Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Kerajaan Keritang, Indragiri

Sejarah Keritang tidaklah banyak yang dapat diketahui jelas. Nama Keritang berasal dari kata Akar Itang. Itang ialah sebangsa tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di sepanjang Sungai Gangsal. Akar-akar dari tumbuh-tumbuhan tersebut di atas begitu banyak di tebingtebing sungai sehingga menyulitkan bagi perjalananan. Dari kata-kata akar dan itang terbentuklah Karitang, yang lama-lama kelamaan kebiasaan orang Melayu suka mempermudah sesuatu ucapan kata tersebut menjadi Karitang dan akhirnya menjadi Keritang. masa hidup Kerajaan Keritang ini dapat diperkirakan semasa dengan Kerajaan Kuantan. Tempat Kerajaan Keritang ini berpusat di sekitar Desa Keritang sekarang ini, yaitu di tepi Sungai Gangsal di Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir. Kapan lenyapnya kerajaan ini tidaklah dapat dipastikan, tetapi beberapa petunjuk yang mengarah ke Kerajaan Keritang disebabkan kehilangan Raja pemangku tahta. Raja di tawan oleh Kerajaan Melaka. Raja Merlang yang akhirnya meninggal di dalam pengasingan. Ketika dalam penawanan, Raja Merlang dikawinkan dengan seorang puteri Sulatn Mansyur Syah mempunyai keturunan. Dari rahim isterinya lahir seorang putera mahkota Kerajaan Keritang. Narasinga, nama putera mahkota itu, kelak akan dijemput untuk diminta memerintah kembali Kerajaan Keritang, karena sudah lama kerajaan seperti tidak bertuan. Ketika rakyat Indragiri tidak mempunyai raja, maka datuk Patih meminta kepada Narasingan, sang putera mahkota yang masih menetap di Melaka untuk pulang ke Keritang memerintah kerajaan yang tidak memiliki raja. Kerajaan Keritang di Bawah Kekuasaan Sriwijaya Hampir semua wilayah yang ada di Kepulauan Sumatera berada dalam wilayah kekuasaan Sriwijaya. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, sepeninggalannya dari Sriwijaya, Jambi , tempat ia pernah menetap selama dua bulan, telah menjadi wilayah kekuasaan Sriwijaya. Menurut Marwati (1992) dari keterangan prasasti yang ditemukan di Telaga Batu, Sriwijaya memperluas wilayah kekuasaannya mulai daeah Malayu di sekitar Jambi sekarang sampai ke Pulau Bangka dan daerah Lampung Selatan serrta berusa menaklukkan Pulau Jawa yang menjadi saingannya dalam bidang bidang pelayaran dan perdagangan dengan luar Nusantara. Penaklukan Pulau Bangka diduga erat hubungannya dengan penguasaan perdagangan dan pelayaan internasional di selat Malaka. Selian letaknya yang strategis, Pulau Bangka pada masa Sriwijaya menurut Obdeyn (Marwati: 1992), masih bersambung menjadi satu dengan Semenanjung Tanah Melayu termausk didalamnya Kepuluan Riau dan Lingga. Sehingga dengan demikian, sangat kuat sekali untuk menghubungkan bahwa kerajaan Keritang juga berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Sebab daerah yang menjadi perbatasan Kerajaan Keritang, daerah Jambi dan Semenanjung Melayu berada dalam wilayah kekuasaan Sriwijaya. Pada saat Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim terbesar menguasai daerahdaearah sekitarnya, seperti, Bangka, Riau, Lingga, Jambi, Semenanjung Tanah Melayu dan Keritang, sepenuhnya menguasai lalu lintas perdagangan dan pelayaran dari kerajaankerajaan dari Barat ke Cina atau sebaliknya. Karena perahu-perahu asing semuanya terpaksa harus berlayar melalui Selat Melaka dan Selat Bangka yang dikuasai Sriwijaya. Keuntungan dari penguasaan tersebut, maka Sriwijaya keuntungan pajak lalu lintas yang melimpah-limpah dari perahu yang lewat. Sementara dari daerah Sriwijaya sendiri, ekspor berbagai macam komoditi dalam negeri, penyu, gading gajah, kapur barus, damar, lada dan

lainnya sangat banyak. Karena wilayahnya yang luas dan banyak memproduksi komoditi yang diinginkan para pedagang. Komoditi tersebut ditukarkan dengan berbagai macama alatalat sejenis porselen, kain katun dan kain sutera. Kerajaan Keritang di bawah kekuasan Sriwijaya, pada akhir abad ke-13, diperkirakan mulai lepas dari pengaruh kerajaan maritim itu. Pada pada abad tersebut, kekuasaan kerajaan Sriwijaya semakin pudarnya.Ini menjadi faktor keberuntungan bagi kerajaan-kerajaan kecil yang selama ini tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya. Kerajaan-kerajaan kecil, satu persatu mulai melepaskan diri dari pemerintahan Sriwijaya. Karena tidak mungkin lagi bagi Sriwijaya untuk bisa kembali menguasai dan memaksakan keinginannya, karena persoalan dalam negeri tidak dapat teratasi lagi dan semakin banyaknya serangan dari luar yang juga harus dihadapi. Sehingga secara perlahan, nama Sriwijaya semakin hilang dari peredaran. bandar dagang yang semula ramai dikunjungi, beransur-angsur menjadi sepi dan ditinggalkan pedagang. Sebab sumber-sumber komoditi yang diperjual belikan semakin menipis dan kuantitasnya tidak memenuhi permintaan pedagang lagi.

Tidak dapat dipastikan awal berdirinya Kerajaan Keritang (Indragiri), karena tebatasnya sumber. Suatu sumber yang menyebutkan bahwa raja pertama Kerajaan Indragiri adalah Raja Kecik Mambang yang memerintah 1298-1337 (T. Arief, tt:39). Sumber itu tidak menyebutkan di mana letaknya pusat pemerintahan dari Kerajaan Indragiri. Sebaliknya Mpu Prapanca danal negara Kertagama tidak pula menyebut nama Indragiri, tetapi yang ditulis hanyalah Keritang. Karena Keritang itu terdapat di Inderagiri, maka diperkirakan nama kerajaan Indragiri yang disebut di atas adalah identik dengan Kerajaan Keritang (Inderagiri). Dalam perjalanan sejarah Kerajaan Keritang dari tahun 1298-1331 masih tetap merdeka dan berdaulat. Berita dalam Negara Kertagama menyebutkan Majapahit sampai tahun 1331 M wilayah kekuasan baru daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Daerah-daerah di luar dari keduanya belum lagi masuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit (Muhammad Yamin, 1960). Selama berdaulat itu, tidak ditemukan sumber tertulis yang dapat mengungkapkan kembali sejarah kerajaan itu. Begitu juga di daerah Keritang sendiri tidak didapat cerita rakyat tentang Kerajaan layah Inderagiri atau antara Kampar di utara dan Jambi di Selatan (Muhammad Yamin, 1965) Sebagai suatu kerajaan, Keritang memiliki beberapa orang raja yang memerintah selama lebih kurang 213 tahun (1298-1508). Raja-raja tersebut yaitu Raja Kecik Mambang dsebut juga dengan gelar Raja Merlang I ( 1298-1337), Raja Iskandar atau Nara Singa ( 13371400), Raja Merlang II ( 1400-1437) dan Raja Nara Singa. Pada masa pemerintahan Raja Merlang II, Kerajaan Keritang (Inderagiri) menjadi daerah jajahan Melaka, sebagai hadiah perkawinan putri Majapahit dengan Sultan Mansyursah dan Melaka.

Anda mungkin juga menyukai