Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR KULTUR JARINGAN

Disajikan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanian


(Kultur Jaringan)
13 Juni – 3 Juli 2006

Disiapkan oleh

IR. ATAT BUDIARTA, MP.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU PERTANIAN
JL. JANGARI KM, 14 KARANG TENGAH, KOTAK POS 138; 43202
TELP. (0263) 285003, FAX. (0263) 285026
Pengantar Kultur Jaringan

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat Modul

D alam modul ini Anda dapat mempelajari wawasan pengetahuan


mengenai teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan
tanaman secara umum, sebagai pengantar untuk mempelajari modul-
modul khusus yang membahas lebih rinci tentang aspek-aspek khusus
teknik kultur jaringan. Kegiatan-kegiatan pekerjaan kultur jaringan
merupakan pekerjaan laboratoris yang memerlukan penguasaan sejumlah
keterampilan tertentu, penguasaan pengetahuan pendukung yang
memadai tentang teknik perbanyakan tanaman secara umum, dan sikap
yang mendukung bagi keberhasilan pekerjaan tersebut di dalam
laboratorium.

B. TUJUAN PEMELAJARAN

1. Tujuan Kegiatan Pemelajaran Umum


Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu memahami
tentang seluk beluk dan tatacara pengembangbiakan tanaman melalui
kultur jaringan

2. Tujuan Pemelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu memahami:
- pengertian, manfaat, dan ruang lingkup kegiatan kultur jaringan
- fungsi ruangan-ruangan dan peralatan laboratorium kultur jaringan
- media kultur jaringan
- teknik inokulasi dan multiplikasi
- pemeliharaan kultur
- aklimatisasi planlet
Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 1 dari 20

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

LEMBAR INFORMASI

I. Pengertian dan Manfaat

A. Pengertian dan Perkembangan Kultur Jaringan

K ultur jaringan adalah suatu teknik dalam pengembangbiakan tanaman


dengan menggunakan bagian-bagian tanaman yang berukuran kecil
sampai sangat kecil baik berupa organ, jaringan, maupun sel-sel tanaman dalam
kondisi yang aseptis secara in vitro. Berdasarkan bagian-bagian tanaman yang
dikulturkan secara spesifik terdapat beberapa macam kultur:
1. Kultur organ, yaitu kultur yang diinisiasi dari organ-organ tanaman
seperti: pucuk terminal dan aksilar, meristem, daun, batang, ujung
akar, bunga, buah muda, embrio, dan sebagainya.
2. Kultur kalus, yaitu kultur sekumpulan sel yang tidak terorganisir,
hanya sel-sel parenkim yang berasal dari bahan awal
3. Kultur suspensi, yaitu kultur sel bebas atau agregat sel kecil dalam
media cair. Pada umumnya kultur suspensi diinisiasi dari kalus.
4. Kultur protoplas, yaitu kultur sel-sel muda yang diinisiasi dalam media
cair yang dihilangkan dinding selnya. Kultur protoplas digunakan untuk
hibrididasi somatik (fusi dua protoplas baik intraspesifik maupun
interspesifik).
5. Kultur haploid (kultur mikrospora/ anther), yaitu kultur dari kepala
sari (kultur anther) atau tepung sari (kultur mikrospora)

P erkembangan kultur jaringan dimulai dari pembuktian sifat totipotensi


sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden (1838).
Haberlandt (1902) seorang botanis yang dipandang sebagai pelopor kultur
Gothlieb

jaringan, mengemukakan hipotesis bahwa sel tanaman

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 2 dari 20
yang diisolasi dan dikondisikan pada lingkungan yang sesuai akan tumbuh dan

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Folke dan Skoog pada 1940-an
menemukan bahwa zat pengatur tumbuh auksin, yaitu IAA dan NAA yang
sebelumnya diketahui dapat merangsang pertumbuhan akar, ternyata dapat
merangsang pertumbuhan in-vitro tetapi menghambat pertumbuhan mata
tunas. Pada 1951 Skoog dkk menemukan bahwa senyawa fosfat anorganik dan
senyawa organik adenin atau adenosin dapat merangsang pertumbuhan mata
tunas. Pada 1955 Carlos Miller dkk (juga bekerjasama dengan Skoog)
menemukan kinetin, satu penemuan pertama hormon sitokinin. Pada 1957
Skoog dan Miller mempublikasikan penemuannya tentang hubungan antara
sitokinin dan auksin dalam mengontrol pembentukan akar dan tunas dalam
kultur jaringan tanaman. Tosshio Murashige dan Skoog (1962)
mempublikasikan formulasi media MS yang sampai sekarang cocok untuk
kulturjaringan banyak tanaman dan digunakan secara luas di alboratorium kultur
jaringan di dunia. Penggunaan teknik kultur jaringanuntuk memproduksi
tanaman bebas virus bermula dari penemuan Morel dan Martin (1952) yang
memperoleh tanaman dahlia bebas virus dengan mengkulturkan meristem pucuk
tanaman yang terinfeksi virus.

B. Kelebihan, Kelemahan, dan Manfaat


1. Kelebihan
a. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau lambat
diperbanyak secara konvensional
b. Tidak memerlukan tempat yang luas
c. Dapat dilakukan sepanjang tahun tidak mengenal musim
d. Bibit yang dihasilkan lebih sehat dan seragam
e. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik
f. Stokt tanaman dapat disimpad dalam waktu lama

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Junii 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 3 dari 20
2. Kelemahan

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

a. Dibutuhkan biaya awal yang relatif tinggi untuk laboratorium dan


bahan kimia
b. Dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya
c. Tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik, dan biasa hidup
di tempat yang berkelmbaban tinggi sehingga memerlukan
aklimatisasi ke lingkungan eksternal
d. Metode setiap spesies tidak sama

3. Manfaat

a. produksi tanaman bebas patogen


b. produksi bahan-bahan farmasi
c. pelestarian plasma nuftah
d. pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika
e. perbanyakan tanaman klonal dengan cepat

II. Ruangan dan Peralatan Laboratorium

A. Ruangan Laboratorium

P enataan ruangan dalam laboratorium disesuaikan dengan langkah-


langkah dalam prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan,
pembagian ruangan dalam laboratorium kultur jaringan adalah sebagai berikut.

1. Ruang Persiapan, ruangan ini digunakan untuk persiapan media,


persiapan bahan tanaman, tempat pencucian dan penyimpanan alat-alat
gelas. Pada ruangan ini terdapat alat-alat seperti: timbangan analitik,
kulkas, hot plate magnetic stirer, pH meter, otoklaf, oven, alat-alat
gelas standar, lemari alat-alat, lemari bahan, dan lain-lain.

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 4 dari 20

2. Ruang Transfer, ruangan ini digunakan untuk inokulasi eksplan yang


dimulai dari isolasi bagian tanaman, sterilisasi, dan penanaman eksplan

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

pada media. Ruangan ini harus steril bebbas dari debu dan hewan kecil.
Dalam ruangan ini terdapat peralatan seperti: laminar air flow cabinet,
alat-alat diseksi (scalpel, pinset, spatula, guntung, jarum), hand
sprayer, bunsen, timbangan kecil, dan lain-lain.
3. Ruang kultur, ruangan ini digunakan untuk pertumbuhan kultur.
Ruangan ini memerlukan pengaturan faktor-faktor lingkungan seperti:
suhu, cahaya, dan kelembaban. Pada ruangan ini terdapat: rak-rak
kultur yang bertingkat 3-4 dilengkapi lampu Tl, timer untuk mengontrol
lama penyinaran, AC, mikroskop, shaker (penggojok), dan lain-lain.

B. Peralatan Laboratorium

J enis-jenis peralatan dan kegunaannya pada laboratorium kultur jaringan


adalah sebagai beriikut.

1) timbangan
- jenis analitik (ketelitian dikehendaki 4 angka dibelakang koma)
- untuk menimbang bahan-bahan media kultur

2) alat-alat gelas standar


- jenis: erlenmeyer, gelas piala, labu ukur, cawan petri, pipet ukur, pipet
tetes, pengaduk kaca, gelas arloji, botol kultur, corong penyaring,
tabung reaksi
- untuk membuat larutan, dan berbagai keperluan lainnya

3) hot plate dengan magnetic stirer


- berfungsi untuk memanaskan, mengaduk, dan memanaskan sambil
mengaduk
- digunakan untuk melarutkan bahan dan memasak media
Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 5 dari 20

- dapat digantikan kompor sebagai alat pemanas dengan menggunakan


pengaduk biasa
4) otoklaf
- tipe manual dan otomatis
- suhu 121 C dan tekanan 17,5 psi

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

- untuk menstrilisasi media dan alat-alat

5) pengukur pH
- dapat berupa elektroda gelas maupun kertas pH
- untuk mengukur kemasaman (pH) larutan/media

6) lemari es
- kulkas model dua pintu
- untuk menyimpan larutan stok media

7) botol kultur
- ukuran, bentuk, dan bahan dapat disesuaikan dengan jenis tanaman
- berisi media, untuk tempat menumbuhkan eksplan

8) alat-alat diseksi
- jenis: pinset, pisau, scalpel, gunting, jarum ose
- untuk kegiatan inokulasi eksplan/inisiasi kultur

9) laminar air flow cabinet


- dilengkapi: blower, filter, lampu ultra violet, dan lampu TL
- untuk inokulasi/penanaman eksplan

10) lampu bunsen (lampu spirtus)


- tipe manual dan otomatis
- untuk sterilisasi alat dan bahan tanam

11) handsprayer (volume 500 dan 1000 ml)


- volume 500, 1000ml
- berisi alkohol, untuk sterilisasi alat, laminar, dan tangan pelaksana
12) rak-rak pertumbuhan
- terdiri 3-4 tingkat, dilengkapi lampu Tl
- untuk tempat pertumbuhan dan pembesaran kultur
Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 6 dari 20

13) air conditioning (AC)


- kapasitas tergantung luas ruangan
- untuk mengatur suhu dan penjagaan udara ruangan

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

14) termometer, timer, dan higrometer


- untuk mengukur dan sekaligus mengendalikan suhu, panjang
penyinaran, dan kelembaban ruangan
- biasanya alat pengukur suhu disatukan dengan pengukur
kelembaban

15) dan lain-lain

III. Teknik Aseptis

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kontaminasi

S alah satu faktor penentu keberhasilan kultur jaringan adalah kontaminasi,


yang dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur.
kontaminasi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut.
Terjadinya

1. Eksplan, baik internal maupun eksternal


2. Organisme kecil yang masuk ke dalam media seperti semut.
3. Botol kultur atau alat-alat tanam ang kurang steril
4. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara)
5. Keceroboohan dalam pelaksanaan

B. Teknik Sterilisasi

B erdasarkan sumber kontaminasi di atas, prosedur dalam teknik aseptis


dikelompokkan kedalam: sterilisasi lingkungan kerja, sterilisasi alat-alat
tanam dan media, dan sterilisasi bahan tanam.

1. Sterilisasi lingkungan kerja


Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 7 dari 20

Lingkungan kerja disini adalah tempat penanaman/inokulasi, yang


berupa laminar. Laminar dilengkapi dengan blower untuk
menghembuskan udara halus, melalui suatu filter HEPA dengan pori-
pori < 0,3 m. Aliran udara ini melewati tempat kerja, mencegah

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

kontaminan yang airborne selama pekerjaan penanaman. Sebelum


memulai pekerjaan di dalam laminar, lampu ultra violet pada laminar air
flow cabinet dinyalakan selama kurang lebih ½ - 1 jam untuk
membunuh kontaminan yang ada di permukaan tempat kerja. Laminar
air flow cabinet harus dijaga kebersihannya sehabis bekerja, permukaan
tempat kerja dibersihkan dengan alkohol 70% atau dengan lampu ultra
violet selama ½ -1 jam.

2. Sterilisasi alat-alat tanam dan media


Alat-alat yang dipakai ketika penanaman harus dalam keadaan steril.
Alat-alat logam dan gelas dapat disterilisasi dalam otoklaf. Alat-alat
yang perlu disterilkan sebelum penanaman adalah: pinset, gunting,
gagang scalpel, kertas saring, petri dish, botol-botol kosong, jarum.
Alat-alat dan kertas saring dibungkus rapi dengan kertas tebal. Suhu
untuk sterilisasi pada otoklaf adalah 121 C pada tekanan 17, 5 psi
(pounds per square inch) selama ½ - 1 jam. Penghitungan waktu
sterilisasi dimulai setelah tekanan yang diinginkan tercapai. Media dan
aquades juga disterilkan dalam otoklaf. Untuk aquades sebaiknya
dimasukkan dalam wadah kecil misalnya erlenmeyer 250 ml dengan isi
maksimum 100 ml, supaya sterilisasi lebih efektif. Waktu sterilisasi
sama dengan waktu untuk sterilisasi alat-alat yaitu ½ - 1 jam.

3. Sterilisasi bahan tanaman


Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 8 dari 20

Dalam kultur jaringan, inisiasi kultur yang bebas dari kontaminan


merupakan langkah yang sangat penting. Bahan tanaman dari alpangan
mengandung kotoran, debu, dan berbagai kontamina hidup pada
permukaannya. Kontaminan hidup dapat berupa: jamur, bakteri, tungau,

serangga dan telurnya, , sarta spora-spora. Bila kontamian ini tidak


dihilangkan, maka pada media yang mengandung gula, vitamin, dan
mineral, kontaminan terutama jamur dan bakteri akan tumbuh cepat.
Dalam beberapa hari, kontaminan akan memenuhi seluruh botol kultur.

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

Eksplan yang tertutup kontaminan akhirnya mati, akibat diserang secara


langsung oleh jamur atau bakteri atau secara tidak langsung akibat
persenyawaan beracun/toksik yang diproduksi jamur atau bakteri. Pada
beberapa jenis tanaman ditemukan pula kontaminan yang berasal dari
jaringan tanaman, terutama bakteri. Kontaminan internal sangat sulit
diatasi. Paa bahan tanaman yang mengandung kontaminan internal,
harus diberi perlakuan antibiotik atau fungisida yang sistemik. Setiap
bahan tanaman memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbeda
jenis tanaman, bagian tanaman, morfologi tanaman, lingkungan
tumbuhnya, musim waktu diambil, umur tanaman, dan kondisi tanaman.
Hal ini yang membuat sukar dalam penentuan prosedur sterilisasi standar
yang dapat berlaku untuk semua tanaman.
Beberapa jenis bahan, konsentrasinya, dan lama waktu perendaman
eksplan yang dipergunakan dalam sterilisasi adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Nama bahan, kisaran konsentrasi, dan lama perendaman

Nama bahan Konsentrasi Lama Perendaman


Kalsium hipoklorit 1 – 10% 5 – 30 menit
Atrium hipoklorit 1–2% 57– 15 menit
Hidrogen peroksida 3 – 10% 5 – 15 menit
Gas klorin - 1– 4 jam
Perak nitrat 1% 5 – 30 menit
Merkuri klorid 0,1 – 0,2 % 10 – 20 menit
Betadine 2,5 – 10% 5 – 10 menit
Benlate 2 gr/liter 20 – 30 menit
Antibiotik 50 mg/l 30 – 60 menit
Alkohol 70% ½ – 1 menit

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 9 dari 20

B ahan-bahan sterilisasi ini pada umumnya bersifat racun/toksik bagi


tanaman, maka setelah perendaman dengan dalam sterilan kemudian

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

dibilas untuk menghilangkan sisa-sisa bahan aktif yang masih menempel di


permukaan bahan tanaman. Dalam sterilisasi kadang-kadang rdasarkan sumber
kontaminasi di atas, prosedur dalam teknik aseptis dikelompokkan kedalam:
sterilisasi lingkungan kerja, sterilisasi alat-alat tanam dan media, dan sterilisasi
bahan tanam.

IV. Media Tanam

A. Komponen-komponen Media

K omposisi media tanam kultur jaringan terdiri dari sejumlah unsur yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang umumnya tedapat di
tanah. Komponen media kultur jaringan dapat dikelompokkan kedalam berikut
ini.
1. Unsur makro, terdiri dari unsur-unsur: nitrogen (N), fosfor (P), kalium
(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S)
2. Unsur mikro, terdiri dari: boron (B), cobalt (Co), tembaga (Cu), Iodium
(I), besi(Fe), mangan (Mn), molybdenum (Mo), dan seng (Zn)
3. Vitamin (vitamin B1) dan Myo-inositol, pada beberapa formula media
terkenal juga menambahkan niasin dan piridoksin (B6)
4. Gula, sebagai sumber energi
5. Zat pengatur tumbuh, untuk merangsang dan mengontrol pertumbuhan
6. Agar, sebagai pemadat media
7. Arang aktif, sebagai penyerap senyawa racun
Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 10 dari 20

8. Air, sebagai pelarut

B. Formula Media dan Larutan Stok

T
penemunya, antara lain:
erdapat banyak formula media tanam kultur jaringan
yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

1. Murashige dan Skoog (MS), memiliki kisaran pemakaian yang paling luas
2. Gamborg atau B-5, cocok untuk kultur suspensi sel kedele dan legum
3. Vacin Went (VW), digunakan untuk media anggrek
4. Nitsch dan Nitsch, digunakan untuk kultur tepung sari dan kultur sel
5. Schenk dan Hildebrandt (SH) digunakan untuk media tanam dikotil
6. Woody plant Plant Medium (WPM) untuk media tanaman berkayu

Tabel 2. Komposisi bahan pada formula Murashige dan Skoog (1962)


Bahan Kelompok Konsentrasi (mg/l)
1. KNO3 unsur makro 1900
2. NH4NO3 unsur makro 1650
3. CaCl2.2H2O unsur makro 332,2
4. MgSO4.7H2O unsur makro 370
5. KH2PO4 unsur makro 170

6. MnSO4 unsur mikro 16,9


7. ZnSO4.7H2O unsur mikro 8,6
8. H3BO3 unsur mikro 6,2
9. KI unsur mikro 0,83
10. CuSO4.5H2O unsur mikro 0,025
11. Na2MoO4.2H2O unsur mikro 0,250
12. CoCl2.6H2O unsur mikro 0,025
13. FeSO4.7H2O unsur mikro 27,8
14. Na2EDTA unsur mikro 37,3
15. Mio-inositol Zat Organik 100
16. Glisin Zat Organik 2
17. Asam nikotin Zat Organik 0,5
18. Piridoksin HCl Zat Organik 0,5
19. Thiamin HCl Zat Organik 0,1

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 11 dari 20

L arutan stok dibuat untuk menghindarkan penimbangan bahan-bahan


yang sangat ringan dan berulang-ulang pada saat membuat media.

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

Larutan stok adalah larutan yang dibuat pekat dengan konsentrasi berkisar 10,
20, 100, bahkan 1000 kali konsentrasi media tergantung bahannya. Pada saat
pembuatan media kita tinggal mengencerkan larutan-larutan stok menggunakan
rumus pengenceran:

Vstok x Cstok = Vmedia x Cmedia

dimana: Vstok = Volume larutan stok (ml)

Cstok = Konsentrasi larutan stok (... x Cm)


Vmedia = Volume larutan media (ml, liter),

Cmedia = Konsentrasi media (mg/l, ppm, M)

P emberian zat pengatur tumbuh tergantung pada tujuan kita, misalnya


untuk menumbuhkan kalus saja, menumbuhkan
menumbuhkan tunas dan akar sekaligus. Terdapat beberapa macam/golongan
tunas dahulu,

zat pengatur tumbuh, namun yang paling lazim digunakan untuk petumbuhan
dan perkembangan kultur in vitro adalah golongan sitokinin dan auksin. Secara
umum, sitokinin mendorong penumbuhan tunas dan auksin mendorong
pembentukan kalus dan perakaran. Zat pengatur tumbuh auksin dan stokinin
dapat diberikan bersama-sama atau auksin saja ataupun sitokinin saja, hal ini
sesuai dengan tujuan kita. Konsentarsi zat pengatur tumbuh berkisar antara 0,5
– 10 mg/l. Kegiatan pembuatan media meliputi: memilih formula, membuat larutan
stok, mencampur komponen media, mengatur pH, memasak media, membagi media, dan
mensterilisasi media

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 12 dari 20

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 13 dari 20

V. Konsep dan Metoda Kultur jaringan

A. Teori Totipotensi Sel

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

S chwann dan Schleiden (1838) membuat hipotesa bahwa setiap sel


tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis
yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika
kondisinya sesuai. Pembuktian terhadap hipotesa tersebut baru terjadi paa
1930-an setelah adanya penemuan hormon tumbuh auksin: IAA dan NAA.

B. Konsep Skoog dan Miller

S koog dan Miller (1057) menyatakan bahwa regenerasi tunas(pucuk) dan


akar dalam kondisi in vitro dikontrol secara hormonal oleh zat perangsang
tumbuh (ZPT) dari kelompok sitokinin dan auksin. Proses terbentuknya organ
seperti tunas atau akar disebut juga organogenesis yang dapat terjadi secara
langsung atau melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Perbandingan
konsentrasi sitokinin terhadap auksin yang tinggi mendorong pembentukan
tunas, sebaliknya jika perbandingannya kecil akan mendorong pembentukan
akar, dan jika perbandingannya seimbang akan membentuk kalus. Tunas yang
tumbuh dari suatu eksplan dibedakan atas: tunas aksilar (samping) dan tunas
adventif. Tunas aksilar tumbuh dari mata tunas aksilar (samping) yang sudah
ada pada eksplan, sedangkan tunas adventif tumbuh dari sel atau jaringan
eksplan yang sebelumnya tidak memiliki mata tunas atau dengan kata lain tunas
adventif merupakan sesuatu yang baru terbentuk ( de novo). Berdasarkan asal
pertumbuhan tunas tersebut, secara umum metoda propagasi dapat dibedakan
atas: propagasi melalui perbanyakan tunas aksilar (samping) dan melalui
perbanyakan tunas adventif. Contoh penggunaan metoda perbanyakan tunas
aksilar: kultur jaringan pisang cavendish, vanili, dan stoberi. Contoh
penggunaan metoda tunas adventif: kultur jaringan melinjo.

C. Sifat Kompeten, Dediferensiasi, dan Determinasi

S uatu sel dapat memberikan tanggapan/respons


lingkungan atau hormonal yang mengarah pada proses pembentukan
organ (organogenesis) dan embrio (embriogenesis). Sel yang demikian disebut
terhadap isyarat

memiliki siafat kompeten. Eksplan yang dikondisikan pada lingkungan yang

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

sesuai dan diberi ZPT yang sesuai pula akan menjadi kompeten untuk
membentuk organ atau embrio. Proses ini disebut juga induksi. Pada proses
induksi sel-sel eksplan mengalami proses-proses dediferensiasi (kebalikan
diferensiasi) yang diikuti oleh pembelahan sel dan pembentukan primordia organ
atau embrio. Dediferensiasi adalah berubahnya sel-sel eksplan yang sudah
terspesialisasi menjadi tidak terspesialissi dan kembali ke kondisi meristematik.
Setelah mengalami induksi, kumpulan sel atau jaringan akan mengalami
determinasi jika sel-sel atau jaringan tersebut terus berkembang menjadi organ
atau embrio, walaupun diletakkan di lingkungan baru yang bebas dari isyarat
penyebab organogeneisi atau embriogenesis. Proses ini juga disebut
perkembangan (development).

D. Metoda Propagasi Tanaman secara Kultur Jaringan

1. Tahap 0, memilih dan menyiapkan tanaman induk atau sumber eksplan


Pengelolaan tanaman induk dilakukan dalam lungkunagn yang tekendali,
dalam hal ini di dalam rumah kasa. Tanaman induk dapat diperoleh dari
tanaman induk yang ada di lapangan melalui cara pencangkokan dan
lain-lain. Tanaman induk ini dipilih dari jenis yang sudah diketahui asal-
usulnya, memiliki sifat unggul, tumbuh subur, kekar, dan sehat.
Pengelolaan tanaman induk bertujuan untuk mendapatkan tanaman induk
yang mempunyai asal-usul yang jelas, mendapatkan umur fisiologis dan
jenis eksplan (bahan tanaman untuk dikulturkan) yang sesuai,
mengurangi tingkat kontaminasi, dan mengupayakan lingkungan tumbuh

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 14 dari 20

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 15 dari 20

yang tepat. Kegiatan perawatan tanaman induk di dalam rumah kasa


meliputi: penyiraman, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama
dan penyakit, memberi perlakuan zat pengatur pertumbuhan, dan
pengaturan suhu dan intensitas sinar matahari.

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

2. Tahap 1, inisiasi kultur


Bagian dari tanaman yang diguakan untuk inisiasi suatu kultur disebut
eksplan. Bahan eksplan dapat berupa: tunas pucuk, tunas lateral,
potongan aun, batang, embrio, meristem, bagian bunga, polen, dan lain-
lain. Pengambilan eksplan sangat ditentukan oleh: bagian tanaman yang
akan digunakan untuk eksplan (pucuk, baang, daun, dan lain-lain); umur
tanaman induk, dan ukuran eksplan. Eksplan yang ditanam pada media
yang tepat, dapat beregenerasi melalui proses yang disebut
organogenesis atau embriogenesis. Organogenesis artinya proses
terbentuknya organ-organ seperti: pucuk dan akar. Pucuk/tunas yang
terbentuk tidak pada tempatnya (bukan jaringan asli) disebut tunas
adventif. Contoh tunas adventif adalah tunas yang terbentuk dari kalus,
tunas yang terbentuk pada hipokotil, serta tunas yang terbentuk pada
lotiledon atau akar. Sedangkan embriogenesis adalah proses
terbentuknya embrio somatik. Embrio somatik adalah embrio yang bukan
berasal dari zigot. Bila embrio terbentuk alngsung dari kultur anther atau
mikrospora, prosesnya disebut androgenesis.

3. Tahap 2, multipliasi atau perbanyakan propagul


Pada tahap ini dilakukan upaya perbanyakan propagul yaitu bahan untuk
perbanyakan kultur. Propagul yang dihasilkan dlam jumlah berlipat
disubkulturkan terus secara berulang-ulang sampai mencapai jumlah
yang dikehnedaki. Sub kultur yang terlalu banyak dapat menurunkan
mutu tunas. Perbanyakan dengan tunas adventif umumnya lebih cepat
meningkatkan jmlah propagul dibandingkan dengan tuna lateral, tetapi
frekuensi terjadinya tanaman yang off type lebih tinggi.

4. Tahap 3, pemanjangan tunas dan induksi perakaran


Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi dipindahkan
baiksecara individu maupun secara berkelompok pada media yang tanpa
atau mengandung sitokinin sangat rendah untuk memanjangkan tunas.
Pengakaran tunas dapat dilakukan secara in vitro dan ex vitro. Untuk

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

skala komersial, pengakaran ex vitro dapat menghemat biaya dan tenaga


disamping morfologi akar yang terbentukpun lebih baik.

5. Tahap 4, aklimatisasi planlet ke lingkungan eksternal


Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan secara kultur
jaringan yang semula kondisinya terkendali (di dalam kbotol kultur)
menjadi kondisi yang tidak tekendali di lingkungan lapangan, disamping
itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof
kr tanaman ototrof. Aklimatisasi dilakukan sebelum planlet ditanam di
lapangan dengan tujuan untuk mengkondisikan tanaman agar tidak
terjadi stress pada waktu ditanam di lapangan. Sebelum dilakukan
aklimatisasi planlet dalam botol diberi perlakukan pra-aklimatisasi
misalnya dengan mendinginkan bagian bawah botol agar kelembaban
berkurang, dapat juga dengan membuka botol selama beberapa hari
sebelum planlet dikeluarkan dari dalam botol kultur. Masa aklimatisasi
merupakan masa yang kritis karena planlet menunjukkan beberapa sifat
yang kurang menguntungkan apabila hidup di lingkungan lapangan
seperti:

a. Lapisan lilin tidak berkembang dengan baik


b. Sel-sel palisade daun hanya terbentuk dalam jumlah sedikit
c. Jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang
Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:
Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 16 dari 20

d. Stomata seringkali tidak berfungsi, yaitu tidak mau menutup pada


penguapan tinggi

Hal di atas menyebabkan planlet sangat peka terhadap transpirasi,


serangan mikroba, tanah, dan cahaya yang memiliki intensitas tinggi.

Planlet dikeluarkan dari botol harus dengan hati-hati agar planlet tidak
rusak. Kerusakan planlet akan menyebabkan adanya gangguan
pertumbuhandan tanaamn mudah diserang oleh patogen-patogen rebah
kecambah (damping-off). Planlet harus dicuci menggunakan air bersih

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

sampai tidak ada sisa agar yang tetinggal yang dapat ditumbuhi
mikroorganisme. Sebelum ditanam planlet sebaiknya disleksi dahulu
berdasarkan kelengkapan organ , warna, kekekaran pertumbuhan, dan
ukuran. Planket yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai
pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus
pandang dan pertumbuhannya kekar. Perakaran planlet diperiksa apakah
sudah terbentuk bulu-bulu akar atau belum, demikian pula tentang
kemantapan warna dan kekokokhan pertumbuhan.

Planlet dikelompokkan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit


yang seragam. Pengelompokkan berguna untuk memudahkan dan
mengoptimalkan pemeliharaan. Bibit yang tidak seragamakan
menyebabkan tanaman yang berukuran lebih kecil kalah bersaing dalam
mengambil unsur hara, air , dan cahaya.

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 17 dari 20

Media tanam sebaiknya disterilisasi terlebih dulu minimal selama 4 jam


sehingga serangga, mikroba, serta biji-bijian gulma mati. Media tanam
untuk aklimatsasi dapat berupa: arang sekam, pecahan arang, potongan-
potongan pakis, kompos yang dicampur dengan tanah ayakan, dan lain-
lain tergantung pada komoditas yang akan ditanam. Planlet anggrek
cocok ditanam pada potongan-potongan pakis dan biasa dicampur
dengan pecahan arang kayu. Planlet calla lily cocok ditanam pada media
arabg sekam, sedangkan planlet pisang cocok ditanam pada media
kompos dicampur dengan tanah ayakan.

Pada awal proses aklimatisasi planlet tidak boleh langsung kena sinar
matahari, tapi harus diletakkan pada tempat teduh dengan intensitas
cahaya 50-50%. Apabila setelah 5-7 hari planlet masih dalam keadaan
segar maka intensitas cahayanya dapat ditingkatkan hingga 70%. Planlet
yang baru ditanam diberi sungkup agar lingkungannya memiliki
kelembaban yang cukup tinggi dan tidak jauh beda dengan kelembaban

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

dalam botol kultur. Disamping berfungsi untuk melindungi planlet dari


curahan air hujan dan terik amtahari secara langsung. Sungkup dibuka
secara bertahap hingga planlet mampu hidup pada lingkungan lapang
tanpa mengalami stress.

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 18 dari 20

LEMBAR LATIHAN/EVALUASI

Kerjakanlah soal-soal latihan di bawah ini

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

1. Apakah yang dimaksud dengan kultur jaringan dan sebutkan beberapa


macam kultur jaringan yang Anda ketahui!
2. Sebutkanlah sedikitnya 10 jenis alat yang digunakan pada kultur jaringan
dan kegunaannya!
3. Apakah yang dimaksud dengan teknik aseptik?
4. Dari sekian fakor yang dapat menyebabkan kontaminasi manakah menurut
Anda yang paling susah diatasi dan mengapa?
5. Berapakah berat CuSO4.5H2O yang harus ditimbang untuk membuat
larutan stok CuSO4.5H2O 100 ml yang berkonsentrasi 2,5 mg/l
(konsentrasi CuSO4.5H2O dalam media = 0,025 mg/l)?
6. Apakah yang dimaksud dengan sifat kompeten, diferensiasi, dan
determinasi?
7. Jelaskanlah faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangan eksplan!
8. Apakah yang dimaksud dengan organogenesis, embriogenesis, dan
androgenesis?
9. Apakah perbedaan antara tanaman in vitro dan ex vitro?
10. Uraikanlah secara ringkas prinsip-prinsip aklimatisasi planlet

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman:19 dari 20

DAFTAR PUSTAKA

George E F. and h P.D. Sherington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture.


Handbook and Directory of Comercial Laboratories. Eversley, England.

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)


Pengantar Kultur Jaringan

Livy W.G. 1995. Teknik Kultur In Vitro dalam Hortikultura. Jakarta. Penebar
Swadaya

Trigiano RN dan Denis J Gray. 1996. Plant Tissue Culture Concepts and
Laboratory Excercises. CRC Press, Inc., 2000 Coorporae Blvd., Boca

Raton, Florida. United States of America

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman secara efisien.


Agromedia Pustaka

Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:


Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 20 dari 20

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kejuruan Pertanianf (Kultur Jaringan)

Anda mungkin juga menyukai