Anda di halaman 1dari 17

Tugas : Makalah

KERAJAAN MATARAM
KERAJAAN HINDU
KERAJAAN KEDIRI

Guru Pembimbing:
SuDisusun Oleh:
Kelompok 2

 Lucky Irmayani
 Nurul Karya Nata
 Nurnia
 Rizwan
 Rendy Rafly
 Nusfa Hasan
 La Ode Ikbal
 Riani

SMA SWASTA LAKINA LIMBO


TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih
mengenal tentang Kerajaan Mataram, Hindu & Kediri yang kami sajikan
berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah
sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Miss Aya yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini
2. Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi
dan dorongan serta bantuan, baik secara materi, maupun moral.
3. Serta teman-teman kami yang telah member semangat pada kami
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah  ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.

Tolandona, 5 September 2016

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

A. Latar belakang............................................................................
B. Tujuan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................

A. Kerajaan mataram......................................................................
B. Kerajaan hindu............................................................................
C. Kerajaan kediri............................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kerajaan Mataram, Hindu, Kediri merupakan salah satu kerajaan
terbersar yang ada ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan terbesar di
Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa
berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud
yang berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan
swa-praja, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro
Mangkunegaran dan Puro Pakualaman. Paling tidak berkembang dengan
diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi
tentang kerajaan tidak begitu sulit kita dapat karena himgga saat ini kerajaan
tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda.

B.     TUJUAN
Karya ini disusun bertujuan untuk mengulas kembali tentang kerajaan-
kerajaan yang ada di Pulau Jawa. Juga untuk memberikan gambaran
bagaimana keadaan kehidupan masyarakat Jawa Tengah pada masa
kerajaan Mataram Islam, bagaimana kehidupan social, budaya, maupun
politiknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERAJAAN MATARAM

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini


terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja
yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan
Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (1601-1677).

Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup


penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara
(Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah
kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya,
keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang
bercorak islam di Jawa.

Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai


balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan
Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng
Pemanahan. Selanjutnya, oleh Ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun
sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.

Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya


mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya,
Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan
menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng
Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng
Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu
tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan
pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan
menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang
kehadirannya.

Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh


putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di
samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita
membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara
mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara
sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah
penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya
mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan
Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan
senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah
kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke
daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki
Ageng Giring.

Daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam Pada tahun 1590,


penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai
madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia
mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan
Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.

Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan


penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram
harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau
melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa
cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang
terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi
dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul,
ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta.
Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah
Jawa.

Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah


sistem Dewa-Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada
diri sultan. Seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat
keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka dan
kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali
seminggu di alun-alun istana.

Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang


merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima
perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau
Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat administrasi.

Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati


terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang
sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas
Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 – 1613). Peran mas
Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang
meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa
pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan
daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram
ketiga. Ia mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa
kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke
puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Gelar “sultan”
yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai
kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan
Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun
1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun
1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”. Pada
tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah
sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung
Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.

Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa,


kerajaan Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik
dengan penguasa-penguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC yang
mengincar pulau Jawa.

Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan,


lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih
difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk
menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun
1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya,
pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini
dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan
untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun 1619,
tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan
langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram
melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-
daerah pedalaman seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya,
Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.

Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan


yang sangat kuat secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa
kecuali kesultanan Banten dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di Batavia
ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses besar tersebut
menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni
yang masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram
mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan
Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.

Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini


gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut
menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih,
dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan
Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki
Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan
dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi
serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan
mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram
diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.

Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang


mengemban amanat Tuhan di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta
jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi
kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan upaya
pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan
istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang
terkenal yaitu kitab Serat Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja
digubahnya pada tahun 1641 M. Serat sastra Gendhing berisi tetang budi
pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja berisi tata aturan
moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi harmonis. Selain
menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk
menulis sejarah babad tanah Jawi.

Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih


membawa pengaruh luas adalah dalam penanggalan. Sultan agung
memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi kejawen dalam
perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah,
masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633,
Sultan Agung berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem
perhitungan tahun yang baru bagi seluruh mataram. Perhitungan itu hampir
seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah, berdasarkan perhitungan
bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan tahun
saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan
serat babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat
penting bagi perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan
jawa yang sudah terjadi sejak berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini,
sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih banyak digunakan.

Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer


memang telah dilakukan. Satu yang layak disebut, panembahan Senopati
menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan gempuran. Setelah zaman
senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan, dengan berusaha
menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk.
Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada
abdi raja majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga
menggubah Serat Nitisruti (1612 m) pada masa mas jolang.

B. KERAJAAN HINDU

Kerajaan Hindu di Indonesia


a. Kerajaan Kutai
Tauhkah kamu Menurut para ahli, nama Kutai berasal dari istilah Cina
khothay yang berarti kerajaan besar.Kerajaan Kutai terletak di Muara Kaman,
di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan
kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga
pada abad ke-4 M. Bukti berdirinya Kerajaan Kutai adalah ditemukannya
yupa. Yupa yaitu tiang batu pengikat hewan korban yang dipersembahkan
oleh para brahmana. Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Raja Hindu pertama di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Ini
dibuktikan oleh gelar yang dimilikinya, yakni wangsakerta atau pendiri
keluarga kerajaan (dinasti).

b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa.
Keberadaan kerajaan ini dapat dilacak dengan ditemukannya tujuh buah
prasasti. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 M, terletak di tepi
Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Wilayahnya meliputi Karawang, Jakarta,
Bogor, dan Banten. Raja yang terkenal dari Tarumanegara adalah
Purnawarman. Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu.
1. PrasastiCiaruteun
Ditemukan di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Pada prasasti ini terdapattelapak
kaki Raja Purnawarman dan lukisan laba-laba. Raja Purnawarman dianggap
sebagai perwujudan Dewa Wisnu.
1. Prasasti Jambu
Ditemukan di Bukit Koleangkak, 30 km sebelah barat daya Kota Bogor. Pada
prasasti ini tertulis katatarumayam (Tarumanegara).
1. Prasasti Lebak (Cidanghiang)
Ditemukan di Kampung Lebak, Pandeglang, Banten. Prasasti ini
menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah raja yang agung, pemberani,
dan perwira.
1. Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan di Kampung Muara Hilir, Bogor. Pada prasasti ini terdapat lukisan
telapak kaki Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu).
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini memiliki tulisan
terpanjang. Prasasti ini menceritakan pembuatan saluran air (Gomati dan
Chandrabhaga) oleh Raja Purnawarman.
1. Prasasti Pasir Awi
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini terdapat lukisan
tapak kaki. Prasasti ini belum bisa dibaca karena dalam huruf ikal.
1. Prasasti Muara Cianten
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, Jawa Barat. Seperti Prasasti Pasir Awi,
prasasti ini juga belum bisa terbaca.Selain prasasti juga ditemukan arca-arca.
Misalnya arca Rajarsi ditemukan di Jakarta. Di Desa Cibuaya ditemukan arca
Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.

C. KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri (Kerajaan Panjalu) adalah sebuah kerajaan dengan


corak Hindu-Budha. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1042 ini merupakan
bagian dari kerajaan yang lebih besar, yaitu Kerajaan Mataram Kuno
(Wangsa Isyana), dan pusat kerajaannya terletak di tepi sungai Brantas yang
merupakan jalur pelayaran besar pada masa itu.

1. Berdirinya Kerajaan Kediri

Pada tahun 1019, Airlangga berhasil naik menjadi raja Medang


Kamulan. Saat sedang memerintah, Airlangga berhasil mengembalikan
kewibawaan Medang Kamulan dan akhirnya memindahkan pusat
pemerintahannya ke Kahuripan. Pada tahun 1041, Airlangga memerintahkan
kerajaan untuk dibagi menjadi dua bagian. Pembagian itu dilakukan oleh Mpu
Bharada, Brahmana yang terkenal sakti. Dua kerajaan yang terbelah tadi lalu
dikenal sebagai Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dan dipisahkan
oleh gunung Kawi dan Sungai Brantas. Kejadian ini kemudian dikisahkan
dalam prasasti Mahasukbya, serat Calon Arang, dan kitab Negarakertagama.
Meskipun tujuan awal Airlangga memecah kerajaan menjadi dua adalah agar
tidak ada perebutan kekuasaan, pada praktiknya kedua putra Airlangga tetap
bersaing bahkan setelah mereka masing-masing diberi kerajaan sendiri.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas


dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri
meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti
yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh
tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah


kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama
Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang
bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala
yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai
Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M)
dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu
Garuda Mukha.

Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja


Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi
oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara
Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang
jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja
Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu
telah dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal
dengan nama Kerajaan Kediri.

Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala


tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di
Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan
kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-
kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah
hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab
Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang
menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.

2. Raja-Raja Kerajaan Kediri

 Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya ditemukan


dalam prasasti Pamwatan (1042).
 Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak diketahui
dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya
atau bukan.
 Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti
Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).
 Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan prasasti
Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha
(1157).
 Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161).
 Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).
 Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).
 Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin
Smaradahana.
 Sri Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti
Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205),
Nagarakretagama, dan Pararaton.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demikianlah keterangan tentang Kerajaan di Indonesia Khususnya


Kerajaan Mataram, hindu & Kejaan Kediri yang dapat kami buat, kesimpulan
dari makalah ini adalah bahwa peninggalan kerajaan yang ada di Indonesia
begitu bersejarah dalam sejarah. Semoga dengan selesainya Makalah ini
dapat membantu berlangsungya proses belajar mengajar di sekolah
khususnya Pelajaran Sejarah.

B. Saran

Kami sarankan Kepada para pembaca terutama bagi teman-teman


yang ingin memberikan kritikan atau masukan yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi terlengkapinya makalah ini sangat kami
perlukan. Lebih dan kurannya mohon dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/11/kerajaan-mataram-
islam.html
http://limahati.blogspot.com/2012/04/sejarah-berdirinya-kerajaan-
mataram.html
http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2010/09/kerajaan-mataram-islam.html
http://ndar3006.blogspot.co.id/2015/06/makalah-kerajaan-hindu-budha-
di.html

Anda mungkin juga menyukai