Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH SEJARAH INDONESIA

KERAJAAN MATARAM KUNO

GURU PEMBIMBING : HENDRA DM, S.Pd

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KETUA : INAYAH VERA AULIA
NAMA ANGGOTA : - REPTIN HELPIZON
- YENNY NIRMALA
KELOMPOK : 5
KELAS : X MIA 5

SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG


T.P 2014 / 2015

Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya kepadakita semua. Shalawat serta salam kita
junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil menegakkan
tauhid lailahailallah di muka bumi ini dan telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju ke alam yang terang benderang ini.
Berkat partisipasi dan kerja kerjasama teman-teman, penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “SEJARAH KERAJAAN MATARAM
KUNO”, mengenai makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan baik dalam penulisan, tata bahasa, juga dalam pembahasan
materi dalam makalah ini. Sebab kami dari penulis masih dalam
pembelajaran. Sebelumnya penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan
nantinya, harapan kami makalah ini dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan tentunya bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi
kita semua. Serta makalah ini dapat membantu kita mengetahui bagaimana
sejarah terlahirnya kerajaan mataram kuno.
Demikian kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

B.Lampung, 28 Oktober 2014

Penyusun

Daftar Isi

2
Kata Pengantar ...................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................ 3
Kerajaan Mataram Kuno....................................................................... 4
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang.............................................................................. 4-7
Bab II Pembahasan
A. Awal berdirinya kerajaan mataram kuno................................ 8-9
B. Bukti-bukti sejarah Kerajaan Mataram Kuno........................ 9
C. Tatanan Birokasi Kerajaan Mataram Kuno ( Raja-raja wangsa
sanjaya )......................................................................................... 9-18
D. Tatanan Birokasi Kerajaan Mataram Kuno ( Raja-raja Dinasti
Syailendra).................................................................................... 19-23
E. Sumber-Sumber Prasasti.......................................................... 23-24
a. Prasasti Canggal
b. Prasasti Kalasan
c. Prasasti Mantyasih
d. Prasasti Klurak
F. Sumber berupa Candi............................................................... 24-25
G. Aspek Kehidupan Politik.......................................................... 25-27
H. Aspek Kehidupan Sosial.......................................................... 27
I. Aspek Kehidupan Ekonomi...................................................... 27
J. Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha.................... 28
K. Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno..................................... 28-29
Bab III Penutup................................................................................ 30
a. Kesimpulan
Daftar Pustaka/Referensi.............................................................. 31

KERAJAAN MATARAM KUNO DAN PERKEMBANGANNYA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
        
Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak
meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10
kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan
Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya
adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa
Teguh sebagai penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang.
        
Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti
yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa
Sailendra, dan Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti
yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur.
        
Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun
kerajaannya di Tamwlang tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu
Sindok merupakan lanjutan dari kerajaan mataram.Dengan demikian
Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa
Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan
penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa Timur.

Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan jaman Hindu yang
banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan.
Kerajaan ini pada awalnya berdiri di wilayah Jawa Tengah yang juga
dikenal sebagai kerajaan Medang.

Kerajaan mataram kuno atau mataram dengan agama hindu merupakan


kerajaan hindu yang pernah berjaya dengan dua dinasti. Dinasti yang

4
pernah berjaya memimpin mataram kuno adalah Dinasti Sanjaya dan
Dinasti Syailendra. Kerajaan mataram kuno berkuasa di Jawa Tengah
bagian selatan.

Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad 8. Namun, sejak abad 10


kerajaan ini mengalihkan pusat kekuasaannya di Jawa Timur. Saat di
Jawa Tengah, pusat kekuasaan berada di kawasan Yogyakarta dan
sekitarnya. Hal ini didasarkan pada penemuan prasati Minto dan
Prasasti Anjuk Ladang.

Dalam Prasasti Mantyasih pada tahun 907 disebutkan bahwa raja


pertama kerajaan Mataram Kuno atau kerajaan Medang adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya. Raja ini mengeluarkan prasasti Canggal
pada tahun 732. dalam prasasti tersebut tidak disebutkan dengan
jelas nama kerajaan yang diperintahnya.

Dalam periode Jawa Tengah, ada 12 Raja yang memerintah kerajaan


Mataram Kuno. Raja pertama adalah Sanjaya yang sekaligus pendiri
kerajaan Medang. Selanjutnya digantikan oleh Rakai Panangkaran
yang merupakan awal kekuasaan wangsa Syailendra yang mendirikan
Candi Borobudur.

Berikutnya adalah Rakai Panunggalan alias Dharanindra, Rakai Warak


alias Samaragrawira, Rakai Garung alias Samaratungga.
Samaratungga digantikan oleh Rakai Pikatan yang merupakan awal
kebangkitan wangsa Sanjaya, Rakai Kayuwangi alias Dyah Pitaloka,
Rakai Watuhumalang, Rakai Watukura, Mpu Daksa, Rakai Layang Dyah
Tulodong dan Rakai Sumba Dyah Wawa.

Sedangkan periode kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai


dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian digantikan oleh Sri
Lokapala. Selanjutnya adalah Makuthawangsawardhana. Dan terakhir

5
adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup di kerajaan Mataram
Kuno atau kerajaan Medang ini.

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang


sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan
dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung
Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu,
dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai,
seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai
Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan


Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat
terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan
Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan
Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu
beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut
agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang
didirikan oleh Mpu Sindok.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga


merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu.
Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang
kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah
Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan
Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang
beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka
yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian
selatan.

Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah


anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai
Pikatan yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat
Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa

6
Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota
Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara
Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan
Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa.


Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih
diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu
terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur.
Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa
sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan


terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian
pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah
Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi
ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah
Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok
kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur
sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno 

7
        

Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun


732 masehi. Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat
Magelang). Pada saat itu didirikan sebuah Lingga (lambang siwa)
diatas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja
Sanjaya. Daerah ini letaknya di sebuah pulau mulia, Jawadwipa yang
dimana daerah ini merupakan daerah yang kaya raya akan hasil bumi
terutama padi dan emas sehingga di masa selanjutnya kerajaan ini
banyak melakukan hubungan dagang dengan daerah lain.

Tetapi apan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum


jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja
pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri
mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama
kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja
yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut
bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan
raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan
Sunda(akhir dari Kerajaan Tarumanegara).

Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh


Purbasora dan kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk
memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa
kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna
sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk
menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai
Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk
membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.

8
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti
Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan
berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah
Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

B. Bukti-bukti sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Bukti lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau


sering juga disebut Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang
dikeluarkan oleh Sanjaya. Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria
Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan 78 Masehi, berarti 654
Saka sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya Sanskerta,
dan letaknya di Gunung Wukir, sebelah selatan Muntilan.

Isinya adalah pada tahun tersebut Sanjaya mendirikan lingga di Bukit


Stirangga untuk keselamatan rakyatnya dan pemujaan terhadap
Syiwa, Brahma, dan Wisnu, di daerah suci Kunjarakunja.
Menurut para ahli sejarah, yang dimaksud Bukit Stirangga adalah
Gunung Wukir dan yang dimaksud Kunjarakunja adalah Sleman
(kunjara = gajah = leman; kunja = hutan). Lingga adalah simbol yang
menggambarkan kekuasaan, kekuatan, pemerintahan, lakilaki, dan
dewa Syiwa.

C. Tatanan Birokasi Kerajaan Mataram Kuno ( Raja-raja


wangsa sanjaya )
        
Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-
raja yang sebagian terkenal dengan keberanian, kebijaksanaan dan
sikap toleransi terhadap agama lain.

a.) Wangsa Sanjaya


Penggunaan nama Wangsa Sanjaya didasarkan pada nama dari raja
pertama Kerajaan Medang. Nama dari raja tersebut adalah Sanjaya.
Raja Kerajaan Medang ini menganut agama hindu yang menyembah
kepada Dewa Siwa atau yang lebih dikenal dengan Hindu aliran Siwa.

9
Sebagaimana kerajaan lainnya pada umumny bahwa akan ada masa
pergantian kedudukan. Hal tersebut juga berlaku pada Kerajaan
Medang pada masa Wangsa Sanjaya. Dalam sebuah kajian teori yang
dikemukan oleh van Naerssen mengatakan bahwa keruntuhan dinasti
Sanjaya adalah pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran yang
merupakan pengganti dari raja Sanjaya tepatnya pada tahun 770-an.

Raja-raja wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih


(Kedu), sebagai berikut.

1) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)

Raja Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno cukup lama, yaitu sekitar 28


tahun (732-760 M). Selama rentang waktu tersebut, Sanjaya
memusatkan perhatiannya pada aspek religiusitas dan kesusastraan.
Maraknya pembangunan candi-candi di Gunung Dieng jadi bukti
penguatan sisi religi.

Untuk bidang kesusastraan, Sanjaya membuka akses seluas-luasnya


bagi rakyat Kerajaan Mataram Kuno untuk mengenal beragam karya
sastra dengan baik. Contoh, pengajaran puisi jadi pendidikan yang
wajib diikuti oleh masyarakat umum. Terutama bagi kalangan pegawai
istana dan pemuka masyarakat, mereka harus memahami ilmu
pengasah kehalusan jiwa itu.

Sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Kuno, Sanjaya terkenal


dengan wejangan-wejangan penuntun kehidupan. Wejangan itu berupa
empat macam perbuatan luhur untuk mencapai kehidupan sempurna,
yaitu:

 Tresna (cinta kasih).


 Gumbira (bahagia).
 Upeksa (tidak mencampuri urusan orang lain).
 Mitra (memiliki banyak kawan, sahabat, saudara atau teman).

10
Raja ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa
Sanjaya. Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.

2) Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)

Mewarisi kebijaksanaan dari ayahnya, Rakai Panangkaran (760-780


M) melanjutkan kejayaan dari Kerajaan Mataram Kuno. Tak hanya
wilayah kerajaan yang semakin meluas, raja Mataram Kuno itu pun
memerintah dengan kearifan layaknya seorang pemimpin.

Ini dapat dilihat dari nasihat mengenai kebahagiaan hidup manusia.


Yaitu hal-hal yang harus diperjuangkan untuk diperoleh manusia
sepanjang hidupnya:

 Kasuran (kesaktian).
 Kagunan (kepandaian).
 Kabegjan (kekayaan).
 Kabrayan (banyak anak cucu).
 Kasinggihan (keluhuran).
 Kasyuwan (panjang umur).
 Kawidagdan (keselamatan).

Dalam prasasti Kalasan (778 M) diceritakan bahwa Rakai Panangkaran


(yang dipersamakan dengan Panamkaran Pancapana) mendirikan candi
Kalasan untuk memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan
candi Sari untuk dijadikan wihara bagi umat Buddha atas permintaan
Raja Wisnu dari dinasti Syailendra.

Ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah


dinasti Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan
Wisnu), dan menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke
Dieng, Wonosobo. Selain itu, Raja Panangkaran juga dipaksa
mengubah kepercayaannya dari Hindu ke Buddha. Adapun penerus
wangsa Sanjaya setelah Panangkaran tetap beragama Hindu.

3) Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784 – 803 M)


11
Raja ketiga dari Kerajaan Mataram Kuno ini terkenal dengan
kepeduliannya terhadap ilmu pengetahuan. Termasuk juga
memberikan sumbangsih penting dalam penanggalan Jawa Kuno.
Selama masa pemerintahannya, kesadaran akan hukum terjaga dengan
baik. Hal ini bukti dari keberhasilan penerapan dari konsep Catur
Guru yang dikembangkan oleh Rakai Pananggalan (780-800 M).

Catur berarti empat, sedangkan Guru adalah berat. Sehingga Catur


Guru berarti empat guru yang mempunyai tugas berat, terdiri atas:

1. Guru Sudarma, orang tua yang melahirkan manusia.


2. Guru Swadaya, Tuhan.
3. Guru Surasa, bapak dan ibu guru di sekolah.
4. Guru Wisesa, pemerintah pembuat undang-undang untuk
kepentingan bersama.

4) Sri Maharaja Rakai Warak (803 – 827 M)


Dua raja ini tidak memiliki peran yang berarti, mungkin karena kurang
cakap dalam memerintah sehingga dimanfaatkan oleh dinasti
Syailendra untuk berkuasa atas Mataram. Setelah Raja Warak turun
takhta sebenarnya sempat digantikan seorang raja wanita, yaitu Dyah
Gula (827 – 828 M), namun karena kedudukannya hanya bersifat
sementara maka jarang ada sumber sejarah yang
mengungkap peranannya atas Mataram Hindu.

5) Sri Maharaja Rakai Garung (828 – 847 M)


Raja ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti
Pengging (819 M) di mana nama Garung disamakan dengan Patapan
Puplar (mengenai Patapan Puplar diceritakan dalam prasasti Karang
Tengah – Gondosuli).

6) Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)


Raja Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa
Sanjaya dalam masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama
Kumbhayoni dan Jatiningrat (Agastya). Beberapa sumber sejarah
yang menyebutkan nama Pikatan sebagai berikut.
12
 Prasasti Perot, berangka tahun 850 M, menyebutkan bahwa
Pikatan adalah raja yang sebelumnya bergelar Patapan.
 Prasasti Argopuro yang dikeluarkan Kayuwangi pada tahun 864
M.
 Tulisan pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi Plaosan
menyebutkan nama Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Sri
Kahulunan.

Diduga tulisan tersebut merupakan catatan perkawinan antara Rakai


Pikatan dan Sri Kahulunan. Sri Kahulunan diduga adalah
Pramodhawardhani, putri Samaratungga, dari dinasti Syailendra.
Mengenai pernikahan mereka dikisahkan kembali dalam
prasasti Karang Tengah.

Rakai Pikatan sendiri mengeluarkan tiga prasasti berikut.

1) Prasasti Pereng (862 M), isinya mengenai penghormatan kepada


Syiwa danpenghormatan kepada Kumbhayoni.

2) Prasasti Code D 28, berangka tahun Wulung Gunung Sang Wiku


atau 778 Saka (856 M). Isinya adalah

 Jatiningrat (Pikatan) menyerahkan kekuasaan kepada putranya,


Lokapala (Kayuwangi dalam prasasti Kedu);
 Pikatan mendirikan bangunan Syiwalaya (candi Syiwa), yang
dimaksud adalah candi Prambanan;
 kisah peperangan antara Walaputra (Balaputradewa) melawan
Jatiningrat (Pikatan) di mana Walaputra kalah dan lari ke
Ungaran (Ratu Boko).
3) Prasasti Ratu Boko, berisi kisah pendirian tiga lingga sebagai tanda
kemenangan.
Ketiga lingga yang dimaksud adalah Krttivasa Lingga (Syiwa sebagai
petapa berpakaian kulit harimau), Tryambaka Lingga (Syiwa

13
menghancurkan benteng Tripura yang dibuat raksasa), dan Hara
Lingga (Syiwa sebagai dewa tertinggi atau paling berkuasa).

Sebagai raja, Pikatan berusaha menguasai seluruh Jawa Tengah,


namun harus menghadapi wangsa Syailendra yang saat itu menjadi
penguasa Mataram Buddha. Untuk itu, Pikatan menggunakan taktik
menikahi Pramodhawardhani, putri Samaratungga, Raja Mataram dari
dinasti Syailendra. Pernikahan ini memicu peperangan dengan
Balaputradewa yang merasa berhak atas tahta Mataram
sebagai putra Samaratungga. Balaputradewa kalah dan Rakai Pikatan
menyatukan kembali kekuasaan Mataram di Jawa Tengah.

7) Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)


Nama lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala. Ia mengeluarkan,
antara lain, tiga prasasti berikut.

 Prasasti Ngabean (879 M), ditemukan dekat Magelang. Prasasti


ini terbuat dari tembaga.
 Prasasti Surabaya, menyebutkan gelar Sajanotsawattungga
untuk Kayuwangi.
 Prasasti Argopuro (863 M), menyebutkan Rakai Pikatan pu
Manuku berdampingan dengan nama Kayuwangi.

Dalam pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat


merangkap staf pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan
penasihat ini diketuai seorang mahapatih.

8) Sri Maharaja Watuhumalang (894 – 898 M)


Masa pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai
masa pemerintahan Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan
kekuasaan. Itu sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta,
penggantinya tidak ada yang bertahan lama.

Di antara raja-raja yang memerintah antara masa Kayuwangi dan


Dyah Balitung yang tercatat dalam prasasti Kedu adalah Sri

14
Maharaja Watuhumalang. Raja-raja sebelumnya, yaitu Dyah Taguras
(885 M), Dyah Derendra (885 – 887 M), dan Rakai Gurunwangi (887
M) tidak tercatat dalam prasasti tersebut mungkin karena masa
pemerintahannya terlalu singkat atau karena Balitung sendiri tidak
mau mengakui kekuasaan mereka.

9) Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)


Raja ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah
yang berhasil mempersatukan kembali Mataram dan memperluas
kekuasaan dari Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur. Dyah Balitung
menggunakan beberapa nama:

 Balitung Uttunggadewa (tercantum dalam prasasti Penampihan),


 Rakai Watukura Dyah Balitung (tercantum dalam kitab
Negarakertagama),
 Dharmodaya Mahacambhu (tercantum dalam prasasti Kedu), dan
 Rakai Galuh atau Rakai Halu (tercantum dalam prasasti
Surabaya).

Prasasti-prasasti yang penting dari Balitung sebagai berikut.


 Prasasti Penampihan di Kediri (898 M).
 Prasasti Wonogiri (903 M).
 Prasasti Mantyasih di Kedu (907 M).
 Prasasti Djedung di Surabaya (910 M).

Sebenarnya, Balitung bukan pewaris takhta Kerajaan Mataram. Ia


dapat naik takhta karena kegagahberaniannya dan karena
perkawinannya dengan putri Raja Mataram. Selama
masapemerintahannya, Balitung sangat
memerhatikan kesejahteraanrakyat, terutama dalam hal mata
pencaharian, yaitu bercocok tanam, sehingga rakyat sangat
menghormatinya.

15
Tiga jabatan penting yang berlaku pada masa pemerintahan Balitung
adalah Rakryan i Hino (pejabat tertinggi di bawah raja), Rakryan i
Halu, dan Rakryan i Sirikan. Ketiga jabatan itu merupakan tritunggal
dan terus dipakai hingga zaman Kerajaan Majapahit.

Balitung digantikan oleh Sri Maharaja Daksa dan diteruskan oleh Sri
Maharaja Tulodhong dan Sri Maharaja Wana. Namun, ketiga raja ini
sangat lemah sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Sanjaya.

10) Mpu Daksa


11) Rakai Layang Dyah Tulodong
12) Rakai Sumba Dyah Wawa
13) Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14)Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15) Makuthawangsawardhana
16) Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

 Medang i Bhumi Mataram (masa pemerintahan Raja


Sanjaya).
 Medang i Mamrati (masa pemerintahan Raja Rakai
Pikatan).
 Medang i Poh Pitu (masa pemerintahan Raja Dyah
Balitung).
 Medang i Bhumi Mataram (masa pemerintahan Raja
Dyah Wawa).
 Medang i Tamwlang (masa pemerintahan Raja Mpu
Sindok).
 Medang i Watugaluh (masa pemerintahan raja Mpu
Sindok).
 Medang i Wwatan (masa pemerintahan raja
Dharmawangsa Teguh).

 Cerita singkat mengenai raja-raja mataram kuno


        

16
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang
terkenal sebagai seorang raja yang besar, gagah berani dan bijaksana
serta sangat toleran terhadap agama lain. Ia adalah penganut Hindu
Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara
Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan
bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat
berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera
ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan
Melayu di Semenanjung Malaya. Ketika Rakai Panunggalan berkuasa,
kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa
candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi
Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
        
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh
Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih
mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu
banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai
Warak meninggal kemudian digantikan oleh Rakai Garung. Pada masa
pemerintahan Rakai garung pembangunan kompleks candi dilanjutkan
di Jawa Tengah bagian utara terutama di sekitar pegunungan Dieng.
Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan candi
Hindu di dataran tinggi Dieng, seperti candi Semar, candi Srikandi,
candi Punta dewa, candi Arjuna dan candi Sembadra. Selain itu di
bangun pula kompleks candi Gedong Sanga yang terletak di sebelah
kota Semarang sekarang.
        
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan.
Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan
Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas
meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu
candiPrambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah
Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa

17
pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah
dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih
perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan
Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
        
Saat Rakai Kayuwangi meninggal ia digantikan oleh Rakai
Watuhumalang. Rakai Watuhumalang berhasil melanjutkan
pembangunan Candi Prambanan. Kemudian setelah Rakai
Watuhumalang meninggal ia digatikan oleh Rakai Watukura Dyah
Balitung. Pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung dikenal 3
jabatan penting, yaitu rakryan i hino (pejabat tinggi sesudah raja),
rarkyan i halu dan rarkyan i sirikan. Ketiganya merupakan tritunggal.
Dyah Balitung memerintah sampai tahun 910 M dan meninggalkan
banyak prasasti (20 buah). Ada prasasti yang menyebutkan bahwa
Raja Balitung pernah menyerang Bantan (Bali). Setelah Rakai
Watukura Dyah Balitung wafat ia digantikan oleh Daksa dengan gelar
Sri Maharaja Sri Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya.
Sebelumnya ia menjabat sebagai rakryan i hino. Ia memerintah dari
tahun 913-919 M. Pada masa pemerintahan Raja Daksa inilah
pembangunan Candi Prambanan berhasil diselesaikan. Pada tahun 919
M Daksa digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai
Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasanmattanuragatunggadewa. Masa
pemerintahan Tulodhong sangat singkat dan tidak terjadi hal-hal
yang menonjol.
        
Pengganti Tulodhong adalah Wawa. Ia naik tahta pada tahun 924 M
dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri
Wajayalokanamottungga. Sri Baginda dibantu oleh Empu Sindok Sri
Isanawikrama yang berkedudukan sebagai Mahamantri i hino.

D. Tatanan Birokasi Kerajaan Mataram Kuno ( Raja-raja


Dinasti Syailendra)

18
Dinasti Sanjaya kemudian digantikan oleh Dinasti Syailendra
yang berhasil merebut kekuasaan dari Rakai Panangkaran. Raja
Syailendra merupakan seorang penganut agama Budha Mahayana.
Sejak saat itu Wangsa Syailendra memimpin di Pulau Jawa.

Tidak hanya memimpin Pulau jawa saja, namun juga mampu


menaklukan Kerajaan Sriwijaya yang berada di Pulau Sumatra. 
Hingga akhirnya pada tahun 840 putri dari Wangsa Syailendra yang
bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang
merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya. Dari perkawinannya
antara Pramodawardhani maka Rakai Pikatan berhasil menduduki
tahta sebagai raja di Kerajaan Medang.

Kemudian oleh Raja Rakai Pikatan, istana kerajaan dipindahkan ke


Mamrati. Peristiwa naiknya Rakai Pikatan yang merupakan keturunan
dari Wangsa Sanjaya dianggap sebagai kebangkitan dari Wangsa
Sanjaya itu sendiri.

Dalam sebuah Prasasti Mantyasih ada perbedaan pendapat mengenai


para raja Medang. Berdasarka teori dari Bosch maka berdsarkan
nama yang ada di  dalam prasasti tersebut diambil kesimpulan bahwa
raja-raja Medang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya secara
keseluruhan.

Namun teori itu tidak sejalan dengan pendapat dari Slamet Muljana
yang beranggapan bahwa nama-nama yang ada pada Prasasti
Mantyasih adalah daftar nama raja-raja yang pernah berkuasa di
Medang. Jadi bukanlah merupakan daftar silsilah keturunan
dariWangsa Sanjaya.

Sebagai contoh adalah tertolaknya teori van Nersen yang


menyatakan kekalahan Rakai Panangkaran yang merupakan keturunan
Sanjaya oleh Raja Syailendra yang menandakan berpindahnya
kekuasaan dari Sanjaya ke Syailendra. Menurut Slamet Muljana
bahwa Rakai Panangkaran dianggap bukan merupakan keturunan dari

19
Sanjaya.

Hal tersebut didasarkan pada temuan prasasti yang ada. Prasasti


tersebtu adalah Prasasti Kalasan yang mengagung-agunkan Rakai
Panangkaran sebagai Sailendrawangsasatilaka. Maksud dari
“sailendrawangsasatilaka” adalah permata wangsa Sailendra. Jadi
Rakai Panangkaran bukanlah keturunan sanjaya karena disebut
sebagai permata sailendra.

Menurut Slamet juga bahwa berdasarkan Prasasti Matyasih maka


Rakai Panangkaran hingga Rakai Agung merupakan keturunan dari
Wangsa Sailendra. Sedangkan bangkitnya Wangsa Sanjaya setelah
Wangsa Sailendra adalah pada waktu Rakai Pikatan menjadi Raja
menggantikan Rakai Garung.

Penggunaan nama “Rakai” pada Kerajaan Medang memiliki makna yang


sama dengan istilah “Bhre” pada Kerajaan Majapahit. Istilah Rakaia
pada Kerajaan Medang dan Bhre pada Kerajaan Majapahit memiliki
arti penguasa. Jadi adanya gelar Rakai Panangkaran memiliki arti
sebagai penguasa panangkaran. Dalam sejarah yang ditemukan di
Prasati Kalasan ditemukan bahwa nama asli dari Rakai Panangkaran
adalah Dyah Pancapana.

Di lain waktu ada dinasti ketiga yang berkuasa di Kerajaan Medang.


Dinasti tersebut adalah Dinasi Isyana yang merupakan penguasa
Kerajaan Mataram setelah pindah dari Jawa Tengah. Dinasi ini
memindahkan pusat Kerajaan Mataram yang semula berada di Jawa
Tengah berindah ke Jawa Timur.

Pendiri dari Dinasi Isyana yang berpusat di Jawa Timur adalah Mpu
Sindok. Mpu sindok sendiri baru membangun kerajaannya di Tamwlang
pada tahun 929. Kerajaan yang didirikan oleh Mpu Sindok merupakan
lanjutan dari kerajaan Mataram karena pada prasasti yang ada
diketahui bahwa Mpu Sindok secara tegas menyatakan bahwa
kerajaan yang ia bangun merupakan kelanjutan dari Kadatwan

20
Rahyangta I Medang I Bhumi Mataram.

Itu merupakan bukti bahwa Kerajaan Mataram yang dibangun oleh


Mpu Sindok yang berpusat di Jawa Timur merupakan lanjutan dari
Kerajaan Mataram yang sebelumnya ada di Jawa Tengah.

Ketika Mataram diperintah oleh Panangkaran (wangsa Sanjaya),


datanglah dinasti Syailendra ke Jawa. Ada beberapa pendapat
mengenai asal-usul dinasti Syailendra ini. Dr. Majumdar, Nilakanta
Sastri, dan Ir. Moens berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal
dari India. Adapun Coedes berpendapat bahwa dinasti Syailendra
berasal dari Funan.

Dinasti ini lalu berhasil mendesak wangsa Sanjaya menyingkir ke


Pegunungan Dieng, Wonosobo, di wilayah Jawa Tengah bagian utara.
Di sanalah wangsa Sanjaya kemudian memerintah. Sementara itu,
dinasti Syailendra mendirikan Kerajaan Syailendra (Mataram
Buddha) di wilayah sekitar Yogyakarta dan menguasai Jawa Tengah
bagian selatan.

Sumber-sumber sejarah mengenai keberadaan dinasti Syailendra


sebagai berikut.
1) Prasasti Kalasan (778 M)
2) Prasasti Kelurak (782 M)
3) Prasasti Ratu Boko (856 M)
4) Prasasti Nalanda (860 M)

Raja-raja dinasti Syailendra sebagai berikut.

1) Bhanu (752 – 775 M)


Bhanu berarti matahari. Ia adalah raja Syailendra yang pertama.
Namanya disebutkan dalam prasasti yang ditemukan di Plumpungan
(752 M), dekat Salatiga.
2) Wisnu (775 – 782 M)
Nama Wisnu disebutkan dalam beberapa prasasti.

21
 Prasasti Ligor B menyebutkan nama Wisnu yang dipersamakan
dengan matahari, bulan, dan dewa Kama. Disebutkan pula gelar
yang diberikan kepada Wisnu, yaitu
Syailendravamsaprabhunigadata Sri Maharaja, artinya
pembunuh musuh yang gagah berani.

 Prasasti Kalasan (778 M) menyebutkan desakan dinasti


Syailendra terhadap Panangkaran.

 Prasasti Ratu Boko (778 M) menyebutkan nama Raja


Dharmatunggasraya.

3) Indra (782 – 812 M)


Raja Indra mengeluarkan prasasti Kelurak (782 M) yang
menyebutkan pendirian patung Boddhisatwa Manjusri, yang mencakup
Triratna (candi Lumbung), Vajradhatu (candi Sewu), dan Trimurti
(candi Roro Jongrang). Setelah wafat, Raja Indra dimakamkan di
candi Pawon.
Nama lain candi ini adalah candi Brajanala atau Wrajanala. Wrajanala
artinya petir yang menjadi senjata dewa Indra.

4) Samaratungga (812 – 832 M)


Raja ini adalah raja terakhir keturunan Syailendra yang memerintah
di Mataram. Ia mengeluarkan prasasti Karang Tengah yang berangka
tahun Rasa Segara Krtidhasa atau 746 Saka (824 M). Dalam prasasti
tersebut disebutkan nama Samaratungga dan putrinya,
Pramodhawardhani. Disebutkan pula mengenai pendirian bangunan
Jimalaya (candi Prambanan) oleh Pramodhawardhani.

Nama Samaratungga juga disebutkan dalam prasasti Nalanda (860 M)


yang menceritakan pendirian biara di Nalanda pada masa
pemerintahan Raja Dewapaladewa (Kerajaan Pala, India). Pada masa
pemerintahannya, Samaratungga membangun candi Borobudur yang
merupakan candi besar agama Buddha. Samaratungga kemudian

22
digantikan oleh Rakai Pikatan, suami Pramodhawardhani yang berasal
dari wangsa Sanjaya. Kembalilah kekuasaan wangsa Sanjaya atas
Mataram Kuno sepenuhnya.

E. Sumber-Sumber Prasasti 
        
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya
kerajaan Mataram dapat diketahui melalui prasasti-prasasti dan
bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.
Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan

Mataram tersebut yaitu antara lain:


     a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi
Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun 723M
dalam bentuk Candrasagkele. Prasasti Canggal
menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta
isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang
Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan di
samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja
mula-mula Sanne kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha
(saudara perempuan Sanne).

     b. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa


Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan
bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan
pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan
biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas
permintaan keluarga Syaelendra dan
Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha
(umat Budha).Bangunan suci seperti yang tertera dalam prasasti
Kalasan tersebut ternyata adalah candi Kalasan yang terletak di
sebelah timur Yogyakarta.
c. Prasasti Mantyasih ditemukan di
Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun

23
907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti
tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului
Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan,
Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu
prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung.

     d. Prasasti Klurak ditemukan di desa


Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam
huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya
menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh
Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya. Menurut para ahli bahwa
yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah
Candi Sewu yang terletak di Komplek
Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada
Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.

F. Sumber berupa Candi

        

Selain prasasti yang menjadi sumber sejarah adanya kerajaan


Mataram juga banyak bangunan-bangunan candi di Jawa Tengah, yang
manjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram yaitu seperti Candi
pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, yang terletak di Jawa
Tengah Utara. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan juga
banyak ditemukan candi antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut,

24
Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, dan masih banyak
candi-candi yang lain.
         Dari prasasti-prasasti maupun candi-candi tersebut, maka
dapat diketahui keberadaan kerajaan Mataram dalam berbagai
bidang kehidupan untuk lebih jelasnya maka simak dengan baik uraian
berikut ini.

G. Aspek Kehidupan Politik


         Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti atau wangsa
yaitu wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Syiwa dan wangsa
Syaelendra yang beragama Budha.Pada awalnya mungkin yang
berkuasa adalah wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan prasasti
Canggal.Tetapi setelah perkembangan berikutnya muncul keluarga
Syaelendra. Menurut para ahli, keluarga Sanjaya terdesak oleh
Keluarga Syaelendra, tetapi mengenai pergeseran kekuasaan
tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas kedua-duanya sama-
sama berkuasa di Jawa Tengah dan memiliki hubungan yang erat, hal
ini sesuai dengan prasasti Kalasan. Raja-raja yang berkuasa dari
keluarga Syaelendra seperti yang tertera dalam prasasti Ligor,
Nalanda maupun Klurak adalah Bhanu, Wisnu, Indra, dan
Samaratungga atau Samaragrawira.Sedangkan raja-raja dari dinasti
Sanjaya yang tertera dalam prasasti Mantyasih.
         Berdasarkan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram yang
berasal dari abad 8-9 yang bercorak Hindu yang terletak di Jateng
bagian utara dan yang bercorak Budha terletak di Jateng selatan ,
untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan dinasti Sanjaya di
Jateng bagian utara, dan kekuasaan dinasti Syaelendra di Jateng
selatan. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya
pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudyawardani yang bergelar Sri
Kahulunan.Pramudyawardani tersebut adalah putri dari
Samaratungga. Raja Samaratungga selain mempunyai putri
Pramudyawardani , juga mempunyai putera yaitu Balaputradewa
(karena Samaratungga menikah dengan keturunan raja Sriwijaya).
Kegagalan Balaputradewa merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan,
maka menyingkir ke Sumatera menjadi raja Sriwijaya.

25
Untuk selanjutnya pemerintahan kerajaan Mataram dikuasai oleh
dinasti Sanjaya dengan rajanya yang terakhir yaitu Wawa.
Pada masa pemerintahan Wawa sekitar abad 10, Mataram di Jateng
mengalami kemunduran dan pusat penerintahan dipindahkan ke Jawa
Timur oleh Mpu Sendok.Dengan adanya perpindahan kekuasaan dari
Jateng ke Jatim oleh Mpu Sendok, maka Mpu Sendok mendirikan
dinasti baru yaitu dinasti Isyana dengan kerajaannya adalah Medang
Mataram.Berdasarkan prasasti Calcuta, maka silsilah raja-raja yang
memerintah di kerajaan Medang Mataram dapat diketahui.
         Pada tahun 1017 M kerajaan Medang pada masa Dharmawangsa
mengalami pralaya/kehancuran akibat serangan dari Wurawari dan
yang berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut adalah
Airlangga.Tahun 1023 Airlangga dinobatkan oleh pendeta Budha dan
Brahmana (pendeta Hindu) menjadi raja Medang menggantikan
Dharmawangsa. Pada awal pemerintahannya Airlangga berusaha
menyatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh
Dharmawangsa, dan melakukan pembangunan di dalam negeri dengan
memindahkan ibukota kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan
tahun 1031, serta memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, dan
membangun bendungan Wringin Sapta. Dengan demikian usaha-usaha
yang dilakukan oleh Airlangga mendatangkan keamanan dan
kemakmuran bagi rakyatnya.Tetapi kemudian tahun 1041 Airlangga
mundur dari tahtanya dan memerintahkan untuk membagi kekuasaan
menjadi 2 kerajaan.Kedua kerajaan tersebut adalah Jenggala dan
Panjalu.Pada awalnya pembagian kerajaan tersebut dalam rangka
menghindari perebutan kekuasaan diantara putera-putera
Airlangga.Tetapi ternyata hal ini yang menjadi penyebab kerajaan
Medangmengalami kehancuran.

H. Aspek Kehidupan Sosial


         Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya
terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap
hidup rukun dan saling bertoleransi.Sikap itu dibuktikan ketika
mereka bergotong royong dalam membangun Candi
Borobudur.Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan

26
dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan
gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam
pembangunan tersebut.
         Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga
dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada semua pihak.Peraturan
hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga di hormati dan
dijalankan oleh para pegawai istana.Semua itu bisa berlangsung
karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.

I. Aspek Kehidupan Ekonomi


         Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo,
meliputi daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta.Daerah
itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada
hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan
serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil
pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil
pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.
         Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja
Balitung berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-
pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai
Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu
lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut.Sebagai imbalannya,
penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari
pungutan pajak. Lancarnya pengangkutan perdagangan melalui sungai
tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

J. Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha 


         Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat
tinggi.Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa
prasasti dan candi.Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno,
seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782
M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi
Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi
Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain
candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur,
27
candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut.
Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan huruf
Pallawa.Selain itu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu
membuat syair.

K. Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno


         Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena
kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan
tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:

1. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan


dunia luar.
2. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi,
3. Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno
dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu
Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara
yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan
Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis.Hal ini mengacu
pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses
pelayaran sungai menuju Laut Jawa.Kerajaan itu kemudian dikenal
dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau Kerajaan Medang
Kawulan.

Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa


dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai
Pikatan.Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya
menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan.Perselisihan antara kedua
raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada
generasi selanjutnya.Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing
untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.

Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut


bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa.Sewaktu Mpu Sindok memulai
periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang
menyerangnya.Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang

28
Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang


merupakan cicit Mpu Sindok memimpin.Waktu itu permusuhan antara
Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas.Tercatat Sriwijaya
pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut
dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah
melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau
1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan
putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari
Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam
peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.

Borobudur ~ Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
         Kerajaan mataram kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada

29
tahun 732 masehi.Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat
Magelang). Pada saat itu didirikansebuah Lingga (lambang siwa) diatas
sebuah bukit di daerah Kunjarakunja yangdidirikan oleh Raja
Sanjaya. Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan
Mataram Kuno antara lain: 1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-
760 M) 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M) 3. Sri
Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M) 4. Sri Maharaja Rakai
Warak (800-820 M) 5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M) 6.
Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M) 7. Sri Maharaja Rakai
Kayuwangi (863-882 M) 8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-
898 M) 9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
Ada beberapa aspek kehidupan yang mengalami perkembangan dalam
kerajaan Mataram Kuno, antara lain: 1. Aspek Kehidupan Politik 2.
Aspek Kehidupan Sosial 3. Aspek Kehidupan Ekonomi 4. Aspek
Kehidupan Budaya Hindu-Buddha.

DAFTAR PUSTAKA(Referensi)

Dhanny. 2010. Kerajaan Mataram Kuno. (Online),


(http://ilmusini.blogspot.com/2010/12/kerajaan-mataram-
kuno.html), diakses 15 September 2013.

30
Dwi, Shindy. 2013. Perkembangan Kerajaan Mataram Jawa Timur
Pada Wangsa Isyana Dan Dharmawangsa Teguh. (Online),
(http://encuss26.blogspot.com/), diakses 15 September 2013.

Feedjit. 2011. Masa Perkembangan Dan Masa Keemasan. (Online),


(http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/makalah-kerajaan-
mataram-kuno-dan.html), diakses 15 September 2013.

Hartini, Dwi. 2004. Pertumbuhan Dan Perkembangan Agama Serta


Kebudayaan Hindu-Budha Di Indonesia.(Online),
(http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/pembelajaran/bahan%20belajar%20e-
dukasinet/produksi%202004/modul%20online/PDF/kelas
%201/sej/sej106.PDF), diakses 15 September 2013.

Senda, Purna. 2012. Kerajaan Mataram Kuno Dan Perkembangannya.


(Online), (http://www.slideshare.net/PurnaSenda/makalah-sejarah-
15219353), diakses 15 September 2013.

Suparno, dkk. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:


Universitas Negeri Malang.

31

Anda mungkin juga menyukai