0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan24 halaman
Kerajaan-kerajaan Islam di Riau meliputi Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri. Kerajaan Siak didirikan oleh Raja Kecil dari Johor dan memiliki wilayah luas. Kerajaan Kampar berawal dari Kerajaan Pekantuan dan memiliki batas wilayah dengan Siak. Kerajaan Indragiri awalnya berada di bawah kerajaan Pagaruyung dan diperebutkan beberapa kerajaan sebelum berpindah ibu kota ke
Kerajaan-kerajaan Islam di Riau meliputi Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri. Kerajaan Siak didirikan oleh Raja Kecil dari Johor dan memiliki wilayah luas. Kerajaan Kampar berawal dari Kerajaan Pekantuan dan memiliki batas wilayah dengan Siak. Kerajaan Indragiri awalnya berada di bawah kerajaan Pagaruyung dan diperebutkan beberapa kerajaan sebelum berpindah ibu kota ke
Kerajaan-kerajaan Islam di Riau meliputi Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri. Kerajaan Siak didirikan oleh Raja Kecil dari Johor dan memiliki wilayah luas. Kerajaan Kampar berawal dari Kerajaan Pekantuan dan memiliki batas wilayah dengan Siak. Kerajaan Indragiri awalnya berada di bawah kerajaan Pagaruyung dan diperebutkan beberapa kerajaan sebelum berpindah ibu kota ke
Asal Usul Kerajaan Siak Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, Pewaris Tahta Kerajaan Johor yang mengasingkan diri ke Pagaruyung. Raja Kecil berdasarkan Hikayat Siak, merupakan Putra Sultan Mahmud Syah, Raja Kerajaan Johor yang dibunuh.
Wilayah Kesultanan Siak
Pada saat masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Syah, daerah kekuasaannya meliputi Perbatinan Senapelan, Perbatinan Gasip, Perbatinan Sejaleh, Perbatinan Perawang, Perbatinan Sakai, Perbatinan Petalang, Perbatinan Tebing Tinggi, Perbatinan Senggoro, Perbatinan Merbau, Perbatinan Rangsang, Kepenghuluan Siak Kecil, Kepenghuluan Siak Besar, Kepenghuluan Rempah, dan Kepenghuluan Betung. WILAYAH KESULTANAN SIAK Struktur Pemerintahan Kesultanan Siak 1. Setelah posisi Sultan, terdapat Dewan Menteri. 2. Dewan Menteri ini memiliki kekuasaan untuk memilih dan mengangkat Sultan Siak, sama dengan Undang Yang Ampat di Negeri Sembilan. 3. Dewan Menteri bersama dengan Sultan, menetapkan undang- undang serta peraturan bagi masyarakatnya. 4. Dewan menteri ini terdiri dari: a. Datuk Tanah Datar b. Datuk Limapuluh c. Datuk Pesisir d. Datuk Kampar Sultan Siak dan Dewan Menterinya serta Kadi Siak pada tahun 1888 Upacara penobatan Sultan Siak pada tahun 1899
Potret Sultan Siak, Sultan Syarif
Kasim II dan istrinya (1910-1939) Silsilah Sultan Siak Sri Indrapura 1. Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah I (1725–1746) 2. Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah II (1746–1765) 3. Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Shah (1765–1766) 4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Shah (1766–1780) 5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Shah (1780–1782) 6. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Shah (17821784) 7. Sultan al-Sayyid al-Sharif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Ba'alawi (1784– 1810) 8. Sultan al-Sayyid al-Sharif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810–1815) 9. Sultan al-Sayyid al-Sharif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815–1854) 10. Sultan al-Sayyid al-Sharif Qasim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Qasim I, 1864–1889) 11. Sultan al-Sayyid al-Sharif Hashim Abdul Jalil Muzaffar Shah (1889– 1908) 12. Sultan al-Sayyid al-Sharif Qasim Abdul Jalil Syaifudin II (Syarif Qasim II), (1915–1949) PEREKONOMIAN KESULTANAN SIAK Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui Selat Melaka. Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di Malaka dan Inggris di Pulau Pinang.
Kemampuan mengendalikan para perompak di kawasan tersebut.
Masyarakat siak juga telah menjadi eksportir kayu yang utama di selat malaka, serta salah satu kawasan industri kayu untuk pembuatan kapal maupun bangunan.
Sungai Siak merupakan kawasan pengumpulan berbagai produk
perdagangan, mulai dari kapur barus, benzoar, timah, dan emas.
Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung kepada
sumber beras dan garam di Pulau Jawa, tanpa harus membayar kompensasi kepada VOC. Namun dengan syarat Belanda juga diberikan akses langsung kepada sumber kayu di Siak, KEMUNDURAN KESULTANAN SIAK Penguasaan Inggris atas Selat Melaka, mendorong Sultan Siak pada tahun 1840 untuk menerima tawaran perjanjian baru mengganti perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya pada tahun 1819.
Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil dan
terjepit antara wilayah kerajaan kecil lainnya yang mendapat perlindungan dari Inggris
Demikian juga pihak Belanda menjadikan kawasan Siak sebagai salah
satu bagian dari pemerintahan Hindia Belanda.
Dampak perjanjian tersebut, kesultanan Siak kehilangan kedaulatannya,
kemudian dalam setiap pengangkatan raja, Siak mesti mendapat persetujuan dari Belanda. 2. KERAJAAN KAMPAR, RIAU Asal Usul Kerajaan Pekantuan Kampar Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan (1725 M-1946 M) yang sekarang terletak di Kabupaten Pelalawan, Riau. Periode pemerintahan di Pelalawan dibagi menjadi dua: periode pra Islam dan pasca Islam. Pada era pra Islam, kerajaan ini masih bernama Pekantua. Sementara pada era Islam, ada tiga kali pergantian nama, dari Pekantua Kampar, kemudian Tanjung Negeri, dan terakhir Pelalawan. Kerajaan ini eksis dari tahun 1380 hingga 1946.
Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah (1459-1477
M) menyerang Kerajaan Pekantua, dan kerajaan Pekantua dapat dikalahkan. Kemudian Sultan mengangkat Munawar Syah sebagai Raja Pekantua. Pada upacara penebalan, diumumkan bahwa kerajaan Pekantua berubah menjadi "kerajaan Pekantuan Kampar" Silsilah Sultan Kerajaan Pekantua Kampar (1505-1675) 1. Munawar Syah (1505-1511) 2. Raja Abdullah (1511-1515) 3. Sultan Mahmud Syah I (1526-1528 ) 4. Raja Ali/Sultan Alauddin Riayat Syah II (1528-1530) 5. Tun Perkasa/ Raja Muda Tun Perkasa (1530-1551) 6. Tun Hitam (1551-1575) 7. Tun Megat (1575-1590) 8. Raja Abdurrahman/Maharaja Dinda (1590-1630) 9. Maharaja Lela I/Maharaja Lela Utama (1630-1650) 10.Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 ). Batas Wilayah Kerajaan Batas wilayah kerajaan ini dengan kerajaan Siak yaitu dialiran sungai Kampar kanan ialah seberas - beras dekat Teratak buluh dan dengan kerajaan Kampar kiri di aliran sungai Kampar kiri di hulu rantau Tayas. Sedangkan wilayah kekuasaan kerajaan Pelalawan sama dengan wilayah kabupaten Pelalawan sekarang ini. Sumber Pendapatan Kerajaan Sumber pendapatan kerajaan adalah berasal dari usaha sendiri (kebun karet, ladang dan hasil Hutan), disamping itu juga dari pajak hasil bumi, perdagangan dan sumbangan masyarakat yang tidak mengikat. 3. KERAJAAN INDRAGIRI, RIAU PROFIL KERAJAAN INDERAGIRI RIAU
Asal Usul Kerajaan Inderagiri
Kerajaan Inderagiri ini asal muasalnya dari kerajaan Keritang. Di
perkirakan pembangunan kerajaan Kritang ini pada abad ke XIII. Kemudian kerajaan berpindah pindah setelah berganti pusat kuasa.
Sebelumnya kerajaan Indragiri merupakan bawahan (vazal)
kerajaan Pagaruyung dan sekaligus sebagai kawasan pelabuhan. Kemudian kerajaan ini diperebutkan oleh Kesultanan Jambi, Kesultanan Siak, dan Kesultanan Aceh.
Raja yang pertama
Raja Kecik Mambang, 1298 – 1337. Kondisi Politik Kerajaan Inderagiri Riau Dari Masa Ke Masa Periode Kerajaan Keritang Kerajaan ini didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung Tujuh.
Periode Kerajaan Inderagiri
Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama
bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di Malaka. Sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. Periode Kerajaan Inderagiri Pada tahun 1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam ( Sultan Indragiri IV ), beliau menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.
Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat.
Periode Penjajahan Belanda
Dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura. Periode Penjajahan Belanda
Dengan adanya tractaat Van Vrindchaap ( perjanjian perdamaian dan
persahabatan ) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran : 1. Amir Tembilahan di Tembilahan. 2. Amir Batang Tuaka di Sungai Luar. 3. Amir Tempuling di Sungai Salak. 4. Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah. 5. Amir Enok di Enok. 6. Amir Reteh di Kotabaru Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942. 1) 1298-1337: Raja Kecik Mambang alias Raja Merlang I. 2) 1337-1400: Raja Iskandar alias Nara Singa I. 3) 1400-1473: Raja Merlang II bergelar Sultan Jamalluddin Inayatsya. 4) 1473-1532: Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan NaraSinga II bergelar Zirullah Fil Alam. 5) 1532-1557: Sultan Usulluddin Hasansyah. 6) 1557-1599: Raja Ahmad bergelar Sultan Mohamadsyah. 7) 1559-1658: Raja Jamalluddin bergelar Sultan Jammalludin Keramatsyah. 8) 1658-1669: Sultan Jamalluddin Suleimansyah. 9) 1669-1676: Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah. 10) 1676-1687: Sultan Usulluddin Ahmadsyah. 11) 1687-1700: Sultan Abdul Jalilsyah. 12) 1700-1704: Sultan Mansyursyah. 13) 1704-1707: Sultan Modamadsyah. 14) 1707-1715: Sultan Musafarsyah. 15) 1715-1735: Raja Ali bergelar Sultan Zainal Abidin Indragiri. Silsilah Sultan Kerajaan Inderagiri Riau 16) 1735-1765: Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah. 17) 1765-1784: Raja Kecik Besar bergelar Sultan Sunan. 18) 1784-1815: Sultan Ibrahim. Merupakan Sultan Indragiri ke delapan belas. Ia adalah yang mendirikan kota Rengat dan pernah ikut dalam perang Teluk Ketapang untuk merebut kota melaka dari tangan Belanda pada tanggal 18 Juni 1784. 19) 1815-1827: Raja Mun bergelar Sultan Mun Bungsu. Beliau pernah bertapa di puncak Gunung Daik. 20) 1827-1838: Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal. 21) 1838-1876: Raja Said bergelar Sultan Said Modoyatsyah. 22) 1876 : Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah. Memerintah hanya seminggu naik tahta kerajaan kemudian meninggal dunia karena sakit. 23) 1877-1883: Tengku Husin alias Tengku Bujang bergelar Sultan Husinsyah. 24) 1887-1902: Tengku Isa bergelar Sultan Isa Mudoyatsyah. 25) 1902-1912: Raja Uwok. Sebagai Raja Muda Indragiri. Lanjutan ... WILAYAH KERAJAAN INDERAGIRI, RIAU Kondisi Ekonomi Kerajaan Inderagiri 1. Kerajaan inderagiri menjadi penghasil lada dan karet terbesar di Sumatra 2. Pada masa sultan Isa Mudayat syah memerintahkan rakyat untuk menanam pohon karet dan membentuk perkebunan karet terbesar. 3. Menjalin perdagangan dengan pendagang dari Malaka, Cina, Arab, Aceh, Siak, Minangkabau dan para pedagang perantau dari Jawa dan Riau Lingga. 4. Sistem perdagangan kerajaan inderagiri ini lebih banyak menggunakan jalur laut.