Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah

Kerajaan Siak terdapat di Kabupaten Siak Provinsi Riau. Kerajaan ini


termasuk kerajaan bercorak islam di Indonesia. Kerajaan Siak merupakan perpecahan
dari kerajaan Johor.
Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar
Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, sesudah sebelumnya terlibat dalam perebutan
tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah
kerajaan bahari yg kuat & menjadi kekuatan yg diperhitungkan di pesisir timur
Sumatera & Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan
terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus
mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera & Kalimantan. Pasang surut kerajaan
ini tak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di
Selat Malaka.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah kerajaan Siak ?
2. Daftar Sultan Kerajaan Siak ?
3. Bergabungnya Kerajaan Siak dengan Indonesia ?
4. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura. ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui sejarah kerajaan Siak
2. Dapat mengetahui daftar Sultan Kerajaan Siak
3. Dapat mengetahui kronologi Kerajaan Siak bergabung dengan Indonesia
4. Dapat mengenal peninggalan-peninggalan kerajaan Siak.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 1


BAB II
Pembahasan
A.Sejarah Kerajaan Siak
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik
yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud
Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon
nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak
terdapat di situ.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor.
Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat
oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah.
Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan
dan hasil laut.
Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II
mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu
sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah
Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung
Minangkabau.Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk
Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut
tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku
Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa
bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang
cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak
mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik
mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir
Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di
Buantan.
Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan
kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah
kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa
pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin
(1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan
akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak terakhir.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 2


B.Daftar Sultan Siak

Pada penghujung tahun 1724 Raja Kecil memilih sebuah tempat untuk menjadi pusat
kerajaan. Tempat itu diberi nama “ Kota Buantan “, disinilah Kerajaan Siak
berpusat.Kerajaan Siak diwariskan kepada anak cucunya dengan garis keturunan berdasarkan
Syariat Islam (keturunan ayah) sebagai berikut :

1. Raja Kecik

Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1723-1746 M) dengan ibukota Kerajaan di


Buantan mangkat di Buantan yang disebut rakyat almarhum Buantan

2. Tengku Buang Asmara

Memerintah antara tahun 1746-1765 M yang merupakan Putra Bungsu Raja


Kecik dengan ibukota Kerajaan di Sungai Mempura yang disebut rakyat almarhum
Mempura.

3. Tengku Ismail

Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766 M). Putra Tengku
Buang Asmara dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura Besar, disebut rakyat
almarhum mangkat di Balai atau terkenal juga Sultan Kudung karena tangan
almarhum sebelahnya Kudung, dalam perlawanannya menentang Belanda tahun 1766
M.

4. Tengku Alam

Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780 M). Putra sulung Raja Kecik
dengan Ibukota Kerajaan di Senapelan (Pekanbaru), mangkat di Senapelan (dekat
mesjid Raya Pekanbaru) disebut rakyat almarhum Bukit.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 3


5. Tengku Muhammad Ali Panglima Besar

Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782 M). Putra Tengku Alam
dengan Ibukota Kerajaan di Senapelan, mangkat di Senapelan dan disebut rakyat
almarhum Pekan (yang menghubungkan Kota Pekanbaru, Minangkabau dan
Indragiri).

6. Tengku Yahya

Sultan Yahya Abdul Jalil Muzzaffar Syah (1782-1784 M). Putra dari Sultan
Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah, dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura,
mangkat di Dungun (Malaka) disebut rakyat almarhum Dungun.

7. Tengku Sayed Ali

Sultan Assyaidis Sarif Ali Abdul Jalil Syarifuddin (1784-1810 M). Putra
Tengku Embung Badariah (Putri Tengku Alam) yang kawin dengan Sayed Syarief
Usman Syahbuddin (Arab). Ibukota Kerajaan di Kota Tinggi (Siak Sri Indrapura),
mangkat di Kota Tinggi disebut rakyat almarhum Kota Tinggi.

8. Tengku Sayed Ibrahim

Sultan Assyaidis Syarief Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815 M)


karena kesehatan Sultan terganggu, maka Pemerintahan dijalankan oleh wali Sultan.
Pada tahun 1813, Sultan Ibrahim mangkat dan dimakamkan di Kota Tinggi yang
disebut rakyat almarhum Pura Kecil.

9. Tengku Sayed Ismail

Sultan Assyaidis Syarief Ismail Abdul Jalil Syarifuddin (1815-1864 M). Pada
masa pemerintahan beliaulah adanya Tractat Siak-Belanda dimana Belanda mengakui
Siak. Dimakamkan di Kota Tinggi yang disebut almarhum Indrapura.

10. Tengku Panglima Besar Sayed Kasyim I

Tengku Panglima Besar Sayed Kasyim I, Sultan Assyaidis Syarief Kasim I


Abdul Jalil Syarifuddin (1864-1889 M) putra dari Sultan Ismail. Dimakamkan di Kota
Tinggi dan disebut almarhum Mahkota.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 4


11. Tengku Ngah Sayed Hasyim

Sultan Assyaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syarifuddin (1889-1908), putra


dari Sultan Kasyim I. Sultan Syarif Hasyim mendirikan Istana yang diberi nama
Istana Asserayah Hasyimiah. Mangkat di Singapura dan dimakamkan di Kota Tinggi.
Disebut rakyat almarhum Baginda.

12. Tengku Putra Sayed Kasyim

Sultan Assyaidis Syarief Kasyim Sani (II) Abdul Jalil Syarifuddin (3 Maret
1915-1946). Sultan Syarif Kasyim memiliki 2 orang permaisuri, yaitu :

- Permaisuri I
Tengku Bin Syarifah Latifah digelar Tengku Agung, mangkat tahun 1927 di Siak Sri
Indrapura. Dimakamkan di samping Mesjid Syahbuddin Siak Sri Indrapura.

- Permaisuri I
Syarifah Fadlun dengan gelar Tengku Maharatu, bercerai hidup tahun 1950 di Jakarta,
mangkat di Jakarta tahun 1980 dimakamkan di Jakarta.
Beliau merupakan Sultan yang terakhir dari Kerajaan Siak. Beliau mangkat di Rumah
Sakit Caltex Rumbai dan dimakamkan disamping Mesjid Syahbuddin Siak Sri
Indrapura pada tanggal 24 April 1968.

C.Bergabungnya Kerajaan Siak dengan Indonesia


Sultan Syarif Kasim II, merupaken Sultan Siak terakhir yg tak memiliki putra,
seiring dengan kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II menyatakan
kerajaannya bergabung dengan negara Republik Indonesia.
Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia,
beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian
beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan
Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar
Sepuluh Ribu Gulden.

Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada
tahun 1960 kembali ke Siak dan meninggal di Rumbai pada tahun 1968. Beliau tidak

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 5


meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari
Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan
Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam
Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping
Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan
Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah
status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten
Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.

D.Peninggalan- Peninggalan Kerajaan Siak

1. Istana Siak
Istana Siak atau biasa disebut dengan ” Istana Matahari Timur ” atau disebut juga
Asserayah Hasyimiah ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada
tahun 1889 oleh arsitek berkebangsaan Jerman. Arsitektur bangunan merupakan gabungan
antara arsitektur Melayu, Arab, Eropa. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah
dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan,
ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah
ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi
sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu Istana. Di dalam istana
akan kita lihat berbagai koleksi yang bernilai tinggi seperti Kursi Singgasana Sultan yang
berbalut emas.

Bangunan Istana Siak bersejarah tersebut selesai pada tahun 1893. Pada dinding istana
dihiasi dengan keramik khusus didatangkan buatan Prancis. Beberapa koleksi benda antik
Istana, kini disimpan Museum Nasional Jakarta, Istananya sendiri menyimpan duplikat dari
koleksi tersebut.

Diantara koleksi benda antik Istana Siak adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi-
kursi kristal dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina merupakan hadiah Kerajaan
Belanda, patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata berlian dibuat pada tahun 1889,
perkakas seperti sendok, piring, gelas-cangkir berlambangkan Kerajaan Siak masih terdapat
dalam Istana, komet , kapal kato (kapal raja siak).

Dipuncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian
Istana. Sekitar istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi
halaman istana, disebelah kiri belakang Istana terdapat bangunan kecil sebagai penjara
sementara.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 6


2. Burung Elang Simbol Keberanian Istana Siak

Disisi lain terdapat pula alat musik Komet yang dibuat secara home industri di
Jerman yang memiliki piringan dengan garis tangan sekitar 90 cm berisikan lagu-lagu
klasik dari Mozard dan Bethoven.Konon barang ini hanya ada dua di dunia yaitu di
Jerman sebagai pembuat dan di istana Siak.

3. Komet

Di ruang yang lain kita saksikan berbagai kursi meja baik dari kayu, kristal
dan kaca tertata rapi di bawah lampu-lampu kristal berwarna-warni bergantungan di
plafon istana, demikian pula berbagai bentuk almari dan berjenis senjata dari tembaga
dan besi. Disamping itu terdapat pula aneka cinderamata yang merupakan hadiah dari
para sahabat dan daerah di sekitar Siak.
Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh Kerajaan Siak di masa lalu dapat kita lihat
melalui foto-foto berukuran besar yang terletak di dalam Istana Siak. Terdapat juga
sebuah cermin yang menjadi milik oleh para permaisuri Sultan yang dapat membuat
wajah semakin cerah dan awet muda bila sering bercermin di sana. Cermin ini
dinamakan cermin Ratu Agung. Istana Siak adalah bukti sejarah kebesaran Kerajaan
Melayu Islam yang terbesar di daerah Riau. Masa kejayaan Kerajaan Siak berawal
dari abad ke-16 sampai abad ke-20, dan silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak dimulai
pada tahun 1723 M dengan 12 Sultan yang pernah bertahta.

4. Kapal Kato

Dibagian luar Istana,kita dapat menjumpai kapal Kato milik sang raja, Kapal
Kato adalah sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu bara dimiliki oleh Sultan
Siak, dan selalu digunakan pada saat berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya.
Kapal ini berukuran panjang 12meter dengan berat 15 ton.

Uniknya, dibalik keindahan benda-benda yang dipamerkan ada sebuah lemari


besi besar yang kokoh dan tidak bisa dibuka. Lemari besi berukuran 0,5 x 1,2 meter
tampak biasa saja. Di balik dinginnya lemari yang knopnya telah dibongkar dan
berbobot sekitar 300 kilogram tersebut ternyata tidak pernah bisa dibuka. Kuncinya
dibuang ke laut oleh Sultan Syarif Kasim II Siak yang terakhir, sewaktu beliau
menjadi penasehat Presiden Soekarno pada tahun 1945-1950.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 7


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Siak adalah kerajaan Islam terbesar di Riau yang teletak di


Kabupaten Siak. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari
Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, sesudah sebelumnya
terlibat dlm perebutan tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak
muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yg kuat & menjadi kekuatan yg
diperhitungkan di pesisir timur Sumatera & Semenanjung Malaya di tengah
tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke
Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara
Sumatera & Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tak lepas dari persaingan dlm
memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Siak di dirikan
pada tahun 1988.
Kerajaan Siak bergabung pada pemerintahan Indonesia saat proklamasi
Indonesia pada Pemerintaan Sultan Syarif Kasim II.
Banyak peninggalan kerajaan Siak yang berupa Barang berharga.
Saat ini, kerajaan Siak hanya menyimoan Duplikat dari asset-aset kerajaan Siak,
sedangakan yang asli di simpan di Museum Jakarta.

B. Saran
Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca.

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 8


Daftar Pustaka

http://siak-bungaraya.blogspot.com/2009/04/sejarah-kerajaan-siak.html

http://www.riaudailyphoto.com/2013/10/menelusuri-jejak-sejarah-kerajaan-siak.html

http://www.sejarahnusantara.com/kerajaan-islam/sejarah-keemasan-kesultanan-siak-sri-
inderapura-tahun-1723-1945-dan-ekspansi-kolonialisasi-belanda-10044.htm

SEJARAH KERAJAAN SIAK Page 9

Anda mungkin juga menyukai