Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI PANGERAN ANTASARI

Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 M di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, Kalimantan
Selatan dan meninggal pada tahun 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Kabupaten Barito,
Kalimantan Tengah. Dia merupakan putra dari Pangeran Mas’ud bin Pangeran Amir dengan
ibunya Khadijah binti Sultan Sulaiman.

Pangeran Antasari adalah cucu dari Pangeran Amir yang terkenal dalam Dinasti Banjarmasin.
Ketika masih muda, Pangeran Antasari memiliki nama Gusti Inu Kertapati. Adik perempuannya
dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman setelah menikah dengan Sultan Muda bin
Abdurahman bin Sultan Adam.

Setelah menikah dengan Ratu Antasari, dia dikaruniai 3 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
Pangeran Antasari dikenal juga sebagai pemimpin beberapa suku, yakni Suku Bakumpai,
Murung, Kutai, Ngaju, Siang, dan suku-suku lain di daerah pedalaman.

Dia kemudian diakui oleh masyarakat sebagai “Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin”
yang bermakna Pemimpin Tertinggi Umat Islam di wilayah Banjar pada masa-masa akhir
kehidupannya. Setelah dia meninggal, dia digantikan oleh anaknya yang bernama Muhammad
Seman.

Pada waktu kecil, Pangeran Antasari dididik untuk terbiasa hidup di luar wilayah kerajaan atau
berbaur dengan masyarakat kecil. Sehingga tidak heran jika Pangeran Antasari memiliki jiwa
sosial yang tinggi. Selain itu, oleh ayahnya, Pangeran Antasari dididik untuk anti pada
penjajahan Belanda, sehingga dia memiliki tekad kuat untuk tidak gentar melawan penindasan
yang dilakukan oleh Belanda.

Sebagai seseorang keturunan bangsawan yang sering hidup dilingkungan rakyat kecil, dia begitu
paham mengenai perasaan dan penderitaan rakyatnya yang merasa tertindas oleh Belanda.

Suatu saat Belanda mengintervensi pemerintahan Kesultanan Banjar dengan mengangkat Sultan
Tajmid sebagai Sultan Kerajaan Banjar, padahal yang layak naik tahta adalah Sultan Hidayat.
Sultan Tajmid adalah seseorang yang tidak disukai oleh rakyat karena kedekatan dan
keberpihakannya kepada Belanda.

Setelah interverensi kekuasaan, Belanda juga melakukan pelemahan terhadap Kesultanan Banjar
dengan melakukan adu domba, sehingga banyak dari keluarga kesultanan yang bercerai-berai
dan bermusuhan. Melihat hal tersebut, Pangeran Antasari membela hak-hak Sultan Hidayat dan
bersekutu dengan kepala-kepala suku di daerah hulu sungai. Pangeran Antasari dan rakyat
Banjar bertekad untuk mengusir Belanda tanpa kompromi.

Anda mungkin juga menyukai