Anda di halaman 1dari 35

KERAJAAN INDRAGIRI

Nama :
Syahirul Basith (11220150000002)
Uraian Materi
• Asal Muasal Kerajaan Indragiri
• Silsilah Raja-Raja dari Keritang ke Indragiri
• Wilayah Kekuasaan
• Sistem Pemerintah
• Kerajaan Indragiri Pada Masa Era Kolonial Belanda
• Bergabung dengan NKRI
• Prasasti-Prasasti Kerajaan Indragiri
Pengantar
Inderagiri berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Indera yang bermaksud sama
dengan raja dan Giri yang berarti bukit atau kedudukan yang tinggi,
sehingga kata inderagiri secara harfiah berarti Raja Bukit. Sebelumnya
kerajaan ini merupakan bawahan (vazal) dari Kerajaan Pagaruyung dan
sekaligus merupakan kawasan pelabuhan. Kemudian kerajaan ini
diperebutkan oleh Kesultanan Jambi, Kesultanan Siak, dan Kesultanan Aceh.
Lanjutan
Sampai tahun 1515, berdasarkan catatan perjalanan Tomé Pires dalam Suma Oriental
kawasan Indragiri masih disebutkan sebagai kawasan pelabuhan raja Minangkabau,
namun kerajaan ini diberi kebebasan mengatur urusan dalam dan luar negerinya
sendiri. Wilayah kerajaan ini dilalui oleh Batang Kuantan (atau disebut juga Sungai
Indragiri pada kawasan hilirnya), di mana hasil bumi dari kawasan pedalaman
Minangkabau dulunya didistribusikan melalui sungai ini yang berhulu pada Danau
Singkarak dan bermuara pada kawasan pesisir timur Pulau Sumatera, terutama terletak
di Sumatera Barat.
Asal Muasal Kerajaan Indragiri

Kabupaten Indragiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang


berbatasan dengan propinsi Jambi, Sumatra Barat dan Selat Berhala. Keadaan
tanahnya berawa-rawa, dan di bagian timur berbukit-bukit. Daerah Indragiri
dialiri sebuah sungai berhulu di Danau Singkarak. Hulu sungainya dinamakan
Batang Ombilin, kemudian batang tengahnya dinamakan Batang Kuantan.
Selanjutnya sungai tersebut nyaris bermuara kesungai bernama Sungai
Indragiri. Adapun daerah yang dianggap daerah cikal bakal kerajaan Indragiri
adalah daerah Keritang.
Lanjutan

Masyarakat disana berpendapat bahwa Keritang berasal dari kata "Akar


Itang", di ubah menjadi "Akaritang". Selanjutnya disebut "Keritang".
Itang adalah jenis tumbuhan yang banyak terdapat disepanjang anak
sungai Gangsal. Sedangkan pendapat lain mengatakan, nama
"Keritang" diambil dari nama Siput Kitang yang banyak di hulu sungai.
Lanjutan
Asal muasal Kerajaan Keritang berawal dari keruntuhan Kerajaan Sriwjaya yang
berpusat di Palembang. Pada akhir abad ke-13, Kerajaan Sriwijaya mulai rapuh
karena adanya serangan dari luar, antara lain dari Kerajaan Cola (India) yang
menyerbu dari arah utara dan kemudian ekspedisi ke kerajaan Majapahit dari
sebelah timur. Dalam catatan perjalanan Marcopolo yang ditulis pada tahun 1292,
dan nama Kerajaan Sriwijaya tidak disebut-sebut lagi. Hal ini sepertinya
menunjukkan bahwa pada masa itu Sriwijaya sudah terpecah-pecah. Salah satunya
kerajaan yang menjadi pecahan Sriwijaya adalah Kerajaan Keritang yang
kemudian menjadi Kesultanan Indragiri. Keritang adalah kerajaan yang bercorak
agama Buddha
Silsilah Raja-Raja Dari Keritang ke Indragiri

Berdasarkan catatan dalam kitab Negarakartagama karya Mpu Prapanca, nama


Indragiri disebut dengan nama Keritang. Oleh karena Keritang terletak di
wilayah yang kemudian dikenal dengan nama Indragiri, maka diperkirakan
bahwa Kerajaan Keritang inilah yang kelak berkembang menjadi Kesultanan
Indragiri.
Lanjutan
Mengenai nama Indragiri sendiri, ada ahli-ahli sejarah dari Eropa yang pernah
menyebutnya bahwa didalam Kamus Malay-English Dictionary yang disusun
oleh Richard James Wilkinson (1867-1941), mencantumkan nama Indragiri.
Dalam kamus yang diterbitkan pada tahun 1932 ini, Indragiri diartikan sebagai
“Indra‘s Mountain: an East Coast Sumatra Sultanate on a river of the same
name” atau dapat diartikan “Gunung Tempat Dewa Indra: Suatu kesultanan di
Pesisir Timur Sumatra dekat sungai yang bernama sama”.
Lanjutan
Raja pertama Keritang adalah Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang (1298-
1337), yang berturut-turut dilanjutkan oleh Naja Singa I (1337-1400) sebagai
Raja Keritang ke-2, kemudian Raja Merlang II (1400-1473). Pada era
berikutnya, pengaruh Islam sudah mulai masuk ke wilayah kerajaan ini. Raja
yang selanjutnya, yakni Nara Singa II (1473- 1508) diketahui telah memeluk
agama Islam. Kerajaan Keritang sempat menjadi wilayah taklukan Kerajaan
Majapahit. Seiring Islam masuk ke nusantara, wilayah Keritang dikendalikan
oleh Kesultanan Malaka. Ketika masih di bawah kuasa Majapahit
Lanjutan
Setelah Keritang dikuasai Kesultanan Malaka, Raja Merlang tidak
diperbolehkan lagi tetap menetap di Keritang, melainkan dibawa ke Malaka.
Kebijakan ini sangat menguntungkan bagi Malaka karena dengan demikian
Keritang lebih mudah diawasi. Dominasi Malaka terhadap Keritang semakin
kuat ketika Raja Merlang dikawinkan dengan Putri Bakal, anak perempuan
Sultan Mansyur Syah, pemimpin Kesultanan Malaka.
Lanjutan
Setelah Keritang dikuasai Kesultanan Malaka, Raja Merlang tidak
diperbolehkan lagi tetap menetap di Keritang, melainkan dibawa ke Malaka.
Kebijakan ini sangat menguntungkan bagi Malaka karena dengan demikian
Keritang lebih mudah diawasi. Dominasi Malaka terhadap Keritang semakin
kuat ketika Raja Merlang dikawinkan dengan Putri Bakal, anak perempuan
Sultan Mansyur Syah, pemimpin Kesultanan Malaka.
Daftar Nama-Nama Raja
• Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang (1298-1337), Raja Keritang ke-1.
• Nara Singa I (1337-1400), Raja Keritang ke-2.
• Raja Merlang II (1400-1473).
• Nara Singa II (1473-1508), Raja Keritang ke-4 yang kemudian mendirikan Kesultanan Indragiri atau
Raja Indragiri ke-1 dengan gelar Sultan Iskandar Alauddin Syah (1508-1532).
• Sultan Usuluddin Hasansyah (1532-1557), Sultan Indragiri ke-2.
• Raja Ahmad atau Sultan Mohammadsyah (1557-1599), Sultan Indragiri ke-3.
• Raja Jamaluddin bergelar Sultan Jamaluddin Kramatsyah (1599-1658), Sultan Indragiri ke-4.
• Sultan Jamaluddin Sulemansyah (1658-1669), Sultan Indragiri ke-5.
• Sultan Jamaluddin Mudoyatsyah (1669-1676), Sultan Indragiri ke-6.
• Sultan Usuludin Ahmadsyah (1676-1687), Sultan Indragiri ke-7.
• Sultan Abdul Jalil Syah (1687-1700), Sultan Indragiri ke-8.
• Sultan Mansursyah (1700-1704), Sultan Indragiri ke-9.
Lanjutan
• Sultan Mohammadsyah (1704-1707), Sultan Indragiri ke-10.
• Sultan Musyaffarsyah (1707-1715), Sultan Indragiri ke-11.
• Raja Ali Mangkubumi Indragiri bergelar Sultan Zainal Abidin Indragiri (1715-1735), Sultan Indragiri ke-
12.
• Raja Hasan bergelar Sultan Hasan Salahuddinsyah (1735-1765), Sultan Indragiri ke-13.
• Raja Kecil Besar bergelar Sultan Sunan (1765-1784), Sultan Indragiri ke-14.
• Sultan Ibrahim (1784-1815), Sultan Indragiri ke-15.
• Raja Mun (1815-1827), Sultan Indragiri ke-16.
• Raja Umar atau Sultan Berjanggut Kramat (1827-1838), Sultan Indragiri ke-17.
• Raja Said atau Sultan Said Mudoyatsyah (1838-1876), Sultan Indragiri ke-18.
• Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah (1876-1877), Sultan Indragiri ke-19.
• Tengku Husin bergelar Sultan Husinsyah (1877-1883), Sultan Indragiri ke-20.
• Tengku Isa atau Sultan Isa Mudoyatsyah (1887-1903), Sultan Indragiri ke-21.
• Tengku Mahmud atau Sultan Mahmudsyah (1912-1963), Sultan Indragiri ke-22.
Wilayah Kekuasaan
Nara Singa II atau Maulana Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan
menunjuk sejumlah pejabat untuk mewakili dirinya di beberapa daerah
kekuasaan Kesultanan Indragiri. Salah seorang pejabat terdekat Sultan yang
bernama Datuk Patih, dianugerahi gelar sebagai Raja di Padang yang
membawahi daerah-daerah pedalaman dan sejumlah tempat di pesisir sungai
selain Sungai Indragiri. Sedangkan seorang pejabat lainnya, yakni Datuk
Temenggung Kuning, diangkat menjadi Raka di Rantau yang menguasai
tempat-tempat di sepanjang tepi sungai Indragiri dan sungai-sungai besar
lainnya, seperti desa-desa di sebelah hilir Batu Sawar dan di sepanjang tepi
Batang Kuantan.
Lanjutan
Pada masa Sultan Hasanuddin (1735-1765), terdapat pembagian wilayah
kekuasaan Kesultanan Indragiri, meliputi:
• Daerah Cenaku, terdiri atas 3 daerah perbatinan, meliputi Pungkil, Pulau
Serojan, dan Sanglap;
• Daerah Gangsal, terdiri dari Nan Tua Riye Belimbing, Riye Tanjung, dan
Pemuncak di Rantau Langsat;
• Daerah Tiga Balai, terdiri dari Dian Cacar, Parit, dan Perigi;
• Daerah Batin nan Enam Suku, meliputi Igal, Mandah, Pelanduk, Bantaian,
Pulau Palas, serta Batang Tuaka;
• Daerah Kuantan, mencakup Cerenti Tanah Kerajaan, Ujung Tanah
Minangkabau, dan Kerajaan Tua Gadis.
Sistem Pemerintahan

Indragiri memiliki sistem pemerintahan khas yang dibangun oleh orang-orang


Melayu secara turun-temurun. Model pemerintahan yang berlaku di dalam
Kesultanan Indragiri yang bercirikan Islam telah memperkuat pertumbuhan dan
perkembangan budaya Melayu. Upacara-upacara keagamaan di Indragiri tidak
bisa dilepaskan dari Islam dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari.Sistem pemerintahan yang berlaku di Kesultanan Indragiri mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam menjalankan suatu
pemerintahannya, pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Indragiri, Nara
Singa II atau Maulana Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan,
didampingi bendahara kerajaan bernama Tun Ali dan diberi gelar “Raja di
Balai”.
Kerajaan Indragiri Pada Era Kolonial Belanda

Pada tahun 1602, kapal milik bangsa Belanda yang dipimpin oleh nahkoda
Heemskerck berlabuh di Johor dengan tujuan awal untuk berdagang. Pada saat itu,
Kerajaan Johor-Riau yang dipimpin Sultan Alauddin Riayat Syah II sedang
menghadapi sejumlah peperangan, antara lain dengan Portugis dan Aceh serta Patani.
Kerajaan Johor-Riau kemudian mengajak Belanda bekerjasama untuk melawan musuh-
musuhnya itu.
Sebagai strategi untuk meluaskan pengaruh dan jejaring niaganya di Selat Malaka,
kompeni Belanda mendirikan loji di Indragiri pada 1615. Sultan Jamaluddin
Kramatsyah (1599-1658) sebagai penguasa Kesultanan Indragiri saat itu mengizinkan
aktivitas dagang Belanda di wilayahnya dengan harapan akan dapat meningkatkan
perdagangan di Indragiri.
Lanjutan

Namun, harapan Sultan Jamaluddin Kramatsyah dan Belanda tidak berjalan mulus
karena adanya persaingan dari pedagang-pedagang Cina, Portugis, dan Inggris.
Sementara Belanda sendiri kurang mampu berkonsentrasi menangani perdagangannya
di Indragiri karena sedang memusatkan perhatiannya untuk Batavia. Akibatnya, pada
1622 kantor dagang atau loji Belanda di Indragiri terpaksa ditutup.
Lanjutan

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Jamaluddin Sulemansyah (1658-1669)


sebagai Sultan Indragiri ke-5, disepakati perjanjian dengan Belanda tentang hubungan
perdagangan antara kedua belah pihak. Perjanjian yang ditandatangani oleh Sultan
Jamaluddin Sulemansyah dan Joan van Wesenhage tersebut dikenal dengan nama
Renovatie van het Contract van 27 October 1664, sesuai dengan tanggal penandatanganan
hasil perundingan.
Isi dari perjanjian itu antara lain sebagai berikut :
• Belanda diberi hak memonopoli dalam perdagangan lada;
• Bea murah bagi masuk dan keluarnya barang-barang milik Belanda dalam wilayah
kekuasaan Kesultanan Indragiri.
Bergabung dengan NKRI

Ketika Jakarta menyerukan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,


kabar itu segera sampai ke Indragiri, namun Sultan Mahmudsyah belum berani
mengambil sikap karena tentara Jepang masih banyak yang berkeliaran. Sultan
berhati-hati dalam mengambil keputusan dan menunggu reaksi rakyat Indragiri.
Tetapi, para pemuda di Indragiri telah bersikap dan berani menyampaikan berita
proklamasi kepada rakyat banyak.
Selanjutnya, kaum pemuda menghadap Sultan Mahmudsyah untuk menanyakan
sikap Sultan terhadap kemerdekaan Indonesia. Sultan menjawab tegas bahwa
Kesultanan Indragiri sangat mendukung proklamasi kemerdekaan dan merestui
gerakan kaum pemuda.
Prasasti-Prasasti Kerajaan Indragiri

Prasasti yang ditemukan di Kerajaan Indragiri ini adalah salah satunya makam.
Kompleks pemakaman Raja-raja Indragiri Hulu di Kota Lama, Kabupaten
Indragiri Hulu, Riau menempati lahan seluas sekitar 12 hektar.
Pada kompleks pemakaman tersebut terdapat empat kelompok makam yaitu:
kelompok makam Narasinga II, Kesedengan, Raja Usman Fadillah, dan kelompok
makam Andi Sampu Muhammad. Batas kompleks makam bagian selatan berupa
gundukan yang merupakan sisa dari benteng tanah.
Paparan Gambar Lokasi Makam
Lanjutan

Pengamatan terhadap bentuk dan ragam hias nisan pada kelompok makam
Narasinga II dan Kesedengan menghasilkan uraian sebagai berikut :
• Kelompok Makam Narasinga II
Kelompok makam Narasinga II keletakkannya berada pada permukaan tanah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok makam Kesedengan. Batas kelompok
makam dipagari kawat berduri dengan pintu masuk berada di sebelah utara. Jirat
makam berbentuk susunan persegi panjang yang terbagi atas dua bentuk yaitu jirat
satu susun dan jirat dua susun. Orientasi makam mengarah utaraselatan. Jirat aslinya
didirikan di atas tanah yang berada di bagian dalam jirat semu.
Lanjutan

2. Kelompok Makam Kesedengan


Makam terletak sekitar 180 m arah barat laut dari makam Narasinga II. Makam
dilindungi cungkup yang ditopang oleh empat buah tiang. Di dalam cungkup berisi
tiga buah makam. Batas makam dipagari pagar besi dengan pintu masuk berada di
sebelah barat. Jirat makam berbentuk tiga buah susunan persegi empat dari semen.
Orientasi makam mengarah utara-selatan.
Lanjutan

3. Tipe Makam
Elemen makam yang dapat dijadikan perbedaan tipe secara kronologis adalah
nisan. Bentuk nisan diantaranya menyerupai meru, lingga, gada, tanduk kerbau
dan sebagainya dengan pola hias beraneka ragam. Berdasarkan morfologi bentuk
dan ragam hias nisan di kelompok makam Narasinga II dan Kesedengan terdiri
dari 3 tipe yaitu diantaranya sebagai berikut :
Ø Tipe Tanduk Kerbau/Bersayap
Ø Tipe Gada
Ø Tipe Pipih
perbandingan bentuk dasar nisan kelompok makam Narasinga II
dan Kesedengan dengan nisan tipe Aceh
Lanjutan

Selanjutnya prasasti yang ditemukan di Kerajaan Indragiri ini adalah prasasti


Songan-tambahan yang dikeluarkan oleh Raja Sri Dharmawangsawardhana-
marakatapangkaja-sthanotunggadewa pada tahun 945 Saka atau 1042 Masehi. Pada
baris 5 dan 6 prasasti itu disebutkan kegiatan pertanian yaitu;
1.Amabaki (membuka hutan);
2.Amaluku (membajak);
3.Atanem (menanam);
4.Amatun (menyiangi);
5.Ahani (menuai);
6.Anutu (menumbuk).
Lanjutan

Selanjutnya prasasti yang ditemukan di Kerajaan Indragiri ini adalah prasasti Tugu. prasasti
ini menyebutkan bahwa raja membuat saluran sepanjang 6.122 tombak yang dibuat selama
21 hari. Selain itu juga disebutkan bahwa raja juga menghadiahkan 1000 ekor lembu kepada
para brahmana. Menurut Peter Ferdinandus, bahwa hadiah itu kemungkinan tidak dikaitkan
dengan pemanfaatan sebagai hewan korban, sebab dalam agama itu lembu tidak boleh
dibunuh. Di dalam kitab Satapatha Brahmana dan Ramayana disebutkan bahwa lembu
dipergunakan dalam upacara membajak sebelum rakyat mulai bertani. Peran brahmana dalam
upacara ini mengawali membajak pada saat upacara. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa teknologi membajak sawah kemungkinan dikenal bersamaan dengan masuknya
pengaruh Hindu-Buddha
Prasasti Tugu
Lanjutan

Selanjutnya prasasti Barus yang berangka pada tahun 1010 Saka (1088 M) Tapanuli Tengah yang
menggunakan bahasa Tami, biaro-biaro yang tersebar di berbagai wilayah Riau. Barus
menggambarkan sebagai pelabuhan di pantai barat merupakan salah satu pintu masuk kebudayaan
ini. Kepurbakalaan yang mendukungnya adalah prasasti dalam bahasa Tamil berangka tahun 1010
Saka (1088 M). Sebagai daerah pelabuhan yang cukup ramai pada masa itu dan dikunjungi oleh
berbagai bangsa seperti India, Cina, dan Timur Tengah, maka pusat perkembangan kebudayaan
Hindu-Buddha justru tidak di daerah itu, tetapi lebih kepedalaman tempat pusat kerajaan berdiri.
Pada gambaran prasasti ini menitik beratkan pada kegiatan perdagangan yang menjadi penyebab
kegiatan pertanian bukan merupakan kegiatan utama pada masa itu, sehingga wajar jika kemudian
masyarakat justru memilih tradisi lama seperti pengolahan tanpa bajak bagi kegiatan
pertaniaannya.
Prasasti Barus
Kesimpulan
Kerajaan Indragiri merupakan sebuah Kerajaan Melayu
yang awalnya bernama kerajaan Keritang.Diperkirakan
pembangunan kerajaan Kritang ini pada abad ke XIII.
Kemudian kerajaan berpindah pindah setelah berganti
pusat kuasa.Sebelumnya kerajaan Indragiri merupakan
bawahan (vazal) kerajaan Pagaruyung dan sekaligus
sebagai kawasan pelabuhan. Kemudian kerajaan ini
diperebutkan oleh Kesultanan Jambi, Kesultanan Siak,
dan Kesultanan Aceh.
TERIMA KASIH
Saatnya
Diskusi

Anda mungkin juga menyukai