Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian
selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732.
Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana
didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan
secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis
di masa raja Balitung.
Dinasti yang berkuasa
Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra diduga berasal dari daratan Indocina "Bangsa Chin" dan
"Kerajaan Asoka" (sekarang Thailand dan Kemboja). Dinasti ini bercorak Budha
Mahayana, didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Pada awal era Mataram Kuno,
Dinasti Syailendra cukup dominan dibanding Dinasti Sanjaya. Pada masa
pemerintahan raja Indra (782-812), Syailendra mengadakan ekspedisi perdagangan
ke Sriwijaya. Ia juga melakukan perkawinan politik: puteranya, Samaratungga,
dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. Pada tahun 790, Syailendra
menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana
selama beberapa tahun. Peninggalan terbesar Dinasti Syailendra adalah Candi
Borobudur yang selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-
833). "Maharaja Dewa dari Kerajaan Asoka Memerintahkan anak-anaknya untuk
menyebarkan ajaran yang dianut mereka (Yakni Hindu, sedangkan Bangsa Chin
menyebarkan agama budha)... Bangsa Sanjaya cikal bakalnya dari Kerajaan Asoka
sedangkan Bangsa Syailendra cikal bakalnya dari Bangsa Chin ("Bukan Ching")
Dinasti Sanjaya
Tak banyak yang diketahui sejarah Dinasti Sanjaya sejak sepeninggal Raja Sanna.
Rakai Pikatan, yang waktu itu menjadi pangeran Dinasti Sanjaya, menikah dengan
Pramodhawardhani (833-856), puteri raja Dinasti Syailendara Samaratungga. Sejak
itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di
Mataram,menggantikan Agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan mendepak Raja
Balaputradewa (putera Samaratungga dan Dewi Tara). Tahun 850, era Dinasti
Syailendra berakhir yang ditandai dengan larinya Balaputradewa ke Sriwijaya.Pada
tahun 910, Raja Tulodong mendirikan Candi Prambanan. Prambanan merupakan
kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Pada masa ini, ditulis karya sastra
Ramayana dalam Bahasa Kawi. Tahun 928, Raja Mpu Sindok memindahkan istana
Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur (Medang). Perpindahan ini
diduga akibat letusan Gunung Merapi, atau mendapat serangan dari Sriwijaya.
Letak dan pusat pemerintahan
"Bhumi Mataram" adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah
inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri (Rajya
Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti, misalnya
prasasti Minto dan prasasti Anjuk ladang. Istilah "Mataram" kemudian lazim dipakai
untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak selamanya
kerajaan ini berpusat di sana.
Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja
Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan
bangunan candi yang sangat megah. Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek
moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh
dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan
pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk
Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit. Bahkan
dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang
mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal.
Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan
bentuknya secara keseluruhan. Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang
di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil.
Sistem sosial
Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang
Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun
sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat
Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh
alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam
semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya
.
Kesenian
Kehidupan budaya masyarakat Kerajaan Mataram Kuno yakni Mataram Kuno
banyak menghasilkan karya yang berupa candi.
Sumber dari Kerajaan Mataram Kuno ialah prasasti Canggal. Prasasti Canggal
ditemukan di kompleks candi Hindu di Gunung Wukir. Pembangunan lingga pada
masa pemerintahan Raja Sanjaya. Lingga ialah simbol khas dari Dewa Syiwa.
Berdasarkan dari prasasti tersebut maka dapat dikatakan bahwa Kerajaan Mataram
Kuno menganut ajaran Hindu Siwa.
Kerajaan Mataram Kuno didirikan sekitar abad ke -8 di pedalaman Jawa Tengah.
Pusat kerajaan Mataram ada di Medang I Bhumi Mataram Diperkirakan letaknya
sekarang ada di sekitar daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Kerajaan ini
dikelilingi pengunungan dan sungai seperti Sungai Bengawan Solo, Sungai Elo,
Sungai Progo, Sungai Bogowonto.
Menurut prasasti Canggal, mula-mula Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh raja
Sanna. Kemudian beliau digantikan oleh Raja Sanjaya. Setelah Raja Sanjaya,
Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Raja Panangkaran.
Raja yang paling terkenal di Kerajaan Mataram Kuno ialah raja Balitung. Beliau
banyak mendirikan candi dan prasasti. Candi yang dibangun ialah Prambanan,
Daksa, Tulodong, Wawa. Setelah itu Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Raja
Wawa. Raja Wawa memiliki menantu yang bernama Mpu Sendok. Dialah yang
menggantikan raja Wawa memerintah di Kerajaan Mataram Kuno. Karena sering
terjadi bencana alam yakni adanya letusan Gunung Merapi ,maka Mpu Sendok
memindahkan pusat kerajaan Mataram Kuno ke jawa timur. Saai itu juga ada
serangan dari Kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh Raja Balaputradewa. Inilah
awal mula munculnya kerajaan Medang. Mpu Sendok membangun dinasti Isyana di
pusat kerajaan yang baru ini. Kerajaan Medang berada di muara Sungai Berantas.
Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang
Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun
sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat
Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh
alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam
semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya.
Untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus dijalin
hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula antara
sesama manusia. Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi
dan penjelmaan kekuatan dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah
kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib membayar upeti dan pajak pada raja.
Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.
Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi. Adapun candi yang
dibangun pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yaitu :
a.Candi Arjuna,
b.Candi Bima dan
c.Candi Nakula.
Adapun candi yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan yaitu :
a.Candi Prambanan.
Adapun candi lain yang dibangun oleh Kerajaan Mataram Kuno antara lain:
a.Candi Borobudur,
b.Candi Gedongsongo,
c.Candi Sambisari, dan
d.Candi Ratu Baka.
Prasasti canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya) adalah
prasasti dalam bentuk candra sengkala berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi[1]
yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan
Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Prasasti yang ditulis pada stela batu ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa
Sanskerta.[1] Prasasti dipandang sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun
732 sebagai seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti ini menceritakan tentang pendirian lingga (lambang Siwa) di desa
Kunjarakunja oleh Sanjaya. Diceritakan pula bahwa yang menjadi raja mula-mula
adalah Sanna, kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara perempuan
Sanna.