Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KERAJAAN MATARAM KUNO

Guru pembimbing: Hotman Siahaan, S.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 4

Gideon Simanjuntak

Merlina Lase

Rahel Simanungkalit

Raul Simanjuntak

KELAS X PMIA I

SMA NEGERI 3 TARUTUNG


TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI
Hlm

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… I

BAB I PENDAHULUAN………………………………….…………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………… 1

C. Tujuan Penulisan……………………….………………………………………………............ 1

D. Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………… 3

A. Sumber Sejarah dan Sejarah Berdirinya…….…………………………………………………. 3

B. Raja Raja yang Pernah Berkuasa…….………………………………………………………… 4

C. Masa Keemasan/Kejayaan……………………………………………………………………... 8

D. Masa Keruntuhan……….……………………………………………………………................ 9

E. Peninggalan Sejarah………………………………………………………………………… 10

BAB III PENUTUP…………………………………………...…………………………………… 16

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….. 16
B. Saran………………………………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSAKA…………………………………………………………………………………………….. 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan Mataram kuno (Medang) adalah kerajaan bercorak Hindu-Budha. Mataram kuno
mulai berdiri dan berkembang pada abad ke-7. Kerajaan Mataram kuno diperkirakan berada di
dekat sungai Begawan Solo, Jawa tengah dan pusat pemerintahan berada di Jawa Tengah. Pada
abad ke-10 pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur. Pendapat
lama meyakini berpindahnya pusat pemerintahan dikarenakan bencana alam yaitu gunung
Meletus. Secara umum, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh 3 dinasti yang pernah
berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Dinasti
Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil kebudayaannya
berupa candi seperti, Candi Gedong Songo. Dinasti Syailendra beragam Budha dengan pusat
kekuasaan di bagian selatan dan hasil kebudayaan berupa candi seperti, Candi Borobudur, Candi
Mendut dll. Sedangkan Dinasti Isyana baru ada setelah pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa
Timur. Pendiri dari Dinasti Isyana adalah Mpu Sindok. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur
tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa Timur.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram Kuno

1. Bagaimana sejarah berdirinya dan darimana sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno?
2. Siapa saja Raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno?
3. Bagaimana masa keemasan/kejayaan Kerajaan Mataram Kuno?
4. Apa penyebab runtuihnya Kerajaan Mataram Kuno?
5. Apa saja peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka kami merumuskan
beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
2. Untuk mengetahui Sumber-sumber sejarah Kerajaan Matarm Kuno
3. Untuk mengetahui siapa saja Raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno
4. Untuk mengetahui masa keemasan Kerajaan Mataram Kuno
1
5. Untuk mengetahui runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
6. Untuk mengetahui peningalan sejarah peninggalan Kerajaan Matarm Kuno

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita pengentahuan
dan wawasan mengenai letak Kerajaan Mataram Kuno, dan sumber sejarahnya, Raja-raja
pada Kerajaan Mataram Kuno, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakatnya, serta masa
kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber Sejarah dan Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Sanjaya adalah Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti
Canggal tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat
raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal
dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda
(akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan
diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa
kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik
tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Dan ketika Ratu Shima wafat,
Kalingga melemah dan runtuh karna serangan Kerajaan Sriwijaya. Kalingga terbagi menjadi dua. Yang
pertama Kerajaan diperkirakan ada di Magelang dan satu lagi berada di sekitar Yogyakarta. Setelah
Kalingga runtuh, keturunan Dapunta Syailendra (pendiri Kerajaan Kalingga) yakni Sanjaya menguasai
Kerajaan yang berada di Yogyakarta.
Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk
membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di
sekitar sungai Bogowondo dan Begawan Solo, Jawa Tengah. Dalam Prasasti Canggal, bisa dipastikan
Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7.
Setelah Sanjaya wafat ia digantikan oleh Raja Panangkaran. Raja panangkaran memberi hadiah
kepada Dewi Tara sebuah candi dan biara untuk pendeta agama Buddha. Agama Buddha berkembang
dengan pesat. Setelah kekuasaan Raja Panangkaran berakhir, timbul persoalan keluarga Syailendra
karena adanya perpecahan anggota keluarga yang memeluk agama Buddha dan agama Hindu.
Perpecahan ini tidak berlangsung dengan lama. Dinasti syailendra Bersatu kembali di bawah
pemerintahan Raja Pikatan.
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu
berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui sampai saat ini. Adapun untuk Prasasti,
Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732
M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan
tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping
itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya
anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
3
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf
Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk
dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan
Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan
bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang
mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai
Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan
bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar
Sri Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada
hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain:

1)Mataram Hindu
1. Candi Gatut Kaca 5. Candi Srikando
2. Candi Bima 6. Candi Puntadewa
3. Candi Dwarawati 7. Candi Sembrado
4. Candi Arjuna 8. Candi Gedong Songo
2)Mataram Budha
1. Candi Borobudur 5. Candi Pawon
2. Candi Mendut
3. Candi sari
4. Candi Sewu
B. Raja-Raja yang pernah Berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno

Para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa
Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa
Timur. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Raja Sanjaya.
Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan pendapat Van Naerssen, pada zaman
pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Raja Sanjaya pada tahun (770an), kekuasaan atas
Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Sejak saat itu Wangsa
Sailendra berkuasa di tanah Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau
Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan

4
menikahi Pramodawardhani yang merupakan putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat pernikahan
itu ia bisa menjadi raja di Medang, dan memindahkan istana kerajaan Medang ke Mamrati. Hal
tersebut dianggap sebagai awal Bangkitan kembali Wangsa Sanjaya.

Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap sebagai anggota
Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet Muljana berpendapat bahwa daftar
tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Medang, dan bukan daftar silsilah
keturunan Sanjaya.

Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya bukan putra
Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai Panangkaran sebagai “permata
wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini menolak teori Van
Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh seorang raja Sailendra.

Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari Rakai
Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan
kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan Rakai
Garung.

Sementara itu pada dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru muncul
pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok yang membangun istana baru
di Tamwlang tahun 929an. Dalam prasastinya, Mpu Sindok menyebutkan bahwa kerajaannya
merupakan kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram

Berikut daftar Raja kerajaan Mataram Kuno:

a. Dinasti Sanjaya
Dalam prasasti Metyasih disebutkan raja-raja yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-
raja itu adalah
1. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M) Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa
pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-
kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M) Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang
berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan
Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang
patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M) Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang
peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai

5
Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan
misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah
· Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
· Guru Swadaya, Tuhan
· Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
· Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M) Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia
militer berkembang dengan pesat.
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M) Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting
terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung
bekerja siang hingga malam.
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M) Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang
wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan
bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada
zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M) Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja
Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M) Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki
prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M) Masa pemerintahannya juga menjadi
masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk
mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
10. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M) Pada masa pemerintahan Dyah Balitung,
Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
11. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M) Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada
masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam
Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong
sangat memperhatikan kaum brahmana.
12. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M) Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam
berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.
b. Dinasti Syailendra
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah
Dinasti Syailendra, di antaranya:
1. Bhanu ( 752- 775 M ) Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
6
2. Wisnu ( 775- 782 M) Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya
778.
3. Rakai panunggalan atau Dharaindra ( 782 -812 M ) Pada masa pemerintahannya, Raja Indra
membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra 14
menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah ini ditujukan
untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh
kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik.
Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
4. Samaratungga ( 812 – 833 M ) Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga
berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha,
Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun
Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga
meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari
selir.
5. Pramodhawardhani ( 883 – 856 M ) Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal
cerdas dan cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi
tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja
Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya.
6. Balaputera Dewa ( 883 – 850 M ) Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya
yang bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta
kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa
berhak mendapatkan tahta tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan
tidak setuju terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam
peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan melatrikan diri ke
Palembang.
c. Dinasti Isyana
1. Rakai Hino Sri Isyana alias Mpu Sindok (929-947M) Memindahkan pusat kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno periode Jawa Tengah dari Bhumi Mataram ke Jawa bagian timur
2. Sri Lokapala dan Ratu Sri Isyanatunggawijaya (947-985M) Sri Isyana adalah putri dari Mpu
Sindok dan suaminya Sri Lokapala berhasil membangun Gunung Penanggungan “gunung
berdampingan”. Menurut prasasti Pucangan yang menjadi raja selanjutnya adalah putra mereka.
3. Sri Makutawangsawardhana (985-991M) Teori yang berkembang ialah, Makutawangsadhana
memerinta sampai tahun 991 dan digantikan oleh putranya yabg bernama Dharmawangsa,
sedangkan putrinya bernama Mahendrata menikah dengan raja Bali bernama Udayana kemudian
melahirkan Airlangga
7
4. Dharmawangsa Teguh (991-1007M) Para sejarahwan sepakat menyebut Dharmawangsa seagai
putra Makutawangsawardhana. Hal ini diperkuat oleh prasasti Sirah Keting menyebutkan
Dharnawangsa sebgai anggota Wangsa Isyana.

C. Masa Keemasan/ Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno


1. Wangsa Sanjaya

Kejayaan Mataram Kuno sudah tampak sejak awal. Semua ini berkat jiwa kepemimpinan Sanjaya
yang memang layak menjadi raja. Sanjaya bukan sembarang raja yang hanya menginginkan
kekuasaan semata. Sanjaya adalah seorang raja yang juga memahami isi dari kitab sucinya. Ia
adalah seorang penganut Hindu Syiwa yang sangat taat.

Meskipun sangat mendukung perkembangan agama Hindu, namun Sanjaya merupakan raja yang
bijak. Beliau ini bercermin pada sejarah kerajaan Majapahit yang sukses menerapkan sejarah
bhinneka tunggal ika sesuai yang tercantum di kitab Negarakertagama. Sanjaya menjembatani
penduduk di Mataram Kuno yang ingin memeluk agama lain. Waktu itu, hanya ada 2 agama besar
yang memiliki banyak pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Hanya ada Hindu dan Buddha.

2. Rakai Panangkaran

Sifat Rakai Panangkaran yang paling menonjol adalah pemberani. Ia telah melakukan banyak
penaklukan terhadap raja-raja kecil di sekitar wilayah Mataram Kuno. Rakai Panangkaran
menggantikan Ratu Sanjaya sebagai penguasa kerajaan Mataram Kuno. Di masa pemerintahannya,
kaum Hindu bertempat tinggal di Mataram Kuno bagian utara. Sementara para pemeluk Buddha
lebih nyaman menempati wilayah Jawa Tengah sebelah selatan.

Perbedaan tempat ini sengaja dilakukan agar kedua agama dapat hidup berdampingan, menjalankan
ibadahnya masing-masing, dan berinteraksi dengan orang-orang yang sama. Keimanan akan
semakin kuat karena seringnya bergaul dengan orang seagama. Namun di luar urusan agama, setiap
penduduk Mataram Kuno tetap menjalin hubungan dagang dan pekerjaan lain seperti biasanya.
Rakai Panangkaran merubah agamanya sendiri menjadi Buddha Mahayana. Sejak Rakai –sebutan
Raja Panangkaran beralih agama, ia mendirikan wangsa baru yang dinamai Syailendra. Dengan itu
berarti ada wangsa kedua yang menguasai kerajaan Mataram Kuno.

Para penganut Hindu mendirikan candi peninggalan agama hindu seperti candi Dieng dan Gedong
Songo. Di belahan Mataram Kuno bagian selatan juga membangun candi peninggalan
buddha semacam Mendut, Prambanan dan Borobudur yang pernah masuk ke dalam 7 keajaiban
dunia. Memang pada perkembangannya, kedua wangsa dan agama yang berbeda tersebut sempat

8
berkelahi. Permasalahannya ada pada hak meneruskan kekuasaan raja. Namun konflik klasik ini
dapat diatasi dengan keberanian Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya yang memeluk Hindu menikahi
Pramodhawardhani, putri Samarattungga yang memulai pembangunan Borobudur dari Dinasti
Syailendra. Akhirnya otomatis pula kedua wangsa ini sama-sama kembali duduk di istana kerajaan.
Kedua agama yang sempat tak akur akhirnya kembali berbaikan.

3. Dyah Balitung.
Dyah Balitung bahkan mampu membalikkan keadaan yang semula tidak stabil menjadi lebih baik.
Ialah raja Mataram Kuno yang kembali mempersatukan Jawa di bawah tundukan satu kerajaan.
Kekuasaannya pun menyentuh hingga pulau Bali.

D. Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Keruntuhan Mataram Kuno dipicu oleh perseteruan anggota keluarga. Semuanya bermula sejak
Samarattungga meninggal dunia. Istrinya yang bernama Dewi Tara memiliki anak, Balaputeradewa.
Balaputeradewa sebenarnya tidak terima atas kepemimpinana Rakai Pikatan sebagai Raja Mataram
Kuno.

Balaputeradewa yang memang tidak berada di posisi bagus nekad menunjukkan sikap perlawanan
kepada kepemimpinan Rakai Pikatan. Kontan saja Rakai Pikatan mengusir Balaputeradewa. Lelaki
tersebut mencoba bertahan di dekat Candi Prambanan dengan mendirikan Candi Boko. Sayangnya
pertahanan tersebut tidak dapat bertahan lama. Keadaan memaksanya melarikan diri ke luar pulau
Jawa. Ia memilih pulau Sumatera sebagai tempat pelariannya. Pada waktunya nanti,
Balaputeradewa malah menjadi raja di kerajaan Sriwijaya.

Lewat ketangguhan kerajaan Sriwijaya, Balaputeradewa mencoba membalaskan sakit hatinya dulu.
Di masa pemerintahan sesudah Dyah Balitung, Mataram Kuno berkembang ke bawah. Serangan
dari kerajaan Sriwijaya semakin memperparah keadaan yang sebenarnya sudah keteteran dengan
adanya bencana alam yang menimpa kerajaan Mataram Kuno.

Mpu Daksa yang merasa keturunan asli Sanjaya mengkudeta Dyah Balitung. Selanjutnya Mataram
Kuno semakin goyah dari dalam maupun luar. Peristiwa Mahapralaya yang memporak-porandakan
istana Mataram Kuno memaksa Mpu Sindok yang saat itu berperan sebagai Rakryan I Hino
memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Diperkirakan kota tepatnya adalah Jombang dan
Madiun.

9
E. Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Peninggalan kerajaan Mataram Kuno berupa 2 bentuk;
a. Prasasti
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung
Wukir atau Prasasti Sanjaya) adalah prasasti
berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang
ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa
Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan aksara
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini dipandang sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya
pada tahun 732 sebagai seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.Prasasti
Kelurak.
2. prasasti Kelurak
Prastasi kelurak berangka tahun 782 M dan ditemukan di dekat Candi Lumbung, Desa
Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah. Keadaan prasasti
Kelurak sudah sangat aus (penuh goresan), sehingga isi
keseluruhannya kurang diketahui. Secara garis besar, isinya
tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca
Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud
dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di Kompleks Percandian
Prambanan.
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh,
Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat daftar
silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung.
Prasasti ini dibuat sebagai upaya melegitimasi
Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga
menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat
penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa desa
Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di
kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini sebagai
tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu disebutkan pula tentang
keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan
Sumbing). Kata "Mantyasih" sendiri dapat diartikan "beriman dalam cinta kasih"
10
4. Prasasti Sojomerto
merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang ditemukan
di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang,
Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa
Melayu Kuna. Berdasarkan taksiran analisis paleografi
diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi. Isi prasasti
memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Seilendra, yaitu ayahnya bernama Santanu,
ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari
berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja
keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
5. Prasasti Tri Tepusan
Prasasti Tri Tepusan menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M
menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan pemeliharaan tempat
suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar nama dari candi Borobudur sekarang).
Duplikat dari prasasti ini tersimpan di dalam museum candi Borobudur.
6. . Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti ini ditemukan November 1983. Prasasti ini di sebuah
ladang di Dukuh Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, sekitar 4 km
arah timur laut Kota Temanggung. Di dalam prasasti ini
dicantumkan daftar lengkap dari raja-raja yang memerintah bumi
Mataram pada masa sebelum pemerintahan raja Rake Watukara
Dyah Balitung. Prasasti ini dianggap penting karena menyebutkan 12 nama raja Mataram,
sehingga melengkapi penyebutan dalam Prasasti Mantyasih (atau nama lainnya Prasasti
Tembaga Kedu) yang hanya menyebut 9 nama raja saja.
7. Prasasti Plumpungan
Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan dan berangka
tahun 750 Masehi. Prasasti ini dipercaya sebagai asal mula
kota Salatiga. Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti
Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan
status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan
ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya
bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya

11
daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat
prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga
8. Prasasti Kalasan
Prasasti ini peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan
Mataram Kuno yang berangka 778M. Prasasti yang
ditemukan di Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf
Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini
menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil membujuk
Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika
keluarga Sailendra (Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk
membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta
penghadiahan desa Kalasan untuk para sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang
dimaksud adalah Candi Kalasan.
9. Prasasti Ngadoman
Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat Salatiga,
Jawa Tengah. Prasasti ini penting karena kemungkinan besar
merupakan perantara antara aksara Kawi dengan aksara Budha.

10. Prasasti Sankhara


Prasasti Raja Sankhara adalah prasasti yang berasal dari
abad ke-8 masehi yang ditemukan di Sragen, Jawa Tengah.
Prasasti ini kini hilang tidak diketahui di mana
keberadaannya. Prasasti ini pernah disimpan oleh museum
pribadi, Museum Adam Malik, namun diduga ketika museum ini 10 ditutup dan bangkrut
pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum ini dijual begitu saja. Dalam prasasti
itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama karena agama Siwa
yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke
Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih. Sebelumnya disebutkan
ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit selama 8 hari. Karena itulah Sankhara karena takut
akan ‘sang Guru’ yang tidak benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk
agama Buddha Mahayana, dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Di dalam
buku Sejarah Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan Rakai
Panangkaran, sedangkan ayah Raja Sankhara yang dalam prasasti ini tidak disebutkan
namanya, disamakan dengan raja Sanjaya.

12
b. Candi
i) Candi bercorak Hindu
a. Candi GatotKaca
Candi Gatotkaca adalah salah satu
candi Hindu yang berada di Dataran Tinggi Dieng, di wilayah Kabupaten Banjarnegara,
Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terletak di sebelah barat Kompleks Percandian Arjuna,
di tepi jalan ke arah Candi Bima, di seberang Museum Dieng Kailasa.
Nama Gatotkaca sendiri diberikan oleh penduduk dengan mengambil nama
tokoh wayang dari cerita Mahabarata.

b. Candi Bima
Berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Candi ini
terletak paling selatan di kompleks
Percandian Dieng. Pintu masuk berada di sisi timur.
Candi ini cukup unik dibanding dengan candi-candi lain, baik di Dieng maupun di
Indonesia pada umumnya, karena kemiripan arsitekturnya dengan beberapa candi
di India. Bagian atapnya mirip dengan shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang
ditangkupkan. Pada bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang disebut
dengan kudu.
c. Candi Dwarawati
Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan Candi
Gatutkaca, yaitu berdenah dasar segi empat dengan
penampil di keempat sisinya. Tubuh candi berdiri
di atas batur setinggi sekitar 50 cm. Tangga dan
pintu masuk, yang terletak di sisi barat, saat ini dalam keadaan polos tanpa pahatan.
d. Candi Arjuna
Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong
Sanga. Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar
ukuran sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri diatas batur
setinggi sekitar 1 m. Di sisi barat terdapat tangga
menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh

13
candi. Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar
sekitar 1 m dari tubuh candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan Kalamakara.

e. Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi
Arjuna. Denah dasarnya berbentuk persegi empat
membujur arah utara-selatan. Batur candi
setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang dalam
tubuh candi terdapat di sisi timur. Pintu masuk tidak dilengkapi bilik penampil. Ambang
pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel dan kepala naga di pangkalnya.
Di atas ambang pintu terdapat Kalamakara tanpa rahang bawah.

ii) Candi bercorak Budha


a. Candi Borobudur
Borobudur adalah nama
sebuah candi Buddha yang
terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat
daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat
laut Yogyakarta. Candi berbentukstupa ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur
sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi
dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama
terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah
duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan)
Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
b. Candi Mendut
Candi Mendut adalah
sebuah candi bercorak Buddha. Candi
yang terletak di Jalan Mayor
Kusen Kota Mungkid, Kabupaten
14
Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari
candi Borobudur.Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari
dinasti Syailendra. Di dalam prastasi Karang Tengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana
yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G.
de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
c. Candi Sewu
Kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh
Bener, Desa Bugisan,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah. Candi Sewu
adalah candi Buddha yang dibangun pada
abad ke-8. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua
setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada
Candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat
candi ini dinamakan "Sewu" yang berarti seribudalam bahasa Jawa. Penamaan ini
berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang
d. Candi Pawon
Letak Candi Pawon berada di
1750 meter dari Candi Borobudur
ke arah timur dan 1150 m dari
Candi Mendut ke arah barat. Nama
Candi Pawon tidak dapat diketahui
secara pasti asal-usulnya.
Ahli epigrafi J.G. de
Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal daribahasa Jawa awu yang berarti 'abu',
mendapat awalan pa- dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa
Jawa sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', akan tetapi de Casparis mengartikannya
sebagai 'perabuan' atau tempat abu. Penduduk setempat juga menyebutkan Candi
Pawon dengan nama Bajranalan.
e. Candi Sari
Candi ini berada tidak jauh dari Candi Sambi
Sari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan,
yaitu di bagian sebelah timur laut dari
kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh
15
dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat
masa Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Bentuk bangunan
candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief
di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-
masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta
Buddha (Bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan
suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para
bhiksu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Mataram kuno (Medang) adalah kerajaan bercorak Hindu-Budha yang mulai berdiri
dan berkembang pada abad ke-7. Kerajaan Mataram kuno diperkirakan berada di dekat sungai
Begawan Solo, Jawa tengah dan pusat pemerintahan berada di Jawa Tengah. Pada abad ke-10
pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur. Pendapat lama
meyakini berpindahnya pusat pemerintahan dikarenakan bencana alam yaitu gunung Meletus.
Secara umum, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa
pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Raja pertama
Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya dan Raja terakhir adalah Dharmawangsa Teguh. Masa
Kejayaan Mataram Kuno saat masa kepemimpinan Dyah Balitung. Ia bahkan mampu
membalikkan keadaan yang semula tidak stabil menjadi lebih baik. Ialah raja Mataram Kuno
yang kembali mempersatukan Jawa di bawah tundukan satu kerajaan. Kekuasaannya pun
menyentuh hingga pulau Bali. Pennggalan-peninggalan Kerajaan Mataram Kuno sangat banyak
dan salah satunya Candi Borobudur.

B. Saran
Kerajaan Mataram kuno memiliki banyak sekali peninggalan. Kita harus menjaga peninggalan
itu supaya kita lebih menghargai budaya-budaya kita di Indonesia yang sangat banyak. Kita
sebagai penerus bangsa harus mengetahui Kerajaan Hindu-Budha yang ada di Indonesia agar
sejarah pada masa lampau tidak hilang dan kita harus bisa menjaga dan meledtarikam agar
kedepannya kita masih bisa berbagi dan melihat peninggalan serta kebudayaan kita nanti.

16
DAFTAR PUSAKA

http://gerbangkurikulum.sma.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/09/
XI_Sejarah_KD-3.1_Final.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Makutawangsawardhana
//FCS : FUAT CEPAT SELAMAT: SUMBER SEJARAH DAN PENINGGALAN
KERAJAAN MATARAM KUNO (fastrans22.blogspot.com)
https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Kerajaan-Mataram-Hindu_23894_p2k-unkris.html
https://informazone.com/peninggalan-kerajaan-mataram-kuno/
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-mataram-kuno
https://roboguru.ruangguru.com/forum/latar-belakang-berdiri-nya-kerajaan-mataram-
kuno_FRM-STGXPQ63
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/sejarah-kerajaan-mataram-kuno-12928/

17

Anda mungkin juga menyukai