Anda di halaman 1dari 23

DISUSUN OLEH

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak
meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang
kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya adalah Makuthawangsa
Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup Kerajaan
Mataram Kuno atau medang.
Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang
pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan
Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan
Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun
kerajaannya di Tamwlang tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu Sindok

2
merupakan lanjutan dari kerajaan mataram.Dengan demikian Mpu Sindok
dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan
kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah
Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa Timur.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan
Mataram Kuno ini, antara lain :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2. Dimanakah Letak Wilayah Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Darimanakah Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ?
4. Siapa saja Silsilah Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno ?
5. Prasasti apa saja yang berada di Kerajaan Mataram Kuno ?
6. Bagaimana Kehidupan di Kerajaan Mataram Kuno ?
7. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2. Untuk mengetahui Letak Wilayah Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Untuk mengetahui Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ?
4. Untuk mengetahui Silsilah Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno ?
5. Untuk mengetahui Prasasti di Kerajaan Mataram Kuno?
6. Untuk mengetahui Kehidupan di Kerajaan Mataram Kuno ?
7. Untuk mengetahui runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno?

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan
kita pengentahuan dan wawasan mengenai letak Kerajaan Mataram Kuno, dan
sumber sejarahnya, Raja-raja pada Kerajaan Mataram Kuno, kehidupan ekonomi

3
dan sosial masyarakatnya, penggolongan pada masa Kerajaan Mataram Kuno,
serta masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas,
namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan
Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal
(732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya
menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja
tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja
dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari
Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan
kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari
Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang
merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta,
Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil
menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk
membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal,
bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad
ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram
Sang Ratu Sanjaya.

B. Letak dan Wilayah


Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering
disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan
gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung
Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu.

4
Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai
Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat
subur.

C. Sumber Sejarah
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram
Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi
sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan
beberapa prasasti, diantaranya:
1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal
berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan
bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga
(lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu
juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang
digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta
oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran
juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka
907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah
daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah
Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai
Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai
Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam
huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra
Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan
bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan
Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan,

5
Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi
Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu
saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

D. Silsilah Raja-raja
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja
dinataranya sebagai berikut:
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno
2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10. Mpu Daksa
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

E. Prasasti-Prasasti Kerajaan Mataram Kuno


Sebagai salahsatu kerajaan terbesar di Indonesia, mataram banyak sekali
meninggalkan benda-benda bersejarah, termasuk juga prasasti. Dan berikut
diantaranya:

6
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir
atau Prasasti Sanjaya) adalah prasasti berangka tahun
654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di halaman
Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan
Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini
menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini dipandang sebagai pernyataan
diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai seorang penguasa universal dari
Kerajaan Mataram Kuno.
2. Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak berangka tahun 782 M
dan ditemukan di dekat Candi Lumbung,
Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks
Percandian Prambanan, Jawa Tengah.
Keadaan prasasti Kelurak sudah sangat
aus, sehingga isi keseluruhannya kurang
diketahui. Secara garis
besar, isinya tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri
atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para
ahli, yang dimaksud dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang
terletak di Kompleks Percandian Prambanan.
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di kampung
Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah
dan memuat daftar silsilah raja-raja
Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti
ini dibuat sebagai upaya melegitimasi
Balitung sebagai pewaris tahta

7
yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh
atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti ini juga disebutkan
bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah
bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang
batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan.

Selain itu disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir
Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing). Kata "Mantyasih" sendiri
dapat diartikan "beriman dalam cinta kasih".
4. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa
Sailendra yang ditemukan di Desa Sojomerto,
Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu
Kuna. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun,
berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan
berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal
abad ke-8 masehi. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati,
sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa
tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan
Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
5. Prasasti Tri Tepusan
Prasasti Tri Tepusan menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M
menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan
pemeliharaan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar
nama dari candi Borobudur sekarang). Duplikat dari prasasti ini tersimpan di
dalam museum candi Borobudur.
6. Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti ini ditemukan November 1983. Prasasti ini di sebuah ladang di Dukuh
Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, sekitar 4 km arah timur laut Kota
Temanggung. Di dalam prasasti ini dicantumkan daftar lengkap dari raja-raja

8
yang memerintah bumi Mataram pada masa sebelum pemerintahan raja Rake
Watukara Dyah Balitung. Prasasti ini dianggap penting karena menyebutkan 12
nama raja Mataram, sehingga melengkapi penyebutan dalam Prasasti
Mantyasih (atau nama lainnya Prasasti Tembaga Kedu) yang hanya menyebut 9
nama raja saja.

7. Prasasti Rukam
Prasasti ini berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi, ditemukan pada 1975 di
desa Petarongan, kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini
terdiri atas dua lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang. Lempeng
pertama berisi 28 baris dan lempeng kedua berisi 23 baris. Aksara dan bahasa
yang digunakan adalah Jawa Kuna.
Isi prasasti adalah mengenai peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan
Sanjiwana karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api.
Kemudian penduduk desa Rukam diberi kewajiban untuk memelihara bangunan
suci yang ada di Limwung. Mungkin bangunan suci tersebut adalah Candi
Sajiwan, sebagaimana kata Sanjiwana tadi. Candi Sajiwan yang sering dilafalkan
Sojiwan terletak tidak jauh dari Candi Prambanan.
8. Prasasti Plumpungan
Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan dan
berangka tahun 750 Masehi. Prasasti ini
dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga.
Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti
Plumpungan berisi ketetapan hukum,
yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra.
Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan
peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra.
Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara
resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti
itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian

9
daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak
pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
9. Prasasti Siwargrha
Dalam prasasti ini tertulis chandrasengkala ”Wwalung
gunung sang wiku” yang bermakna angka tahun 778 Saka
(856 Masehi). Prasasti ini dikeluarkan oleh Dyah Lokapala
(Rakai Kayuwangi) segera setelah berakhirnya
pemerintahan Rakai Pikatan. Prasasti ini menyebutkan
deskripsi kelompok candi agung yang dipersembahkan
untuk dewa Siwa disebut Shivagrha (Sanskerta: rumah Siwa) yang cirinya
sangat cocok dengan kelompok candi Prambanan.
10. Prasasti Gondosuli
Prasasti ini ditemukan di reruntuhan Candi
Gondosuli, di Desa Gondosuli, Kecamatan
Bulu, Temanggung, Jawa Tengah. Yang
mengeluarkan adalah anak raja (pangeran)
bernama Rakai
Rakarayan Patapan Pu Palar, yang juga adik ipar
raja Mataram, Rakai Garung.
Prasasti Gandasuli terdiri dari dua keping, disebut Gandasuli I (Dang
pu Hwang Glis) dan Gandasuli II (Sanghyang Wintang). Ia ditulis
menggunakan bahasa Melayu Kuna dengan aksara Kawi(Jawa Kuna),
berangka tahun 792M. Teks prasasti Gandasuli II terdiri dari lima baris dan
berisi tentang filsafat dan ungkapan kemerdekaan serta kejayaan Syailendra.
11. Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah
Prasasti Kayumwungan adalah sebuah prasasti pada lima
buah penggalan batu yang ditemukan di Dusun
Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah,
sehingga lebih dikenal juga dengan nama prasasti
Karangtengah. Isi tulisan pada bagian berbahasa
Sanskerta adalah tentang seorang raja

10
bernama Samaratungga. Anaknya bernama Pramodawardhani mendirikan
bangunan suci Jinalaya serta bangunan bernama Wenuwana (Sansekerta:
Venuvana, yang berarti "hutan bambu") untuk menempatkan abu jenazah 'raja
mega', sebutan untuk Dewa Indra. Mungkin yang dimaksud adalah raja Indra
atauDharanindra dari keluarga Sailendra.
12. Prasasti Sankhara
Prasasti Raja Sankhara adalah prasasti yang
berasal dari abad ke-8 masehi yang ditemukan
di Sragen, Jawa Tengah. Prasasti ini kini hilang
tidak diketahui di mana keberadaannya. Prasasti
ini pernah disimpan oleh
museum pribadi, Museum Adam Malik, namun diduga ketika museum ini ditutup
dan bangkrut pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum ini dijual begitu
saja. Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah
agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang.
Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama
yang welas asih. Sebelumnya disebutkan ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit
selama 8 hari. Karena itulah Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak
benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha
Mahayana, dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Di dalam buku
Sejarah Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan
Rakai Panangkaran, sedangkan ayah Raja Sankhara yang dalam prasasti ini tidak
disebutkan namanya, disamakan dengan raja Sanjaya.
13. Prasasti Ngadoman
Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman,
dekat Salatiga, Jawa Tengah. Prasasti ini penting
karena kemungkinan besar merupakan perantara
antara aksara Kawi dengan aksara Buda.

14. Prasasti Kalasan

11
Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan
Wangsa Sanjaya dari Kerajaan Mataram
Kuno yang berangka tahun 700 Saka atau
778M. Prasasti yang ditemukan di kecamatan
Kalasan, Sleman,
Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa
Sanskerta. Prasasti ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil
membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana
Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra
(Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk
membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta,
serta penghadiahan desa Kalasan untuk para sanggha (umat Buddha). Bangunan
suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan.
F. Kehidupan pada Masa Kerajaan Mataram Kuno
1. Dinasti Sanjaya
1. Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa
Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang
berjasa besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan
rajaraja yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah a.
Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di
Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira
pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
b. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan
potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan
Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang
didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan
sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
c. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)

12
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus
waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai
Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan.
Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru
tersebut adalah
· Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
· Guru Swadaya, Tuhan
· Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
· Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan
bersama
d. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang
dengan pesat.

e. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)


Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam
rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung
bekerja siang hingga malam.
f. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang
wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan
kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul
mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah
dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
g. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
h. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan
pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
i. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)

13
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya.
Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan
masyarakatnya.
j. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk
menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
k. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat
menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut
termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa
pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana.

l. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)


Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat
terkenal dalam kancah politik internasional.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupa sosial masyarakat di kerajaan Mataram Kuno sudah teratur.
Terlihat dari sikap gotong oyong mereka saat membuat candi bersama. Sikap
toleran diantara masyarakat sangat baik. Terbukti dengan adanya dua aliran
kepercayaan yang berbeda tetapi mereka tetap bisa bersosialisasi.
3. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mataram Kuno saat itu bertumpu pada sektor
pertanian karena letaknya yang cukup disebut sebagai pedalaman dan memiliki
tanah yang subur. Berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan
pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan
sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara
Jawa Timur.
4. Kehidupan Agama

14
5. Berdasarkan prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga
(lambang Siwa), dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno
Wangsa Sanjaya memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

2. Dinasti Syailendra
1. Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang
pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:
1) Bhanu ( 752- 775 M )
Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
2) Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya
778.
3) Indra ( 782 -812 M )
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang
berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra
menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan
wilayah ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat
Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra
terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan
politik. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga
dengan putri Raja Sriwijaya.
4) Samaratungga ( 812 – 833 M )
Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan
menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja
Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan budaya.
Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum
pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan
digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan
anak dari selir.
5) Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )

15
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan
cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin
yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak
menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa
Sanjaya.
6) Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang
bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi
perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami
Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta
tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan
tidak setuju terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan
Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami
kekalahan dan melatrikan diri ke Palembang.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti.
Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli
menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah
teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga
rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini
menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya
dua agama yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat
sangat baik.
3. Kehidupan Ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin.
Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini
terbukti dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa
Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai
simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.

16
4. Kehidupan Agama
Sebagian besar raja-raja Dinasti Syailendra beragama Budha Mahayana. Hal
ini menunjukkan bahwa agama Buddha telah masuk di Mataram. Dengan
dibangunnya candi-candi Buddha untuk beribadah, maka dapat disimpulkan
pula bahwa rakyatnya beragama Buddha Mahayana.

G. Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno


Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian
lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga
candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram
disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya
kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di
Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak
terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai
selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan
daerah sumber penghasil komoditi perdagangan. Mpu Sindok mempunyai jabatan
sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa
timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai
pusat kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa
berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan
sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun
929 M sampai dengan948 M.
Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur
antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus,
prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti
Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra
mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh
Dharmawangsa.

17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan mataram kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732
masehi.Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada saat
itu didirikansebuah Lingga (lambang siwa) diatas sebuah bukit di daerah
Kunjarakunja yangdidirikan oleh Raja Sanjaya. Adapun raja-raja yang sempat
memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain: 1. Rakai Mataram Sang Ratu
Sanjaya (732-760 M) 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M) 3. Sri
Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M) 4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820
M) 5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M) 6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
(840-863 M) 7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M) 8. Sri Maharaja
Rakai Watuhumalang (882-898 M) 9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung (898-910 M) Ada beberapa aspek kehidupan yang mengalami
perkembangan dalam kerajaan Mataram Kuno, antara lain: 1. Aspek Kehidupan

18
Politik 2. Aspek Kehidupan Sosial 3. Aspek Kehidupan Ekonomi 4. Aspek
Kehidupan Budaya Hindu-Buddha.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda harus mengetahui tentang sejarah
KerajaanKerajaan di Indonesia. Agar kita lebih menghargai budaya-budaya kita di
Indonesia yang sangat banyak. Menjaga peninggalan-peninggalan pada masa
sebelum reformasi. Agar kedepannya kita masih bisa berbagi dan melihat
peninggalan serta kebudayaan kita nanti.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/lokasi-kerajaan-mataram-kuno.htm
http://fastrans22.blogspot.com/2013/10/sumber-sejarah-dan-
peninggalankerajaan_9857.html
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-kuno.html
http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/penyebab-kejayaan-dankemunduran.html

19
20
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah tentang Kerajaan
Mataram Kuno ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Kerajaan Mataram Kuno.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang relevan dengan
materi yang disajikan dalam makalah ini. Adapun materi yang dipaparkan adalah
mengenai letak Kerajaan Mataram Kuno, dan sumber sejarahnya, Raja-raja pada
Kerajaan Mataram Kuno, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakatnya,
penggolongan pada masa Kerajaan Mataram Kuno, serta masa kejayaan dan
keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Talaga, Oktober 2015

Penulis,
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.........................................3
B. Letak dan Wilayah..................................................................................3
C. Sumber Sejarah.......................................................................................4
D. Silsilah Raja-raja....................................................................................5
E. Prasasti-Prasasti Kerajaan Mataram Kuno.............................................5
F. Kehidupan pada Masa Kerajaan Mataram Kuno..................................11
G. Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno..................................................15
BAB III PENUTUP .................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
ii

Anda mungkin juga menyukai