Anda di halaman 1dari 7

Islam masuk ke Indonesia

Nama: -Albaran Angger Dewa Dwipa Fadly Gina Kamila Rendy Rafif Syahrul Syawa Yudhan Aisah Fikri Zahra

Pemain : Pabicara (perempuan),

Raja Tonipalangga I SYAHRUL,

sultan Alauddin DWIPA,

Anakoda boning rendi,

dato’ ri bandang RAFIF,

dato’ ri tiro FADLY,

datuk patimang YUDHAN,

pedagang 1 DEWA

, permaisuri 1 AISAH,

permaisuri 2 ZAHRA,

dayang 1 KAMILA,

dayang 2,

pedagang 2 RENDY

, pengawal ANGGER,

utusan ALBARAN.

Ket: Pabicara merupakan pengantar adegan, pembaca narasi.

ISLAM DI KERAJAAN GOWA-TALLO

                                                                                                                      Ansar Saad

Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan yang bercorak Islam kabarnya sering berperang dengan kerajaan lainnya yang
berada di Sulawesi Selatan kala itu, misalnya dengan Bone, Luwu, Soppeng, dan Wajo. Sejak Gowa-Tallo resmi menjadi
kerajaan Islam pada tahun 1605 M, Islam menjadi alasan yang kuat untuk meluaskan lagi kekuasaan dengan tujuan
islamisasi; agar kerajaan-kerajaan lainnya selain tunduk pada kerajaan Gowa-Tallo juga harus menjadikan Islam sebagai
agama mereka. Wajo berhasil ditaklukan pada tanggal 10 Mei 1610 sedangkan kerajaan Bone berhasil dikuasai tanggal 23
November 1611 Masehi. Islam di kerajaan Gowa-Tallo selain telah menyebabkan runtuhnya kerajaan yang menjadi musuh
Kerajaan Gowa-Tallo, juga telah berhasil membawa kerajaan tersebut kepada masa-masa kejayaan.

sejak akhir abad ke-15 Masehi, pedagang muslim sudah sampai di Sulawesi atau wilayah kekuasaan kerajaan Gowa-Tallo.
Dan pada awal abad ke-16 pedagang Melayu Islam sudah menetap dan melakukan aktivitas perdagangan di wilayah ini.
Gowa dan Tallo merupakan negeri yang kaya akan beras putihnya dan juga kapur barus.

opening
Terlihat beberapa orang sedang beraktifitas. Pertanian, panen, menumbuk padi, patapi. hingga pesta rakyat. Terlihat
bebrapa org lewat dengan memikul karung gabah. Mereka yang dilalui terlihat ramah. Kemudian seketika. Aktifitas
tersebut berubah menjadi pasar pusat perdagangan.

Adegan 1:

(Terlihat dua orng pedagang muslim, di atas perahu.)

Pedagang 1:

kita memasuki kawasan kerajaan yang kaya akan beras. Kita akan berdagang di sana.

Pedagang 2 :

 betul sekali. Aku juga mendengar bahwa raja mereka sangat bijaksana dan terbuka bagi pendatang yang masuk ke
wilayahnya.

Pedagang 1 :

kita datang bukan hanya untuk berdagang, tapi sekaligus menyiarkan Islam

Pedagang 2 :

  hal Itu merupakan salah satu tujuan kita.

(Mereka berdua pun turun lalu membawa barang dagangannya dan menukarnya secara barter).

Pabicara :

 Islam masuk ke wilayah kerajaan gowa tallo melalui para pedagang muslim dalam proses perdagangan yang damai, oleh para
dai dan orang suci (wali) yang datang dari India atau Arab yang sengaja bertujuan mengislamkan orang-orang kafir. Dan
perlahan merekapun menetap di daerah tersebut.

(Mereka pun keluar.

Adegan 2

(suasana di istana kerajaan)

Masuk  Raja Tonipalangga I duduk di atas tahtanya. Bersama dua orang pengawalnya. Laki-laki dan perempuan

Permaisuri 1:

 aku mendengar banyak orang pendatang. Yang masuk ke wilayah kita.

Dayang 1 :

 betul permaisuri. Mereka adalah pedagang yang katanya datang dari timur tengah.

Permaisuri 1:

 tapi aku juga mendengar mereka juga akan menetap di negeri kita

Dayang.1 :

Mereka bukan hanya akan menetap dan berdagang. Tapi, mereka membawa sebuah syiar.
Permaisuri 1:

kalau begitu, aku berharap. Mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan di negeri kita. Mereka harus di hormati dan
di beri perlindungan.

Dayang 1:

saya akan menyampaikan pesan permaisuri kepada orang-orang kerajaan dan rakyat kita

Permaisuri :

baguslah kalau begitu. Laksanakan.,

Pabicara :

Dalam Pattorioloanga ri Togowaya (Lontara Sejarah Gowa) didapati keterangan pada masa raja yang memerintah Gowa
yaitu Raja Tonipalangga I (1546-1565) yang merupakan raja Gowa ke-10, datang menghadap utusan orang-orang Melayu
bernama Datuk Anakkoda Bonang seorang ulama sekaligus pedagang dari Minangkabau yang meminta diberi hak untuk
kawasan perkampungan di Makassar. Kabarnya mereka kemudian diizinkan untuk menempati daerah-daerah di sekitar
pelabuhan Somba Opu tepatnya di Kampung Mangallekana.)

Anakoda Bonang :

(kepada Raja Tonipalangga) “ saya utusan orang melayu menghadap dan mempunyai empat macam yang kami harap-
harapkan dari Tuanku;”

Raja :

 “apa itu?”

Anakoda Bonang;

 “kami minta supaya jangan dimasuki pekarangan kami dengan begitu saja, jangan      dimasuki rumah kami dengan begitu
saja, janganlah kami dikenakan peraturan “nigayang” bila ada anak kami, dan janganlah kami dikenakan peraturan
“nirappung” bila ada kesalahan kami.

(Maka diperkenankanlah (permintaan itu) oleh Raja,)

Raja:

“Sedangkan kerbauku bila lelah kuturunkan ke dalam air, bila bebannya berat saya turunkan sebagian, apalagi engkau
sesamaku manusia, akan tetapi janganlah engkau melakukan pembunuhan dalam kerajaanku di luar pengetahuanku.”

Anakoda Bonang :

 terima kasih karaeng.

Raja,:

 “Berapa macam (orang) yang kau masukkan ke dalam permintaan itu ?”

Anakkoda Bonang :

 “Semua kami yang bersarung ikat ialah (orang) Pahang, Patani, Campa, Minangkabau, dan Johor.”

Raja :
 baiklah kalau begitu saya menerima permintaan kamu…

Anakkoda bonang : tabe’ kareng saya permisi.

(Anakkoda boning pun keluar. Lalu masuk pabicara).

Pabicara :

Hubungan baik antara pendatang Melayu dengan penduduk setempat, menyebabkan mereka mendapatkan tempat istimewa
di hati raja. Tidak mengherankan, jika Raja Gowa berikutnya, yaitu Tonijallo (1565-1590) memberikan fasilitas tempat ibadah,
sebuah masjid, di tempat pemukiman mereka, di Mangallekana. Kemudia selajutnya Raja Gowa I Manga’ rangi Daeng
Manrabbia memerintah. Disebutkan dalam Lontara Wajo. bahwa Mubaligh yang menyebarkan islam disebut Dato Tallu (Tiga
Datuk) atau Datuk Tallua dalam bahasa Makassar; yaitu Dato’ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal), Dato’ri
Pattimang (Datuk Sulaiman atau Khatib Sulung), dan Dato’ri Tiro (Abdul Jawad atau Khatib Bungsu).

Adegan 3

Masuk tiga orang muballigh, Dato’ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal), Dato’ri Pattimang (Datuk Sulaiman atau
Khatib Sulung), Dato’ri Tiro (Abdul Jawad atau Khatib Bungsu).

Dato’ri bandang :

 sekarang kita akan melakukan sebuah tugas yang tentunya berat, namun apabila kita melakukannya dengan sungguh-
sungguh maka pahalanya sangat besar.

Dato’ri Pattimang :

 kita akan akan menyebarkan agama islam dan ini adalah salah satu kewajiban kita. Semoga Allah senantiasa memberkahi
kita.

Dato’ri Tiro :

baiklah kalau begitu kita membagi tenaga dan daerah sasaran dakwah. agar semua daerah dapat mengetahui ajaran yang kita
bawa.

Datuk ri Bandang :

saya akan berdakwah di daerah Gowa (yang kemudian mengislamkan raja Gowa-Tallo,)

Datuk Patimang :

saya akan melakukan  dakwah di daerah  Luwu,

Datuk ri Tiro :

saya akan berdakwah di daerah Bulukumba.

Datuk ri bandang :

marilah kita berdoa, semoga Allah memudahkan urusan kita.

(mereka pun berdoa, lalu mereka pun keluar menyebar untuk mendakwahkan islam).

Masuk pabicara.

Pabicara :
Para Mubaligh ini berhasil mengislamkan raja Gowa dan Tallo, Karaeng Matowaya dari Tallo, I Mallingkang Daeng Manyonri
(Karaeng Tallo) tanggal 9 Jumadil Awal 1014 H (22 September 1605 M) dengan gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng
Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia pada tanggal 19 Rajab 1016 H (9 November 1607 M). dan islam pun menjadi agama
resmi kerajaan. Semenjak Islam menjadi agama resmi di Kerajaan Gowa-Tallo, raja gowa yaitu Sultan Alauddin semakin kuat
dalam kedudukannya karena beliau juga diakui sebagai “Amirul Mukminin” atau kepala agam Islam. Raja ini juga dinilai aktif
dalam menyebarkan agama islam.

Adegan 4

Masuk raja gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia (sultan alauddin). Duduk diatas tahtanya bersama permaisurinya.

(Masuk pengawal)

Pengawal :

 tabe’ karaeng. Ada utusan dari orang-orang melayu ingin bertemu dengan karaeng

sultan alauddin :

 silahkan. Suruh dia masuk.

Lalu masuk datuk ri bandang. Menghadap raja.

Permaisuri 2 :

selamat datang di kediaman kami..oya, (melihat ke dayangnya) beri tamu kita jamuan yang istimewa.

Dayang 2 :

baik permaisuri. Kami akan segera menyiapkan jamuannya.

Permaisuri 2 :

kalau boleh tahu, apa tujuan anda tuan.

Datuk ri bandang :

setelah mengetahui kebijaksanaan tuan dan permaisuri. juga atas kebaikan tuan kepada orang-orang muslim pendatang yang
bermukim di wilayah tuan. Maka atas kelapangan hati tuan kiranya dapat menerima Islam sebagai agama Tuan.

sultan alauddin :

baiklah kalau begitu. Ajari saya dan rakyat kami tentang islam.

Permaisuri 2:

 kami akan senag sekali jika tuan mengajari kami tentang apa yang tuan bawa.

(Raja dan datu ri bandang duduk bersila dan berhadapan).

Datuk ri bandang :

(bersyahadat) Asyhadu Allah Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah. Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan Yang
haq selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Nabi Utusan Allah.

(maka raja pun mengikuti ucapan datuk ri bandang).

Pabicara :
 dalam Lontara’ Pattorioloanga ri Togowaya (Sejarah Kerajaan Gowa)  menceritakan tentang penerimaan Islam Raja Gowa,
Sultan Alauddin. Dalam lontara disebutkan:

“Ia Raja Gowa mengendalikan pemerintahan semasih berumur tujuh tahun, nama kecilnya, semoga saya tidak berdosa
menyebutkannya, adalah I Mangngarangi, nama daeng-nya adalah I Daeng Manra’bia, nama Arabnya adalah Sultan Alauddin.
Setelah ia memerintah dua belas tahun, ia masuk Islam yang dibawa oleh orang dari Koto Tangah, Minangkabau. Orang inilah
yang mengajarkan kepadanya kalimat syahadat. Ia digelar Datuk ri Bandang setelah ia bertempat tinggal di Kampung
Pammatoang (Bandang). Raja (Gowa) masuk Islam pada hari Jumat, 9 Jumadil Awal bertepatan dengan 22 September.”

Menurut Lontarak Bilang Gowa bahwa pada tanggal 9 Nopember 1607,  Pertama kali diadakan shalat Jumat di Tallo, ketika
sejak masuk Islam, Dalam tahun ini konon terjadinya perang Tamapalo).

(Datuk ribandang terlihat seolah-olah berceramah di hadapan raja. Sementara Pabicara bercerita. Setelah itu datuk ri
bandang keluar. Dan pabicara pun keluar).

Rajapun berdiri lalu ke tahtanya.

Adegan 5

sultan alauddin :

 “bahwa barangsiapa diantara kita Gowa dan sekutunya atau daerah taklukannya melihat suatu jalan kebajikan, maka salah
satu dari mereka yang melihat itu harus menyampaikan kepada pihak lainnya. Gowa sekarang sudah melihat jalan kebajikan
yaitu agama Islam”.

Tiga orang masuk sebagai perwakilan dari Kerajaan Tellumpoccoe

Utusan :

Kami utusan dari kerajaan Bone, Soppeng dan Wajo atas perintah raja kami. telah menutup aliansi dan tidak bisa menerima
ajakan dari raja gowa.

sultan alauddin:

 baiklah kalau begitu, siapa saja yg tidak menerima secara damai. Kita akan berperang.

Raja pun berdiri. Dan memerintahkan pasukannya bersiap berperang…

sultan alauddin :

 sekarang saatnya kita berperang melawan kekafiran dan kerajaan yang menolak seruan islam. Bersiaplah..

Di sisi panggung lain. Pasukan dari persekutuan bone, soppeng dan wajo pun bersiap.

sultan alauddin:

 serang…..

(perang pun terjadi).. dan pasukan dari kerajaan Tellumpoccoe. Tunduk dan menyerah..

(keadaan pun gaduh suasana perang. Lalu berhenti.. pabicarapun masuk.

Pabicara :
Kerajaan Luwu’ dan Mandar tanpa ancaman perang memang sudah mennjadikan Islam sebagai agama Kerajaan.Begitu juga
diterima dikerajaan-kerajaan Enrekang Kerajaan tellu Lembana dan Tellu Batu Papan.

pada tahun 1609 angkatan perang Gowa yang tangguh dikirim ke pedalaman, mula-mula ke Ajatappareng (Suppak, Sawitto,
Rappang, Sidenreng) lalu tunduk dan menerima Islam sebagai agama kerajaan. Juga dalam tahun 1609 itu Kerajaan Soppeng
menerimanya, tahun 1610 Kerajaan Wajo, dan tahun 1611 Kerajaan Bone.

Maka kerajaan gowa-tallopn berada di puncak kejayaan.

Selesai…….

Anda mungkin juga menyukai