Anda di halaman 1dari 28

SEJARAH INDONESIA

“KERAJAAN MATARAM KUNO & KEDIRI”

KELAS: X-MIPA 4 (KELOMPOK 4)

DISUSUN OLEH:
1.ADLI ADYA PUTRA(KETUA)
2.RIZKI JANUATY(MODERATOR)
3.MECCA LINI YANA.F (PEMATERI 1)
4.M.ADIT(PEMATERI 2)
5.LUVITA DWI RIZKI AMALIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami mencoba menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa dengan
harapan dapat membatu teman-teman dalam memahami pelajaran sejarah yang
merupakan judul dari makalah kami, yaitu, “Kerajaan Mataram Kuno dan
Kerajaan Kediri”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah sejarah ini masih ada
kekurangan, sehingga kami berharap kritik dan saran dari teman-teman,
khususnya dari guru mata pelajaran sejarah agar kami dapat menyajikan makalah
yang lebih baik lagi untuk selanjutnya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................5
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

2.1 KERAJAAN MATARAM KUNO................................................................................6

2.1.1 SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN MATARAM KUNO................................6

2.1.2 PROSES PERKEMBANGANNYA KERAJAAN MATARAM KUNO..................8

2.1.3 KEHIDUPAN RAKYAT MATARAM KUNO.......................................................11

2.1.4 PENYEBABRUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM KUNO.........................11

2.1.5 PENINGGALAN-PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM KUNO...............12

2.2 KERAJAAN KEDIRI.................................................................................................19

2.2.1 BERDIRINYA KERAJAAN KEDIRI ....................................................................19

2.2.2 RAJA RAJA KERAJAAN KEDIRI........................................................................21

2.2.3 KEHIDUPAN EKONOMI.......................................................................................22

2.2.4 KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA..........................................................................22

2.2.5 MASA KEJAYAAN KERAJAAN KEDIRI...........................................................24

2.2.6 RUNTUHNYA KERAJAAN KEDIRI.....................................................................24

2.2.7 PRASASTI PENINGGALAN KERAJAAN KEDIRI.............................................25

BAB III PENUTUP............................................................................................................27

3.1 KSIMPULAN...............................................................................................................27

3.2 SARAN.........................................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua


dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa
Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh
Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang
bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua
dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri
pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada
umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa
di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada
periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang,


yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori
van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti
Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa
Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa
Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan
Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang
keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi
Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia
bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati.
Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa
Sanjaya.

Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri


pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi
Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di
sekitar kota Kediri sekarang.

4
Untuk lebih jelasnya, kami membuat makalah ini dengan tujuan agar
pembaca dapat mengetahui tentang kerajaan Mataram Kuno dan kerajaan
Kediri, sehingga pembaca dapat memahami dua kerajaan besar di Jawa
tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan


Kediri?
2. Bagaimana proses berkembangnya Kerajaan Mataram
Kuno dan Kerajaan Kediri?
3 .Bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan
Kediri pada saat itu?
4. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Kediri?

5. Apa saja peninggalan-peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan


Kediri?

1.3.Tujuan

a. Mengetahui lebih dalam tentang Kerajaan Mataram Kuno dan


Kerajaan Kediri.
b. Mengetahui sejarah dan proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
dan Kerajaan Kediri.
c. Mengetahui bagaiamana kehidupan dan penyebab runtuhnya Kerajaan
Mataram Kuno dan Kerajaan Kediri.
d. Mengetahui peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dan
Kerajaan Kediri.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1KERAJAAN MATARAM KUNO

2.1.1Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-
sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah.
Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti
berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada
awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan
dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja
Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu
Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti
tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya
yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk
memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat
bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri
Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti
saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam
pembangunan candi agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi
agama Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh Samaratungga
dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain Candi
RoroJongrang di Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman
pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak kekacauan di daerah-daerah

6
yang berada di

7
bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno sementara ancaman
dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian
sang raja akibat pe rebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya, pengganti
Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk
memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Disana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya
yang terkenal sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu
Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal
dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara
yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya.
Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga
Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram
Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan
Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa,
kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi
megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi
Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan
oleh Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih
mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak
masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal
kemudian digantikan oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan.
Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu
dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi
seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan
candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara
Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh
Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan
banyak menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga
timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman
keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.

8
2.1.2 Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno

Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi menjadi 2, yaitu


sebagai berikut:
a. Dinasti Sanjaya

Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama


Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul: Sriwijaya, de
Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di
Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti
Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama
pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun
732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah
penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan
berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga
baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang
disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran
dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah
Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari
Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah
putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Di kemudian hari,
Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang
Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan
untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun
723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di
tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali.
Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh
kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya
memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian
diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran.
Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan
prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang
dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra.

9
Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada
tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana
memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan. Sejak
saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai
akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama
Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan
Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta
mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di
Medang.
b. Dinasti Syailendra

Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua


wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa
Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali
diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno,
wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli
sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan
wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak
diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di
Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch
mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling
bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu
wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya
adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui
penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada
mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi
penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti
Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja- raja dari
keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad
ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di
Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya)
umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan

10
penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan
Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar
pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja
Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari
Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih
kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna,
memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di
Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan
Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan
diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah
mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram
Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh
dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan
berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan
Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi
ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan
Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan
meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan
kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto
didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra
(782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara,
puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak
jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut
dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla
(Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa
tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja
Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha
terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa
Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga
memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama
Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka

11
selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di
Sriwijaya.
2.1.3 Kehidupan Rakyat Mataram Kuno
Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian.
Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling
mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan
dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan
Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti
beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry
rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga,
pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur
sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta
telurnya juga di perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung
berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan
serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo
diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui
aliran sungai tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan- kiri
sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak.Lancarya pengangkutan
perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan
perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.
2.1.4 Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram Kuno
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
1. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan
lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang
didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi
rusak.
2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik
yang terjadi tahun 927-929 M.
3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan
dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah
daerahnya

12
kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya
pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai
selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan
dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika
Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan
mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai
pusat kerajaan. Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu
Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan
dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok
memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah
yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain
prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus,
prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet,
prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan
kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu
Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

2.1.5 Peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1. Prasasti

1. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di


desa Canggal berangka tahun 732 M dalam bentuk
Candrasangkala.
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta
berangka tahun 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India
Utara) dan bahasa Sansekerta
3. Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng
berangka tahun 907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi
dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram
yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan,
Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura
Dyah Balitung.

13
4. pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini
juga disebut dengan prasasti Belitung.
5. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun
782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta
isinya menceritakan

2. Candi
1. Candi gatotkaca

Candi Gatotkaca adalah salah satu candi Hindu yang


berada di Dataran Tinggi Dieng, di wilayah Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terletak di
sebelah barat Kompleks Percandian Arjuna, di tepi jalan ke arah
Candi Bima, di seberang Museum Dieng Kailasa. Nama
Gatotkaca sendiri diberikan oleh penduduk dengan mengambil
nama tokoh wayang dari cerita Mahabarata.
2. Candi Bima

Berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur,


Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, candi ini terletak paling
selatan di kompleks Percandian Dieng. Pintu masuk berada di sisi
timur. Candi ini cukup unik dibanding dengan candi-candi lain,
baik di Dieng maupun di Indonesia pada umumnya, karena
kemiripan arsitekturnya dengan beberapa candi di India. Bagian
atapnya mirip dengan shikara dan berbentuk seperti mangkuk
yang ditangkupkan. Pada bagian atap terdapat relung dengan
relief kepala yang disebut dengan kudu.
3. Candi Dwarawati

Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan Candi Gatutkaca,


yaitu berdenah dasar segi empat dengan penampil di keempat
sisinya. Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 50 cm.
Tangga dan pintu masuk, yang terletak di sisi barat, saat ini
dalam keadaan polos tanpa pahatan.

14
4. Candi Arjuna

Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong


Sanga. Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar ukuran
sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi sekitar 1
m. Di sisi barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan
kecil dalam tubuh candi. Pintu candi dilengkapi dengan semacam
bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m dari tubuh
candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan Kalamakara.

5. Candi Semar

Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna.


Denah dasarnya berbentuk persegi empat membujur arah utara-
selatan. Batur candi setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terdapat
di sisi timur. Pintu masuk tidak dilengkapi bilik penampil.
Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel
dan kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang pintu terdapat
Kalamakara tanpa rahang bawah.
6. Candi Puntadewa

Ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun


candi ini tampak lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur
bersusun setinggi sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu masuk ke
dalam ruang dalam tubuh candi dilengkapi pipi candi dan dibuat
bersusun dua, sesuai dengan batur candi. Atap candi mirip
dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar.
Puncak atap juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi
bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil
seperti tempat menaruh arca. Pintu dilengkapi dengan bilik
penampil dan diberi bingkai yang berhiaskan motif kertas tempel.

7. Candi Sembrada

Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar


berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan
utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung

15
seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan,
dilengkapi dengan bilik penampil. Adanya bilik penampil di sisi
barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat bentuk tubuh
candi tampak seperti poligon. Di halaman terdapat batu yang
ditata sebagai jalan setapak menuju pintu.

8. Candi Srikandi

Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi


setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus. Di
sisi timur terdapat tangga dengan bilik penampil. Pada dinding
utara terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu, pada
dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada dinding selatan
menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut sudah
rusak. Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk
aslinya.

9. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek


bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa
Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di
kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini
diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan
peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad
ke-9 (tahun 927 masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan
kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada
ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu
udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C).

10. Candi Sari

Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh


dari Candi Sambi Sari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan,
yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak

16
begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada
sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram
Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi
ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di
Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada
dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan.
Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-
masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi
bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi
Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan
dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

11. Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha.


Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3
kilometer dari candi Borobudur.Candi Mendut didirikan semasa
pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam
prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan
bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama
wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli
arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
dihubungkan dengan Candi Mendut.

12. Candi Sewu

Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di


Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi Sewu adalah candi Buddha
yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan
ratus,

meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan

17
kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di
Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi
Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat
setempat candi ini dinamakan "Sewu" yang berarti seribudalam
bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro
Jonggrang.

13. Candi Pawon

Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut


dan Candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari Candi
Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah
barat. Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-
usulnya. Ahli epigrafi J.G. de Casparis menafsirkan bahwa
Pawon berasal daribahasa Jawa awu yang berarti 'abu', mendapat
awalan pa- dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat.
Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', akan
tetapi de Casparis mengartikannya sebagai 'perabuan' atau tempat
abu. Penduduk setempat juga menyebutkan Candi Pawon dengan
nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata bahasa
Sanskerta vajra =yang berarti 'halilintar' dan anala yang berarti
'api'.

14. Candi Borobudur

18
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang
terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya
Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentukstupa ini didirikan
oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-
an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar
yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada
dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat
504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah
sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar

72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha


tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan
mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda
dharma).

19
2.2 KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri (Kerajaan Panjalu) adalah sebuah kerajaan dengan corak


Hindu-Budha. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1042 ini merupakan bagian dari
kerajaan yang lebih besar, yaitu Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa Isyana), dan
pusat kerajaannya terletak di tepi sungai Brantas yang merupakan jalur pelayaran
besar pada masa itu.

2.2.1 Berdirinya Kerajaan Kediri

Pada tahun 1019, Airlangga berhasil naik menjadi raja Medang


Kamulan. Saat sedang memerintah, Airlangga berhasil mengembalikan
kewibawaan Medang Kamulan dan akhirnya memindahkan pusat
pemerintahannya ke Kahuripan. Pada tahun 1041, Airlangga memerintahkan
kerajaan untuk dibagi menjadi dua bagian. Pembagian itu dilakukan oleh Mpu
Bharada, Brahmana yang terkenal sakti. Dua kerajaan yang terbelah tadi lalu
dikenal sebagai Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dan dipisahkan
oleh gunung Kawi dan Sungai Brantas. Kejadian ini kemudian dikisahkan
dalam prasasti Mahasukbya, serat Calon Arang, dan kitab Negarakertagama.
Meskipun tujuan awal Airlangga memecah kerajaan menjadi dua adalah agar
tidak ada perebutan kekuasaan, pada praktiknya kedua putra Airlangga tetap
bersaing bahkan setelah mereka masing-masing diberi kerajaan sendiri.

20
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas
dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi
Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta
Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah


kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu
yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama
Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan
diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti
Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda
Mukha.
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja
Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi
oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara
Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang
jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja
Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah
dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan
nama Kerajaan Kediri.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala

21
tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di
Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan
kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-
kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah
hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab
Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang
menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.

2.2.2Raja-Raja Kerajaan Kediri

1. Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya


ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).
2. Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak
diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri
Samarawijaya atau bukan.
3. Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti
Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).
4. Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan prasasti
Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin
Bharatayuddha (1157).

5. Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan


prasasti Kahyunan (1161).
6. Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).

7. Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).

8. Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin


Smaradahana.
9. Sri Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti
Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon
(1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.

22
2.2.3 Kehidupan Ekonomi

Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim. Masyarakat yang


hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani. Hasil
pertanian di daerah pedalaman Kerajaan Kediri sangat melimpah karena
didukung oleh kondisi tanah yang subur. Hasil pertanian yang melimpah
memberikan kemakmuran bagi rakyat.
Masyarakat yang berada di daerah pesisir hidup dari perdagangan dan
pelayaran. Pada masa itu perdagangan dan pelayaran berkembang pesat. Para
pedagang Kediri sudah melakukan hubungan dagang dengan Maluku dan
Sriwijaya.
Pada masa itu, mata uang yang terbuat dari emas dan campuran antara
perak, timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan antara daerah
pedalaman dan daerah pesisir sudah berjalan cukup lancar. Sungai Brantas
banyak digunakan untuk lalu lintas perdagangan antara daerah pedalaman dan
daerah pesisir.

2.2.4 kehidupan sosial budaya

Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur. Penduduknya sudah


memakai kain sampai di bawah lutut, rambut diurai, serta rumahnya
bersih dan rapi. Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima
maskawin berupa emas. Orang-orang yang sakit memohon kesembuhan
kepada dewa dan Buddha.
Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi. Hal itu dibuktikan
pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada

saat itu. Tinggi rendahnya martabat seseorang bukan berdasarkan pangkat dan
harta bendanya, tetapi berdasarkan moral dan tingkah lakunya. Raja juga
sangat menghargai dan menghormati hak-hak rakyatnya. Akibatnya, rakyat
dapat leluasa menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat. Banyak karya

23
sastra yang dihasilkan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, raja pernah
memerintahkan kepada Empu Sedah untuk mengubah kitab Bharatayuda ke
dalam bahasa Jawa Kuno. Karena tidak selesai, pekerjaan itu dilanjutkan oleh
Empu Panuluh. Dalam kitab itu, nama Jayabaya disebut beberapa kali sebagai
sanjungan kepada rajanya. Kitab itu berangka tahun dalam bentuk
candrasangkala, sangakuda suddha candrama (1079 Saka atau 1157 M). Selain
itu, Empu Panuluh juga menulis kitab Gatutkacasraya dan Hariwangsa.

Pada masa pemerintahan Kameswara juga ditulis karya sastra, antara


lain sebagai berikut.

1. Kitab Wertasancaya, yang berisi petunjuk tentang cara membuat syair


yang baik. Kitab itu ditulis oleh Empu Tan Akung.
2. Kitab Smaradhahana, berupa kakawin yang digubah oleh Empu
Dharmaja. Kitab itu berisi pujian kepada raja sebagai seorang titisan
Dewa Kama. Kitab itu juga menyebutkan bahwa nama ibu kota
kerajaannya adalah Dahana.
3. Kitab Lubdaka, ditulis oleh Empu Tan Akung. Kitab itu berisi kisah
Lubdaka sebagai seorang pemburu yang mestinya masuk neraka. Karena
pemujaannya yang istimewa, ia ditolong dewa dan rohnya diangkat ke
surga.

Selain karya sastra tersebut, masih ada karya sastra lain yang ditulis
pada zaman Kediri, antara lain sebagai berikut.

1. Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna yang berisi riwayat Kresna


sebagai anak nakal, tetapi dikasihi setiap orang karena suka menolong
dan sakti. Kresna akhirnya menikah dengan Dewi Rukmini.
2. Kitab Samanasantaka karangan Empu Managuna yang mengisahkan
Bidadari Harini yang terkena kutuk Begawan Trenawindu.

Adakalanya cerita itu dijumpai dalam bentuk relief pada suatu candi.
Misalnya, cerita Kresnayana dijumpai pada relief Candi Jago bersama relief

24
Parthayajna dan Kunjarakarna.

2.2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan


Raja Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa
Tengah meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu,
pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang
dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika
terdapat catatan dari kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178
M berisi tentang Negeri paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja
Sri Jayabaya. Bukan hanya daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan
seni sastra yang ada di Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan demikian,
Kerajaan Kediri semakin disegani pada masa itu.

2.2.6 Runtuhnya Kerajaan Kediri

Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan


Kertajaya, terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap
Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa.
Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok , akuwu
Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada
tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan
Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.

Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit


kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin
pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura.
Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya
untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun
1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk
membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden
Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara
Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk

25
menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah
dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.
2.2.7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Kediri

Sejarah tentang kerajaan Kediri diketahui dari beberapa peninggalan


Kerajaan Kediri, salah satunya dari prasasti Kerajaan Kediri. Berikut prasasti-
prasastinya.

a. Prasasti Sirah Keting


Prasasti ini berisi tentang pemberian penghargaan berupa tanah dari
Jayawarsa kepada rakyat desa sebab telah berjasa.
b. Prasasti di Tulungagung dan Kertosono

Kedua prasasti ini berisi tentang masalah keagamaan. Kedua prasasti ini
berasal dari Raja Kameshwara.
c. Prasasti Ngantang

Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah nan


dibebaskan dari pajak oleh Jayabaya. Prasasti ini ditujukan buat rakyat
Desa Ngantang sebab telah mengabdi buat Kemajuan Kediri.
d. Prasasti Jaring

Prasasti ini dibuat oleh Raja Gandra. Isinya ialah nama-nama nan berasal
dari nama hewan, seperti Tikus Jinada, Kebo Waruga, dan sebagainya.
Hal ini memunculkan adanya birokrasi kerajaan.
e. Prasasti Kamulan

Prasasti ini berisi tentang peristiwa dikalahkannya musuh oleh Kediri di


istana Katang-Katang.

f. Prasasti Padelegan

Prasasti ini dibuat oleh Raja Kameshwara guna mengenang rasa bakti
penduduk Padelegan pada raja.
g. Prasasti Panumbangan

Prasasti ini berisi tentang pemberian anugerah raja buat penduduk


Panumbangan sebab telah mengabdi kepada rakyat.

26
h. Prasasti Talan

Prasasti ini berisi tentang diberikannya hak istimewa oleh raja kepada
penduduk Desa Talan dengan cara membebaskan rakyat dari pajak.
i. Prasasti Ceker
Prasasti ini berisi tentang anugerah raja nan diberikan kepada penduduk
. desa ceker sebab telah mengabdi buat kemajuan Kediri.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh 3 dinasti yang
pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan
Wangsa Isyana.Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana
Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang
(929–947). Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun 1041
atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan Mpu Sindok. Dalam
masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga prasasti yang berangka tahun yang ditentuka,
yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888 Saka (966 M) prasasti Kawambang Kulwan tahun
913 Saka (992 M) dan prasasti ucem tahun 934 Saka (1012-1013 M).
Kerajaan Kediri (Kerajaan Panjalu) adalah sebuah kerajaan dengan corak
Hindu-Budha. Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri
pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi Sungai Brantas
yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan ini
adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

para pembaca. Selain itu kita bisa mengetahui lebih dalam tentang kerajaan- kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia, khususnya Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Kediri.
Kita sebagai generasi penerus harus bisa melestarikan serta menjaga peninggalan-
peninggalannya kerajaan zaman dahulu.

28

Anda mungkin juga menyukai