Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN - 1

DASAR-DASAR
PERPAJAKAN

UNIVERSITAS WANITA INTERNASIONAL


Jl. Pasir Kaliki No.179a
Pamoyanan, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat 40173
IDENTITAS MATAKULIAH

1. Mata Kuliah : Praktikum Perpajakan


2. Kode MK : AB372067P
3. Jumlah SKS : 2 SKS (100 Menit)
4. Semester : 8 (Genap)
5. Program Studi : Administrasi Bisnis
6. Fakultas : Ilmu Sosial dan Bisnis
7. Dosen Pengampu : Nurjamilah, S.A.B., M.A.B.
8. Minggu ke- : 1 ( Satu )

MATERI/BAHASAN POKOK : Dasar-dasar perpajakan


1) Pendahuluan
2) Fungsi pajak
3) Teori pajak
4) Kedudukan hukum pajak
5) Tarif pajak

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa/i mampu memahami Dasar-dasar perpajakan


MATA KULIAH

KRITERIA DAN BENTUK : Kriteria Penilaian :


PENILAIAN 1) Penilaian Sikap
2) Penilaian Hasil Belajar
Bentuk Penilaian:
1) Diskusi : Keaktifan
2) Tugas

INDIKATOR PENILAIAN : 1) Mampu memahami Dasar-dasar perpajakan


2) Kehadiran dalam proses pembelajaran Dasar-dasar
perpajakan
3) Keaktifan dalam diskusi Dasar-dasar perpajakan

METODE PEMBELAJARAN : Metode Ceramah dan Disukusi melalui Daring


(Akun E-learning IWU dan Zoom)
DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DEFINISI DAN UNSUR PAJAK


Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undnag-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian pajak tersbut, dapat dilihat bahwa pajak memiliki 4 unsur
1. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak adalah negara dan berupa uang bukan berupa barang.
2. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam
pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.

FUNGSI PAJAK
Ada dua fungsi pajak, yaitu
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebgai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi
Contoh:
- Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi
minuman keras
- Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup
konsumtif
- Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasaran
dunia.

SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Syarat keadilan
Pemungutan pajak harus adil
2. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undnag
3. Syarat Ekonomis
Tidak mengganggu perekonomian. Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran produksi.
4. Syarat Finansiil
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah
dari hasil pemungutannya
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudhakan masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajaknnya.
TEOR I-TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN PAJAK
Atas dasar apakah negara mempunyai hak untuk memungut pajak:
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya.

2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan)
masing-masing orang. Semaki besar kepentingan seseorang terhadap Negara, semakin tinggi
pajak yang harus di bayar

3. Teori Daya Pikul


Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang.
Digunakan dua pendekatan:
1. Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang
2. Unsur Subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

Contoh:
Tuan A Tuan B
Penghasilan/bulan Rp. 2juta Rp. 2 Juta
Status Menikah bujangan
3 Anak

Secara objektif PPh untuk tuan A sama besarnya dengan tuan B, karena mempunyai
penghasilan yang sama besarnya.
Secara Subjektif PPh untuk tuan A lebih kecil daripada tuan B, karena kebutuhan material
yang harus dipenuhi tuan A lebih besar

4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai
warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli.


Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti
menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga Negara. Selanjutnya
Negara akan menyalurkan kembali ke masyrakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK


Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Hukum pajak menganut paham imperatif, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda,
misalnya dalam pengajuan keberatan, banding sebelum ada keputusan dari DIRJEN PAJAK bahwa
keberatan tsb diterima, maka wajib pajak yang mengajukan keberatan terlebih dahulu membayar pajak
sesuai yang telah ditetapkan. Berbeda dengan hukum pidana yang menganut paham oportunitas,
yakni pelaksanaannya dapat ditunda setelah ada keputusan lain
HUKUM PAJAK
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dan rakyat sebgai
Wajib Pajak. Ada dua macam hukum pajak yakni:
1. Hukum Pajak Materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaam, perbuatan, peristiwa hukum
yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar
pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan
hubungan antara pemerintah dan Wajib Pajak.
Contoh; undang undang PPh

2. Hukum Pajak Formil


Memuat bentuk/tatacara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan (cara
melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat antara lain:
a. Tatacara penyelenggaraan (prosedur) penetapan utang pajak.
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai
keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak, misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, mengajukan
keberatan/banding.

PENGELOMPOKAN PAJAK

1. Menurut Golongannya
Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Penghasilan.
Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif:
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah.

3. Menurut lembaga pemungutnya


a. Pajak Pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
- Pajak Propinsi
- Pajak Kabupaten/kota
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
1. Stelsel Pajak.
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel:
a. Stelsel Nyata (Riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata) sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak yakni setelah penghasilan
yang sesungguhnya diketahui.
Kelebihannya: pajak yang dikenakan lebih realistis
Kelemahannya: pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode.

b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)


Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga
pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun
pajak berjalan.
Kelebihan: pajak dapat dibayar selama tahun berjalan.
Kelemahannya: pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Caranya: Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan,
maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil dapat diminta kembali.

2. Asas Pemungutan Pajak


a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam negeri

b. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas kebangsaan
Pemungutan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

3. Sistem Pemungutan Pajak


a. Official Assessment System
Adalah suatu pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
2. Wajib pajak bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. Self Assesment System
Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang

Ciri-cirinya:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib pajak sendiri.
2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System


Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan Wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-Cirinya:
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain
fiskus dan Wajib Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Andi, Yogyakarta


2. Muljono Djoko dan Wicaksono B., 2009, Akuntansi Pajak Lanjutan, Andi, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai