan diberi ZPT yang sesuai pula akan menjadi kompeten untuk
membentuk organ atau embrio. Proses ini disebut juga induksi. Pada proses
induksi sel-sel eksplan mengalami proses-proses dediferensiasi (kebalikan
diferensiasi) yang diikuti oleh pembelahan sel dan pembentukan primordia organ
atau embrio. Dediferensiasi adalah berubahnya sel-sel eksplan yang sudah
terspesialisasi menjadi tidak terspesialissi dan kembali ke kondisi meristematik.
Setelah mengalami induksi, kumpulan sel atau jaringan akan mengalami
determinasi jika sel-sel atau jaringan tersebut terus berkembang menjadi organ
atau embrio, walaupun diletakkan di lingkungan baru yang bebas dari isyarat
penyebab organogeneisi atau embriogenesis. Proses ini juga disebut
perkembangan (development).
Planlet dikeluarkan dari botol harus dengan hati-hati agar planlet tidak
rusak. Kerusakan planlet akan menyebabkan adanya gangguan
pertumbuhandan tanaamn mudah diserang oleh patogen-patogen rebah
kecambah (damping-off). Planlet harus dicuci menggunakan air bersih
sampai tidak ada sisa agar yang tetinggal yang dapat ditumbuhi
mikroorganisme. Sebelum ditanam planlet sebaiknya disleksi dahulu
berdasarkan kelengkapan organ , warna, kekekaran pertumbuhan, dan
ukuran. Planket yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai
pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus
pandang dan pertumbuhannya kekar. Perakaran planlet diperiksa apakah
sudah terbentuk bulu-bulu akar atau belum, demikian pula tentang
kemantapan warna dan kekokokhan pertumbuhan.
Pada awal proses aklimatisasi planlet tidak boleh langsung kena sinar
matahari, tapi harus diletakkan pada tempat teduh dengan intensitas
cahaya 50-50%. Apabila setelah 5-7 hari planlet masih dalam keadaan
segar maka intensitas cahayanya dapat ditingkatkan hingga 70%. Planlet
yang baru ditanam diberi sungkup agar lingkungannya memiliki
kelembaban yang cukup tinggi dan tidak jauh beda dengan kelembaban
LEMBAR LATIHAN/EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Livy W.G. 1995. Teknik Kultur In Vitro dalam Hortikultura. Jakarta. Penebar
Swadaya
Trigiano RN dan Denis J Gray. 1996. Plant Tissue Culture Concepts and
Laboratory Excercises. CRC Press, Inc., 2000 Coorporae Blvd., Boca