Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN .............
A.
B.

LATAR BELAKANG MASALAH...............................................................


TUJUAN ...

BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
D.
E.

ASAL-USUL .
STRUKTUR KERAJAAN KESULTANAN TERNATE
KEDATANGAN PORTUGIS DAN PERANG SAUDARA......................
PENGUSIRAN PORTUGIS.........................................................................
KEDATANGAN BELANDA.......................................................................
PERLAWANAN RAKYAT MALUKU.......................................................

BAB III
PENUTUP..............................................................................................................
M. KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya
Dan harapan saya

semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

1. ASAL-USUL
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal
merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung
yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang
pertamatama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala
penjuru mencari rempahrempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan
bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas
perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para
perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah
untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang
pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano
(raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di
kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga
oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang
menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate,
sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di
bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah
kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh
dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
2. STRUKTUR KERAJAAN KESULTANAN TERNATE
Pada masamasa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk
kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano. Mulai
pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan
syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan
menggantinya dengan gelar sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.
Setelah sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan jogugu (perdana menteri) dan
fala raha sebagai para penasihat. Fala raha atau empat rumah adalah empat klan
bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para

momole pada masa lalu, masingmasing dikepalai seorang kimalaha. Mereka yaitu
Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabatpejabat tinggi kesultanan
umumnya berasal dari klanklan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka
penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan jabatan lain Bobato
Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji, dll.

3. KEDATANGAN PORTUGIS DAN PERANG SAUDARA


Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521), Ternate semakin
berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan
perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk
memperkuat pasukan Ternate. Pada masa ini pula datang orang Eropa pertama di
Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506. Tahun 1512
Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan
Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang
di Ternate. Portugal datang bukan sematamata untuk berdagang melainkan untuk
menguasai perdagangan rempahrempah, pala dan cengkih di Maluku. Untuk itu
terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate.
Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia.
Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak
sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore
dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, Pangeran Hidayat (kelak Sultan
Dayalu) dan pangeran Abu Hayat (kelak Sultan Abu Hayat II). Sementara pangeran
Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri.
Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah
perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese
didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru dikhianati dan
dibunuh Portugal. Gubernur Portugal bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan
pengaruh yang dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran
Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika Sultan Tabariji mulai menunjukkan sikap bermusuhan,
ia difitnah dan dibuang ke Goa, India. Di sana ia dipaksa Portugal untuk menandatangani

perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan Kristen dan vasal kerajaan Portugal, namun
perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun (1534-1570).

4. PENGUSIRAN PORTUGIS
Perlakuan Portugal terhadap saudarasaudaranya membuat Sultan Khairun geram dan
bertekad mengusir Portugal dari Maluku. Tindaktanduk bangsa Barat yang satu ini juga
menimbulkan kemarahan rakyat yang akhirnya berdiri di belakang Sultan Khairun. Sejak
masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat dan
pusat Islam utama di Nusantara abad ke-16 selain Aceh dan Demak setelah kejatuhan Malaka
pada tahun 1511. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang
Portugal di Nusantara.
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal.
Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong
kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutusekutu suku pribumi yang bisa
dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus
mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala
bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur
Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya
dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.
Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan
Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan
Baabullah (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia
digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku
untuk selamanya pada tahun 1575. Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai
puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat
hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga
kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.
Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga menjadikan
Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur, di samping Aceh dan

Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga
kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah
bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme Barat.

5. KEDATANGAAN BELANDA
Sepeninggal Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah, Kerajaan Spanyol yang telah
bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku
dengan

menyerang

Ternate.

Dengan

kekuatan

baru

Spanyol

memperkuat

kedudukannya di Filipina, Ternate pun menjalin aliansi dengan Mindanao untuk


menghalau Spanyol namun gagal, bahkan Sultan Said Barakati berhasil ditawan
Spanyol dan dibuang ke Manila.
Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta bantuan Belanda
pada tahun 1603. Ternate akhirnya berhasil menahan Spanyol namun dengan imbalan yang
amat mahal. Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate. Pada tanggal 26
Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan
bantuan Belanda melawan Spanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng
Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.
Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda dan Ternate
menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate. Diantaranya adalah
Pangeran Hidayat (15??-1624), raja muda Ambon yang juga merupakan mantan wali raja
Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan dan Belanda. Ia
mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempahrempah kepada
pedagang Jawa dan Makassar.

6. PERLAWANAN RAKYAT MALUKU


Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada Ternate semakin kuat.
Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat
perintah sultan. Sikap Belanda yang kurang ajar dan sikap sultan yang cenderung

manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17, setidaknya


ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate dan rakyat Maluku.

Tahun 1635, demi memudahkan pengawasan dan mengatrol harga rempah yang
merosot Belanda memutuskan melakukan penebangan besarbesaran pohon cengkeh
dan pala di seluruh Maluku atau yang lebih dikenal sebagai Hongi Tochten yang
menyebabkan rakyat mengobarkan perlawanan. Pada tahun 1641, dipimpin oleh raja
muda Ambon, Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan gabungan Ternate, Hitu dan
Makassar menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah. Salahakan
Luhu kemudian berhasil ditangkap dan dieksekusi mati bersama seluruh keluarganya
pada tanggal 16 Juni 1643. Perjuangan lalu dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, Kapita
Hitu Kakiali dan Tolukabessi hingga 1646.

Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan


Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap Sultan Mandarsyah (1648-1650,1655-1675)
yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda. Para
bangsawan berkomplot untuk menurunkan sultan. Tiga di antara pemberontak yang
utama adalah trio pangeran Saidi, Majira dan Kalamata. Pangeran Saidi adalah
seorang kapita laut atau panglima tertinggi pasukan Ternate, Pangeran Majira adalah
raja muda Ambon sementara Pangeran Kalamata adalah adik sultan Mandarsyah.
Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku Tengah sementara Pangeran
Kalamata bergabung dengan raja Kesultanan Gowa, Sultan Hasanuddin. Mereka
bahkan sempat berhasil menurunkan Sultan Mandarsyah dari tahta dan mengangkat
Sultan Manilha (16501655), namun berkat bantuan Belanda kedudukan Mandarsyah
kembali dipulihkan. Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi dkk berhasil dipadamkan.
Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara Pangeran Majira dan
Kalamata menerima pengampunan sultan dan hidup dalam pengasingan.

Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Sibori
(1675 1691) merasa gerah dengan tindaktanduk Belanda yang semena-mena. Ia
kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao,
namun upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerahdaerah
strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan
Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan

terpaksa menyingkir ke Jailolo. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa


menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan
dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
Meski telah kehilangan kekuasaan mereka, beberapa sultan Ternate berikutnya tetap
berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang
terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu menyokong perjuangan
rakyatnya secara diamdiam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad
Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayahwilayah
kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola
namun gagal.
Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau
berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas
termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrakabrik. Akan tetapi
karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan
tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan
Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya
berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47,
Sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita,
dia dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.
Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong
selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan.
Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus Kesultanan Ternate
namun niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu
pemberontakan baru sementara Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di
Batavia. Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih
tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari
4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di
Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate
memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan
rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang
mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan
kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik. Kekayaan hasil alam yang
berlimpah di daerah maluku membuat banyaknya penjajah yang ingin menguasai hasil alam
tersebut yang mengakibatkan terjadinya perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat
kerajaan maluku khusunya Kesultana Ternate yang pada akhirnya kesultana Ternate bisa
lepas dari cengkraman jajahan Portugis dan Belanda dan juga bisa Bertahan bisa bertahan
sebagai simbol perjuangan dan budaya negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
M. Adnan Amal, Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 1800 Jilid I dan II,
Universitas Khairun Ternate 2002.
Willard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak, Pustaka
Sinar Harapan Jakarta 1996.
Abdul Hamid Hasan, Ternate dari abad ke abad, Ternate 1987.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ternate
M. Adnan Amal, Tahun-tahun yang menentukan: Babullah datu syah menamatkan
kehadiran portugis di maluku. pustaka Gramedia 2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia terdapatat berbagai jenis kerajaan-kerajaan yang bercorak islam yang
membujur dari sabang sampai merauke. Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui
proses perdagangan, pendidikan, dll. Salah satu kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti
kerajaan Ternate (Maluku).
Kerajaan ini memiliki permasalahan dalam hal melawan penjajah yang berusaha
menguasai dan memonopoli daerah-daerah kekuasaanya serta mempertahankan dan mewarisi
agama islam kepada rakyat-rakyatnya. Selain itu tokoh-tokoh yang memimpin dan berhasil
mengusir para penjajah adalah seorang Sultan-sultan yang pemberani.
Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan tersebut banyak mengalami berbagai masalah
yang bisa menimbulkan permusuhan dan pertikaian serta peperangan. Penyebab dari
permusuhan dan peperangan itu, adalah masalah agama, penguasaan wilayah, dan
memonopoli perdagangan. Peperangan yang terjadi kerajaan ternate adalah mengusir bangsa
portigis yang mencari rempah-rempah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah Kerajaan Ternate?
2. Bagaimanakah struktur kerajaan Ternate.
3. Seperti apakah perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap penjajah?

Anda mungkin juga menyukai