Anda di halaman 1dari 24

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI RIAU

1. KERAJAAN SIAK, RIAU


Asal Usul Kerajaan Siak
Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, Pewaris Tahta
Kerajaan Johor yang mengasingkan diri ke Pagaruyung. Raja Kecil
berdasarkan Hikayat Siak, merupakan Putra Sultan Mahmud Syah,
Raja Kerajaan Johor yang dibunuh.

Wilayah Kesultanan Siak


Pada saat masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Syah, daerah
kekuasaannya meliputi Perbatinan Senapelan, Perbatinan Gasip,
Perbatinan Sejaleh, Perbatinan Perawang, Perbatinan Sakai, Perbatinan
Petalang, Perbatinan Tebing Tinggi, Perbatinan Senggoro, Perbatinan
Merbau, Perbatinan Rangsang, Kepenghuluan Siak Kecil,
Kepenghuluan Siak Besar, Kepenghuluan Rempah, dan Kepenghuluan
Betung.
WILAYAH KESULTANAN SIAK
Struktur Pemerintahan Kesultanan Siak
1. Setelah posisi Sultan, terdapat Dewan Menteri.
2. Dewan Menteri ini memiliki kekuasaan untuk memilih dan
mengangkat Sultan Siak, sama dengan Undang Yang Ampat di
Negeri Sembilan.
3. Dewan Menteri bersama dengan Sultan, menetapkan undang-
undang serta peraturan bagi masyarakatnya.
4. Dewan menteri ini terdiri dari:
a. Datuk Tanah Datar
b. Datuk Limapuluh
c. Datuk Pesisir
d. Datuk Kampar
Sultan Siak dan Dewan Menterinya serta
Kadi Siak pada tahun 1888
Upacara penobatan Sultan Siak pada
tahun 1899

Potret Sultan Siak, Sultan Syarif


Kasim II dan istrinya (1910-1939)
Silsilah Sultan Siak Sri Indrapura
1. Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah I (1725–1746)
2. Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah II (1746–1765)
3. Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Shah (1765–1766)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Shah (1766–1780)
5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Shah (1780–1782)
6. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Shah (17821784)
7. Sultan al-Sayyid al-Sharif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Ba'alawi (1784–
1810)
8. Sultan al-Sayyid al-Sharif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810–1815)
9. Sultan al-Sayyid al-Sharif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815–1854)
10. Sultan al-Sayyid al-Sharif Qasim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Qasim
I, 1864–1889)
11. Sultan al-Sayyid al-Sharif Hashim Abdul Jalil Muzaffar Shah (1889–
1908)
12. Sultan al-Sayyid al-Sharif Qasim Abdul Jalil Syaifudin II (Syarif Qasim
II), (1915–1949)
PEREKONOMIAN KESULTANAN SIAK
Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan
perdagangan melalui Selat Melaka. Siak menjadi kawasan segitiga
perdagangan antara Belanda di Malaka dan Inggris di Pulau Pinang.

Kemampuan mengendalikan para perompak di kawasan tersebut.

Masyarakat siak juga telah menjadi eksportir kayu yang utama di selat
malaka, serta salah satu kawasan industri kayu untuk pembuatan kapal
maupun bangunan.

Sungai Siak merupakan kawasan pengumpulan berbagai produk


perdagangan, mulai dari kapur barus, benzoar, timah, dan emas.

Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung kepada


sumber beras dan garam di Pulau Jawa, tanpa harus membayar kompensasi
kepada VOC. Namun dengan syarat Belanda juga diberikan akses
langsung kepada sumber kayu di Siak,
KEMUNDURAN KESULTANAN SIAK
Penguasaan Inggris atas Selat Melaka, mendorong Sultan Siak pada
tahun 1840 untuk menerima tawaran perjanjian baru mengganti
perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya pada tahun 1819.

Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil dan


terjepit antara wilayah kerajaan kecil lainnya yang mendapat
perlindungan dari Inggris

Demikian juga pihak Belanda menjadikan kawasan Siak sebagai salah


satu bagian dari pemerintahan Hindia Belanda.

Dampak perjanjian tersebut, kesultanan Siak kehilangan kedaulatannya,


kemudian dalam setiap pengangkatan raja, Siak mesti mendapat
persetujuan dari Belanda.
2. KERAJAAN KAMPAR, RIAU
Asal Usul Kerajaan Pekantuan Kampar
Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan (1725 M-1946 M) yang
sekarang terletak di Kabupaten Pelalawan, Riau. Periode pemerintahan di
Pelalawan dibagi menjadi dua: periode pra Islam dan pasca Islam. Pada era
pra Islam, kerajaan ini masih bernama Pekantua. Sementara pada era Islam,
ada tiga kali pergantian nama, dari Pekantua Kampar, kemudian Tanjung
Negeri, dan terakhir Pelalawan. Kerajaan ini eksis dari tahun 1380 hingga
1946.

Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah (1459-1477


M) menyerang Kerajaan Pekantua, dan kerajaan Pekantua dapat
dikalahkan. Kemudian Sultan mengangkat Munawar Syah sebagai Raja
Pekantua. Pada upacara penebalan, diumumkan bahwa kerajaan Pekantua
berubah menjadi "kerajaan Pekantuan Kampar"
Silsilah Sultan Kerajaan Pekantua Kampar
(1505-1675)
1. Munawar Syah (1505-1511)
2. Raja Abdullah (1511-1515)
3. Sultan Mahmud Syah I (1526-1528 )
4. Raja Ali/Sultan Alauddin Riayat Syah II (1528-1530)
5. Tun Perkasa/ Raja Muda Tun Perkasa (1530-1551)
6. Tun Hitam (1551-1575)
7. Tun Megat (1575-1590)
8. Raja Abdurrahman/Maharaja Dinda (1590-1630)
9. Maharaja Lela I/Maharaja Lela Utama (1630-1650)
10.Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 ).
Batas Wilayah Kerajaan
Batas wilayah kerajaan ini dengan kerajaan Siak yaitu dialiran sungai
Kampar kanan ialah seberas - beras dekat Teratak buluh dan dengan
kerajaan Kampar kiri di aliran sungai Kampar kiri di hulu rantau Tayas.
Sedangkan wilayah kekuasaan kerajaan Pelalawan sama dengan wilayah
kabupaten Pelalawan sekarang ini.
Sumber Pendapatan Kerajaan
Sumber pendapatan kerajaan adalah berasal dari usaha sendiri (kebun
karet, ladang dan hasil Hutan), disamping itu juga dari pajak hasil bumi,
perdagangan dan sumbangan masyarakat yang tidak mengikat.
3. KERAJAAN INDRAGIRI, RIAU
PROFIL KERAJAAN INDERAGIRI RIAU

Asal Usul Kerajaan Inderagiri

Kerajaan Inderagiri ini asal muasalnya dari kerajaan Keritang. Di


perkirakan pembangunan kerajaan Kritang ini pada abad ke XIII.
Kemudian kerajaan berpindah pindah setelah berganti pusat kuasa.

Sebelumnya kerajaan Indragiri merupakan bawahan (vazal)


kerajaan Pagaruyung dan sekaligus sebagai kawasan pelabuhan.
Kemudian kerajaan ini diperebutkan oleh Kesultanan Jambi,
Kesultanan Siak, dan Kesultanan Aceh.

Raja yang pertama


Raja Kecik Mambang, 1298 – 1337.
Kondisi Politik Kerajaan Inderagiri Riau Dari Masa Ke Masa
Periode Kerajaan Keritang
Kerajaan ini didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah
Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh
agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur bangunan istana yang
terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung
Tujuh.

Periode Kerajaan Inderagiri

Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama


bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan
penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di
Malaka. Sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih
atau Perdana Menteri.
Periode Kerajaan Inderagiri
Pada tahun 1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana
Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam ( Sultan Indragiri
IV ), beliau menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua
sekarang.

Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan
ke Rengat.

Periode Penjajahan Belanda


Dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan
terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di
Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.
Periode Penjajahan Belanda

Dengan adanya tractaat Van Vrindchaap ( perjanjian perdamaian dan


persahabatan ) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri
dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur.
berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan
seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran :
1. Amir Tembilahan di Tembilahan.
2. Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.
3. Amir Tempuling di Sungai Salak.
4. Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah.
5. Amir Enok di Enok.
6. Amir Reteh di Kotabaru
Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi
hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri
terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942.
1) 1298-1337: Raja Kecik Mambang alias Raja Merlang I.
2) 1337-1400: Raja Iskandar alias Nara Singa I.
3) 1400-1473: Raja Merlang II bergelar Sultan Jamalluddin Inayatsya.
4) 1473-1532: Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan
NaraSinga II bergelar Zirullah Fil Alam.
5) 1532-1557: Sultan Usulluddin Hasansyah.
6) 1557-1599: Raja Ahmad bergelar Sultan Mohamadsyah.
7) 1559-1658: Raja Jamalluddin bergelar Sultan Jammalludin Keramatsyah.
8) 1658-1669: Sultan Jamalluddin Suleimansyah.
9) 1669-1676: Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah.
10) 1676-1687: Sultan Usulluddin Ahmadsyah.
11) 1687-1700: Sultan Abdul Jalilsyah.
12) 1700-1704: Sultan Mansyursyah.
13) 1704-1707: Sultan Modamadsyah.
14) 1707-1715: Sultan Musafarsyah.
15) 1715-1735: Raja Ali bergelar Sultan Zainal Abidin Indragiri.
Silsilah Sultan Kerajaan Inderagiri Riau
16) 1735-1765: Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah.
17) 1765-1784: Raja Kecik Besar bergelar Sultan Sunan.
18) 1784-1815: Sultan Ibrahim. Merupakan Sultan Indragiri ke delapan belas.
Ia adalah yang mendirikan kota Rengat dan pernah ikut dalam
perang Teluk Ketapang untuk merebut kota melaka dari
tangan Belanda pada tanggal 18 Juni 1784.
19) 1815-1827: Raja Mun bergelar Sultan Mun Bungsu. Beliau pernah bertapa
di puncak Gunung Daik.
20) 1827-1838: Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal.
21) 1838-1876: Raja Said bergelar Sultan Said Modoyatsyah.
22) 1876 : Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah. Memerintah hanya
seminggu naik tahta kerajaan kemudian meninggal dunia
karena sakit.
23) 1877-1883: Tengku Husin alias Tengku Bujang bergelar Sultan Husinsyah.
24) 1887-1902: Tengku Isa bergelar Sultan Isa Mudoyatsyah.
25) 1902-1912: Raja Uwok. Sebagai Raja Muda Indragiri.
Lanjutan ...
WILAYAH KERAJAAN INDERAGIRI, RIAU
Kondisi Ekonomi Kerajaan Inderagiri
1. Kerajaan inderagiri menjadi penghasil lada dan karet terbesar di
Sumatra
2. Pada masa sultan Isa Mudayat syah memerintahkan rakyat untuk
menanam pohon karet dan membentuk perkebunan karet terbesar.
3. Menjalin perdagangan dengan pendagang dari Malaka, Cina,
Arab, Aceh, Siak, Minangkabau dan para pedagang perantau dari
Jawa dan Riau Lingga.
4. Sistem perdagangan kerajaan inderagiri ini lebih banyak
menggunakan jalur laut.

Anda mungkin juga menyukai