BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dari latar belakang masalah yang terpapar di atas bahwa Masalah melihat
semua hal yang melatar belakangi tentang Kerajaan Pajang maka kami penulis
harapkan dengan adanya Makalah ini dapat di jadikan pedoman agar para siswa
2. Tidak meratanya bahan ajar yang kiranya dapat di jadikan sebagai sarana
masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi obyek
Makalah ini diharapkan bermanfaat, baik dari aspek teoritis maupun praktis.
Secara teoritis tergambar dalam materi tulisan ini. Adapun secara praktis,
tulisan ini diharapkan dapat berguna bagi individu, masyarakat, dan pemerintah.
Semoga menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi tunas bangsa yang ingin
mempelajarinya.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembahasan Teori
C. Masa Keemasan.
Masa keemasan kerajaan Pajang terjadi pada masa pemerintahan raja
Hadiwijaya atau jaka tingkir raja pertamanya. Sultan Pajang mulai
melakukan perluasan kekuasaan sehingga beberapa daerah sekitarnya
antara lain Jipang dan Demak sendiri mengakui kekuasaan pajang.
Demikian pula ia meluaskan pengaruhnya ke daerah pesisir utara seperti
Jepara, Pati, bahkan kearah barat sampai ke Banyumas( Marwati Djoened
Poesponegoro, 2010:55). Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya,
kekusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak, dan Jepara
lambat laun dikenal di pedalaman Jawa.
Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir dan menjalar tersebar ke
daerah pedalaman (Aji Raksa 2008). Pada masa pemerintahan Raja
Hadiwijaya mulai banyak raja-raja kecil yang tunduk padanya selain itu ia
juga memperluas daerahnya sampai madiun, aliran anak sungai solo
myang besar, blora dan kediri. Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan
pengakkuan sebagai sultan islam dari Raja-Raja penting di Jawa Timur
(Aji Raksa 2008). Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan
pertemuan bersama di istana Sunan Prapen di Giri, hadir pada
kesempatan itu para Bupati dari Jipang, Wirasaba (Majaagung), Kediri,
Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan Pati. Pembicara yang
mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya Krama, Bupati
Surabaya.
Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya
sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur
diangkat menantu Raja Pajang (Andy Candra, 2012). Dari itu semua
dapat terlihat bahwa sudah ada hubungan baik antara kerajaan pajang
dengan Raja-Raja di Jawa Timur dan itu berdampak baik pada kedua
pihak.
2. Aspek Ekonomi
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi
lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17 (Andy Candra, 2012).
Kemajuan pertanian itu tidak terlepas karena pajang yang terletak di
Datarann Rendah tempat bertemunya sungai pepe dan sungai dengkeng,
kedua sungai tersebut berasal dari sumber mata air dari lereng gunung
merapi dean bengawan solo sehingga irigasi berjalan lancar dan
pertanianpun mengalami kemajuan yang pesat. Pada masa kejayaan
Demak, pajang sudah melakukan eksport beras melalui perniagaan
bengawan solo. Melihat lumbung padi yang begitu besar Demak ingin
menguasai pajang dan juga mataram kerana lumbung padinya untuk
membentuk negara yang agraris maritim yang ideal.
3. Aspek Politik pada masa Kerajaan Demak wali sanga berperan sangat
penting karena mereka ikut memmbangun dan mendirikan kerajaan
Demak tersebut bahkan mereka ikut menentukan kebijakan politik
demak. Tetapi setelah masa kerajaan Pajang peran wali sanga masih
dibutuhkan tetapi tidak terlalu kental. Dalam berita dikabarkan bahwa
Sunan Kudus terlibat dalam pembunuhan Sunan Prawata yang yang
dibunuh oleh Arya Panangsang. Setelah terjadi perselisihan antara
Ayapenangsang dan Hadiwijaya Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon
kepada Sunan Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat
menempatkan diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam urusan
“rumah tangga” anak-anak. Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya
menyelesaikan persoalanya sendiri (Andy Candra, 2012). Mereka hanya
mengamati semua yang terjadi dan mereka hanya berkata “sing becik
ketitik sing olo ketoro”. Jadi disitu terlihat jelas bahwa mereka yang
bersangkutan harus menyelesiakan permasalahan masing-masing tanpa
campur aduk orang lain, karena pasti ada banyak pihak yang ingin
melihat kehancuran dari mereka. Terjadi banyak perselisihan yang
terjadi, dan perselisihan itu terjadi karena perebutan kekuasaan antara
yang satu dengan yang lainnya. Mereka hanya mementingkan keinginan
mereka dan apa yang mereka lakukan semata-mata hanya kerana
pemikiran mereka masing-masing. Mereka hanya gila akan kekuasaan
yang ingin mereka dapatkan. Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru
Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan untuk datang ke Kudus untuk
mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut antara Arya
Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris.
Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang cepat
sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya Penangsang
patuh dan menyarungkan keris
‘Setan Kober’nya. Setelah pertemuan usai, konon Sunan Kudus
menyayangkan Arya Penangsang, maksud Sunan Kudus adalah
menyarungkan keris ke tubuh Sultan Hadiwijaya dan masalah akan
selesai (Andy Candra, 2012).tetapi setelah itu Arya Penangsang
dapatdikalahkan oleh Hadiwijaya dengan cara kuda gerak rimang yang
tunggangi oleh Arya penangsang di pancing oleh bkuda betina Sutawijaya
melewati bengawan sore setelah di luar bengawan sore kekuatan Arya
Penangsang melemah dapat dibunuh. Atas jasanya Ki Penjawi diberi
tanah di Pati dan Ki Gede Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram.
Sutawijaya adalah putra Ki Gede Pemanahan dan merupakan putra
angkat Sultan Hadiwijaya sebelum putra kandungnya, Pangeran Benawa
lahir. Sutawijaya konon dikawinkan dengan putri Sultan sehingga
Sutawijaya yang akhirnya menjadi Sultan Pertama Mataram yang
bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya masih berdarah Raja
Majapahit (Andy Candra, 2012).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Kualitatif
yaitu berdasarkan data yang ada, sedangkan alat pengumpul datanya yaitu
Karya tulis ini berjudul kerajaan Banjar Kalimantan meliputi : Halaman Judul,
Lembar Pengesahan, Kata Pengantar, dan Daftar isi. Pada bagian daftar isi
BAB 4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa : Kerajaan pajang
5.2 Saran
1. Perlu adanya tindakan-tindakan dari Guru, orang tua / Wali murid untuk
remaja.
2. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri