PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Prasasti Canggal, yang ditemukan di desa Canggal di lereng Gunung Wukir,
dapat diketahui pada tahun ke 732 M di Jawa Tengah berdiri sebuah kerajaan bercorak
Hindu, berpusat di Medang Kamulan, dan bernama Kerajaan Mataram. Kerajaan ini
diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra. Dinasti Sanjaya menganut agama Hindu sedangkan Dinasti Syailendra menganut
agama Buddha. Karena perbedaan itu Kerajaan Mataram Kuno sempat mengalami
perpecahan. Namun tidak lama kemudian mereka dapat disatukan kembali dan dapat
memperluas wilayahnya hingga ke Jawa Timur. Akibat beberapa masalah, akhirnya pusat
kerajaan Mataram Kuno yang berada di Jawa Tengah dipindahkan ke Jawa Timur yang telah
masuk wilayah kekuasaan Mataram Kuno. Di Jawa Timur Kerajaan Mataram Kuno berganti
nama menjadi Kerajaan Medang Kamulan.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dirumuskan sebagai
berikut :
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin didapat, antara lain :
1
1) Makalah ini bertujuan sebagai media pembelajaran sejarah Indonesia khususnya
Kerajaan Mataram Kuno
2) Untuk mengenal dan mengetahui lebih banyak lagi sejarah mengenai kerajaan-
kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia khususnya Mataram Kuno beserta
peninggalan-peninggalannya yang hingga kini masih dapat kita jumpai
3) Untuk mengetahui aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya serta agama-
agama yang berkembang pada zaman dahulu saat Indonesia masih berbentuk
kerajaan-kerajaan dan belum bersatu seperti sekarang
2
BAB II
Berdasarkan Prasasti Canggal, yang ditemukan di desa Canggal di lereng Gunung Wukir,
dapat diketahui pada tahun 732 M di Jawa Tengah berdiri sebuah kerajaan bercorak Hindu,
berpusat di Medang Kamulan, dan bernama Kerajaan Mataram. Kerajaan ini diperintah oleh dua
dinasti (wangsa) yang berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Prasasti Canggal
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, berangka tahun 732 M. Dalam prasasti itu
disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna yang
memerintah dengan bijaksana. Kemudian Sanjaya naik tahta sebagai Raja Kerajaan Mataram
Kuno yang pertama. Hal ini dibuktikan oleh prasasti Balitung yang memuat daftar raja-raja yang
pernah memimpin Kerajaan Mataram Kuno.
Selama 178 tahun berdiri, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh raja-raja yang sebagian
terkenal dengan keberanian, kebijaksanaan dan sikap toleransi terhadap agama lain. Adapun raja-
raja yang sempat memerintah Kerajaan Mataram Kuno antara lain :
3
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai
seorang raja yang besar, gagah berani dan bijaksana serta sangat toleransi terhadap agama lain. Ia
adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal
dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai
Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan
bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah
sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan
Melayu di Semenanjung Malaya.
4
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan
keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya
pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan JawaTimur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara
Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi.
Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai
persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu
zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
Pada masa pemerintahan Raja Daksa inilah pembangunan Candi Prambanan berhasil
diselesaikan. Pada tahun 919 M Daksa digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja
Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajana Sanmattanuraga Tunggadewa. Masa pemerintahan
Tulodhong sangat singkat dan tidak terjadi hal-hal yang menonjol. Pengganti Tulodhong adalah
Wawa. Ia naik tahta pada tahun 924 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa
Sri Wajayalokanamottungga. Sri Baginda dibantu oleh Empu Sindok Sri Isanawikrama
Dharmatunggadewa yang berkedudukan sebagai Mahamantri ihino.
5
2.3 Aspek kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan Hindu Buddha
Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu
dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu
dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat
Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membanun Candi Borobudur, tetapi karena
sikap toleransi dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan
tersebut. Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya
kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata
juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena
adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.
Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan Magelang,
Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan
kehidupannya pada hasil pertanian.
6
Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor
dan mengimpor hasil pertaniannya.
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi. Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja
Balitung berkuasa.
Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar
kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu
lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-
kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan
melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan
rakyat Mataram Kuno.
Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan
banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram
Kuno, seperti Prasasti Canggal (732 M), Prasasti Kelurak (782 M), Prasasti Kalasan (778 M) dan
Prasasti Mantyasih/Kedu (907 M). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti Candi Bima,
Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, dan Candi
Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya Candi Borobudur, Candi
Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Mereka juga telah mengenal
bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain itu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga
mampu membuat syair.
7
BAB III
PERPECAHAN DAN BERSATUNYA KEMBALI
Perpecahan di Mataram tidak berlangsung lama. Tahun 850 M, terjadi perkawinan antara
Rakai Pikatan yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani yang beragama Buddha.
Perkawinan ini membawa hikmah, yaitu bersatunya kembali dua cabang keluarga (pengaruh
Hindu-Buddha). Bahkan dalam kehidupan rakyat Mataram terbentuk kerukunan hidup antara
umat beragama Hindu dan Buddha.
Pada masa pemerintahan Pikatan wilayah Mataram menjadi lebih luas meliputi Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Pikatan juga mendirikan bangunan suci untuk agama Hindu dan
Buddha, diantaranya Candi Plaosan dan Candi Roro Jonggrang di Prambanan.
9
BAB IV
MASA KEMUNDURAN
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di
bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini
dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan
Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai
Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa.
Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di JawaTimur atau Kerajaan
Medang Kawulan.
10
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Prasasti Canggal, yang ditemukan di desa Canggal di lereng Gunung Wukir,
dapat diketahui pada tahun 732 M di Jawa Tengah berdiri sebuah kerajaan bercorak Hindu,
berpusat di Medang Kamulan, dan bernama Kerajaan Mataram. Kerajaan ini diperintah oleh dua
dinasti (wangsa) yang berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Prasasti Canggal
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, berangka tahun 732 M. Dalam prasasti itu
disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna yang
memerintah dengan bijaksana. Kemudian Sanjaya naik tahta sebagai Raja Kerajaan Mataram
Kuno yang pertama. Hal ini dibuktikan oleh prasasti Balitung yang memuat daftar raja-raja yang
pernah memimpin Kerajaan Mataram Kuno.
11
10. Rakai Daksottama (915-919 M)
Ada beberapa aspek kehidupan yang mengalami perkembangan dalam kerajaan Mataram
Kuno, antara lain:
1. Aspek Kehidupan Politik
2. Aspek Kehidupan Sosial
3. Aspek Kehidupan Ekonomi
4. Aspek Kehidupan Budaya Hindu-Buddha
Dalam Kerajaan Mataram Kuno sempat terjadi perpecahan antara dua wangsa yaitu
Sanjaya yang menganut agama Hindu dan Syailendra yang menganut agama Buddha. Namun
perpecahan tersebut tidak berlangsung lama. Bersatunya kembali antara dua wangsa tersebut
melalui perkawinan antara Pramodhawardhani (Syailendra) dan Rakai Pikatan (Sanjaya).
12
DAFTAR PUSTAKA
slideshare.net/PurnaSenda/makalah-sejarah,
MGMP IPS Kab.Lamongan. 2011. LKS Sejarah untuk VII SMP. Lamongan : CV. Karya Pustaka
Mandiri.
13