Anda di halaman 1dari 30

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang adalah kerajaan yang terletak di
Jawa Tengah dengan intinya disebut Bumi Mataram. Daerah tersebut dikelilingi
pegunungan dan gunung seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro,
Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu dan Pegunungan
Sewu. Selain pegunungan dan gunung, daerah tersebut juga dialiri oleh banyak
sungai seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan
Solo.

Pada awal berdirinya, pusat Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di daerah
Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian, pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Setelah itu, pada masa pemerintahan
Dyah Balitung pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Lalu, pada zaman
pemerintahan Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Pada masa
pemerintahan Mpu Sindok, istana Medang pindah ke wilayah Jawa Timur sekarang.

Kerajaan Mataram Kuno ini merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat
ada 3 wangsa atau dinasti yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu
Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya
merupakan penganut agama Hindu beraliran Syiwa, Wangsa Syailendra merupakan
penganut agama Budha, sedangkan Wangsa Isana merupakan Wangsa baru yang
didirikan oleh Mpu Sindok.

Sejarah Indonesia
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya, Sanjaya juga merupakan
pendiri Wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya
digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha
beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu, baik
agama Hindu dan Budha berkembang di Kerajaan Mataram Kuno. Bagi yang
beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara dan bagi yang menganut
agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.

Wangsa Sanjaya kembali memerintah setelah anak Raja Samaratungga,


Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.
Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan menjadi Raja dan memulai kembali
Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang Wangsa
Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.
Balaputradewa lalu mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemudian menjadi Raja
di kerajaan tersebut

Masa pemerintahan Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah
Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan.
Terdapat teori yang mengatakan bahwa saat itu terjadi bencana alam yang membuat
pusat Kerajaan Mataram hancur. Mpu Sindok lalu menggantikan Rakai Sumba
Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno
Adapun nama raja yang pernah memerintah kerajaan mataram kuno, diantaranya:

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)


2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan alias Dharanindra (784 – 803 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak alias Samaragrawira (803 – 827 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung alias Samaratungga (828 – 847 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (855 – 885 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (894 – 898 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)
10. Sri Maharaja Mpu Daksa
11. Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Sri Maharaja Mpu Sindok (awal periode Jawa Timur)
14. Sri Maharaja Lokapala (suami Sri Isanatunggawijaya)
15. Sri Maharaja Makuthawangsawardhana
16. Sri Maharaja Dharmawangsa Teguh (berakhirnya Kerajaan Medang)

Sejarah Indonesia
Lokasi Kerajaan Mataram Kuno
Letak kerajaan Mataram Kuno ada di sekitar Yogyakarta yang merupakan Jawa
bagian tengah. Daerah ini sangat subur karena tanahnya dikelilingi oleh gunung
berapi dan aliran sungai yang tidak tersumbat. Sejarah kerajaan Mataram Kuno
berhubungan erat dengan sejarah kerajaan besar lain di bumi nusantara. Seperti
halnya sejarah kerajaan sriwijaya yang menjadi cikal bakal Mataram Kuno.

Posisi persisnya, kerajaan Mataram Kuno sempat mengalami beberapa kali


pergantian istana yang disebabkan oleh bencana alam. Namun, bagaimana pun juga
di mata orang-orang awam, sejarah Mataram Kuno sering rancu dengan sejarah
Mataram Islam. Padahal kedua kerajaan ini terpaut ratusan tahun dengan banyak
perbedaan.

Mataram Kuno sama dengan kerajaan Medang. Pusat pemerintahannya ada di Jawa
Tengah lalu pindah ke Jawa Timur. Agama yang dianut dari Hindu Syiwa menjadi
Buddha Mahayana. Sistem pemerintahannya di politik istana sedikit berbeda
dengan yang diterapkan pendahulunya dalam sejarah kerajaan Majapahit. Mataram
Kuno juga menjadi kerajaan agraris yang meneruskan tahta kerajaan Kalingga atau
Ho-Ling.

Kerajaan Mataram Kuno terletak di daerah aliran sungai Progo elo, Bogowonto,
dan Bengawan Solo Jawa Tengah dibagian selatan. Akan tetapi kerajaan berpindah
ke jawa timur pada abad ke-10.

Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan terkenal dan termasyur di
dunia para peneliti sejarah. Hal tersebut dikarenakan banyaknya macam
peninggalan yang dapat ditemukan di sekitar kerajaan.

Tidak hanya benda-benda atau barang-barang purbakala, tapi banyak juga


ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang menyatakan keberadaan
lokasi Kerajaan Mataram Kuno.

Lokasi yang menjadi inti daerahnya adalah Bhumi Mataram dengan ibukotanya
adalah Medan Kamulan. menurut perkiraan, tempat lokasi Kerajaan Mataram Kuno
sekarang merupakan Yogyakarta

Sejarah Indonesia
Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Berikut inni akan dijelaskan tentang kerajaan mataram kuno, berdirinya kerajaan
mataram kuno, sejarah berdirinya kerajaan mataram kuno, sejarah kerajaan
mataram kuno, sumber sejarah kerajaan mataram kuno, peninggalan kerajaan
mataram kuno, letak kerajaan mataram kuno, pendiri kerajaan mataram kuno,
sejarah kerajaan mataram kuno lengkap, kehidupan politik kerajaan mataram kuno,
masa kejayaan kerajaan mataram kuno, candi peninggalan kerajaan mataram kuno,
kehidupan ekonomi kerajaan mataram kuno, kehidupan sosial kerajaan mataram
kuno.
Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu.
Pendirinya adalah Raja Sanjaya. Munculnya Kerajaan Mataram diterangkan dalam
Carita Parahyangan. Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat
bernama Galuh. Rajanya bernama Sanna (Sena).
Suatu ketika, ia diserang oleh saudaranya yang menghendaki takhta. Raja Sanna
meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara saudara perempuannya, Sannaha,
bersama keluarga raja yang lainnya berhasil melarikan diri ke lereng Gunung
Merapi.
Anak Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan
ibu kota Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 M.

Peta Kerajaan Mataram Kuno

Bukti-bukti sejarah

Bukti lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau sering juga disebut
Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh Sanjaya.
Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan
78 Masehi, berarti 654 Saka sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya
Sanskerta, dan letaknya di Gunung Wukir, sebelah selatan Muntilan.

Sejarah Indonesia
Isinya adalah pada tahun tersebut Sanjaya mendirikan lingga di Bukit Stirangga
untuk keselamatan rakyatnya dan pemujaan terhadap Syiwa, Brahma, dan Wisnu,
di daerah suci Kunjarakunja.
Menurut para ahli sejarah, yang dimaksud Bukit Stirangga adalah Gunung Wukir
dan yang dimaksud Kunjarakunja adalah Sleman (kunjara = gajah = leman; kunja
= hutan).
Lingga adalah simbol yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan, pemerintahan,
lakilaki, dan dewa Syiwa.
Selain dalam prasasti Canggal, nama Sanjaya dapat kita jumpai pula dalam prasasti
Kedu (Mantyasih – 907 M) yang dikeluarkan Raja Balitung, prasasti Taji dan Gatak
(menggunakan tarikh Sanjaya), dan prasasti Pupus yang ditemukan di daerah
Semarang pada tahun 1100.
Dalam prasasti Pupus ini disebutkan bahwa Sanjaya telah meninggal atau
Rahyangta. Menurut Carita Parahyangan, Sanjaya pernah menaklukkan daerah di
luar Jawa.
Pemerintahan wangsa Sanjaya

Raja-raja wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih (Kedu), sebagai
berikut.
1) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)
Raja ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa Sanjaya.
Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.
2) Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)
Dalam prasasti Kalasan (778 M) diceritakan bahwa Rakai Panangkaran (yang
dipersamakan dengan Panamkaran Pancapana) mendirikan candi Kalasan untuk
memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan candi Sari untuk dijadikan
wihara bagi umat Buddha atas permintaan Raja Wisnu dari dinasti Syailendra.
Ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah dinasti
Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan Wisnu), dan
menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke Dieng, Wonosobo.
Selain itu, Raja Panangkaran juga dipaksa mengubah kepercayaannya dari Hindu
ke Buddha. Adapun penerus wangsa Sanjaya setelah Panangkaran tetap beragama
Hindu. Mengenai perubahan kepercayaan dari Hindu ke Buddha, ada dua
pendapat.
Adanya desakan dinasti Syailendra terhadap wangsa Sanjaya ini diyakini oleh para
ahli sejarah yang menyimpulkan bahwa dinasti Syailendra bukanlah pribumi
Nusantara. Adapun Prof. Poerbatjaraka meyakini bahwa Sanjaya tidak mendirikan
dinasti (wangsa).

Sejarah Indonesia
Dinasti Syailendra terbentuk ketika Raja Sanjaya menyuruh anaknya, Rakai
Panangkaran, untuk meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya (Hindu) dan
memeluk agama Buddha. Artinya, dinasti Syailendra menurut Prof. Poerbatjaraka
adalah asli pribumi Nusantara.
3) Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784 – 803 M)
4) Sri Maharaja Rakai Warak (803 – 827 M)
Dua raja ini tidak memiliki peran yang berarti, mungkin karena kurang cakap dalam
memerintah sehingga dimanfaatkan oleh dinasti Syailendra untuk berkuasa atas
Mataram.
Setelah Raja Warak turun takhta sebenarnya sempat digantikan seorang raja wanita,
yaitu Dyah Gula (827 – 828 M), namun karena kedudukannya hanya bersifat
sementara maka jarang ada sumber sejarah yang mengungkap peranannya atas
Mataram Hindu.
5) Sri Maharaja Rakai Garung (828 – 847 M)
Raja ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti Pengging (819
M) di mana nama Garung disamakan dengan Patapan Puplar (mengenai Patapan
Puplar diceritakan dalam prasasti Karang Tengah – Gondosuli).
6) Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)
Raja Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa Sanjaya dalam
masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama Kumbhayoni dan Jatiningrat
(Agastya). Beberapa sumber sejarah yang menyebutkan nama Pikatan sebagai
berikut.

 Prasasti Perot, berangka tahun 850 M, menyebutkan bahwa Pikatan adalah


raja yang sebelumnya bergelar Patapan.
 Prasasti Argopuro yang dikeluarkan Kayuwangi pada tahun 864 M.
 Tulisan pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi Plaosan
menyebutkan nama Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan.
Diduga tulisan tersebut merupakan catatan perkawinan antara Rakai
Pikatan dan Sri Kahulunan. Sri Kahulunan diduga adalah
Pramodhawardhani, putri Samaratungga, dari dinasti Syailendra.
Mengenai pernikahan mereka dikisahkan kembali dalam prasasti Karang
Tengah. Rakai Pikatan sendiri mengeluarkan tiga prasasti berikut.
 Prasasti Pereng (862 M), isinya mengenai penghormatan kepada Syiwa
dan penghormatan kepada Kumbhayoni.
 Prasasti Code D 28, berangka tahun Wulung Gunung Sang Wiku atau 778
Saka (856 M). Isinya adalah; (1) Jatiningrat (Pikatan) menyerahkan
kekuasaan kepada putranya, Lokapala (Kayuwangi dalam prasasti Kedu);
(2) Pikatan mendirikan bangunan Syiwalaya (candi Syiwa), yang
dimaksud adalah candi Prambanan; (3) kisah peperangan antara Walaputra
(Balaputradewa) melawan Jatiningrat (Pikatan) di mana Walaputra kalah
dan lari ke Ungaran (Ratu Boko).
 Prasasti Ratu Boko, berisi kisah pendirian tiga lingga sebagai tanda
kemenangan. Ketiga lingga yang dimaksud adalah Krttivasa Lingga

Sejarah Indonesia
(Syiwa sebagai petapa berpakaian kulit harimau), Tryambaka Lingga
(Syiwa menghancurkan benteng Tripura yang dibuat raksasa), dan Hara
Lingga (Syiwa sebagai dewa tertinggi atau paling berkuasa).

Sebagai raja, Pikatan berusaha menguasai seluruh Jawa Tengah, namun harus
menghadapi wangsa Syailendra yang saat itu menjadi penguasa Mataram Buddha.
Untuk itu, Pikatan menggunakan taktik menikahi Pramodhawardhani, putri
Samaratungga, Raja Mataram dari dinasti Syailendra.

Pernikahan ini memicu peperangan dengan Balaputradewa yang merasa berhak atas
tahta Mataram sebagai putra Samaratungga. Balaputradewa kalah dan Rakai
Pikatan menyatukan kembali kekuasaan Mataram di Jawa Tengah.
7) Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)
Nama lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala. Ia mengeluarkan, antara lain,
tiga prasasti berikut.
a) Prasasti Ngabean (879 M), ditemukan dekat Magelang. Prasasti ini terbuat dari
tembaga. b) Prasasti Surabaya, menyebutkan gelar Sajanotsawattungga untuk
Kayuwangi. c) Prasasti Argopuro (863 M), menyebutkan Rakai Pikatan pu Manuku
berdampingan dengan nama Kayuwangi.
Dalam pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat merangkap staf
pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan penasihat ini diketuai seorang
mahapatih.
8) Sri Maharaja Watuhumalang (894 – 898 M)
Masa pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai masa
pemerintahan Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan kekuasaan. Itu
sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta, penggantinya tidak ada yang bertahan
lama.
Di antara raja-raja yang memerintah antara masa Kayuwangi dan Dyah Balitung
yang tercatat dalam prasasti Kedu adalah Sri Maharaja Watuhumalang.
Raja-raja sebelumnya, yaitu Dyah Taguras (885 M), Dyah Derendra (885 – 887 M),
dan Rakai Gurunwangi (887 M) tidak tercatat dalam prasasti tersebut mungkin
karena masa pemerintahannya terlalu singkat atau karena Balitung sendiri tidak
mau mengakui kekuasaan mereka.
9) Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)
Raja ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah yang berhasil
mempersatukan kembali Mataram dan memperluas kekuasaan dari Jawa Tengah
sampai ke Jawa Timur. Dyah Balitung menggunakan beberapa nama:
a) Balitung Uttunggadewa (tercantum dalam prasasti Penampihan),
b) Rakai Watukura Dyah Balitung (tercantum dalam kitab Negarakertagama),
c) Dharmodaya Mahacambhu (tercantum dalam prasasti Kedu), dan

Sejarah Indonesia
d) Rakai Galuh atau Rakai Halu (tercantum dalam prasasti Surabaya).
Prasasti-prasasti yang penting dari Balitung sebagai berikut.
a) Prasasti Penampihan di Kediri (898 M).
b) Prasasti Wonogiri (903 M).
c) Prasasti Mantyasih di Kedu (907 M).
d) Prasasti Djedung di Surabaya (910 M).
Sebenarnya, Balitung bukan pewaris takhta Kerajaan Mataram. Ia dapat naik takhta
karena kegagahberaniannya dan karena perkawinannya dengan putri Raja Mataram.
Selama masa pemerintahannya, Balitung sangat memerhatikan kesejahteraan
rakyat, terutama dalam hal mata pencaharian, yaitu bercocok tanam, sehingga
rakyat sangat menghormatinya.
Tiga jabatan penting yang berlaku pada masa pemerintahan Balitung adalah
Rakryan i Hino (pejabat tertinggi di bawah raja), Rakryan i Halu, dan Rakryan i
Sirikan. Ketiga jabatan itu merupakan tritunggal dan terus dipakai hingga zaman
Kerajaan Majapahit.
Balitung digantikan oleh Sri Maharaja Daksa dan diteruskan oleh Sri Maharaja
Tulodhong dan Sri Maharaja Wana. Namun, ketiga raja ini sangat lemah sehingga
berakhirlah kekuasaan dinasti Sanjaya.
Pemerintahan dinasti Syailendra

Ketika Mataram diperintah oleh Panangkaran (wangsa Sanjaya), datanglah dinasti


Syailendra ke Jawa. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul dinasti Syailendra
ini. Dr. Majumdar, Nilakanta Sastri, dan Ir. Moens berpendapat bahwa dinasti
Syailendra berasal dari India.
Adapun Coedes berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari Funan. Dinasti
ini lalu berhasil mendesak wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng,
Wonosobo, di wilayah Jawa Tengah bagian utara. Di sanalah wangsa Sanjaya
kemudian memerintah.
Sementara itu, dinasti Syailendra mendirikan Kerajaan Syailendra (Mataram
Buddha) di wilayah sekitar Yogyakarta dan menguasai Jawa Tengah bagian selatan.
Sumber-sumber sejarah mengenai keberadaan dinasti Syailendra sebagai berikut.
1) Prasasti Kalasan (778 M)
2) Prasasti Kelurak (782 M)
3) Prasasti Ratu Boko (856 M)
4) Prasasti Nalanda (860 M)

Sejarah Indonesia
Raja-raja dinasti Syailendra sebagai berikut.
1) Bhanu (752 – 775 M)
Bhanu berarti matahari. Ia adalah raja Syailendra yang pertama. Namanya
disebutkan dalam prasasti yang ditemukan di Plumpungan (752 M), dekat Salatiga.
2) Wisnu (775 – 782 M)
Nama Wisnu disebutkan dalam beberapa prasasti.

 Prasasti Ligor B menyebutkan nama Wisnu yang dipersamakan dengan


matahari, bulan, dan dewa Kama. Disebutkan pula gelar yang diberikan
kepada Wisnu, yaitu Syailendravamsaprabhunigadata Sri Maharaja,
artinya pembunuh musuh yang gagah berani.
 Prasasti Kalasan (778 M) menyebutkan desakan dinasti Syailendra
terhadap Panangkaran.
 Prasasti Ratu Boko (778 M) menyebutkan nama Raja Dharmatunggasraya.

3) Indra (782 – 812 M)

Raja Indra mengeluarkan prasasti Kelurak (782 M) yang menyebutkan pendirian


patung Boddhisatwa Manjusri, yang mencakup Triratna (candi Lumbung),
Vajradhatu (candi Sewu), dan Trimurti (candi Roro Jongrang).
Setelah wafat, Raja Indra dimakamkan di candi Pawon. Nama lain candi ini adalah
candi Brajanala atau Wrajanala. Wrajanala artinya petir yang menjadi senjata dewa
Indra.
4) Samaratungga (812 – 832 M)
Raja ini adalah raja terakhir keturunan Syailendra yang memerintah di Mataram. Ia
mengeluarkan prasasti Karang Tengah yang berangka tahun Rasa Segara Krtidhasa
atau 746 Saka (824 M). Dalam prasasti tersebut disebutkan nama Samaratungga
dan putrinya, Pramodhawardhani.
Disebutkan pula mengenai pendirian bangunan Jimalaya (candi Prambanan) oleh
Pramodhawardhani. Nama Samaratungga juga disebutkan dalam prasasti Nalanda
(860 M) yang menceritakan pendirian biara di Nalanda pada masa pemerintahan
Raja Dewapaladewa (Kerajaan Pala, India).
Pada masa pemerintahannya, Samaratungga membangun candi Borobudur yang
merupakan candi besar agama Buddha.
Samaratungga kemudian digantikan oleh Rakai Pikatan, suami Pramodhawardhani
yang berasal dari wangsa Sanjaya. Kembalilah kekuasaan wangsa Sanjaya atas
Mataram Kuno sepenuhnya.

Sejarah Indonesia
Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno
Awal Berdiri

Rajya Medang I Bhumi Mataram menjadi ungkapan petunjuk bagi kita bahwa
dahulu pernah ada suatu kerajaan di bumi Mataram. Mataram sendiri diyakini
sebagai nama daerah penting yang dijadikan pusat kerajaan. Alasan inilah yang
kiranya membuat kerajaan Medang lebih dikenal sebagai kerajaan Mataram. Untuk
lebih mengenal spesifiknya, Mataram yang dimaksud adalah Mataram Hindu atau
Mataram Kuno.

Kerajaan Mataram Kuno ini berdiri di atas sebuah prasasti tertulis berangka tahun
907 yang dikenal masyarakat dengan prasasti Mantyasih. Prasasti ini
mengatasnamakan Dyah Balitung dan menjelaskan secara eksplisit bahwa
penguasa pertama kerajaan Medang ini adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Menyandang gelar ratu bukan berarti penguasa pertama kerajaan Mataram


merupakan seorang perempuan. Ratu, Rakai, dan Bhre adalah istilah asli nusantara
untuk menyebut seorang penguasa. Jadi Sanjaya memiliki jenis kelamin laki-laki
namun memakai gelar ratu karena pada saat itu tidak ada perbedaan yang berarti
atas tafsir ratu dan raja.

Ibu Sanjaya bernama Sannaha. Sannaha ini memiliki seorang saudara bernama
Sanna yang menguasai sebuah kerajaan tanpa nama. Tepat di tahun 732 Masehi,
Ratu Sanjaya mengeluarkan sebuah prasasti yang menerangkan posisinya sebagai
seorang raja. Ia memiliki seorang pendahulu bernama Sanna. Beliau gagal

Sejarah Indonesia
memerintah kerajaan tak bernama hingga kondisi di dalam kerajaan kacau, lalu
Sanjaya datang untuk membereskan kekacauan.

Diketahui bahwa ternyata Sanna memiliki beberapa nama. Antara lain Senna dan
Bratasenawa. Proses turunnya ia dari tahta kerajaan Galuh setelah memerintah sejak
706 – 716 Masehi dipicu oleh sebuah pemberontakan yang gagal diredam.
Pemberontakan tersebut memang berniat mengkudeta Raja Sanna. Pelaku di balik
kudeta itu adalah Purbasora, paman dari Sanjaya.

Setelah diturunkan paksa oleh Purbasora, Raja Sanna merasa berhak menduduki
tahtanya lagi. Ia pun berlari ke sahabatnya, Raja Sunda pertama bernama
Tarusbawa. Sebenarnya Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Sunda masih memiliki
ikatan batin yang lebih dari persahabatan biasa. Kedua kerajaan ini adalah bagian
dari sejarah kerajaan Tarumanegara yang kemudian pecah menjadi dua bagian.

Selanjutnya, di kerajaan Galuh, Sanna beserta keluarganya diperlakukan dengan


sangat baik. Setiap tingkah dari keluarga Sanna diperhatikan betul oleh Raja
Tarusbawa hingga ia merasa sangat simpati dengan keponakan sahabatnya itu. Raja
Tarusbawa pun memutuskan menikahkan putrinya dengan Sanjaya, anak Sannaha
–adik kandung Sanna.

Setelah menikah dengan putri Raja Tarusbawa, otomatis Sanjaya lebih leluasa
bermain politik antar kerajaan. Ia bermaksud membalaskan sakit hati keluarganya
atas kudeta yang dilakukan keluarga Purbasora. Sanjaya menyampaikan
maksudnya ini kepada mertuanya dengan tujuan mendapatkan restu sekaligus
bantuan perang merebut kembali hak milik kerajaan.

Sanjaya memulai pembalasan dendamnya dengan naik menjadi raja di kerajaan


Sunda terlebih dahulu. Ia memerintah di Sunda bukan atas nama besarnya langsung.
Sanjaya hanya berusaha menjalankan pemerintahan di Sunda menggantikan
mertuanya yang sudah berumur. Seharusnya tampuk kekuasaan jatuh ke tangan
istrinya. Sayangnya sang istri kurang cakap dan lebih percaya pada kemampuan
suaminya. Sehingga nantinya Sanjaya menggenggam kekuasaan 3 kerajaan
sekaligus.

Karena ia menjadi raja yang cakap di kerajaan Sunda yang termasuk wilayah Jawa
Barat, Sanjaya ikut terlibat dalam sejarah kerajaan Kalingga. Ia menggantikan Ratu
Sima yang terkenal super adil untuk menduduki tahta kerajaan Kalingga. Di abad
ke-7 itu pulalah Sanjaya mengakhiri kekuasaannya di Jawa Barat dengan membagi
wilayah kerajaan kepada kedua putranya.

Sanjaya kemudian pergi ke Mataram lagi sesuai dengan keinginan awalnya. Di sana
ia mengambil alih kekuasaan dan menjadi raja di Mataram Kuno. Karena memulai
segalanya lagi dari awal, sejarah lebih mengenal Sanjaya sebagai pendiri wangsa
Sanjaya yang menguasai kerajaan Mataram Kuno.

Sejarah Indonesia
Masa Kejayaan

 Wangsa Sanjaya

Kejayaan Mataram Kuno sudah tampak sejak awal. Semua ini berkat jiwa
kepemimpinan Sanjaya yang memang layak menjadi raja. Sanjaya bukan
sembarang raja yang hanya menginginkan kekuasaan semata. Sanjaya adalah
seorang raja yang juga memahami isi dari kitab sucinya. Ia adalah seorang penganut
Hindu Syiwa yang sangat taat.

Selama pemerintahan Sanjaya, penduduk Mataram Kuno menghasilkan komoditi


pertanian berupa olahan padi yang digunakan sebagai pemenuh kebutuhan
masyarakat di dalam maupun luar kerajaan. Sanjaya sendiri tida pernah menunggu
disuruh para Brahmana untuk membangun pura-pura sebagai tempat suci
peribadahan orang Hindu.

Meskipun sangat mendukung perkembangan agama Hindu, namun Sanjaya


merupakan raja yang bijak. Beliau ini bercermin pada sejarah kerajaan Majapahit
yang sukses menerapkan sejarah bhinneka tunggal ika sesuai yang tercantum di
kitab Negarakertagama. Sanjaya menjembatani penduduk di Mataram Kuno yang
ingin memeluk agama lain. Waktu itu, hanya ada 2 agama besar yang memiliki
banyak pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Hanya ada Hindu dan Buddha.

Sejarah Indonesia
 Rakai Panangkaran

Sifat Rakai Panangkaran yang paling menonjol adalah pemberani. Ia telah


melakukan banyak penaklukan terhadap raja-raja kecil di sekitar wilayah Mataram
Kuno. Rakai Panangkaran menggantikan Ratu Sanjaya sebagai penguasa kerajaan
Mataram Kuno. Di masa pemerintahannya, kaum Hindu bertempat tinggal di
Mataram Kuno bagian utara. Sementara para pemeluk Buddha lebih nyaman
menempati wilayah Jawa Tengah sebelah selatan.

Perbedaan tempat ini sengaja dilakukan agar kedua agama dapat hidup
berdampingan, menjalankan ibadahnya masing-masing, dan berinteraksi dengan
orang-orang yang sama. Keimanan akan semakin kuat karena seringnya bergaul
dengan orang seagama. Namun di luar urusan agama, setiap penduduk Mataram
Kuno tetap menjalin hubungan dagang dan pekerjaan lain seperti biasanya.

Rakai Panangkaran merubah agamanya sendiri menjadi Buddha Mahayana. Sejak


Rakai –sebutan Raja- Panangkaran beralih agama, ia mendirikan wangsa baru yang
dinamai Syailendra. Dengan itu berarti ada wangsa kedua yang menguasai kerajaan
Mataram Kuno.

Uniknya, para penganut Hindu dan Buddha di Mataram Kuno selalu hidup aman
dan nyaman. Para penganut Hindu mendirikan candi peninggalan agama hindu
seperti candi Dieng dan Gedong Songo. Di belahan Mataram Kuno bagian selatan
juga membangun candi peninggalan buddha semacam Mendut, Prambanan dan
Borobudur yang pernah masuk ke dalam 7 keajaiban dunia.

Memang pada perkembangannya, kedua wangsa dan agama yang berbeda tersebut
sempat berkelahi. Permasalahannya ada pada hak meneruskan kekuasaan raja.
Namun konflik klasik ini dapat diatasi dengan keberanian Rakai Pikatan dari
wangsa Sanjaya yang memeluk Hindu menikahi Pramodhawardhani, putri
Samarattungga yang memulai pembangunan Borobudur dari Dinasti Syailendra.
Akhirnya otomatis pula kedua wangsa ini sama-sama kembali duduk di istana
kerajaan. Kedua agama yang sempat tak akur akhirnya kembali berbaikan.

Mataram Kuno terus berkembang maju hingga kekuasaannya jatuh ke tangan Dyah
Balitung. Dyah Balitung bahkan mampu membalikkan keadaan yang semula tidak
stabil menjadi lebih baik. Ialah raja Mataram Kuno yang kembali mempersatukan
Jawa di bawah tundukan satu kerajaan. Kekuasaannya pun menyentuh hingga pulau
Bali.

Sejarah Indonesia
Masa Keruntuhan

Keruntuhan Mataram Kuno dipicu oleh perseteruan anggota keluarga. Semuanya


bermula sejak Samarattungga meninggal dunia. Istrinya yang bernama Dewi Tara
memiliki anak, Balaputeradewa. Balaputeradewa sebenarnya tidak terima atas
kepemimpinana Rakai Pikatan sebagai Raja Mataram Kuno.

Balaputeradewa yang memang tidak berada di posisi bagus nekad menunjukkan


sikap perlawanan kepada kepemimpinan Rakai Pikatan. Kontan saja Rakai Pikatan
mengusir Balaputeradewa. Lelaki tersebut mencoba bertahan di dekat Candi
Prambanan dengan mendirikan Candi Boko. Sayangnya pertahanan tersebut tidak
dapat bertahan lama. Keadaan memaksanya melarikan diri ke luar pulau Jawa. Ia
memilih pulau Sumatera sebagai tempat pelariannya. Pada waktunya nanti,
Balaputeradewa malah menjadi raja di kerajaan Sriwijaya.

Lewat ketangguhan kerajaan Sriwijaya, Balaputeradewa mencoba membalaskan


sakit hatinya dulu. Di masa pemerintahan sesudah Dyah Balitung, Mataram Kuno
berkembang ke bawah. Serangan dari kerajaan Sriwijaya semakin memperparah
keadaan yang sebenarnya sudah keteteran dengan adanya bencana alam yang
menimpa kerajaan Mataram Kuno.

Mpu Daksa yang merasa keturunan asli Sanjaya mengkudeta Dyah Balitung.
Selanjutnya Mataram Kuno semakin goyah dari dalam maupun luar. Peristiwa
Mahapralaya yang memporak-porandakan istana Mataram Kuno memaksa Mpu
Sindok yang saat itu berperan sebagai Rakryan I Hino memindahkan pusat kerajaan
ke Jawa Timur. Diperkirakan kota tepatnya adalah Jombang dan Madiun.

Setelah perpindahan pusat kerajaan itu, Sriwijaya semakin parah menginjak-injak


kekuasaan Mataram Kuno. Melalui sekutunya di Jawa, Sriwijaya mengakhiri
kekuasaan Mataram Kuno di tahun 1016 Masehi sebagaimana yang disebutkan
prasasti Pucangan.

Sejarah Indonesia
Kehidupan Sosial , Ekonomi dan Budaya Kerajaan
Mataram Kuno
Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang
Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun
sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat
Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh
alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam
semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itu, untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus
dijalin hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula
antara sesama manusia. Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa
tertinggi dan penjelmaan kekuatan dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di
tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib membayar upeti dan pajak pada
raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.

Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang


berupa candi. Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, telah dibangun beberapa
candi antara lain: Candi Arjuna, Candi Bima dan Candi Nakula. Pada masa Rakai
Pikatan, dibangun Candi Prambanan. Candi-candi lain yang dibangun pada masa
Mataram Kuno antara lain Candi Borobudur, Candi Gedongsongo, Candi
Sambisari, dan Candi Ratu Baka.

Letak kerajaan Mataram yang terisolasi menyebabkan perekonomian kerajaan itu


sulit untuk berkembang dengan baik. Selain itu, transportasi dari pesisir ke
pedalaman sulit untuk dilakukan karena keadaan sungainya. Dengan demikian,
perekonomian rakyat banyak yang mengandalkan sektor agraris daripada
perdagangan, apalagi perdagangan internasional. Dengan keadaan tersebut, wajar
bila Raja Kayuwangi berusaha untuk memajukan sektor pertanian, sebab dengan
sektor inilah, perekonomian rakyat dapat dikembangkan.

Berdasarkan prasasti Purworejo (900 M) disebutkan bahwa Raja Belitung


memerintahkan pendirian pusat-pusat perdagangan. Pendirian pusat-pusat
perdagangan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan perekonomian

Sejarah Indonesia
masyarakat, baik di sektor pertanian dan perdagangan. Selain itu, dimaksudkan agar
menarik para pedagang dari daerah lain untuk mau berdagang di Mataram.

Prasasti Wonogiri (903 M) menceritakan tentang dibebaskannya desa-desa di


daerah pinggiran sungai Bengawan Solo apabila penduduk setempat mampu
menjamin kelancaran lalu lintas di sungai tersebut. Terjaminnya sarana
pengangkutan atau transportasi merupakan kunci untuk mengembangkan
perekonomian dan membuka hubungan dagang dengan dunia luar. Dengan
demikian, usaha-usaha mengembangkan sektor perekonomian terus diusahakan
oleh raja Mataram demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.

Kepercayaan Kerajaan Mataram Kuno


Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, banyak didirikan candi-candi yang
bercorak Hindu dan Buddha. Pernikahannya dengan Pramodhawardhani tidak
menyurutkan Rakai Pikatan untuk berpindah agama. Ia tetap memeluk agama
Hindu dan permaisurinya beragama Buddha. Pembangunan candi-candi dilakukan
dengan bekerja sama. Pramodhawardhani yang bergelar Sri Kahulunan banyak
mendirikan candi yang bersifat Buddha, sedangkan suaminya (Rakai Pikatan)
banyak mendirikan candi yang bersifat Hindu.

Peranan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah mundur ketika pusat


kekuasaannya pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ada beberapa pendapat
mengenai pemindahan pusat kerajaan ini. Pendapat lama mengatakan bahwa
pemindahan pusat kerajaan ini sehubungan dengan adanya bencana alam berupa
banjir atau gunung meletus atau adanya wabah penyakit.

Sejarah Indonesia
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra adalah dinasti yang paling banyak
menyumbangkan berbagai peninggalan kerajaan Mataram Kuno seperti prasasti
dan candi. Kita akan membagi peninggalan kerajaan mataram kuno tersebut
menjadi 2, yaitu candi dan prasasti, berikut penjelasannya

Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1. Candi Sewu

Candi sewu sendiri merupakan candi terbesar kedua di Jawa tengah setelah candi
Borobudur yang bercorak budha yang mana kerajaan Mataram kuno
membangunnya sekitar di abad 8 Masehi. Lokasinya berada di desa Bugisan,
kecamatan Prambanan, kabupaten klaten, Jawa tengah.

Ternyata candi ini letaknya sangat dekat dengan candi Prambanan yang jarak kedua
candi tersebut hanya sekitar 800 Meter.

Selain itu candi Sewu lebih tua dari dua candi yang ada di jawa tengah (Candi
Borobudur dan candi Prambanan). Hal yang unik dari candi Sewu adalah, namanya
tidak sesuai dengan jumlah candi sebenarnya, yang manaJumlah asli candinya
hanya sekitar 249 saja.

Bayangkan namanya sewu kalau diartikan ke bahasa Indonesia adalah seribu. Usut
punya usut ternyata candi ini berasal dari cerita legenda Roro Jonggrang.

Sejarah Indonesia
2. Candi Arjuna

Berbeda dengan candi Sewu yang bercorak budha, candi Arjuna sendiri adalah
candi yang bercorak Hindu. Candi Arjuna dibangun pada abad 9 Masehi dan
Letaknya candi ini berada di Dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah, Indonesia.

Selain candi Arjuna di daerah tersebut juga ada candi lainnya seperti Candi semar,
Srikandi, Puntadewa, dan candi Sembadra. Kalau dilihat dari namanya tersebut
berarti masyarakat menamakannya dengan nama tokoh yang ada di pewayangan.

Sejarah Indonesia
3. Candi Bima

Candi bima ini juga terletak di daerah Dataran Tinggi Dieng tepatnya di
Banjarnegara, Jawa Tengah. Dibangun pada abad sekitar 7 sampai abad ke 13
Masehi. Candi ini bercorak Hindu, makanya desainnya pada umumnya terdapat
kesamaan dengan candi yang ada di negara India.

Karakteristik dari candi Bima adalah atapnya hampir sama dengan shikara dan
bermodelkan mangkok yang di telungkupkan. dan di di bagian atas terdapat arca
Kudu.

Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk upacara Pradaksina.

Sejarah Indonesia
4. Candi Borobudur

Inilah candi Terbesar dan terkenal di dunia yang termasuk dari 7 keajaiban dunia
versi UNESCO. Candi ini adalah candi yang bercorak budha yang letaknya ada di
kota Magelang, Jawa tengah.

Pembuatannya sendiri dilakukan di masa dinasti Syailendra oleh pemeluk Budha


sekitar tahun 800-an atau abad 8 Masehi.

Asal mula Borobudur sendiri baru dinamai ketika Sir Thomas Raflles menyebutnya
di salah satu karya bukunya yang berjudul “Sejarah Pulau Jawa”. Dalam bukunya
tersebut Sir Thomas Raffles menamai Borobudur karena mengacu pada tempat
lokasi terdekat dengannya, yaitu desa Bore dan Budur dari kata Bhudhara yang
berarti gunung.

Candi Borobudur letaknya juga berdekatan dengan candi terkenal lainnya yaitu
candi Mendut dan Candi Pawon.

Sejarah Indonesia
5. Candi Mendut

Selain candi Borobudur, Candi mendut juga termasuk candi yang bercorak Budha.
Letaknya sama dengan candi Borobudur yaitu daerah Magelang, Jawa Tengah.
Candi Mendut tersebut dibuat pada tahun 800-an Masehi ketika dinasti Syailendra
berkuasa tepatnya dibawah kekuasaannya Raja Indra.

Di sekitar dindingnya terdapat banyak sekali jenis relief diantaranya adalah


Brahmana, Hewan Angsa dan Kura-kura, Dharmabuddhi dan Dustabuddhi, dan 2
burung betet.

Sejarah Indonesia
6. Candi Pawon

Candi lainnya yang juga letaknya berdekatan dengan candi Borobudur dan Candi
Mendut adalah candi Pawon. Sayangnya sejarah akan candi Pawon ini masih
simpang siur dan tidak jelas. Menurut beberapa para peneliti kata Pawon sendiri
berasal dari bahasa Jawa yang berarti dapur atau juga bisa tempat perabuan.

Selain itu juga di dalamnya candi tersebut tidak ada arca, kemungkinan bertambah
sulit lagi untuk menelitinya.

Sejarah Indonesia
7. Candi Puntadewa

Candi ini satu daerah dengan candi Arjuna dan candi lainnya yang dinamakan di
pewayangan. Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk tempat pemujaan dewa
Siwa, tak salah jika coraknya berasal dari India.

Dalam sejarahnya candi ini juga tidak jelas asal-usulnya, namun berdasarkan
penelitian candi ini sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Sebenarnya candi ini tidak
terlalu besar amat, hanya saja dia lebih menjulang ke atas.

Sejarah Indonesia
8. Candi Semar

Candi ini juga berada dalam satu kawasan dengan candi nama pewayangan lainnya
seperti candi Arjuna tepatnya di Dataran Tinggi Dieng. Candi ini termasuk juga
candi Hindu Syiwa yang dibuat oleh kerajaan Mataram kuno. Menariknya adalah
candi ini berhadapan langsung dengan candi Arjuna.

Keunikan lainnya adalah candi ini yang paling pendek dan kecil, ukuran candinya
saja 3,5 m dan 7 m dengan atap yang berbentuk limas. Kegunaan dari candi ini
adalah sebagai tempat penyimpanan peralatan senjata dan pemujaan.

Sejarah Indonesia
Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1. Prasasti Sojomerto

Prasasti ini merupakan peninggalan dari dinasti Syailendra yang berada di kota
Batang, Jawa Tengah. Di prasasti sojomerto sendiri terdapat tulisan yang
menggunakan bahasa Melayu kuno dengan aksara bahasa Kawi.

Prasasti ini berdasarkan penelitian dibuat pada akhir abad 7 atau awal dari abad ke
8.

Prasasti Sojomerto dibuat pada saat kerajaan Mataram kuno masih beragama Hindu
Siwa. Di dalam prasasti tersebut terdapat nama-nama keluarga dari raja-raja dinasti
Syailendra terkhusus raja Dapunta Selendra yang memiliki ayah dan ibu bernama
Santanu dan Sampula.

Sejarah Indonesia
2. Prasasti Kalasan

Prasasti kalasan merupakan prasasti peninggalan dari dinasti Sanjaya Kerajaan


Mataram Kuno yang dibuat pada tahun 778 Masehi. Prasasti ini terdapat di daerah
Sleman Jogjakarta. di Prasasti tersebut isinya menggunakan bahasa Sanskerta
dengan aksara Pranagari (huruf yang berasal dari India Utara)

Di dalam prasasti Kalasan berisi tentang keberhasilan Guru Sang Raja dalam
merayu Kariyana Panangkara atas permintaan keluarga dinasti Syailendra supaya
bersedia mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara. Selain itu isinya juga terdapat
tentang pemberian hadiah desa Kalasan sebagai tempat biara bagi para biarawan
sebagai tempat suci bagi mereka (Candi Kalasan).

Sejarah Indonesia
3. Prasasti Kelurak

Prasasti ini dibuat pada tahun 782 Masehi dan terdapat di daerah dekat Candi
Lumbung, Prambanan, Jawa Tengah. Prasasti tersebut isinya ditulid dengan
menggunakan Bahasa Sanksekerta dengan aksara Pranagari.

Di dalam prasasti itu terdapat informasi tentang dibuatkannya candi Sewu atas
perintah raja Indra yang mana raja Indra adalah raja yang berkuasa pada saat itu.

Sejarah Indonesia
4. Prasasti Ratu Boko

Merupakan prasasti yang ditemukan di daerah Baka, yang mana isinya adalah
peperangan saudara antara Balaputra Dewa dengan Rakai Pikatan yang mana
Balaputra Dewa kalah dalam peperangan tersebut. Berdasarkan penelitian, prasasti
ini dibuat pada tahun 856 Masehi

5. Prasasti Nalanda

Sejarah Indonesia
Prasasti milik Kerajaan Mataram kuno yang mana berisi tentang Balaputra Dewa
dan asal-usulnya yang mana dia adalah cucu Raja Indra dan merupakan putra dari
Raja Samarottungga. Berdasarkan penelitian, prasasti ini dibuat pada tahun 860
Masehi

6.Prasasti Canggal

Prasasti Canggal adalah prasasti peninggalan dari dinasti Terakhir mataram yaitu
Sanjaya yang berisi tentang pembuatan lingga di desa Kunjarakunja. prasasti ini
dibuat pada tahun 732 Masehi ini tulisannya menggunakan bahasa Sanskerta dan
menggunakan huruf Pallawa.

7. Prasasti Mantyasih

Sejarah Indonesia
Prasasti ini berasal dari dinasti Sanjaya yang didapatkan di daerah Matesh,
Magelang utara, Jawa Tengah. Prasasti ini digunakan sebagai bukti sah raja
Balitung sebagai Raja.

Selain itu isi dari prasasti ini adalah penetapan bebas pajak bagi daerah-daerah
tertentu. Dan terakhir dijelaskan tentang adanya keberadaan gunung Sumbing dan
Sindoro.

8. Prasasti Wanua Tengah III

Prasasti yang terakhir dari peninggalan kerajaan Mataram Kuno adalah prasasti
Wanua Tengah. Prasasti ini dibuat pada tahun 908 Masehi tepatnya di daerah
Gandulan, Kaloran. Dalam isi prasasti kerajaan mataram kuno tersebut disebutkan
semua nama-nama raja raja mataram kuno sehingga keberadaannya sangat penting
bagi penelitian selanjutnya.

Sejarah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai