Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini kita sering mendengar istilah pembangunan nasional baik dalam mata
kuliah atau media. Kita juga mengetahui bahwa pembangunan tersebut pastilah memerlukan
dana yang tidak sedikit. Dalam bab ini kita akan mempelajari salah satu sumber pemasukan
negara bagi pembangunan, yakni pajak. Secara umum persepsi kita mengenai pajak adalah
wujud dari seorang warga negara untuk memberikan kontribusi dalam membangun negara
dengan mendapat imbalan tidak langsung.

Dalam bab ini kita akan mempelajari sebagian hal yang berkaitan dengan pajak,
mulai dari pengertian, jenis,fungsi,asas, serta besaran tarif penarikan. Semua ini akan kita
pelajari sebagai pengantar dalam mata kuliah ini , karena matri yang lebih lanjut akan
dipelajari dalam bab-bab selanjutnya.

B. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai “PENGERTIAN


DASAR PERPAJAKAN” ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan pembaca
tentang masalah Perpajakan. Selain itu supaya ada kesadaran pada diri kami dan pembaca
untuk tertib membayar pajak.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian pajak ?


2. Bagaimana peran serta fungsi pajak dalam pembangunan ?
3. Perbedaan antara pajak, retribusi, dan sumbangan ?
4. Apa saja asas-asas pajak itu ?
5. Bagaimana pajak dalam pancasila ?
6. Apakah stelsel pemungutan pajak itu ?
7. Apa falsafah, dasar hukum dalam pemungutan pajak ?
8. Apa saja jenis pajak itu ?
9. Bagaimana penetapantarif pajak ?
10. Bagaimana UU perpajakan itu ?
11. Apa pengertian dari hukum pajak internasional itu ?

ii
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN DASAR PERPAJAKAN

A. PENGERTIAN PAJAK

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani :

Pajak adalah iuran kepada Negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan – peraturan,dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan
tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H :

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment.

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung.

B. PERANAN DAN FUNGSI PAJAK

1. Peranan Pajak dalam Pembangunan

Pajak sangat erat hubungannya dalam pembangunan nasional baik disektor public
maupun disektor swasta. Dengan uang pajak, pemerintah dapat melaksanakan pembangunan,
memperlancar roda pemerintahan, menyiapkan lapngan pekerjaan serta meningkatkan
kehidupan ekonomi masyarakat.

2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Budgetair : pajak merupakan suatu alat untuk memasukan uang sebanyak –
banyaknya ke kas Negara yang pada waktunya nanti akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran Negara.
b. Fungsi Regulasi : pajak digunakan sebgai alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar
bidang keuangan.

ii
3. Pajak, Retribusi dan Sumbangan
a. Pajak
Ciri – ciri pajak :
1) Pajak dipungut oleh Negara
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi
individual dari pemerintah
3) Digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
4) Dipungut disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu pada seseorang.
b. Retribusi
Menurut Undang–Undang No. 34 Tahun 2000, retribusi dibagi atas 3 golongan yaitu:
1) Retribusi Jasa Umum,terdiri dari :
a) Retribusi pelayanan kesehatan
b) Retribusi pelayanan kebersihan
c) Retribusi pelayanan pasar
d) Retribusi pelyanan pemakaman
e) Retribusi pelayanan parker ditempat umum
2) Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari :
a) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b) Retribusi pasar grosir
c) Retribusi terminal
d) Retribusi tempat pelelangan
e) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga
3) Retribusi Perizinan Tertentu, terdiri dari :
a) Retribusi izin mendirikan bangunan
b) Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol
c) Retribusi izin gangguan
d) Retibusi izin trayek
c. Sumbangan
Adalah iuran untuk orang – orang atau badan tertentu yang pembayarnya tidak
dapat ditunjuk atau ditentukan besarnya.

C. ASAS–ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Asas pungutan pajak dibagi dalam :

Asas Falsafah Hukum

Teori – teori pembenaran pungutan pajak :

1. Teori Asuransi, teori ini mengtakan bahwa pajak iti diibaratkan sebagai premi yang
harus dibayar oleh setiap orang
2. Teori Kepentingan, teori ini mengatakan bahwa pembagian beban pajak harus
didasarkan atas masing – masing kepentingan orangdalam tugas pemerintah.

ii
3. Teori gaya pikul, teori ini mengatakan bahwa setiap orang wajib membayar pajak
sesuia daya pikul masing – masing.
4. Teori Bhakti, teori ini disebut juga “teori kewajiban pajak mutlak” mengatakan
bahwa pembayaran pajak merupakan tanda bhakti seseorang kepada Negara.
5. Teori Asas Gaya Beli, menurut teori ini pajak diibaratkan sebagai pompa yang
menyedot daya beli seseorang yang kemudian dikembalikan pada masyarakat melalui
saluran lain.
6. Pungutan Pajak Menurut Pancasila, menurut teori ini pungutan pajak dibenarkan.
Pembayaran pajak adalah pengorbanan setiap anggota keluarga untuk kepentingan
keluarga tanpa mendapat imbalan.

Asas yuridis

Menurut ini pungutan pajak harus didasarkan pada undang – undang. Landasan hukum
pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat (2)UUD 1945.

Asas Ekonomis

Asas ini menekankan pada pemikiran bahwa Negara menghendaki agar kehidupan ekonomi
terus meningkat.

Asas Finansial

Sesuai dengan fungsi budgetair maka sudah barang tentu bahwa biaya pengenaan pajak harus
sekecil – kecilnya,dibandingkan dengan pendapatan.

D. STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK

Terdiri dari:

1. Stelsel Nyata (Rill Stelsel)

Ini mendasarkan pengenaan pajak pada penghasilan yang benar – benar diperoleh
dalam setiap tahun pajak. Kelebihan system ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis.
Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru akan dikenakan pada akhir periode, yaitu setelah
riil diketahui.

2. Stelsel anggapan (Fictieve Stelsel)

Stelsel ini bekerja dengan suatu anggapan yang bermacam – macam tergantung dari
undang – undang yang mengaturnya. Kelebihannya adalah pajak dapat dibayar selama tahun
berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun, sedangkan kelemahannya adalah pajak
yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sebenarnya.

3. Stelsel Campuran

ii
Stelsel ini merupakan kombinasi kedua stelsel diatas. Pada awal tahun besarnya pajak
dihitung berdasarkan suatu anggapan,kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya.

E. FALSAFAH DAN DASAR HUKUM PEMUNGUTAN PAJAK

Terdiri dari :

1. Falsafah Pajak

Falsafah pajak sesuai dengan falsafah bangsa dan Negara itu ,karena falsafah bangsa
Indonesia adalah pancasila maka falsafah pajak di Indonesia tidak boleh bertentangan dari
pancasila dan berstandar pada pancasila.

2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak

Dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat (2) UUD1945 yaitu
“ Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan undang – undang “. Jadi, setiap pajak
yang dipungut pemerintah harus berdasarkan undang – undang dan undang – undang tersebut
harus disetujui DPR.

F. HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK

Sudah menjadi kewajiban masyarakat di bidang perpajakan, yaitu membayar pajak


dengan benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun dalam kenyataannya banyak
hambatan yang dihadapi, yaitu perlawanan terhadap pajak yang dibedakan menjadi dua,
yaitu:

1. Perlawanan Pasif

Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hanbatan yang mempersulit pemungutan pajak


yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi, perkembangan intelektual dan sistem
pemungutan pajak itu sendiri. Walaupun perlawanan pajak ini tidak secara nyata dari
masyarakat, namun akibatnya masyarakat tidak mau membayar pajak.

2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usahadan perbuatan yang secara langsung ditujukan
terhadap focus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Usaha tersebut dapat berupa
pengelakan atau penyelundupan pajak, pembuatan faktur pajak fiktif, memanipulasi data,
melalaikan pajak,dan sebagainya.

ii
G. PENGGOLONGAN ATAU PEMBEDAAN PAJAK

Para ahli mengadakan penggolongan pembedaan pajak menurut susut pandang


masing-masing, yang pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Pajak langsung dan pajak tidak langsung


a. Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan/
digeserkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib
pajakyang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan dan pajak bumi dan
bangunan.
b. Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan/
digeserkan kepada pihak lain. Contoh: pajak hotel dan restoran, PPN dan PPn-
PM, Bea materai, cukai, dsb.
2. Pajak objektif dan pajak subjektif
a. Pajak objektif
Pajak objektif adalah pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat
objek pajaknya saja, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:
pajak hotel dan restoran, PPN dan PPn-PM, Bea materai, cukai, pajak kendaraan
bermotor, pajak radio, dan pajak bumi dan bangunan.
b. Pajak subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan
diri wajib pajak. Contoh: pajak penghasilan.

Dalam pemungutan pajak atas pendapatan (penghasilan), dikenal adanya 3 asas, yaitu:
1) Asas tempat tinggal
Menurut asas ini, wajib pajak yang bertempat tinggal berhak mengenakan pajak
terhadap waajib pajak tersebut atas semua penghasilan darimana saja diperoleh.
2) Asas sumber
Menurut asas ini, Negara dimana sumber penghasilan itu berada, adalah yang
berhak memungut pajak dengan tidak memperhatikan diamana wajib pajak
tersebut berada.

3) Asas kebangsaan (nationaliteit)


Asas kebangsaan ini menghubungkan pengenaan pajak dengan kebangsaan dari
suatu Negara.
3. Pajak pusat dan pajak daerah
a. Pajak pusat
Pajak pusat atau pajak umum atau pajak Negara adalah pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat dan hasilnya digunakan untuk keperluan rumah tangga
Negara pada umumnya. Contoh: pajak penghasilan, PPN dan PPn-BM, Bea
materai, pajak Bumi dan Bangunan.

ii
Pajak pusat administrasinya dikelola oleh direktorat jendral pajakdengan
kantor-kantor operasional di daerah, yaitu (1) kantor pelayanan pajak, dan (2)
kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan.
b. Pajak daerah
Pajak daerah atau pajak local adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah (propinsi, kota madya, kabupaten), dan hasilnya digunakan untuk
membiayai keperluan ruamh tangga daerah pada umumnya.pajak daerah ditingkat
propinsi dikelola oleh dinas pendapatan daerah Tk. I, sedangkan ditingkat
kabupaten atau kota madya dikelola oleh dinas pendapatan daerah tingkat II.
Menurut UU. No. 18 tahun 1997, tentang “pajak daerah dan retribusi Daerah”,
sebagaimana telah diubah dengan UU no. 34 tahun 2000, jenis-jenis pajak daerah
adalah :
1) Pajak daerah tingkat I/ propinsi terdiri dari
 Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, tarifnya 5%
 Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, tarifnya
10%
 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, tarinya 5%
 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan,
tarifnya 20%
2) Pajak daerah tingkat II/ kabupaten atau kotamadya, terdiri dari:
 Pajak hotel, tarinya 10%
 Pajak restoran, tarifnya 10%
 Pajak hiburan, tarifnya 35%
 Pajak reklame, tarifnya 25%
 Pajak penerangan jalan, tarifnya 10%
 Pajak pengambilan bahan galian golongan C, tarifnya 10%
 Pajak parkir, tarifnya 20%

H. TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK


1. Dasar pengenaan pajak

Dasar pengenaan pajak (tax rate) atau objek pajak adalah keadaan, perbuatan, dan
peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak (taatsbestand).

2. Tarif pajak
a. Tarif pajak proporsional atau sepadan
Yaitu tariff pemungutan pajak dengan menggunakan presentase yang tetap
beberapapunjumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.
b. Tarif pajak degresif atau menurun
Yaitu tariff pemungutan pajak dengan menggunakan presentase yang semakin besarnya
jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.
Contoh:

ii
Jumalah yang kena pajak Persentase pemungutan Besarnya pajak terhutang
Rp. 10.000.000,00 10% Rp. 1.000.000,00

Rp. 30.000.000,00 9% Rp. 2.700.000,00

Rp. 50.000.000,00 8% Rp. 4.000.000,00

Rp. 70.000.000,00 7% Rp. 4.900.000,

c. Tarif pajak progresif/meningkat


Yaitu tarif pemungutan pajak yang menggunakan prosentase yang semakin naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Menurut pasal
17 UU no. 36 tahun 2008 tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi:
1) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan penghasilan kena pajak Tariff pajak


…………………………………………s/d Rp. 50.000.000,00 5%

Diatas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 250.000.000,00 15%

Diatas Rp. 250.000.000,00 s/d Rp. 500.000.000,00 25%

Diatas Rp. 500.000.000,00 30%

2) Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28%.
Baik tariff pajak degresif maupun tariff pajak progresif dapat dibedakan lagi menjadi
tiga macam, yaitu:
 Tarif pajak degresif
a) Degresif proporsional
b) Degresif prigresif
c) Degresif degresif
 Tarif Pajak depresif atau menutun
Yaitu tarif pemungutan pajak dengan menggunakan prosentase yang semakin
menurun dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan debagai dasar
pengenaan pajak.
 Tarif pajak progresif
a) Progresif proporsional
b) Progresif progresif
c) Progresif regresif
 Tarif pajak konstan atau tetap
Yaitu tarif pemungutan pajak dengan jumlah yang sama untuk setiap jumlah,
sehingga besarnya pajak terhutang tidak tergantung pada suatu jumlah (nilai
objek) yang dikenakan pajak.

ii
I. SYSTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Ada tiga sistem pemungutan pajak:

1. Office Assessment System


Adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak berada pada aparat pemungutan pajak.
Sistem ini sering disebut “sistem SKP” dan pada umumnya diterapkan pada
pengenaan pajak langsung.
2. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak berada pada wajib pajak tersebut.
3. With Holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak tidak berada pada aparat pemungutan pajak
maupun oleh wajib pajak, melainkan pihak ketiga yang ditunjuk oleh menteri
keuangan.

J. TIMBUL DAN HAPUSNYA HUTANG PAJAK


1. Timbulnya Hutang Pajak
Menurut ajaran formal, Hutang pajak timbul karena adanya Surat Ketetapan Pajak
(SKP). Sedangkan berdasarkan ajaran material, hutang pajak timbul karena undang-
undang.
2. Hapusnya Hutang Pajak
a. Pembayaran
Hutang pajak yang melekat pada wajib pajak akan hapus karena pembayaran
yang dilakukan ke kas negara atau tempat lain yang ditunjuk pemerintah
b. Kompensasi
Terjadi apabila wajib pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan
pembayaran tersebut dapat dikompensasi sebagai pajak terutang.
c. Daluwarsa
Artinya sebagai daluwarsa penagihan.
d. Pembebasan
Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya, tetapi karena ditiadakan.
e. Penghapusan
Penghapusan hutang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi
diberikannya karena keadaan keuangan wajib pajak.

K. REFORMASI DI BIDANG PERPAJAKAN


1. Latar Belakang

Yang mendasari adanya reformasi dalam undang-undang perpajakan ialah sudah tidak
sesuainya undang-undang yang ada dengan kepribadian bangsa Indonesia karena undang-
undang tersebut dibuat oleh colonial.

ii
2. Undang-undang Perpajakan Nasional

Reformasi ada sejak tahun 1983, yaitu dengan disahkannya 5 undang-undang pajak,
atau yang lebih dikenal dengan undang-undang perpajakan nasional. Kelima UU tesebut
adalah :

a. UU No. 6 tahun 1983, tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”
b. UU No. 7 tahun 1983, tentang “Pajak Penghasilan”
c. UU No. 8 tahun 1983, tantang “Pajak Pertambahan Nilai”
d. UU No. 12 tahun 1985, tentang “Pajak Bumi dan Bangunan”
e. UU No. 13 rahun 1985, tentang “Bea Materai”

3. Perbedaan antara UU Lama dengan UU Baru


a. Ciri dan corak perpajakan lama:
1) Tanggung jawab pemungutan terletak pada pemerintah
2) System administrasi tergantung pada aparat perpajakan
b. Ciri dan corak system perpajakan nasional:
 Merupakan wujud peran serta wapa dalam pembangunan nasional
 Tanggung jawab pelaksanaan pajak ada pada masyarakat sendiri
 Wp diberi kepercayaan dalam penetapan pajaknya sendiri
 Penyempurnaan uu perpajakan ini mengacu pada kebijakan pemerintah

4. Modernisasi dan reformasi Pelayanan Perpajakan

Modernisasi dilakukan dirjen pajak sejak 2002, srbagai langkah dalam penerapan
good governance. Sebagai implikasi maka dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak
Besar sebagai pilot project. Setelah itu dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Madya dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama.

L. HUKUM PAJAK INTERNASIONAL


1. Pengertian
a. Prof. Dr. Ottman Buhler, membedakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti sempit
adalah norma hokum perselisihan yang didasarkan pada hukum antar bangsa , sedang
dalam arti luas hokum antar bangsa ditambah obyek hokum perselisihan.
b. Dr. P. Verloren van Thermat, mendefinisikan hokum pajak internasional sebagai
keseluruhan norma ( kebiasaan dan traktat internasional) yang membatasi kedaulatan
suatu Negara dalam memungut pajak.

Di Negara Anglo Saxon pengertian hukum pajak internasional dibedakan atas:

1) Nasional External Tax Law


2) Foreign tax law
3) Internasional Tax Law

ii
2. Sumber-sumber hukum pajak internasional:
a. Hukum pajak nasional, yaitu peraturan pajak
b. Traktat, yaitu perjanjian pajak dengan negara lain
c. Putusan hakim

3. Tujuan Hukum Pajak Internasional

Adalah bertujuan untuk menghindari gejala pajak ganda.

Cara yang dapat dilakukan adalah :

a. Unilateral, dimana negara mengatur pencegahan pajak ganda dalam uu pajaknya.


Seperti:
1) Exemption, didasarkan pada pure territorial principle atau restricted territorial
principle
2) Tax credit, (direct tax credit, indirect tax credit, fiction tax credit)
b. Bilateral , dikenal dengan tax treaty
c. Multilateral, missal general agreement on tariffs and trade

4. Subyek Pajak dan Obyek Pajak dalam Pajak Internasional

Subyek dapat dibedakan menjadi 2 : Pajak Dalam Negeri dan Subyek Pajak Luar
Negeri. Jenis obyek pajak : obyek pajak dengan sumber di dalam negeri, dan dengan sumber
di luar negeri.

5. Pajak Ganda

Dapat dibedakan atas pajak ganda nasional dan internasional. Untuk menghindari
pajak ganda internasional maka dibuat perjanjian yang lazim disebut “tax treaty”. Tax treaty
tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

a. Menyebutkan jenis pajak tapi tidak mendefinisikannya, karena sering menimbulkan


salah tafsir.
b. Mencantumkan definisi pajak serta nama pajak-pajaknya
c. Menyebutkan nama pajak yang juga berlakui untuk pajak-pajak yang memiliki
kesamaan

Obyek pajak dalam tax treaty :

1) Penghasilan dari barang tetap atau barang tak bergerak


2) Penghasilan dari usaha
3) Penghasilan dari usaha perkapalan atau angkutan udara
4) Deviden
5) Bunga
6) Royalty

ii
7) Keuntungan dari penjualan harta
8) Penghasilan dari pekerjaan bebas
9) Penghasilan dari pekerjaan
10) Gaji untuk direktur
11) Penghasilan seniman, artis, atlet
12) Uang pension dan jaminan social tenaga kerja
13) Penghasilan pegawai negeri
14) Penghasilan pelajar atau mahasiswa
15) Penghasilan lain-lain

ii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah
pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk pembangunan.
Selain itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Dalam penetapan besaran pajak
harus sesuai dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan asas yang digunakan
pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang digunakan. Selain itu
pemerintah telah memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU
perpajakan nasional yang merupakan modernisasi dari UU pajak jaman kolonial. Untuk
menarik pajak yang ada di luar negeri pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain
dalam perpajakan yang lazim diebut perjanjian traktat, yang hal tersebut diatur dalam
HUKUM PAJAK INTERNASIONAL.

B. SARAN

Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan dapat terus berjalan.

ii
Daftar Pustaka

Judisseno, Remsky K., 1996, Perpajakan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Judisseno, Remsky K., 1997, Pajak dan strategi Bisnis, PT. Gramdia Pustaka Umum,
Jakarta.
Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Edisi Revisi, Cetakan Kesembilan, Penerbit: Andi, Jakarta.
Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No.10 tahun 1994.
Dasar-dasar Perpajakan karya Sapri Nurmantu.
http://massofa.wordpress.com/2008/02/05/pengertian-fungsi-dan-jenis-pajak/ (Posted on 5
Februari 2008 by Pakde sofa)
http://maksumpriangga.com/fungsi-fungsi-dasar-pajak.html (15 Oct 2009 by Maksum
Priangga)
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/fungsi-pajak.html (Oleh Ismawanto)
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/definisi-pajak-dan-jenis-jenis-
pajak.html#ixzz2L82L3g00 (Oleh Muchlisin Riadi Pada Senin, Oktober 08,
2012 Labels: Pajak.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kita sekalian yang insyaallah masih merupakan umat nabi Muhammad SAW. Karena
sesungguhnya umat yang paling beruntung adalah umat nabi Muhammad SAW nabi terakhir,
nabi akhir zaman, tiada ada lagi nabi dan rasul setelahnya. Alhamdulillah, akhirnya kami
sebagai penulis telah menyelesaikan tugas Tersturktur mata kuliyah Perpajakn dengan tema
“PENGERTIAN DASAR PERPAJAKAN” dalam waktu yang tepat.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW yang telah membawa kita menuju jalan yang diridhoi Nya. Tidak lupa
kami sebagai penulis menghaturkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Teman-teman
yang ikut andil membantu penulis serta dukungan dan dorongan kepada penulis namun tidak
dapat ditulis satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah “PENGERTIAN DASAR PERPAJAKAN” ini


masih jauh dari sempurna, maka penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun.
Dan kami mengharapkan makalah ini mampu dijadikan bahan kajian para pembaca apabila
mengangkat tema yang sama dikemudian hari.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar isi....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………...1


B. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………….......1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak..................................................................................................2
B. Peranan Dan Fungsi Pajak .................................................................................2
C. Asas-Asas Pemungutan Pajak ………………………………………………....3
D. Stesel Pemungutan pajak ……………...............................................................4
E. Falsafah Dasar Hukum Pemungutan Pajak ………………………………........5
F. Hambatan Pemungutan Pajak ……………………………………………….. . .5
G. Penggolongan atau Pembedaan Pajak ………………………………………....6
H. Tarif Dasar Pengenaan Pajak ……………………………………………….....7
I. System Pemungutan Pajak ………………………………………………….....9
J. Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak ……………………………………….....9
K. Reformasi di Bidang Perpajakan ……………………………………………....9
L. Hukum Pajak Internasional …………………………………………………....10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran ...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai