Anda di halaman 1dari 25

KERAJAAN BANJAR

SEJARAH RAJA RAJA

WILAYAH PENINGGALAN
KERAJAAN BANJAR
Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang
wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah
kalimantan pada saat sekarang ini.kerajaan besar ini dapat
mempersatukan beberapa kerajaan kecil di wilayah Kalimantan
seperti Kerajaan Paser dan Kerajaan Kutai di kalimantan Timur,
Kerajaan Kotawaringin di Kalimantan Tengah, serta Kerajaan
Qodriah, Kerajaan Landak, dan Kerajaan Mempawah di
Kalimantan Barat.Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah
daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin) ,
kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin
dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september
1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai
Sultan pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada
saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Perang Banjar
merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk
melawan kolonialisasi Belanda. Raja terakhir adalah Sultan
Mohammad Seman (1862 - 1905), yang meninggal pada saat
melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu
SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN BANJAR
Kemunculan Kerajaan Banjar tidak lepas dari melemahnya pengaruh Negara
Daha sebagai kerajaan yang berkuasa saat itu. Tepatnya pada saat Raden
Sukarama memerintah Negara Daha, menjelang akhir kekuasaannya dia
mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya yang bernama Raden
Samudera. Akan tetapi, wasiat tersebut ditentang oleh ketiga anak Raden
Sukarama yaitu Mangkubumi, Tumenggung dan Bagulung. Setelah Raden
Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung merebut kekuasaaan dari pewaris yang
sah yaitu Raden samudera dan merebut tahta kekuasaan Negara Daha.
Raden Samudera sebagai pihak yang kalah melarikan diri dan bersembunyi di
daerah hilir sungai barito. Dia dilindungi oleh kelompok orang melayu yang
menempati wilayah itu. Kampung orang melayu itu disebut kampung oloh masih
yang artinya kampung orang melayu pimpinan Pati Masih. Lama kelamaan
kampung ini berkembang menjadi kota banjarmasih karena ramainya
perdagangan di tempat ini dan banyaknya pedagang yang menetap. Dalam
pelarian politiknya, raden Samudera melihat potensi Banjarmasih dengan sumber
daya manusianya dapat dijadikan kekuatan potensial untuk melawan kekuatan
pusat, yaitu Negara Daha. Kekuatan Banjarmasih untuk melakukan perlawaann
terhadap Negara Daha akhirnya mendapat pengakuan formal setelah komunitas
melayu mengangkat Raden Samudera sebagai kepala Negara.
Pengangkatan ini menjadi titik balik perjuangan Raden Samudera.
Terbentuknya kekuatan politik baru di banjarmasih, sebagai kekuatan politik
tandingan bagi Negara Daha ini menjadi media politik bagi Raden Samudera
dalam usahanya memperoleh haknya sebagai Raja di Negara Daha, sedangkan
bagi orang Melayu merupakan media mereka untuk tidak lagi membayar pajak
kepada Negara Daha.
SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN BANJAR
Setelah menjadi Raja di Banjarmasih, Raden Samudera dianjurkan oleh Patih
Masih untuk meminta bantuan Kerajaan Demak. Permintaan bantuan dari Raden
Samudera diterima oleh Sultan Demak, dengan syarat Raden Samudera beserta
pengikutnya harus memeluk agama Islam. Syarat tersebut disanggupi Raden
Samudera dan Sultan Demak mengirimkan kontingennya yang dipimpin oleh
Khatib Dayan. Setibanya di Banjarmasih, kontingen Demak bergabung dengan
pasukan dari Banjarmasih untuk melakukan penyerangan ke Negara Daha di hulu
sungai Barito. Setibanya di daerah yang bernama Sanghiang Gantung, pasukan
Bandarmasih dan Kontingen Demak bertemu dengan Pasukan Negara daha dan
pertempuran pun terjadi. Pertempuran ini berakhir dengan suatu mufakat yang
isinya adalah duel antara Raden samudera dengan Pangeran Tumenggung. Dalam
duel itu, Raden Samudera tampil sebagai pemenang dan pertempuran pun
berakhir dengan kemenangan banjarmasih.
Setelah kemenangan dalam pertempuran, Raden Samudera memindahkan
Rakyat Negara Daha ke Banjarmasih dan Raden Samudera dikukuhkan sebagai
Kepala negaranya. Pembauran penduduk Banjarmasih yang terdiri dari rakyat
Negara Daha, Melayu, Dayak dan orang jawa (kontingen dari Demak)
menggambarkan bersatunya masyarakat di bawah pemerintahan Raden
Samudera. Pengumpulan penduduk di banjarmasih menyebabkan daerah ini
menjadi ramai, ditambah letaknya pada pertemuan sungai barito dan sungai
martapura menyebabkan lalu lintas menjadi ramai dan terbentuknya hubungan
perdagangan. Raden Samudera akhirnya menjadikan Islam sebagai agama negara
dan rakyatnya memeluk agama Islam. Gelar yang dipergunakan oleh Raden
Samudera sejak saat itu berubah menjadi Sultan Suriansyah. Kerajaan Banjar
pertama kali dipimpin oleh Sultan Suriansyah ini.
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
 Sultan Suriansyah (1520-1546). Nama kecil Raden Samudra. Raja
Banjar pertama yang memindahkan pusat pemerintahan di
Kampung Banjarmasih (Kuin) menggantikan Maharaja
Tumenggung (Raden Panjang), Dia ahli waris yang sah sesuai
wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan
Negara Daha dibantu Mangkubumi Aria Taranggana. Raden
Samudera memeluk Islam pada 24 September 1526. Makamnya di
Kompleks Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta
Sunan Batu Habang. Dalam agama lama, Pangeran Samudra
dianggap hidup membegawan di alam gaib sebagai sangiang
digelari Perbata Batu Habang.

 Sultan Mustain Billah (1595-1641) Raja Banjarmasih/Raja


Martapura. Nama lahirnya Raden Senapati, diduga ia perampas
kekuasaan, sebab ia bukanlah anak dari permaisuri meskipun ia
anak tertua. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai
Jayanagara, dilanjutkan sepupunya Kiai Tumenggung
Raksanagara. Gelar lain : Raden Kushil/Gusti Kacil/Pangeran
Senapati/Panembahan Marhum/Raja Maruhum dan gelar yang
dimasyhurkan Marhum Panembahan. Dia memindahkan ibukota
ke sebelah hulu setelah mendapat serangan dari VOC Belanda dan
memberi nama ibukota baru Martapura
 Sultan Suriansyah (1520-1546). Nama kecil Raden Samudra. Raja
Banjar pertama yang memindahkan pusat pemerintahan di Kampung
Banjarmasih (Kuin) menggantikan Maharaja Tumenggung (Raden
Panjang), Dia ahli waris yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja
Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan Negara Daha dibantu
Mangkubumi Aria Taranggana. Raden Samudera memeluk Islam pada
24 September 1526. Makamnya di Kompleks Makam Sultan Suriansyah
dengan gelar anumerta Sunan Batu Habang. Dalam agama lama,
Pangeran Samudra dianggap hidup membegawan di alam gaib sebagai
sangiang digelari Perbata Batu Habang.
 Sultan Mustain Billah (1595-1641) Raja Banjarmasih/Raja Martapura.
Nama lahirnya Raden Senapati, diduga ia perampas kekuasaan, sebab
ia bukanlah anak dari permaisuri meskipun ia anak tertua.
Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Jayanagara, dilanjutkan
sepupunya Kiai Tumenggung Raksanagara. Gelar lain : Raden
Kushil/Gusti Kacil/Pangeran Senapati/Panembahan Marhum/Raja
Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Marhum Panembahan. Dia
memindahkan ibukota ke sebelah hulu setelah mendapat serangan dari
VOC Belanda dan memberi nama ibukota baru Martapura
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
 Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata bin Sultan Tamjidullah I (1761-1801).
Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin
Halilullah. Pemerintahan dibantu oleh Perdana Menteri/mangkubumi Ratu
Anom Ismail. Gelar lain Susuhunan Nata Alam (1772) Pangeran Nata
Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin
Saidullah(1762)/Amirul Mu’minin Abdullah (1762) Sulaiman Saidullah I
(1787) Panembahan Batu (1797)=Panembahan Anom. Mendapat bantuan
VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin
Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan suku Bugis-Paser yang
gagal. Dia kemudian menjalin hubungan dengan suku Bakumpai dan
akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 dan diasingkan ke
Srilangka.

 Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin


Tahmidullah II (1801-1825). Mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran
Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu
adiknya Pangeran Mangku Dilaga dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga
sebagai mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan kudeta),
sehingga jabatan mangkubumi berikutnya diberikan kepada putera kedua
sultan sulaiman Pangeran Husin Mangkubumi Nata bin Sultan Sulaiman.
Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Trah keturunannya
menjadi raja di Kerajaan Kusan, Batoe Litjin dan Poelau Laoet. Hindia
Belanda yang jatuh ke tangan Inggris dan melepaskan kekuasaannya di
Banjarmasin. Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin menegaskan
kekuasaannya.
 Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata bin Sultan Tamjidullah I (1761-1801).
Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin
Halilullah. Pemerintahan dibantu oleh Perdana Menteri/mangkubumi Ratu
Anom Ismail. Gelar lain Susuhunan Nata Alam (1772) Pangeran Nata
Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin
Saidullah(1762)/Amirul Mu’minin Abdullah (1762) Sulaiman Saidullah I
(1787) Panembahan Batu (1797)=Panembahan Anom. Mendapat bantuan
VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin
Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan suku Bugis-Paser yang
gagal. Dia kemudian menjalin hubungan dengan suku Bakumpai dan
akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 dan diasingkan ke
Srilangka.
 Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin
Tahmidullah II (1801-1825). Mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran
Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu
adiknya Pangeran Mangku Dilaga dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga
sebagai mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan kudeta),
sehingga jabatan mangkubumi berikutnya diberikan kepada putera kedua
sultan sulaiman Pangeran Husin Mangkubumi Nata bin Sultan Sulaiman.
Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Trah keturunannya
menjadi raja di Kerajaan Kusan, Batoe Litjin dan Poelau Laoet. Hindia
Belanda yang jatuh ke tangan Inggris dan melepaskan kekuasaannya di
Banjarmasin. Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin menegaskan
kekuasaannya.
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
 Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata bin Sultan Tamjidullah I (1761-1801).
Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin
Halilullah. Pemerintahan dibantu oleh Perdana Menteri/mangkubumi Ratu
Anom Ismail. Gelar lain Susuhunan Nata Alam (1772) Pangeran Nata
Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin
Saidullah(1762)/Amirul Mu’minin Abdullah (1762) Sulaiman Saidullah I
(1787) Panembahan Batu (1797)=Panembahan Anom. Mendapat bantuan
VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin
Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan suku Bugis-Paser yang
gagal. Dia kemudian menjalin hubungan dengan suku Bakumpai dan
akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 dan diasingkan ke
Srilangka.

 Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin


Tahmidullah II (1801-1825). Mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran
Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu
adiknya Pangeran Mangku Dilaga dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga
sebagai mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan kudeta),
sehingga jabatan mangkubumi berikutnya diberikan kepada putera kedua
sultan sulaiman Pangeran Husin Mangkubumi Nata bin Sultan Sulaiman.
Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Trah keturunannya
menjadi raja di Kerajaan Kusan, Batoe Litjin dan Poelau Laoet. Hindia
Belanda yang jatuh ke tangan Inggris dan melepaskan kekuasaannya di
Banjarmasin. Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin menegaskan
kekuasaannya.
 Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-
1857).Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1782.
Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratu Anum
Mangkubumi Kencana sebagai mangkubumi yang dilantik Belanda pada 7
September 1851, dan Pangeran Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Ketika
mangkat terjadi krisis suksesi dengan tiga kandidat penggantinya yaitu
Pangeran Prabu Anom, Pangeran Tamjidullah II dan Pangeran Hidayatullah
II.Belanda sebelumnya sudah mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan Muda
sejak 8 Agustus 1852 yang juga merangkap jabatan mangkubumi dan
kemudian menetapkannya sebagai sultan Banjar.Sehari kemudian Pangeran
Tamjidillah II menandatangani surat pengasingan. Kandidat sultan lainnya
pamannya Pangeran Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada 23
Februari 1858. Sebelumnya Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia
agar pengangkatan Tamjidullah II dibatalkan. Sultan Adam sempat membuat
surat wasiat yang menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar
sebagai penggantinya. Inilah yang menjadi dasar perlawanan segenap
bangsawan terhadap Hindia Belanda.
 Sultan Tamjidullah II al- Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda Abdur
Rahman bin Sultan Adam (1857-1859). Pada 3 November 1857 Tamjidullah II
diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal dia anak selir meskipun
sebagai anak tertua. Belanda kemudian mengangkat Hidayatullah II sebagai
mangkubumi. Pengangkatan Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan
karena menurut wasiat semestinya Hidayatullah II sebagai Sultan, karena dia
anak permaisuri. Pada 25 Juni 1859, Belanda memakzulkan Tamjidullah II
sebagai Sultan Banjar dan mengirimnya ke Bogor.
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
 Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-
1857).Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1782.
Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratu Anum
Mangkubumi Kencana sebagai mangkubumi yang dilantik Belanda pada 7
September 1851, dan Pangeran Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Ketika
mangkat terjadi krisis suksesi dengan tiga kandidat penggantinya yaitu
Pangeran Prabu Anom, Pangeran Tamjidullah II dan Pangeran Hidayatullah
II.Belanda sebelumnya sudah mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan
Muda sejak 8 Agustus 1852 yang juga merangkap jabatan mangkubumi dan
kemudian menetapkannya sebagai sultan Banjar.Sehari kemudian Pangeran
Tamjidillah II menandatangani surat pengasingan. Kandidat sultan lainnya
pamannya Pangeran Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada 23
Februari 1858. Sebelumnya Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia
agar pengangkatan Tamjidullah II dibatalkan. Sultan Adam sempat membuat
surat wasiat yang menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar
sebagai penggantinya. Inilah yang menjadi dasar perlawanan segenap
bangsawan terhadap Hindia Belanda.

 Sultan Tamjidullah II al- Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda Abdur
Rahman bin Sultan Adam (1857-1859). Pada 3 November 1857 Tamjidullah II
diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal dia anak selir meskipun
sebagai anak tertua. Belanda kemudian mengangkat Hidayatullah II sebagai
mangkubumi. Pengangkatan Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan
karena menurut wasiat semestinya Hidayatullah II sebagai Sultan, karena
dia anak permaisuri. Pada 25 Juni 1859, Belanda memakzulkan Tamjidullah
II sebagai Sultan Banjar dan mengirimnya ke Bogor.
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
 Sultan Hidayatullah II bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam
(1859-1862). Hidayatullah II satu-satunya pemimpin negeri Banjar sesuai wasiat
Sultan Adam. Sebelumnya sebagai mangkubumi dia diam-diam menjadi oposisi
Tamjidullah II, misalnya dengan mengangkat Adipati Anom Dinding Raja (Jalil)
sebagai tandingan Raden Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda/Sultan
Tamjidullah II. Perjuangan Hidayatullah II dibantu oleh Demang Lehman. Ketika
mengunjungi Banua Lima, dia dilantik oleh rakyat Banua Lima sebagai Sultan
Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi. Pada 11 Juni 1860,
Residen I.N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan Kesultanan
Banjar.Hidayatullah II pada 2 Maret 1862 dibawa dari Martapura dan diasingkan
ke Cianjur. (1862. Pangeran Antasari bin Pangeran Masohut bin Pangeran Amir bin
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah. Pada 14 Maret 1862 atau 11 hari setelah
Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, diproklamasikan pengangkatan
Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi kerajaan Banjar dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.

 Pangeran Antasari bin Pangeran Mashub bin Sultan Amir bin Sultan Muhammaad
Aliuddin Aminullah (1862).Raja Bakumpai dan Tanah Dusun. Pada 14 Maret 1862,
yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, rakyat
Tanah Dusun, Siang dan Murung memproklamasikan pengangkatan Pangeran
Antasari sebagai pimpinan tertinggi dalam kerajaan Banjar dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Khalifah ini dibantu Tumenggung
Surapati sebagai panglima perang. Pusat perjuangan di Menawing, pedalaman
sungai Barito, Murung Raya, Kalteng. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional,
wafat 11 Oktober 1862 di kampung Sampirang, Bayan Begak, karena penyakit
cacar. Dimakamkan kembali 11 November 1958 di Komplek Makam Pangeran
Antasari, Banjarmasin.
 Sultan Hidayatullah II bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam
(1859-1862). Hidayatullah II satu-satunya pemimpin negeri Banjar sesuai wasiat
Sultan Adam. Sebelumnya sebagai mangkubumi dia diam-diam menjadi oposisi
Tamjidullah II, misalnya dengan mengangkat Adipati Anom Dinding Raja (Jalil)
sebagai tandingan Raden Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda/Sultan
Tamjidullah II. Perjuangan Hidayatullah II dibantu oleh Demang Lehman. Ketika
mengunjungi Banua Lima, dia dilantik oleh rakyat Banua Lima sebagai Sultan
Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi. Pada 11 Juni 1860,
Residen I.N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan Kesultanan
Banjar.Hidayatullah II pada 2 Maret 1862 dibawa dari Martapura dan diasingkan
ke Cianjur. (1862. Pangeran Antasari bin Pangeran Masohut bin Pangeran Amir bin
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah. Pada 14 Maret 1862 atau 11 hari setelah
Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, diproklamasikan pengangkatan
Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi kerajaan Banjar dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
 Pangeran Antasari bin Pangeran Mashub bin Sultan Amir bin Sultan Muhammaad
Aliuddin Aminullah (1862).Raja Bakumpai dan Tanah Dusun. Pada 14 Maret 1862,
yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, rakyat
Tanah Dusun, Siang dan Murung memproklamasikan pengangkatan Pangeran
Antasari sebagai pimpinan tertinggi dalam kerajaan Banjar dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Khalifah ini dibantu Tumenggung
Surapati sebagai panglima perang. Pusat perjuangan di Menawing, pedalaman
sungai Barito, Murung Raya, Kalteng. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional,
wafat 11 Oktober 1862 di kampung Sampirang, Bayan Begak, karena penyakit
cacar. Dimakamkan kembali 11 November 1958 di Komplek Makam Pangeran
Antasari, Banjarmasin.
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
 Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Penembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin (1862-1905).Raja Pagustian/Kastapura.Sebagai kepala
Pemerintahan Pagustian meneruskan perjuangan ayahnya, Pangeran Antasari
melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti
Muhammad Said sebagai mangkubumi dan Panglima Batur sebagai panglima
perang. Ia melantik menantunya Pangeran Perbatasari bin Panembahan
Muhammad Said sebagai Mangkubumi menggantikan almarhum ayahandanya.
Pangeran Perbatasari tertangkap di daerah Pahu, Kutai Barat dan dibuang ke
Kampung Jawa Tondano. Sultan Muhammad Seman sempat mengirim Panglima
Bukhari ke Kandangan untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
Muhammad Seman gugur pada 24 Januari 1905 ditembak Belanda yang
mengakhiri Perang Banjar.
 Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah Gusti Jumri bin Gusti Umar bin
Pangeran Haji Abu Bakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman Al
Mu’tamidullah (2010).Pada masa kemelut Perang Banjar, hanya Pangeran
Singosari (saudara Sultan Adam) dan Pangeran Surya Mataram (anak Sultan
Adam) yang masih dipercaya oleh rakyat Banjar sebagai tempat mengadukan
segala permasalahan pada masa itu. Pangeran Singosari merupakan
"perwakilan" Kesultanan Banjar di Banua Lima. Setelah lama mengalami
kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang
Tarandam" untuk menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui
musyawarah Tinggi Adat, para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan
Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 resmi
menganugerahkan gelar Pangeran dan menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati
Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai Raja Muda Banjar dan seterusnya
diangkat menjadi Sultan Banjar.
 Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Penembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin (1862-1905).Raja Pagustian/Kastapura.Sebagai kepala
Pemerintahan Pagustian meneruskan perjuangan ayahnya, Pangeran Antasari
melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti
Muhammad Said sebagai mangkubumi dan Panglima Batur sebagai panglima
perang. Ia melantik menantunya Pangeran Perbatasari bin Panembahan
Muhammad Said sebagai Mangkubumi menggantikan almarhum ayahandanya.
Pangeran Perbatasari tertangkap di daerah Pahu, Kutai Barat dan dibuang ke
Kampung Jawa Tondano. Sultan Muhammad Seman sempat mengirim Panglima
Bukhari ke Kandangan untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
Muhammad Seman gugur pada 24 Januari 1905 ditembak Belanda yang
mengakhiri Perang Banjar.
 Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah Gusti Jumri bin Gusti Umar bin
Pangeran Haji Abu Bakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman Al
Mu’tamidullah (2010).Pada masa kemelut Perang Banjar, hanya Pangeran
Singosari (saudara Sultan Adam) dan Pangeran Surya Mataram (anak Sultan
Adam) yang masih dipercaya oleh rakyat Banjar sebagai tempat mengadukan
segala permasalahan pada masa itu. Pangeran Singosari merupakan "perwakilan"
Kesultanan Banjar di Banua Lima. Setelah lama mengalami kevakuman, para
zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang Tarandam" untuk
menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi
Adat, para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan Kekerabatan
Kesultanan Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 resmi menganugerahkan gelar
Pangeran dan menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar 2005-
2015) sebagai Raja Muda Banjar dan seterusnya diangkat menjadi Sultan Banjar.
Kerajaan Banjar semakin berkembang dan lama kelamaan
luas wilayahnya semakin bertambah. Kerajaan ini pada masa
jayanya membentang dari banjarmasin sebagai ibukota
pertama, dan martapura sebagai ibukota pengganti setelah
banjarmasin direbut belanda, daerah tanah laut, margasari,
amandit, alai, marabahan, banua lima yang terdiri dari
Nagara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua serta
daerah hulu sungai barito. Kerajaan semakin diperluas ke
tanah bumbu, Pulau Laut, Pasir, Berau dan kutai di panati
timur. Kotawaringin, Landak, Sukadana dan sambas di
sebelah barat. Semua wilayah tersebut adalah Wilayah
Kerajaan Banjar (yang apabila dilihat dari peta zaman
sekarang, Kerajaan Banjar menguasai hampir seluruh
wilayah kalimantan di 4 provinsi yang ada). Semua wilayah
tersebut membayar pajak dan upeti. Semua daerah tersebut
tidak pernah tunduk karena ditaklukkan,tetapi karena
mereka mengakui berada di bawah Kerajaan Banjar, kecuali
daerah pasir yang ditaklukkan pada tahun 1663.
 Candi Agung Amuntai
Peninggalan-peninggalan bersejarah awal dari kehidupan zaman dulu
yang men-jadi peradaban kuno,di kalimantan selatan yang condong
berkebudayaan sungai yang masih melekat sampai sekarang, peninggalan dari
kebudayaan pada awal perang banjar sampai terbentuknya kerajaan banjar.
salah satu peninggalan bersejarah di kalim-antan selatan antara lain Candi
Agung. candi agung laras merupakan peninggalan Kera-jaan Negaradipa yang
dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya
melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut
cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga
aliran Sungai, Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar
itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala
pemerintahan Patih Lambung Mangkurat.
Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai. Candi Agung
diperkirakan telah berusia 740 tahun, Bahan material Candi Agung ini
didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh, Di candi ini
juga ditemukan beberapa Batu yang digunakan untuk mendirikan candi ini pun
masih terdapat disana. Batunya benda peninggalan sejarah yang usianya kira-
kira sekitar 200 tahun SM sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun
bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata
merah biasa.Situs Candi Agung, yang merupakan bagian dari lambang daerah
HSU, dengan meng-gunakan cara supranatural.candi agung sekarang
dikonstruksi menyerupai bentuk candi agung terdahulu tanpa merubah letak,
hanya saja bangunan candi agung sekarang dibuat seperti rumah banjar dan di
jadikan tempatwisata.
 . Masjid Sultan Suriansyah
Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid ter-tua di
kalimantan selatan.Masjid ini dibangun di masa perintahan sultan suriansyah (1526-1550),
raja pertama yang memeluk agama islam, masjid ini terletak di Kelurahan kuin utara,
Banjarmasin utara, banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar lama me-rupakan
situs ibukota kesultanan banjar yang pertama kali. Bentuk arsitektur dengan konstruksi
panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid
bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan
bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai kuin.

Kondisi ruang mesjid pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang
dari arsitektur “Masjid agung Demak” yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke daerah ini oleh “Khatib Dayan”. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi
oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu, Identifikasi penga-ruh arsitektur
tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid
tersebut. Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang
melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali.
Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan
orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki
tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan
Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut.
Bentuk atap yang besar dan dominan, mem-berikan kesan ruang dibawahnya merupakan
ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella,Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi
ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan
ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.
 Surat Wasiat Sultan Adam Untuk Pangeran Hidayatullah
Surat ini merupakan tulisan tangan dalam huruf arab berbahasa Melayu Banjar.
Terjemahan :
Bismillahirrahmannirrohim
Asyhadualla ilaha ilalloh naik saksi aku tiada Tuhan lain yang di sembah dengan
se-benar2nya hanya Allah
Wa asyhaduanna Muhammad- arasululloh naik saksi aku Nabi Muhammad itu se-
benar2nya pesuruh Allah Ta’ala
Dan kemudian dari pada itu aku menyaksikan kepada dua orang baik2 yang
memegang hukum agama Islam yang pertama Mufti Haji Jamaludin yang kedua
pengulu Haji Mahmut serta aku adalah didalam tetap ibadahku dan sempurna
ingatanku.
Maka adalah aku memberi kepada cucuku Andarun bernama Pangeran
Hidayatullah suatu desa namanya Riyam Kanan maka adalah perwatasan tersebut
dibawah ini ;
Mulai di Muha Bincau terus di Teluk Sanggar dan Pamandian Walanda dan Jawa
dan terus di Gunung Rungging terus di Gunung Kupang terus di Gunung Rundan
dan terus di Kepalamandin dan Padang Basar terus di Pasiraman Gunung Pamaton
terus di Gunung Damar terus di Junggur dari Junggur terus di Kala’an terus di
Gunung Hakung dari Hakung terus di Gunung Baratus, itulah perwatasan yang
didarat
Adapun perwatasan yang di pinggir sungai besar maka adalah yang tersebut
dibawah ini;
Mulai di Teluk Simarak terus diseberang Pakan Jati terus seberang Lok
Tunggul terus Seberang Danau Salak naik kedaratnya Batu Tiris terus Abirau
terus di Padang Kancur dan Mandiwarah menyebelah Gunung Tunggul Buta
terus kepada pahalatan Riyam Kanan dan Riyam Kiwa dan Pahalatan Riyam
Kanan dengan tamunih yaitu Kusan.
Kemudian aku memberi Keris namanya Abu Gagang kepada cucuku.
Kemudian lagi aku memberi pula suatu desa namanya Margasari dan Muhara
Marampiyau dan terus di Pabaungan kaulunya Muhara Papandayan terus
kepada desa Batang Kulur dan desa Balimau dan desa Rantau dan desa
Banua Padang terus kaulunya Banua Tapin.
Demikianlah yang berikan kepada cucuku adanya.
Syahdan maka adalah pemberianku yang tersebut didalam ini surat kepada
cucuku andarun Hidayatullah hingga turun temurun anak cucunya cucuku
andarun Hidayatullah serta barang siapa ada yang maharu biru maka yaitu
aku tiada ridho dunia akhirat.
Kemudian aku memberi tahu kepada sekalian anak cucuku dan sekalian Raja-
raja yang lain dan sekalian hamba rakyatku semuanya mesti me-Rajakan
kepada cucuku andarun Hidayatullah ini buat ganti anakku Abdur Rahman
adanya.

Anda mungkin juga menyukai