Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kerajaan Pajang

Nama: Mochamad Rasya F.F.


Kelas: 9A

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa


Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keraton, yang
sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan
Kelurahan Pajang , Kota Solo dan Desa Makamhaji,Karatsura,Sukoharjo.
Pada awalnya berdiri tahun 1549, wilayah kesultanan pajang hanya
meliputi sebagian Jawa
Tengah. Karena negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri
sejak kematian Sultan
Trenggono. Ditahun 1568 Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur
dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan iu,
para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri - negeri
Jawa Timur.
Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama (pemimpin persekutuan
adiapti Jawa Timur) dinikahkan dengan puteri Sultan Hadiwijaya. Negeri
kuat lainnya yaitu Madura juga berhasil ditaklukkan Pajang. Pemimpin
bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dawur juga diambil
sebagai menantu Sultan Hadiwijaya. Sedangkan tanah Mataram dan Pati
adalah dua hadiah Sultan Hadiwijaya yang diberikan kepada Ki Penjawi
dan Ki Ageng Pemanahan yang membantu menumpas Arya Panangsang.
Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549,
sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun
1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan karena Sultan
Hadiwijaya mendengar ramalam Sunan Prapen bahwa di Mataram akan
lahir kerajaan yang lebih besar daripada Pajang. Ramalan tersebut
menjadi kenyataan ketika Mataram dipimpin oleh Danang Sutawijaya
putera Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575. Di bawah pimpinannya
Mataram berkembang dengan pesatnya.
Tahun 1582 meletus perang Pajang dengan Mataram karena Danang
Sutawijaya membela adik iparnya yaitu Tumenggung Mayang yang
dihukum untuk dibuang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya. Perang
dimenangkan pihak Mataram meskipun pasukan Pajang jumlahnya lebih
besar. Sepulang dari perang Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal
dunia. Terjadilah persaingan antara putera dan menantunya, yaitu
Pangeran Benawa dan Arya Panggiri. Selanjutnya Arya Panggiri sebagai
raja didukung oleh Panembahan Kudus berhasil naik tahta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Panggiri hanya disibukkan dengan usaha balas
dendam terhadap Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terabaikan, hal itu membuat Pangeran
Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang merasa prihatin. Pada tahun
1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Danang Sutawijaya untuk
menyerbu Pajang. Perang antara Pajang melawan Mataram dan

Jipang pun berakhir dengan kekalahan Arya Panggiri. Ia dikembalikan


kenegeri asalnya yaitu
Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja di Pajang yang ketiga.
Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir pada tahun 1587. Tidak ada
putera mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan
negeri bawahan oleh Mataram. Yang menjadi Bupati adalah Pangeran
Gagak Baning, adik Danang Sutawijaya

1.2 Identifikasi masalah

Dari latar belakang masalah yang terpapar di atas bahwa Masalah melihat

semua hal yang melatar belakangi tentang Kerajaan Pajang maka kami penulis

menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :

1. Kurangnya pengetahuan para siswa tentang tentang kerajaan Pajang dan di

harapkan dengan adanya Makalah ini dapat di jadikan pedoman agar para siswa

terutama siswa di SMA N 1 PLUMBON mengetahui sejarah kerajaan Pajang.

2. Tidak meratanya bahan ajar yang kiranya dapat di jadikan sebagai sarana

dan media ilmu pengetahuan bagi para siswa di SMA N 1 PLUMBON.

1.3 Pembatasan Masalah


Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi

permasalahan yang begitu luas. Namun penulis menyadari adanya keterbatasan

waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan

masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi obyek

penelitian dibatasi. Pembatasan masalah ini mengandung konsep pemahaman

sebagai berikut : sejarah kerajaan Pajang.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana berdirinya kerajaan pajang?


2. Siapa saja raja yang memerintah kerajaan pajang?
3. Pada masa raja siapakah kerajaan pajang mengalami masa keemasan?
4. Bagaimana aspek sosial budaya, ekonomi dan politik pada masa itu?
1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk memaparkan bagai mana asal-usul berdirinya kerajaan pajang.


2. Untuk mendeskripsikan siapa saja yang pernah menjadi raja di
kerajaan pajang.
3. Untuk memaparkan pada masa raja siapa kerajaan pajang mengalami
masa keemasan.
4. Untuk memaparkan aspek sosial bucdaya, ekonomi dan politik pada
masa itu.

1.6 Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan bermanfaat, baik dari aspek teoritis maupun praktis.

Secara teoritis tergambar dalam materi tulisan ini. Adapun secara praktis,

tulisan ini diharapkan dapat berguna bagi individu, masyarakat, dan pemerintah.

Semoga menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi tunas bangsa yang ingin

mempelajarinya.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembahasan Teori

A. Berdirinya Kerajaan Pajang

Kerajaan pajang adalah kerajaaan islam yang ada di Jawa, meskipun


pemerintahannya tidak begitu lama tetapi kerajaan pajang pernah
berkuasa. Kerajaan pajang mestinya muncul sebelum runtuhnya kerajaan
Majapahit. Karena Majapahit masih bebrkuasa maka kareajaan pajang
belum begitu diperhatikan. Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam
kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam
perjalanannya memeriksa bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di
Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa
sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan kecil
yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun, sampai awal
abad ke-16 kewibawaan raja Majapahit masih diakui.
Setelah Majapahit mengalami kemunduran atau lebih tepatnya pada
akhir abad ke 17 dan awal abad ke 18 para penulis kertasura menuliskan
asal-usul kerajaan pajang. Kerajaan Pajang adalah kerajaan islam di Jawa
yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Kerajaan pajang terletak di pengging
yang dulunya dipimpin oleh Ki Ageng Pengging selaku Bupati. Yang
kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena dugaan ingin berontak
terhadap kerajaan Demak. Setelah dewasa Jaka Tingkir mengabdikan diri
ke Demak, karena kepandaiannya ia diangkat menjadi menantu oleh
Sultan Trenggono.
Setelah sultanTrenggono meninggal terjadi perebutan kekuasaan
ataran pangeran Sekar Sedolepan dengan Sunan Prawoto. Setelaha
sunan Prawoto menjadi raja beliau berhasil dibunuh oleh Arya
Penangsang anak Pangeran Sekar Sedolepan tetapi Arya Penangsang
berhasil dikalahkan oleh Jaka tingkir yang kemudian dinobatkan menjadi
raja dengan nama Hadiwijaya dan beliau memindahkan semua daerah
kekuasaan ke Pajang. Ada tiga raja yang pernah memimpin kerajaan
pajang, raja pertama adalah Hadiwijaya pendiri kerajaan Pajang itu
sendiri. Yang kedua adalah Arya Pangiri anak angkat sekaligus
menantunya yang awalnya memimpin Demak. Yang ketiga adalah
pangeran Benawa anak kandung Hadiwijaya yang kemudain merebut
kekuasaan dari tangan Arya Pangiri.
Kerajaan Pajang dipuncak masa keemasan pada masa kepemimpinan
Hadiwijaya, dimana beliau dapat membuat para Raja penting di Jawa timur
mengakui kekuasaanya. Beliau berhasil memperluas daerahnya. Selain
memperluas dearahnya Pajang mempunyai lumbung padi yang besar
karena irigasinya berjalan lancar. Dalam aspek sosial budaya dan ekonomi
Pajang mengalami kemajuan. Dibidang sosial Budaya, kebudayaan yang
semula sudah berkembang di Demak dan Jepara menyebar kepedalaman
begitupun dengan agama islam yang perlahan menyebar di pedalaman dan
pesisir pantai utara dan masyarakat Pajang menjalankan syariat islam
dengan sungguh-sungguh. Dalam aspek ekonomi pertanian maju dengan
pesat, memiliki lumbung padi yang besar bahkan Pajang sudah melakukan
eksport beras melalui perniagaan bengawan solo.
Untuk aspek politik sendiri banyak sekali perselisihan karena
perebutan kekuasaan, wali sanga yang dulunya berperan penting pada
masa kerajaan Demak bahkan ikut menentukan keputusan politik
kerajaan Demak tetapi pada masa kerajaan pajang wali sanga juga masih
berperan tapi tidak begitu kental ditambah Sunan Kalijaga meminta
kepada sunan kudus agar para wali tidak ikut campur karena sebagai
orang tua dan penyebar agama tidak sepantasnya ikut berkelahi
merebutkan kekuasaan. Banyak sekali pihak luar yang ikut campur
dengan perselisihan perebutan kekuasaan. Pajang dulunya adalah daerah
Pengging, Jaka Tingkir adalah anak dari Kebo Kenanga atau Ki Ageng
Pengging yang menjadi bupati di pengging (Hendra 2012). Jadi
sebenarnya Pajang dulunya adalah daerah pengging yang bupatinya
adalah Ki Ageng Pengging. Ki Ageng pengging yang akhirnya dihukum
mati oleh raja demak karena dianggap akan memberontak kerajaan
Demak dan untuk menklukkan pengging maka dihukum matilah ki Ageng
pengging.
Jaka Tingkir yang dulunya menjadi seorang tamtam di jerajaan
Demak di bawah pemerintah Pangeran trenggana, karena keahlianya ia
dijadikan meenanntu oleh Sultan Demak(Marwati Djoened Poesponegoro
2010:55). Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami
kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar
Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan
Sunan Prawoto, putra sulung
Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya
Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir,
menantu Sultan
Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang (Aprilia Kirana, 2012). Jaka
Tingkir menyuruh Ki Ageng Panjawi, Ki Ageng Pemanahan, Ngabei Loring
Pasar, dan Juru Martani untuk menyerang Arya Penangsang. Dengan
kemenangan tersebut lalu berpindahlah kekuasaan Demak ke Pajang
yang dipimpin oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya (Hendra, 2012).
Keberhasilan jaka tingkir mengalahkan Arya Penangsang membawa
kemujuran dalam hidupnya. Setelah ia mengalahkan Arya penangsang ia
dinobatkan menjadi raja demak yang kemudian pusat pemerintahanya di
pindahkan ke Pajang hingga akhirnya menjadi kerajaan Pajang.

B. Raja-Raja yang Pernah Memerintah Perajaan Pajang


Kerajaan pajang pertama kali diperinta oleh Jaka tingkir pada tahun
1878 anak dari Ki Ageng Pengging. Jaka Tingkir mempunyai nama asli
yaitu mas karebet itu dinobatkan menjadi raja setelah berhasil
menglahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjad raja dengan nama
Hadiwijaya. Sultan Pajang meninggal dunia dan dimakamkan di Butuh,
suatu daerah di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan
oleh menantunnya, Aria Pangiri, anak susuhan Prawoto tersebut di atas.
Waktu itu, Aria Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di
keratin Pajang, Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang
dibawanya dari Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran
Benawa, dijadikan penguasa di Jipang (Aji Raksa, 2008). Disitu terlihat
jelas telah terjadi perebutan kekuasaan antara Aria Pangiri sebagai
menantu dan pangeran benawa sebagai anak kandung.
Semeninggalnya Hadi Wijaya Arya pengiri dinobbatkan menjadi raja
yang kemudian bebrnama Ngawantipura pada tahun 1883. Pada masa
pemerintahannya terjadi banyak kekecauan di kerajaan pajang hal itu
terjadi karena adanya perlakuan yang berbeda antara rakyat pajang
dengan demak. Beliau yang semula memerintah demak membuanya
berlaku tidak adil terhadap rakyat pajang. Ia mendatangkan orang-orang
Demak untuk menggeser kedudukan para pejabbat Pajang bahkan orang-
orang pajang tersisih oleh kedatangan orangorang Demak sehingga
menyebabkan para penduduk Pajang menjadi perampok karena
kehilangan matapencaharian dan sebagian lagi pindah ke Jipang
mengabdikan diri kepada Pangeran Benawan (Andy Candra, 2012). Selain
itu ia juga tidak mempedulikan kesejahteraan rakyatnya melainkan hanya
memikirkan bagai mana cara menaklukkan Mataram.
Melihat semua perlakuan Arya Pengiri atau Ngawantipura Pangeran
Benawa merasa tidak suka dan ingin kembali mrebut kekuasaan. Selain
itu karena tidak puas dengan nisabya di tengah-tengah lingkungan yang
masih asing baginya, meminta bantuan kepada Senopati, penguasa
Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588,
usahanya itu berhasil. Sebagai rasa terima kasih, Pangeran Benawa
menyerahkan hak atas warisan ayahnya kepada Senopati (Aji Raksa
2008). Akan tetapi senopati Mtaram tidak menerima tawaran dari
Pangeran Benawa dan tetap tinggal di Mataram hanya saja beliau
meminta prajurit Pajang. Dengan begitu dinobtakanlah Pangeran Benawa
sebagai raja pajang tetapi dibawah perlindungan Mataram.

C. Masa Keemasan.
Masa keemasan kerajaan Pajang terjadi pada masa pemerintahan raja
Hadiwijaya atau jaka tingkir raja pertamanya. Sultan Pajang mulai
melakukan perluasan kekuasaan sehingga beberapa daerah sekitarnya
antara lain Jipang dan Demak sendiri mengakui kekuasaan pajang.
Demikian pula ia meluaskan pengaruhnya ke daerah pesisir utara seperti
Jepara, Pati, bahkan kearah barat sampai ke Banyumas( Marwati Djoened
Poesponegoro, 2010:55). Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya,
kekusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak, dan Jepara
lambat laun dikenal di pedalaman Jawa.
Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir dan menjalar tersebar ke
daerah pedalaman (Aji Raksa 2008). Pada masa pemerintahan Raja
Hadiwijaya mulai banyak raja-raja kecil yang tunduk padanya selain itu ia
juga memperluas daerahnya sampai madiun, aliran anak sungai solo
myang besar, blora dan kediri. Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan
pengakkuan sebagai sultan islam dari Raja-Raja penting di Jawa Timur
(Aji Raksa 2008). Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan
pertemuan bersama di istana Sunan Prapen di Giri, hadir pada
kesempatan itu para Bupati dari Jipang, Wirasaba (Majaagung), Kediri,
Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan Pati. Pembicara yang
mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya Krama, Bupati
Surabaya.
Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya
sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur
diangkat menantu Raja Pajang (Andy Candra, 2012). Dari itu semua
dapat terlihat bahwa sudah ada hubungan baik antara kerajaan pajang
dengan Raja-Raja di Jawa Timur dan itu berdampak baik pada kedua
pihak.

D. Aspek Sosial Budaya, Ekonomi dan Politik


1. Aspek Sosial Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk
menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang
menjadi lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama
tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan
rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga
masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-
sungguh (Andy Candra, 2012). Pada pemerintahanSultan Hadiwijaya
dunia kesusastraan serta kesenian yang semula sudah berkembang di
Demak dan Jepara perlahan-lahan mulai menyebar di pedalaman selaian
kesusastraan yang menyebar pedalaman agama islam juga memberikan
pengaruh yang kuat dipedalaman dan pesisir pantai.

2. Aspek Ekonomi
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi
lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17 (Andy Candra, 2012).
Kemajuan pertanian itu tidak terlepas karena pajang yang terletak di
Datarann Rendah tempat bertemunya sungai pepe dan sungai dengkeng,
kedua sungai tersebut berasal dari sumber mata air dari lereng gunung
merapi dean bengawan solo sehingga irigasi berjalan lancar dan
pertanianpun mengalami kemajuan yang pesat. Pada masa kejayaan
Demak, pajang sudah melakukan eksport beras melalui perniagaan
bengawan solo. Melihat lumbung padi yang begitu besar Demak ingin
menguasai pajang dan juga mataram kerana lumbung padinya untuk
membentuk negara yang agraris maritim yang ideal.

3. Aspek Politik pada masa Kerajaan Demak wali sanga berperan sangat
penting karena mereka ikut memmbangun dan mendirikan kerajaan
Demak tersebut bahkan mereka ikut menentukan kebijakan politik
demak. Tetapi setelah masa kerajaan Pajang peran wali sanga masih
dibutuhkan tetapi tidak terlalu kental. Dalam berita dikabarkan bahwa
Sunan Kudus terlibat dalam pembunuhan Sunan Prawata yang yang
dibunuh oleh Arya Panangsang. Setelah terjadi perselisihan antara
Ayapenangsang dan Hadiwijaya Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon
kepada Sunan Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat
menempatkan diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam urusan
“rumah tangga” anak-anak. Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya
menyelesaikan persoalanya sendiri (Andy Candra, 2012). Mereka hanya
mengamati semua yang terjadi dan mereka hanya berkata “sing becik
ketitik sing olo ketoro”. Jadi disitu terlihat jelas bahwa mereka yang
bersangkutan harus menyelesiakan permasalahan masing-masing tanpa
campur aduk orang lain, karena pasti ada banyak pihak yang ingin
melihat kehancuran dari mereka. Terjadi banyak perselisihan yang
terjadi, dan perselisihan itu terjadi karena perebutan kekuasaan antara
yang satu dengan yang lainnya. Mereka hanya mementingkan keinginan
mereka dan apa yang mereka lakukan semata-mata hanya kerana
pemikiran mereka masing-masing. Mereka hanya gila akan kekuasaan
yang ingin mereka dapatkan. Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru
Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan untuk datang ke Kudus untuk
mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut antara Arya
Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris.
Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang cepat
sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya Penangsang
patuh dan menyarungkan keris
‘Setan Kober’nya. Setelah pertemuan usai, konon Sunan Kudus
menyayangkan Arya Penangsang, maksud Sunan Kudus adalah
menyarungkan keris ke tubuh Sultan Hadiwijaya dan masalah akan
selesai (Andy Candra, 2012).tetapi setelah itu Arya Penangsang
dapatdikalahkan oleh Hadiwijaya dengan cara kuda gerak rimang yang
tunggangi oleh Arya penangsang di pancing oleh bkuda betina Sutawijaya
melewati bengawan sore setelah di luar bengawan sore kekuatan Arya
Penangsang melemah dapat dibunuh. Atas jasanya Ki Penjawi diberi
tanah di Pati dan Ki Gede Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram.
Sutawijaya adalah putra Ki Gede Pemanahan dan merupakan putra
angkat Sultan Hadiwijaya sebelum putra kandungnya, Pangeran Benawa
lahir. Sutawijaya konon dikawinkan dengan putri Sultan sehingga
Sutawijaya yang akhirnya menjadi Sultan Pertama Mataram yang
bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya masih berdarah Raja
Majapahit (Andy Candra, 2012).

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Kualitatif

3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang di lakukan untuk mendapatkan sumber informasi tentang

sejarah kerajaan Banjar Kalimantan di lakukan dengan study pustaka, hingga

penulisan akhir penelitian.Adapun untuk lokasi penelitian, penulis melakukan

penelitian dari buku-buku sebagai sumber informasi untuk mendapatkan

semua tentang sejarah kerajaan Banjar Kalimantan, dan sebagian penulis

mencari buku - buku Sejarah di Perpustakaan sekitar sekolah SMA N 1

PLUMBON sebagai penyempurna isi dari makalah ini.

3.3 Metode Penelitian

Dari penelitian yang telah di lakukan Menggunakan metode Penelitian deskriptif,

yaitu berdasarkan data yang ada, sedangkan alat pengumpul datanya yaitu

artikel dari internet, dan sebagian dari buku-buku sejarah nasional.

3.4 Sistematika Penelitian

Karya tulis ini berjudul kerajaan Banjar Kalimantan meliputi : Halaman Judul,

Lembar Pengesahan, Kata Pengantar, dan Daftar isi. Pada bagian daftar isi

terdapat Bagian isi Makalah yang terdiri dari :


Pada BAB 1 Pendahuluan meliputi : Latar Belakang Masalah, Identifikasi
masalah,

Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat


Penelitian. Pada

BAB 2 Kajian Pustaka meliputi : Pembahasan Teori, dan Hipotesis Penelitian.


Pada BAB 3

Metodologi Penelitian meliputi : Jenis Penelitian, Waktu Dan Lokasi Penelitian,

Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

Pada BAB 4 Penutup meliputi : Kesimpulan, dan Saran.

Pada bagian penunjang meliputi : Daftar pustaka.

BAB 4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa : Kerajaan pajang

ada di daerah Pengging yang dulunya diperintah oleh Ki Ageng Pengging


selaku Bupati yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena
dianggap hendak membbrontak Demak. Setelah dewasa anak Ki Ageng
Pengging yang bernama Jaka tingkir mengabdi ke Demak, karena
kepandaiannya jaka tingkir diangkat menjadi menantu oleh raja Demak
yang bernama Sultan Trenggono. Setelah Sultan Trenggono Demak
mengalami kemunduran karena terjadi perebutan tahta antara saudara
Sultan Trenggono yang benama Pangeran Sekar Sedolepan dengan anak
Sultan Trenggono yang bernama Sunan Pranoto yang akhirnya kekuasaan
jatuh pada Sunan Prawoto .
Arya penangsang berhasil membunuh Sunan Prawawata dan
kemudian Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaka tingkir. Setelah
mengalahkan Arya penangsang Jaka Tingkir dinobatkan menjadi raja
dengan nama Hadiwijaya, setelah ia menjadi Raja ia memindahkan pusat
kerajaan Demak ke Pajang. Terdapat tigaraja yang pernah memimpin
kerajaan Pajang, yang pertama adalah Hadiwijaya pendiri Pajang itu
sendiri. Setelah Hadiwijaya meninggal kembali terjadi perebutan
kekuasaan ataran Arya Pangiri anak Sunan Prawata sekaligus menantu
Hadiwijaya dengab Pangeran Benawa anak kandung hadiwijaya. Tetapi
kekuasan jatuh pada Arya Pangiri.
Pangeran Benawa kemudian berhasil menyerang Arya Pangiri dan
merebut kekuasaan. Masa keemasan kerajaan Pajang berada pada masa
Pemerintahan Hadi wijaya. Raja-raja penting di Jawa Timur mengakuasai
atas kekuasaan Pajang selain itu pajang juga berhasil memperluas daerah
dan menarik kembali daerah yang pernah lepas. Pajangpun pernah
memiliki lumbung padi yang besar. Dalam aspek sosial budaya telah
menyebar ke pedalaman begitupun dengan agama islam, perlahan-lahan
menyebar kepedalaman dan pesisir pantai utara. Tidak hanya pada aspek
sosial budaya yang berkembang, tetapi aspek ekonomi pajang
mengalami kemajuan yang pesat bahkan memiliki lumbung padi yang
sangat besar. Utuk aspek politik banyak sekali persaingan untuk saling
merebut kekuasaan.

5.2 Saran

1. Perlu adanya tindakan-tindakan dari Guru, orang tua / Wali murid untuk

mengawasi tindakan remaja di sekolah agar tidak terjerumus pada kenakalan

remaja.

2. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri

seorang remaja agar remaja tidak melakukan kenakalan.

3. Penulis juga menyarankan kepada kepala sekolah dan guru-guru

Anda mungkin juga menyukai