Anda di halaman 1dari 36

Teori dan Hukum Pajak

PENGERTIAN PAJAK

• Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-


undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
• Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya”
digunakan untuk “public saving” yang merupakan sumber utama
untuk membiayai “public investment”.
UNSUR-UNSUR PAJAK
1. Iuran dari rakyat kepada negara
2. Berdasarkan undang-undang
3. Tanpa jasa timbal yang secara langsung dapat ditunjuk
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
Fungsi Pajak 4

• Fungsi anggaran (budgetair)


• Fungsi mengatur (regulerend)
• Fungsi stabilitas
• Fungsi redistribusi pendapatan
Fungsi anggaran (budgetair) 5

• Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk


membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
• Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai,
belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Fungsi mengatur (regulerend) 6

• Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui


kebijaksanaan pajak.
• Contohnya:
• Dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
• Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
• Untuk mengurangi kesenjangan sosial dikenakan pajak Tinggi pada barang
mewah.
Fungsi stabilitas 7

• Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk


menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan.
• Misalnya:
• Membeli berasi petani
• Operasi pasar sembako
Fungsi redistribusi pendapatan 8

• Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk


membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Hukum Pajak
Literatur Hukum Pajak

• Pengantar Hukum Pajak, Y. Sri Pudyatmoko, SH.,M.Hum,


penerbit ANDI Yogyakarta.
• Pengadilan dan penyelesaian sengketa di Bidang Pajak, Y. Sri
Pudyatmoko, SH.,M.Hum, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
• Dasar-dasar hukum pajak dan Pendapatan, Rahmad Soemitro,
Eresco Bandung.
• Pengantar Hukum Pajak, Tunggul Ansharri Setia Negara,
SH.,M.Hum
• Dll
Asas dan Dasar Pajak

• Asas adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
berfikir (KBBI).
• Menurut Sudikno Mertokusumo, Asas Hukum atau prinsif hukum bukan
merupakan peraturan hukum konkrit, melainkan pikiran dasar yang
bersifat umum.
Asas perpajakan meliputi:

1. Asas Pembenaran Pemungutan


Pajak oleh Negara ( Rechtsfilosofis)
2. Asas Pengenaan Pajak.
3. Asas Pemungutan Pajak.
4. Asas Pembagian beban Pajak.
5. Asas dalam Pembuatan UU Pajak.
Asas Pembenaran Pemungutan Pajak oleh Negara
( Rechtsfilosofis)

• Asas ini mencari dasar pembenar terhadap pengenaan


pajak oleh negara, atau Asas ini untuk menjawab
pertanyaan mengapa negara mengenakan pajak terhadap
rakyat?.
• Atau atas dasar apa negara mempunyai wewenang
memungut pajak dari rakyat.
• untuk menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa teori yang
mendukungnya, Antara lain:
1. Teori Asuransi.
2. Teori Kepentingan.
3. teori Kewajiban Pajak mutlak.
4. Teori toeri daya beli.
5. Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila.
1. Teori Asuransi

• Teori Asuransi; menurut teori ini, pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi yang
harus dibayar oleh setiap orang karena orang-orang mendapat perlindungan hak-
haknya dari pemerintah.
• Dalam hal ini pemerintah sebagai penanggung dan rakyat sebagai tertanggung. Dalam
perjanjian asuransi hubungan antara prestasi dan kontra prestasi itu terjadi secara
langsung, artinya pihak tertanggung berkewajiban membayar sejumlah premi,
sedangkan penangung berkewajiban memberikan ganti kerugian bila tertanggung
meninggal atau mengalami musibah.
• Dalam pajak tidak mengenal hal yang demikian, dimana pemerintah selaku penarik
pajak tidak memberikan kontraprestasi langsung yang dapat ditunjuk.
• Oleh karena itu teori ini terdapat kelemahan, sehingga ditinggalkan.
2. Teori Kepentingan

• Teori ini menyatakan bahwa Negara mengenakan pajak kepada warga negara
karena negara telah melindungi kepentingan rakyat.
• Teori ini mengukur besarnya pajak sesuai dengan besarnya kepentingan wajib
pajak yang dilindungi, semakin besar kepentingan wajib pajak yang dilindungi
maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar.
• Jadi teori ini menunjukkan bahwa dasar pembenaran mengapa negara
mengenakan pajak karena negara telah berjasa kepada rakyat selaku wajib
pajak, dimana pembayaran pajak sesuai dengan besarnya jasa yang diberikan
negara kepadanya.
3. Teori Kewajiban Pajak Mutlak(Teori Bhakti)

• Teori ini didasarkan pada Orgaan Theory dari Otto van Gierke, yang
menyatakan bahwa negara itu merupakan satu kesatuan yang di dalamnya
setiap warga negara terikat.
• Tanpa adanya organ (Negara) individu tidak mungkin dapat hidup secara baik,
oleh karena negara telah memberikan kehidupan (negara telah berjasa),
maka negara dapat membebani setiap warga negara dengan kewajiban-
kewajiban seperti membayar pajak, wajib militer dsb.
• Dengan demikian negara dibenarkan membebani warga negara, sementara
warga negara membayar pajak merupakan suatu yang menunjukkan adanya
bakti kepada negara.
4. Teori Daya Beli

• Menurut teori ini pajak diibaratkan senagai pompa yang menyedot daya beli
seseorang/anggota masyarakat, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat
tanpa dikurangi.
• Jadi sebenarnya uang yang berasal dari rakyat dikembalikan kepada rakyat melalui
saluran lain. Oleh karena itu penarikan pajak dapat dibenarkan.
• Logika berfikir teori ini adalah bahwa pajak digunakan untuk kepentingan umum,
maka baik mereka yang membayar pajak maupun tidak akan dapat manfaat dari
padanya.
5. Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
• Pancasila sbg idiologi negara, mengandung nilai
kekeluargaan dan gotong royong, yang digali dari nilai-
nilai luhur bangsa.
• dalam hakekat pajak tidak lain adalah suatu
pengorbanan dari wajib pajak untuk kepentingan
bersama tanpa mendapatkan imbalan.
• Jadi pemungutan pajak pada hakekatnya sesuai dengan
nilai-nilai pancasila.
2. ASAS PEMBAGIAN BEBAN PAJAK

• Asas pembebanan pajak ini untuk menjawab pertanyaan Bagaimana


beban pajak itu dikenakan kepada masyarakat secara adil. Dalam hal
ini berkaitan dengan pancantuman besaran pajak.
• Terhadap permasalahan tersebut ada dua teori yang mendukungnya
yaitu: teori daya pikul dan teori kemanfaatan/kenikmatan.
1. Teori daya pikul

Menurut teori ini setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan daya pikul
masing-masing wajib pajak.
Daya pikul menurut Prof de Lengen adalah kekuatan seseorang untuk memikul
suatu beban atas apa yang tersisa, setelah seluruh penghasilan dikurangi
dengan pengeluaran yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri dan
keluarga.
Jadi yang dijadikan dasar untuk melihat keadilan beban pajak adalah
kemampuan membayar (ability to pay). Makin besar kemampuan seseorang,
maka semakin besar pajak yang harus di bayar.
2. Teori Kemanfaatan/kenikmatan

• Menurut teori ini pengenaan beban pajak seimbang dengan benefit


(keuntungann/kemanfaatan) yang diperoleh wajib pajak dari jasa-jasa
publik yang diberikan oleh negara.
• pengenaan beban pajak dikatakan adil apabila seseorang yang memperoleh
kenikmatan lebih besar dari jasa-jasa publik yang dihasilkan oleh
pemerintah dikenakan proporsi beban pajak yang lebih besar.
• Jadi pendekatan teori ini adalah melihat dari keuntungan yang diperoleh si
wajib pajak itu sendiri.
• Contoh PBB, pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
(membangun jalan, jembatan, pasar dll) disekitar tanah/rumah wajib
pajak, akan menaikan nilai jual objek pajak, maka dengan sendirinya PBB
nya akan meningkat sesuai dengan NJOPnya.
SYARAT-SYARAT
PEMUNGUTAN PAJAK

Syarat keadilan
Syarat yuridis
Syarat ekonomis
Syarat finansial
Sistem pemungutan harus sederhana
PENGELOMPOKAN PAJAK

1. Menurut golongannya:
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh PPh.
b. Pajak Tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain, contoh PPn
2. Menurut Sifatnya:
a. Pajak Subyektif, adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya, yaitu dengan memperhatikan keadaan
diri wajib pajak
b.Pajak obyektif, adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib
pajak
3. Menurut lembaga yang memungutnya:
a.Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pempus dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara,
contoh PPh, PPn, PPn-BM, PBB, Bea materai
b.Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah contoh PKB, BBNKB, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan dll
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu


lainnya
2. Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Rinciannya:
a. Hukum tata negara
b. hukum tata usaha negara (hk admtif)
c. hukum pajak
d. hukum pidana
Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan
rakyat sebagai Wajib Pajak.
• Hukum pajak materiil, memuat norma2 yang menerangkan al keadaan, perbuatan, peristiwa
hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yg dikebakan pajak (subjek pajak), berapa besar
tarif, timbul dan nhapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan WP.
Contoh: UU PPh
• Hukum Pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat:
a. tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak
b. hak-hak fiskus
c. kewajiban WP
Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

 Kewajiban
 Hak
• Mendaftar
• Potong/pungut – Mencabut pendaftaran
• Setor
– Menunda penyampaian SPT
• Lapor
• Pembukuan – Membetulkan SPT

– Menunda penyetoran

– Pengajuan keberatan dan banding

27
STELSEL PAJAK

1) Stelsel nyata – pengenaan pajak berdasarkan penghasilan yang sebenarnya diterima


sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu
setelah penghasilan sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel anggapan – pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang-undang. Misalnya: penghasilan suatu tahun dianggap sama dengantahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun sudah dapat ditentukan besarnya pajak
terutang untuk tahun berjalan
3) Stelsel campuran – awal tahun dihitung berdasar anggapan , akhir tahun
disesuaikan dengan penghasilan sesungguhnya diterima. Apabila kurang, WP harus
menambah atau apabila lebih dikembalikan.
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

1. ASAS DOMISILI—negara berhak mengenakan pajak atas seluruh


penghasilan WP yang bertempat tinggal dlm wilayahnya, baik yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlakubagi WP
dalam negeri.
2. ASAS SUMBER —negara berhak mengenakan pajak terhadap
penghasilan yang bersumber dari wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal WP.
3. ASAS KEBANGSAAN– pengenaan pajak didasarkan pada
kebangsaan atau kewarganegaraan seseorang.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem pemungutan yang


memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh WP
2. SELF ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada WP untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang.
3. WITH HOLDING SYSTEM – adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan bukan WP) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP.
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak

Ada dua ajaran timbulnya utang pajak:


1. Ajaran formil, utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat
Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official
Assessment System
2. Ajaran materil, utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang.
Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan atau perbuatan. Ajaran
ini diterapkan pada self assessment system
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal:
3. Pembayaran
4. Kompensasi
5. Kadaluwarsa
6. Pembebasan dan penghapusan
HAMBATAN-HAMBATAN PEMUNGUTAN
PAJAK

1. PERLAWANAN FASIF --- sistem pemungutan pajak yang sulit dipahami masyarakat, krisis
ekonomi.
2. PERLAWANAN AKTIF --- WP sengaja menghindari pajak.
a.Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar UU
b.Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar UU
JENIS TARIF PAJAK

Tarif Proporsional, tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang sebanding dengan
besarnya nilai yang dikenai pajak
Tarif Tetap, tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap
Tarif Progresif, persentase yang digunakan semakin besar sesuai dengan jumlah
yang dikenai pajak
Tarif Degresif, persentase tarif yang digunakan semakin kecil sesuai dengan
bertambahnya jumlah yang dikenai pajak
PAJAK PENGHASILAN UMUM
Dasar Hukum: UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
terakhir diubah oleh UU No. 36 tahun 2008

Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pajak atas penghasilan


(laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun badan
SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK
PENGHASILAN
1. a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
2. Badan
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
OBJEK PPh

Objek PPH adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau menambah kekayaan WP ybs, dengan nama dan bentuk

apapun

Anda mungkin juga menyukai