Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH INDONESIA KELAS X

SEMESTER 2

KOMPETENSI INTI 1

KERAJAAN HINDU-BUDHA
DI INDONESIA
MATARAM KUNO

KAHAYUN, S,Pd
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KOMPETENSI DASAR

3.6 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada


masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukan contoh bukti-
bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
4.6 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.

2
MATERI
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut
Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Gunung
Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung
Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai
Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah
ini sangat subur.
Kerajaan ini bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah
menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa
Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan
Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan
Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri
Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah
Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang
bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah
bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan.
Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja
Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama
Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali
Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa
Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.
Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja
disana.
Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya
Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan
bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur.
Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan
memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru
bernama Wangsa Isana.
3

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah
Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan
dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah
pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa
diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana
Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
A. Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut
Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah
Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa
nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah
di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan
Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan
Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan
kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa,
Raja Sunda. Tarus bawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari
Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai
Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga,
Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan
Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang
pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

B. Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Gambar Peninggalan Mataram Kuno
https://www.slideshare.net/Gb_melanie/presentation1-52254933

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu
berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui sampai sekarang ini. Adapun untuk
Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
 Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya dengan berangka tahun berbentuk
Candrasengkala berbunyi Srutiindriyarasa atau tahun 654 Saka 732 M berhuruf
Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Isi pokok Prasasti Canggal adalah pendirian sebuah
lingga di Bukit Stirangga buat keselamatan rakyatnya.
 Prasasti Balitung yang berangka tahun 907 M disebutkan nama keluarga raja-raja
keturunan Sanjaya memuat nama Panangkaran. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada waktu itu Dinasti Sanjaya dan Sailendra sama-sama berperan di Jawa
Tengah. Dinasti Sanjaya dibagian utara dengan mendirikan candi Hindu seperti
Gedong Sanga di Ungaran, Candi Dieng di DataranTinggi Dieng. Adapun Dinasti
Sailendra dibagian selatan dengan mendirikan candi Buddha, seperti Borobudur,
Mendut, dan Kalasan.
 Prasasti Kelurak (di daerah Prambanan) tahun 782 disebutkan tentang pembuatan
Arca Manjusri sebagai perwujudan Buddha, Dharma, dan Sanggha yang dapat
disamakan dengan Brahma, Wisnu, dan Siwa. Mungkin sekali bangunan sucinya ialah
Candi Lumbung yang terletak di sebelah utara Prambanan. Raja yang memerintah
pada waktu itu ialah Indra. Pengganti Indra yang terkenal ialah Smaratungga yang
dalam pemerintahannya mendirikan Candi Borobudur tahun 824.
 Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat oleh Raja Balitung. Prasasti itu
menyebutkan bahwa sanjaya adalah raja pertama (Wangsakarta) dengan ibu kota 5
kerajaannya di Medangri Poh Pitu.
D. Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja diantaranya
sebagai berikut:

Gambar Silsilah Kerajaan Mataram Kuno menurut Bosh


https://balubu.com/sejarah-kerajaan-mataram-kuno/

Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:

1. Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)


2. Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10. Mpu Daksa
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur

a. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)


6

Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di


Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan
abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
b. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan
potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya
tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan
nama Candi Kalasan.
c. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu.
Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu
selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi
tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah
· Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
· Guru Swadaya, Tuhan
· Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
· Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
d. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang
dengan pesat.
e. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam
rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang
hingga malam.
f. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah
kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya
dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke
Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan
Candi Roro Jonggrang.

g. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)


7

Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi


memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
h. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan
pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
i. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya.
Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan
masyarakatnya.
j. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk
menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
k. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat
menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam
Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah
Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana
l. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat
terkenal dalam kancah politik internasional.

E. Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno


Kehidupan sosial masyarakat di kerajaan Mataram Kuno sudah teratur. Terlihat dari
sikap gotong royong mereka saat membuat candi bersama. Sikap toleran diantara masyarakat
sangat baik. Terbukti dengan adanya dua aliran kepercayaan yang berbeda tetapi mereka
tetap bisa bersosialisasi.
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram
yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan
pesat.
Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil
budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra
beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan
mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
8

Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi
perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani
(Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup
berdampingan secara damai.
F. Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Keruntuhan Mataram Kuno dipicu oleh perseteruan anggota keluarga. Semuanya
bermula sejak Samarattungga meninggal dunia. Istrinya yang bernama Dewi Tara memiliki
anak, Balaputeradewa. Balaputeradewa sebenarnya tidak terima atas kepemimpinan Rakai
Pikatan sebagai Raja Mataram Kuno.
Balaputeradewa yang memang tidak berada di posisi bagus nekad menunjukkan sikap
perlawanan kepada kepemimpinan Rakai Pikatan. Kontan saja Rakai Pikatan mengusir
Balaputeradewa. Lelaki tersebut mencoba bertahan di dekat Candi Prambanan dengan
mendirikan Candi Boko. Sayangnya pertahanan tersebut tidak dapat bertahan lama. Keadaan
memaksanya melarikan diri ke luar pulau Jawa. Ia memilih pulau Sumatera sebagai tempat
pelariannya. Pada waktunya nanti, Balaputeradewa malah menjadi raja di kerajaan Sriwijaya.
Lewat ketangguhan kerajaan Sriwijaya, Balaputeradewa mencoba membalaskan sakit hatinya
dulu. Di masa pemerintahan sesudah Dyah Balitung, Mataram Kuno berkembang ke bawah.
Serangan dari kerajaan Sriwijaya semakin memperparah keadaan yang sebenarnya sudah
keteteran dengan adanya bencana alam yang menimpa kerajaan Mataram Kuno.
Mpu Daksa yang merasa keturunan asli Sanjaya mengkudeta Dyah Balitung.
Selanjutnya Mataram Kuno semakin goyah dari dalam maupun luar. Peristiwa Mahapralaya
yang memporak-porandakan istana Mataram Kuno memaksa Mpu Sindok yang saat itu
berperan sebagai Rakryan I Hino memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Diperkirakan
kota tepatnya adalah Jombang dan Madiun.
Setelah perpindahan pusat kerajaan itu, Sriwijaya semakin parah menginjak-injak
kekuasaan Mataram Kuno. Melalui sekutunya di Jawa, Sriwijaya mengakhiri kekuasaan
Mataram Kuno di tahun 1016 Masehi sebagaimana yang disebutkan prasasti Pucangan.

F. Hasil budaya Kerajaan Mataram Kuno


Mataram kuno terdiri dari dua Dinasti besar yang masih berhubungan, yaitu
dinasti Sanjaya dan dinasti Sailendra. Banyak peninggalan-peninggalan yang bersejarah
dari dua kerajaan tersebut. Beberapa candi yang terkenal bercorak Hindu dan Buddha.
Bukan hanya candi saja bukti sejarah kerajaan mataram dinasti sanjaya dan dinasti
sailendra tetapi juga bukti-bukti penemuan prasasti.

 Candi-Candi Bercorak Hindu,Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain


ialah Candi Gedong Songo, kompleks Candi Dieng, Candi Siwa, Candi Brahma,
Candi Wisnu, Candi Sukuh, Candi Boko dan kompleks Candi Prambanan yang
berlatar belakang Hindu.

 Candi-Candi Bercorak Buddha, Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara
lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi
Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Pawon, Candi Sari.

DAFTAR PUSTAKA

Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional


Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta:
Kanisius.
Hapsari, Ratna 2006. Sejarah Indonesia dan Dunia untuk SMA kelas X IPS. Jakarta:
Erlangga.
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Hingga Terkini.
Yogyakarta: Diva Press.
https://www.slideshare.net/Gb_melanie/presentation1-52254933
https://balubu.com/sejarah-kerajaan-mataram-kuno/

Anda mungkin juga menyukai