Nama Tarumanegara berasal dari kata Tarum dan Nagara. Tarum berarti sungai
yang membelah Jawa Barat yaitu sungai Citarum. Namun ada pula yang menyebutkan
bahwa kata Tarum berasal dari nama tanaman warna yang berada di sungai Citarum.
Dan Nagara yang berarti negara atau kerajaan.
Salah satu rombongan yang berasal dari Calankayana dipimpin oleh seorang
Maharesi. Dia bernama Jayasingawarman. Jayasingawarman mendapatkan
persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa yaitu Dewawarman VIII, raja
Salakanagara untuk membuka tempat pemukiman baru. Tempat pemukiman yang
diberi nama Tarumadesya (desar Taruma) ini berada di dekat sungai Citarum.
Silsilah raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut :
Jayasingawarman (358-382)
Dharmayawarman (382-395)
Purnawarman (395-434)
Wisnuwarman (434-455)
Indrawarman (455-515)
Candrawarman (515-535)
Suryawarman (535-561)
Kertawaman (561-628)
Sudhawarman(628-639)
Hariwangsawarman (639-640)
Nagajayawarman (640-666)
Linggawarman (666-669)
Dengan perluasan wilayah, Kerajaan ini memiliki luas wilayah yang sebanding
dengan luas Jawa Barat. Sehingga Raja Purnawarman dikenal sebagai raja yang kuat
dan arif bijaksana kepada rakyatnya. Selain itu dia juga menyusun pustaka seperti
peraturan angkatan perang, siasat perang dan silsilah dinasti Warman. Dia juga
merancang undang-undang kerajaan yang memajukan kerajaan serta rakyatnya.
Kehidupan Sosial
Raja Purnawarman merupakan raja yang memperhatikan rakyatnya. Tidak hanya itu,
bahkan kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara juga sudah tersusun dengan rapi.
Tidak hanya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya saja, Purnawarman juga
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan upacara korban. Upacara ini dimaksudkan sebagai tanda penghormatan
kepada para dewa.
Lalu tahta kerajaan Tarumanegara jatuh kepada Tarusbawa, menantu dari raja
Linggawarman. Karena kerajaan tarumanegara terus mengalami kemunduran,
Tarusbawa ingin mengangkat kerajaan tarumanegara kembali kemasa kejayaannya. Ia
pun memimpin kerajaan tarumanegara seperti di masa pemerintahan raja
Purnawarman yang berkediaman di Sundapura. Demi mewujudkannya Tarusbawa lebih
memilih mengembangkan Kerajaan Sunda yang sebelumnya merupakan kerajaan
daerah yang berada dalam kekuasaan Tarumanegara. Lalu Tarusbawa merubah nama
kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Namun ini justru membuat
hubungan kerajaan Tarumanegara dengan kerajaan lainnya melemah. Peristiwa ini
membuat Kerajaan Galuh memutuskan untuk berpisah dari kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Galuh ini didirikan oleh Wretikandayun, cucu dari Kretawarman, raja ke-8
Kerajaan Tarumanegara. Pemisahan ini juga didukung oleh Kerajaan Kalingga. Karena
saat itu putra mahkota Kerajaan Galuh menikah dengan putri dari Kerajaan Kalingga.
Dukungan itu membuat Kerajaan Galuh meminta agar wilayah kerajaan Tarumanegara
dibagi menjadi dua. Untuk menghindari perang saudara, Raja Tarusbawa pun setuju
dan memecah wilayah Kerajaan Tarumanegara menjadi wilayah Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batasnya. Kerajaan Tarumanegara pun
mengalami kekosongan kepemimpinan (vacuum of power) karena raja Tarusbawa lebih
memilih mengembangkan Kerajaan Sunda daripada Kerajaan Tarumanegara. Selain itu
ada gempuran dari beberapa kerajaan lain yang sangat berpengaruh pada keruntuhan
kerajaan ini. Pada tahun 669 Kerajaan Tarumanegara runtuh dan ditaklukan oleh
Dapunta Hyang Salendra, Raja Sriwijaya dengan tujuan memperluas wilayah
kekuasaannya.