Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi tugas Mata kuliah


“Sejarah Islam Indonesia”

Perkembangan Kerajaan Pajang

Disusun Oleh
NAMA : HENDRI
NIM : 2223430003
KELAS : SPI 2A

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Dr.Ismail,S.Ag,M.Ag

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN,ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023 M /1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. atas berkat beliaulah penulis
dapat menyelesaikan makalah ini secara cepat dan tepat walaupun masih
banyak kekurangan yang pada Makalah “Sejarah Tumbuh dan
Berkembangnya Islam di Sulawesi ( Kerajaan Gowa dan Tallo) yang
digunakan Untuk memenuhi Mata Kuliah “Sejarah Islam Indonesia” tak
lupa juga penulis ingin berterima kasih kepada pihak yang telah bekerja
sama memberikan pikiran dan materinya.

Penulis sangat berharap semoga setelah para pembaca membuka


makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat dan bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Penulis menyadari masih banyak
cara penulisan dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini karna
keterbatasan pengetahuan dan penulis mengharapkan para pembaca
memberikan saran dan kritik yang membangun agar penulis bisa
menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Bengkulu, .....April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah


     Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa
Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keraton, yang
sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan
Kelurahan Pajang , Kota Solo dan Desa Makamhaji,Karatsura,Sukoharjo.
Pada awalnya berdiri tahun 1549, wilayah kesultanan pajang hanya
meliputi sebagian Jawa Tengah. Karena negeri-negeri Jawa Timur banyak
yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggono. Ditahun 1568
Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri
Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan iu, para adipati sepakat
mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri - negeri Jawa Timur.
     Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama (pemimpin
persekutuan adiapti Jawa Timur) dinikahkan dengan puteri Sultan
Hadiwijaya. Negeri kuat lainnya yaitu Madura juga berhasil ditaklukkan
Pajang. Pemimpin bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah
Dawur juga diambil sebagai menantu Sultan Hadiwijaya. Sedangkan tanah
Mataram dan Pati adalah dua hadiah Sultan Hadiwijaya yang diberikan
kepada Ki Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan yang membantu menumpas
Arya Panangsang.
     Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549,
sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun 1556
berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan karena Sultan
Hadiwijaya mendengar ramalam Sunan Prapen bahwa di Mataram akan
lahir kerajaan yang lebih besar daripada Pajang. Ramalan tersebut menjadi
kenyataan ketika Mataram dipimpin oleh Danang Sutawijaya putera Ki
Ageng Pemanahan sejak tahun 1575. Di bawah pimpinannya Mataram
berkembang dengan pesatnya.
     Tahun 1582 meletus perang Pajang dengan Mataram karena
Danang Sutawijaya membela adik iparnya yaitu Tumenggung Mayang
yang dihukum untuk dibuang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya.
Perang dimenangkan pihak Mataram meskipun pasukan Pajang jumlahnya
lebih besar. Sepulang dari perang Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan
meninggal dunia. Terjadilah persaingan antara putera dan menantunya,
yaitu Pangeran Benawa dan Arya Panggiri. Selanjutnya  Arya Panggiri
sebagai raja didukung oleh Panembahan Kudus berhasil naik tahta tahun
1583. Pemerintahan Arya Panggiri hanya disibukkan dengan usaha balas
dendam terhadap Mataram.

     Kehidupan rakyat Pajang terabaikan, hal itu membuat Pangeran


Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang merasa prihatin. Pada tahun 1586
Pangeran Benawa bersekutu dengan Danang Sutawijaya untuk menyerbu
Pajang. Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang pun berakhir
dengan kekalahan Arya Panggiri. Ia dikembalikan kenegeri asalnya yaitu
Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja di Pajang yang ketiga.
Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir pada tahun 1587. Tidak ada
putera mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan
negeri bawahan oleh Mataram. Yang menjadi Bupati adalah Pangeran
Gagak Baning, adik Danang Sutawijaya

B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana berdirinya kerajaan pajang?
2.    Siapa saja raja yang memerintah kerajaan pajang?
3.    Pada masa raja siapakah kerajaan pajang mengalami masa keemasan?
4.    Bagaimana aspek sosial budaya, ekonomi dan politik pada masa itu?

C.Tujuan Penelitian
1.    Untuk memaparkan bagai mana asal-usul berdirinya kerajaan pajang.
2.    Untuk mendeskripsikan siapa saja yang pernah menjadi raja di
kerajaan pajang.
3.    Untuk memaparkan pada masa raja siapa kerajaan pajang mengalami
masa keemasan.
4.    Untuk memaparkan aspek sosial bucdaya, ekonomi dan politik pada
masa itu.

D.  Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan bermanfaat, baik dari aspek teoritis
maupun praktis. Secara teoritis tergambar dalam materi tulisan ini.
Adapun secara praktis, tulisan ini diharapkan dapat berguna bagi individu,
masyarakat, dan pemerintah. Semoga menjadi bahan pembelajaran yang
baik bagi tunas bangsa yang ingin mempelajarinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Berdirinya Kerajaan Pajang


    Kerajaan pajang adalah kerajaaan islam yang ada di Jawa,
meskipun pemerintahannya tidak begitu lama tetapi kerajaan pajang 
pernah berkuasa. Kerajaan pajang mestinya muncul sebelum runtuhnya
kerajaan Majapahit. Karena Majapahit masih bebrkuasa maka kareajaan
pajang belum begitu diperhatikan. Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut
dalam kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk
dalam perjalanannya memeriksa bagian Barat. 1
Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada
Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu,
di Demak mulai muncul Kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh
beragama Islam. Namun, sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja
Majapahit masih diakui.2
    Setelah Majapahit mengalami kemunduran atau lebih tepatnya
pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke 18 para penulis  kertasura
menuliskan asal-usul kerajaan pajang. Kerajaan Pajang adalah kerajaan
islam di Jawa yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Kerajaan pajang terletak di
pengging yang dulunya dipimpin oleh Ki Ageng Pengging selaku Bupati.
Yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena dugaan ingin
berontak terhadap kerajaan Demak. Setelah dewasa Jaka Tingkir
mengabdikan diri ke Demak, karena kepandaiannya ia diangkat menjadi
menantu oleh Sultan Trenggono.3
1
http://sejarah-andychand.blogspot.com/2012/05/sejarah-kerajaan-pajang.html diakses Pada 11 April 2023
Pukul 22:20 WIB
2
http://okebosshendra.blogspot.com/2012/03/14-sejarah-kerajaan-pajang.html diakses Pada 11 April 2023
Pukul 22:23 WIB
3
Hendra. 2012. Sejarah Kerajaan Pajang. Jakarta : Garuda emas semarang,Halaman 89
     Setelah sultan Trenggono meninggal terjadi perebutan
kekuasaan ataran pangeran Sekar Sedolepan dengan Sunan Prawoto.
Setelaha sunan Prawoto menjadi raja beliau berhasil dibunuh oleh Arya
Penangsang anak Pangeran Sekar Sedolepan tetapi Arya Penangsang
berhasil dikalahkan oleh Jaka tingkir yang kemudian dinobatkan menjadi
raja dengan nama Hadiwijaya dan beliau memindahkan semua daerah
kekuasaan ke Pajang. Ada tiga raja yang pernah memimpin kerajaan
pajang, raja pertama adalah Hadiwijaya pendiri kerajaan Pajang itu sendiri.
Yang kedua adalah Arya Pangiri anak angkat sekaligus menantunya yang
awalnya memimpin Demak. Yang ketiga adalah pangeran Benawa anak
kandung Hadiwijaya yang kemudain merebut  kekuasaan dari tangan Arya
Pangiri.
     Kerajaan Pajang dipuncak masa keemasan pada masa
kepemimpinan Hadiwijaya, dimana beliau dapat membuat para Raja
penting di Jawa timur mengakui kekuasaanya. Beliau berhasil memperluas
daerahnya. Selain memperluas dearahnya Pajang mempunyai lumbung
padi yang besar karena irigasinya berjalan lancar. Dalam aspek sosial
budaya dan ekonomi Pajang mengalami kemajuan.
Dibidang sosial Budaya, kebudayaan yang semula sudah
berkembang di Demak dan Jepara menyebar kepedalaman begitupun
dengan agama islam yang perlahan menyebar di pedalaman dan pesisir
pantai utara dan masyarakat Pajang menjalankan syariat islam dengan
sungguh-sungguh. Dalam aspek ekonomi pertanian maju dengan pesat,
memiliki lumbung padi yang besar bahkan Pajang sudah melakukan
eksport beras melalui perniagaan bengawan solo.
     Untuk aspek politik sendiri banyak sekali perselisihan karena
perebutan kekuasaan, wali sanga yang dulunya berperan penting pada
masa kerajaan Demak bahkan ikut menentukan keputusan politik kerajaan
Demak tetapi pada masa kerajaan pajang wali sanga juga masih berperan
tapi tidak begitu kental ditambah Sunan Kalijaga meminta kepada sunan
kudus agar para wali tidak ikut campur karena sebagai orang tua dan
penyebar agama tidak sepantasnya ikut berkelahi merebutkan kekuasaan.
Banyak sekali pihak luar yang ikut campur dengan perselisihan
perebutan kekuasaan. Pajang dulunya adalah daerah Pengging, Jaka
Tingkir adalah anak dari Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging yang
menjadi bupati di pengging (Hendra 2012).
Jadi sebenarnya Pajang dulunya adalah daerah pengging yang
bupatinya adalah Ki Ageng Pengging. Ki Ageng pengging yang akhirnya
dihukum mati oleh raja demak karena dianggap akan memberontak
kerajaan Demak dan untuk menklukkan pengging maka dihukum matilah
ki Ageng pengging.
    Jaka Tingkir yang dulunya menjadi seorang  tamtam di jerajaan
Demak di bawah pemerintah Pangeran trenggana, karena keahlianya ia
dijadikan meenanntu oleh Sultan Demak(Marwati Djoened Poesponegoro
2010:55). Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami
kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar
Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan
Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian
dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
     Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko
Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang
(Aprilia Kirana, 2012). Jaka Tingkir menyuruh Ki Ageng Panjawi, Ki
Ageng Pemanahan, Ngabei Loring Pasar, dan Juru Martani untuk
menyerang Arya Penangsang.   Dengan kemenangan tersebut lalu
berpindahlah kekuasaan Demak ke Pajang yang dipimpin oleh Jaka
Tingkir atau Hadiwijaya (Hendra, 2012). Keberhasilan jaka tingkir
mengalahkan Arya Penangsang membawa kemujuran dalam hidupnya.
Setelah ia mengalahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjadi raja
demak yang kemudian pusat pemerintahanya di pindahkan ke Pajang
hingga akhirnya menjadi kerajaan  Pajang.
B.     Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Pajang
    Kerajaan pajang pertama kali diperintah oleh Jaka tingkir pada
tahun 1878 anak dari Ki Ageng Pengging. Jaka Tingkir mempunyai nama
asli yaitu mas karebet itu dinobatkan menjadi raja setelah berhasil
menglahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjad raja dengan nama
Hadiwijaya. Sultan Pajang meninggal dunia dan dimakamkan di Butuh,
suatu daerah di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh
menantunnya, Aria Pangiri, anak susuhan Prawoto tersebut di atas. Waktu
itu, Aria Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di keratin
Pajang, Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari
Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa,
dijadikan penguasa di Jipang (Aji Raksa, 2008). Disitu terlihat jelas telah
terjadi perebutan kekuasaan antara Aria Pangiri sebagai menantu  dan
pangeran benawa sebagai anak kandung.
    Sepeninggalnya Hadi Wijaya Arya pengiri dinobatkan menjadi
raja yang kemudian bernama Ngawantipura pada tahun 1883. Pada masa
pemerintahannya terjadi banyak kekacauan di kerajaan pajang hal itu
terjadi karena adanya perlakuan yang berbeda antara rakyat pajang dengan
demak. Beliau yang semula memerintah demak membuanya berlaku tidak
adil terhadap rakyat pajang.
Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan
para pejabat Pajang bahkan orang-orang pajang tersisih oleh kedatangan
orang-orang Demak sehingga menyebabkan para penduduk Pajang
menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian dan sebagian lagi
pindah ke Jipang mengabdikan diri kepada Pangeran Benawan (Andy
Candra, 2012). Selain itu ia juga tidak mempedulikan kesejahteraan
rakyatnya melainkan hanya memikirkan bagai mana cara menaklukkan
Mataram.
    Melihat semua perlakuan Arya Pengiri atau Ngawantipura
Pangeran Benawa merasa tidak suka dan ingin kembali mrebut kekuasaan.
Selain itu  karena tidak puas dengan nisabya di tengah-tengah lingkungan
yang masih asing baginya, meminta bantuan kepada Senopati, penguasa
Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588,
usahanya itu berhasil. Sebagai rasa terima kasih, Pangeran Benawa
menyerahkan hak atas warisan ayahnya kepada Senopati (Aji Raksa 2008).
Akan tetapi senopati Mtaram tidak menerima tawaran dari
Pangeran Benawa dan tetap tinggal di Mataram hanya saja beliau meminta
prajurit Pajang. Dengan begitu dinobtakanlah Pangeran Benawa sebagai
raja pajang tetapi dibawah perlindungan Mataram.

C.      Masa Keemasan       
    Masa keemasan kerajaan Pajang terjadi pada masa pemerintahan
raja Hadiwijaya atau jaka tingkir raja pertamanya. Sultan Pajang mulai
melakukan perluasan kekuasaan sehingga beberapa daerah sekitarnya
antara lain Jipang dan Demak sendiri mengakui kekuasaan pajang.
Demikian pula ia meluaskan pengaruhnya ke daerah pesisir utara seperti
Jepara, Pati, bahkan kearah barat sampai ke Banyumas( Marwati Djoened
Poesponegoro, 2010:55).
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kekusastraan dan kesenian
yang sudah maju di Demak, dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman
Jawa.
    Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir dan menjalar tersebar
ke daerah pedalaman (Aji Raksa 2008). Pada masa pemerintahan Raja
Hadiwijaya mulai banyak raja-raja kecil yang tunduk padanya selain itu ia
juga memperluas daerahnya sampai madiun, aliran anak sungai solo
myang besar, blora dan kediri.
Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan pengakkuan sebagai
sultan islam dari Raja-Raja penting di Jawa Timur (Aji Raksa 2008).
Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan pertemuan bersama di istana
Sunan Prapen di Giri, hadir pada kesempatan itu para Bupati dari Jipang,
Wirasaba (Majaagung), Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban,
dan Pati. Pembicara yang mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji
Wirya Krama, Bupati Surabaya.
    Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui
Adiwijaya sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah
Duwur diangkat menantu Raja Pajang (Andy Candra, 2012). Dari itu
semua dapat terlihat bahwa sudah ada hubungan baik antara kerajaan
pajang dengan Raja-Raja di Jawa Timur dan itu berdampak baik pada
kedua pihak.

D.    Aspek Sosial Budaya, Ekonomi dan Politik


1.     Aspek Sosial Budaya
     Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk
menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang
menjadi  lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama
tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat
Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga
masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-
sungguh (Andy Candra, 2012).
Pada pemerintahan Sultan Hadiwijaya dunia kesusastraan serta
kesenian yang semula sudah berkembang di Demak dan Jepara perlahan-
lahan mulai menyebar di pedalaman selaian kesusastraan yang menyebar
pedalaman agama islam juga memberikan pengaruh yang kuat
dipedalaman dan pesisir pantai.

2.    Aspek Ekonomi
    Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga
menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17 (Andy Candra, 2012).
Kemajuan pertanian itu tidak terlepas karena pajang yang terletak di
Datarann Rendah tempat bertemunya sungai pepe dan sungai dengkeng,
kedua sungai tersebut berasal dari sumber mata air dari lereng gunung
merapi dean bengawan solo sehingga irigasi berjalan lancar dan pertanian
pun mengalami kemajuan yang pesat.
Pada masa kejayaan Demak, pajang sudah melakukan eksport
beras melalui perniagaan bengawan solo. Melihat lumbung padi yang
begitu besar  Demak ingin menguasai pajang dan juga mataram kerana
lumbung padinya untuk membentuk negara yang agraris maritim yang
ideal.

3.    Aspek Politik
     pada masa Kerajaan Demak wali sanga berperan sangat penting
karena mereka ikut memmbangun dan mendirikan kerajaan Demak
tersebut bahkan mereka ikut menentukan kebijakan politik demak. Tetapi
setelah masa kerajaan Pajang peran wali sanga masih dibutuhkan tetapi
tidak terlalu kental.
Dalam berita dikabarkan bahwa Sunan Kudus terlibat dalam
pembunuhan Sunan Prawata yang yang dibunuh oleh Arya Panangsang.
Setelah terjadi perselisihan antara Ayapenangsang dan Hadiwijaya
Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon kepada Sunan Kudus agar para
sepuh, Wali sebagai ulama dapat menempatkan diri sebagai orang tua.
Tidak ikut campur dalam urusan “rumah tangga” anak-anak.
Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya menyelesaikan
persoalanya sendiri (Andy Candra, 2012). Mereka hanya mengamati
semua yang terjadi dan mereka hanya berkata “sing becik ketitik sing olo
ketoro”. Jadi disitu terlihat jelas bahwa mereka yang bersangkutan harus
menyelesiakan permasalahan masing-masing tanpa campur aduk orang
lain, karena pasti ada banyak pihak yang ingin melihat kehancuran dari
mereka. Terjadi banyak perselisihan yang terjadi, dan perselisihan itu
terjadi karena perebutan kekuasaan antara yang satu dengan yang lainnya.
Mereka hanya mementingkan keinginan mereka dan apa yang
mereka lakukan semata-mata hanya kerana pemikiran mereka masing-
masing. Mereka hanya gila akan kekuasaan yang ingin mereka dapatkan.
Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru Sultan Hadiwijaya, mengundang
Sultan untuk datang ke Kudus untuk mendinginkan suasana. Pada saat itu
terjadi perang mulut antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan
mereka saling menghunus keris.
Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang
cepat sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya
Penangsang patuh dan menyarungkan keris ‘Setan Kober’nya. Setelah
pertemuan usai, konon Sunan Kudus menyayangkan Arya Penangsang,
maksud Sunan Kudus adalah menyarungkan keris ke tubuh Sultan
Hadiwijaya dan masalah akan selesai (Andy Candra, 2012).
Tetapi setelah itu Arya Penangsang dapatdikalahkan oleh
Hadiwijaya dengan cara kuda gerak rimang yang tunggangi oleh Arya
penangsang di pancing oleh bkuda betina Sutawijaya melewati bengawan
sore setelah di luar bengawan sore kekuatan Arya Penangsang melemah
dapat dibunuh.
Atas jasanya Ki Penjawi diberi tanah di Pati dan Ki Gede
Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram. Sutawijaya adalah putra Ki
Gede Pemanahan dan merupakan putra angkat Sultan Hadiwijaya sebelum
putra kandungnya,  Pangeran Benawa lahir. Sutawijaya konon dikawinkan
dengan putri Sultan sehingga Sutawijaya yang akhirnya menjadi  Sultan
Pertama Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya
masih berdarah Raja Majapahit (Andy Candra, 2012).
BAB III
KESIMPULAN

      Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa : Kerajaan


pajang ada di daerah Pengging yang dulunya diperintah oleh Ki Ageng
Pengging selaku Bupati yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak
karena dianggap hendak memberontak Demak.
Setelah dewasa anak Ki Ageng Pengging yang bernama Jaka
tingkir mengabdi ke Demak, karena kepandaiannya jaka tingkir diangkat
menjadi menantu oleh raja Demak yang bernama Sultan Trenggono.
Setelah Sultan Trenggono Demak mengalami kemunduran karena terjadi
perebutan tahta antara saudara Sultan Trenggono yang benama Pangeran
Sekar Sedolepan dengan anak Sultan Trenggono yang bernama Sunan
Pranoto yang akhirnya kekuasaan jatuh pada Sunan Prawoto .
     Arya penangsang berhasil membunuh Sunan Prawawata dan
kemudian Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaka tingkir. Setelah
mengalahkan Arya penangsang Jaka Tingkir dinobatkan menjadi raja
dengan nama Hadiwijaya, setelah ia menjadi Raja ia memindahkan pusat
kerajaan Demak ke Pajang.
Terdapat tigaraja yang pernah memimpin kerajaan Pajang, yang
pertama adalah Hadiwijaya pendiri Pajang itu sendiri. Setelah Hadiwijaya
meninggal kembali terjadi perebutan kekuasaan ataran Arya Pangiri anak
Sunan Prawata sekaligus menantu Hadiwijaya dengab Pangeran Benawa
anak kandung hadiwijaya. Tetapi kekuasan jatuh pada Arya Pangiri.
     Pangeran Benawa kemudian berhasil menyerang Arya Pangiri
dan merebut kekuasaan. Masa keemasan kerajaan Pajang berada pada
masa Pemerintahan Hadi wijaya.
Raja-raja penting di Jawa Timur mengakuai atas kekuasaan Pajang
selain itu pajang juga berhasil memperluas daerah dan menarik kembali
daerah yang pernah lepas. Pajangpun pernah memiliki lumbung padi yang
besar. Dalam aspek sosial budaya telah menyebar ke pedalaman begitupun
dengan agama islam, perlahan-lahan menyebar kepedalaman dan pesisir
pantai utara. Tidak hanya pada aspek sosial budaya yang berkembang,
tetapi aspek ekonomi  pajang mengalami kemajuan yang pesat bahkan
memiliki lumbung padi yang sangat besar. Utuk aspek politik banyak
sekali persaingan untuk saling merebut kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Hendra. 2012. Sejarah Kerajaan Pajang. Jakarta : Garuda emas


semarang.

http://okebosshendra.blogspot.com/2012/03/14-sejarah-kerajaan-
pajang.html
http://sejarah-andychand.blogspot.com/2012/05/sejarah-kerajaan-
pajang.html

Anda mungkin juga menyukai