SEMESTER 2
KOMPETENSI INTI 1
KERAJAAN HINDU-BUDHA
DI INDONESIA
MATARAM KUNO
KAHAYUN, S,Pd
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KOMPETENSI DASAR
2
MATERI
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut
Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Gunung
Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung
Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai
Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah
ini sangat subur.
Kerajaan ini bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah
menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa
Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan
Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan
Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri
Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah
Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang
bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah
bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan.
Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja
Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama
Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali
Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa
Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.
Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja
disana.
Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya
Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan
bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur.
Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan
memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru
bernama Wangsa Isana.
3
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah
Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan
dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah
pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa
diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana
Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
A. Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut
Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah
Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa
nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah
di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan
Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan
Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan
kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa,
Raja Sunda. Tarus bawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari
Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai
Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga,
Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan
Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang
pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu
berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui sampai sekarang ini. Adapun untuk
Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya dengan berangka tahun berbentuk
Candrasengkala berbunyi Srutiindriyarasa atau tahun 654 Saka 732 M berhuruf
Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Isi pokok Prasasti Canggal adalah pendirian sebuah
lingga di Bukit Stirangga buat keselamatan rakyatnya.
Prasasti Balitung yang berangka tahun 907 M disebutkan nama keluarga raja-raja
keturunan Sanjaya memuat nama Panangkaran. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada waktu itu Dinasti Sanjaya dan Sailendra sama-sama berperan di Jawa
Tengah. Dinasti Sanjaya dibagian utara dengan mendirikan candi Hindu seperti
Gedong Sanga di Ungaran, Candi Dieng di DataranTinggi Dieng. Adapun Dinasti
Sailendra dibagian selatan dengan mendirikan candi Buddha, seperti Borobudur,
Mendut, dan Kalasan.
Prasasti Kelurak (di daerah Prambanan) tahun 782 disebutkan tentang pembuatan
Arca Manjusri sebagai perwujudan Buddha, Dharma, dan Sanggha yang dapat
disamakan dengan Brahma, Wisnu, dan Siwa. Mungkin sekali bangunan sucinya ialah
Candi Lumbung yang terletak di sebelah utara Prambanan. Raja yang memerintah
pada waktu itu ialah Indra. Pengganti Indra yang terkenal ialah Smaratungga yang
dalam pemerintahannya mendirikan Candi Borobudur tahun 824.
Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat oleh Raja Balitung. Prasasti itu
menyebutkan bahwa sanjaya adalah raja pertama (Wangsakarta) dengan ibu kota 5
kerajaannya di Medangri Poh Pitu.
D. Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja diantaranya
sebagai berikut:
Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:
Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi
perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani
(Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup
berdampingan secara damai.
F. Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Keruntuhan Mataram Kuno dipicu oleh perseteruan anggota keluarga. Semuanya
bermula sejak Samarattungga meninggal dunia. Istrinya yang bernama Dewi Tara memiliki
anak, Balaputeradewa. Balaputeradewa sebenarnya tidak terima atas kepemimpinan Rakai
Pikatan sebagai Raja Mataram Kuno.
Balaputeradewa yang memang tidak berada di posisi bagus nekad menunjukkan sikap
perlawanan kepada kepemimpinan Rakai Pikatan. Kontan saja Rakai Pikatan mengusir
Balaputeradewa. Lelaki tersebut mencoba bertahan di dekat Candi Prambanan dengan
mendirikan Candi Boko. Sayangnya pertahanan tersebut tidak dapat bertahan lama. Keadaan
memaksanya melarikan diri ke luar pulau Jawa. Ia memilih pulau Sumatera sebagai tempat
pelariannya. Pada waktunya nanti, Balaputeradewa malah menjadi raja di kerajaan Sriwijaya.
Lewat ketangguhan kerajaan Sriwijaya, Balaputeradewa mencoba membalaskan sakit hatinya
dulu. Di masa pemerintahan sesudah Dyah Balitung, Mataram Kuno berkembang ke bawah.
Serangan dari kerajaan Sriwijaya semakin memperparah keadaan yang sebenarnya sudah
keteteran dengan adanya bencana alam yang menimpa kerajaan Mataram Kuno.
Mpu Daksa yang merasa keturunan asli Sanjaya mengkudeta Dyah Balitung.
Selanjutnya Mataram Kuno semakin goyah dari dalam maupun luar. Peristiwa Mahapralaya
yang memporak-porandakan istana Mataram Kuno memaksa Mpu Sindok yang saat itu
berperan sebagai Rakryan I Hino memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Diperkirakan
kota tepatnya adalah Jombang dan Madiun.
Setelah perpindahan pusat kerajaan itu, Sriwijaya semakin parah menginjak-injak
kekuasaan Mataram Kuno. Melalui sekutunya di Jawa, Sriwijaya mengakhiri kekuasaan
Mataram Kuno di tahun 1016 Masehi sebagaimana yang disebutkan prasasti Pucangan.
Candi-Candi Bercorak Buddha, Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara
lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi
Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Pawon, Candi Sari.
DAFTAR PUSTAKA