Anda di halaman 1dari 8

KERAJAAN MATARAM KUNO

Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri


di Jawa Tengah bagian selatan pada abad ke-8, kemudian pindah ke
Jawa Timur pada abad ke-10. Di Jawa Tengah, letak Kerajaan
Mataram Kuno diperkirakan terletak di Bhumi Mataram (sebutan
lama untuk Yogyakarta). Pusat kerajaan ini kemudian mengalami
beberapa kali perpindahan hingga sampai ke Jawa Timur. Kerajaan
Mataram Kuno juga sering disebut sebagai Kerajaan Mataram Hindu
atau Kerajaan Medang. Pendiri Kerajaan Mataram Kuno adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya yang berkuasa antara 732-760 masehi.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada tahun 732 masehi dan runtuh
pada 1007 masehi. Selama hampir tiga abad berkuasa, terdapat tiga
dinasti yang memerintah, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra (di Jawa Tengah), serta Dinasti Isyana (di Jawa Timur).
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dapat diketahui dari prasasti
Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Balitung, Prasasti Klurak, Candi
Gedong Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan,
Candi Prambanan, dan masih banyak lainnya.

Perpecahan Kerajaan Mataram Kuno


Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno pertama kali dipegang oleh Raja
Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, dibuktikan
dengan Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan. Raja Sanjaya
dikenal sebagai raja yang bijaksana, cakap, adil, dan taat dalam
beragama. Di bawah pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram
Kuno semakin luas dan rakyatnya sejahtera. Kerajaan ini juga
menjadi pusat pembelajaran agama Hindu, dibuktikan dengan
banyaknya pendeta yang berkunjung dan menetap di Mataram. Pada
pertengahan abad ke-8, Raja Sanjaya wafat dan digantikan oleh
putranya, Rakai Panangkaran. Setelah Rakai Panangkaran wafat,
Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Dinasti Sanjaya
memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah
bagian utara. Sementara Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan
Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan.

Masa Kejayaan
Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno Dinasti Syailendra muncul
pada akhir abad ke-8, dan periode kepemimpinannya menjadi masa
keemasan Kerajaan Mataram Kuno. Perkembangan terjadi di
berbagai bidang, seperti politik, ilmu pengetahuan, budaya,
kesenian, dan sosial. Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno dari
Dinasti Syailendra adalah Sri Dharmatungga. Pada masa
pemerintahannya, konon wilayah kekuasaannya mencapai
Semenanjung Malaka. Setiap berganti raja, keadaan Kerajaan
Mataram Kuno semakin gemilang dan termasyur. Sri Dharmatungga
digantikan oleh Indra (Syailendra), yang berhasil menaklukkan Chenla
(Kamboja). Setelah itu, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh
Samaratungga. Pada periode ini, ilmu seni sangat berkembang dan
dibangunlah Candi Borobudur. Kerajaan Mataram Kuno akhirnya
bersatu kembali setelah perkawinan Rakai Pikatan dari Dinasti
Sanjaya dan Pramodhawardani dari Wangsa Syailendra.

Kehidupan Sosial Kerajaan Mataram Kuno & Sistem Ekonomi


Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan di Jawa yang
memiliki corak agraris. Maka itu, mayoritas penduduk Kerajaan
Mataram Kuno memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Bukti
bahwa perekonomian Kerajaan Mataram Kuno ditopang oleh sektor
agraris adalah keterangan dalam prasasti Canggal yang menjelaskan
bahwa tanah Jawa kaya akan padi. Selain itu, wilayah Kerajaan
Mataram Kuno memiliki banyak sungai dan dataran subur, baik saat
periode Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
Kehidupan Sosial-Budaya penduduk Kerajaan Mataram Kuno
juga terbilang maju. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
peninggalan, terutama berupa candi. Contoh 2 candi peninggalan era
Mataram Kuno yang hingga kini masih kesohor adalah Candi
Borobudur dan Candi Prambanan. Baca juga: Sejarah Runtuhnya
Kerajaan Giri Kedaton oleh Mataram Islam Sejarah Kerajaan
Mataram Kuno, Lokasi, & Nama Raja-Raja di Jawa Candi Borobudur
terletak Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Candi tersebut, didirikan ketika Raja Samaratungga dari
Wangsa Syailendra berkuasa di Mataram Kuno. Candi Borobudhur
ialah bangunan tempat ibadah agama Buddha. Sedangkan Candi
Prambanan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang
dibangun pada era kekuasaan Rakai Pikatan. Pembangunan Candi
Prambanan dapat diselesaikan ketika Raja Daksa berkuasa. Candi
Prambanan terletak di Kranggan, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan
banyak terpengaruh corak dari agama Hindu.
Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris (1996), sejumlah prasasti
yang berasal dari abad 8 M menunjukkan bahwa organisasi
komunitas desa menjadi fondasi masyarakat Mataram Kuno.
Menurut Lombard, prasasti-prasasti tersebut memperlihatkan
bahwa, pada abad 8 M, Jawa Tengah menjadi arena kontestasi
sejumlah penguasa yang berhasil mempersatukan dan menguasai
sejumlah wanua (komunitas desa). Mereka yang berhasil menjadi
pemimpin sejumlah wanua menerima gelar rakai atau rakryan.
Mereka membawahi sejumlah rama, pembesar di tingkat wanua.
Federasi regional beberapa wanua itu disebut watak. Nama dari tiap
watak akan disematkan pada rakai yang menjadi pemimpinnya.
Sebagai misal, nama Rakai Pikatan menunjukkan bahwa pemilik gelar
itu menjadi penguasa daerah Pikatan. Untuk meningkatkan
prestisnya sebagai penguasa federasi wanua, para rakai kerap
berlomba membangun bangunan-bangunan suci, seperti candi.
Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno Berikut ini silsilah raja Kerajaan
Mataram Kuno saat berpusat di Jawa Tengah
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan/ Dharmatungga (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak/ Indra (Syailendra) (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung/ Samaratungga (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani
(840-856 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung (898-915 M)
10. Raja Daksa (915-919 M) Raja Tulodong (919-924 M)
11. Raja Sumba Dyah Wawa (924 M)
Berikut ini silsilah raja Kerajaan Mataram Kuno saat dipindahkan ke
Jawa Timur Rakai
1. Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)
2. Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
3. Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
4. Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)

MASA KEJAYAAN MATARAM KUNO


Kerajaan Mataram Kuno yang telah berjaya di bawah pemerintahan
Raja Sanjaya dan Raja Rakai Pangkaran semakin berjaya ketika Raja
Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataran Kuno ke wilayah hilir
Sungai Brantas di Jawa Timur pada tahun 929 M. Pemindahan
ibukota tersebut dilakukan karena wilayah Sungai Brantas masih
merupakan wilayah kekuasaan kerajaan serta dengan pertimbangan
wilayah Sungai Brantas yang sangat strategis. Letak strategis Sungai
Brantas adalah karena kesuburan tanahnya sehingga sangat cocok
untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Selain itu, Sungai Brantas
yang lebar sangat berguna untuk digunakan sebagai akses lalu lintas
pelayaran menuju Laut Jawa.
Kerajaan Mataram Kuno atau dikenal juga dengan sebutan
kerajaan Medang Kawulan meraih puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Raja Balitung yang memerintah pada tahun 898 M
hingga tahun 910 M. Kejayaan Kerajaan Mataram dapat dilihat
dengan ditaklukkannnya wilayah – wilayah yang berada di sebelah
Timur kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan kerajaan ini kemudian
berkembang hingga ke wilayah Bagelen di Jawa Tengah hingga ke
Malang di Jawa Timur.

Berikut candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno:


1. Candi Sewu
Candi Sewu terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten,
Jawa Tengah.
Kompleks candi yang cukup luas ini di dalamnya terdapat 249
bangunan yang terdiri dari candi induk, delapan candi apit, dan 240
candi perwara.
2. Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
yang terletak 17 km dari pusat Kota Yogyakarta.
3. Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan dunia.
Candi Borobudur dibangun pada masa Raja Samaratungga dari
Dinasti Syailendra.
Konon katanya, candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, ini
selesai dibangun pada 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak awal
pembangunannya.
4. Candi Gedong Songo
Kelompok Candi Gedong Songo terletak di utara Ambarawa, di lereng
Gunung Ungaran.
Candi Hindu ini memiliki kemiripan dengan candi-candi di Dieng dan
keduanya dianggap sebagai candi tertua di Jawa Tengah..
Sesuai namanya, Candi Gedong Songo terdiri atas sembilan candi
yang berderet dari bawah ke atas dan dihubungkan dengan jalan
setapak.
5. Candi Mendut
Tokoh pendirinya adalah Raja Indra dari Dinasti Syailendra yang
bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Candi Mendut diperkirakan dibangun pada 824 Masehi, lebih dulu
dari Candi Borobudur.
Di dalamnya terdapat tiga patung besar, yaitu Cakyamuni,
Avalokiteswara, dan Maitreya.
6. Candi Pawon
Candi Pawon terletak pada satu garis lurus ke arah timur dari Candi
Borobudur dan Candi Mendut.
Oleh karena itu, muncul dugaan kuat bahwa ketiganya didirikan
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
7. Candi Dieng
Kelompok Candi Dieng termasuk candi bercorak Hindu, yang letaknya
berada di Kecamatan Kejajar, berbatasan dengan Kabupaten
Banjarnegara.
Candi yang tersebar di dataran tinggi Dieng terdiri atas beberapa
candi yang berdiri sendiri maupun candi yang membentuk satu
kompleks kecil.
Tokoh yang membangun Candi Dieng belum dapat dipastikan, hanya
saja pembangunannya diperkirakan berlangsung antara abad ke-7
sampai abad ke-13.
8. Candi Kalasan
Candi Kalasan terletak di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan,
Sleman, Yogyakarta.
Bangunan candi setinggi 34 meter ini memiliki tiga bagian, yaitu
bagian bawah atau kaki candi, tubuh candi, dan atap candi.
Candi Buddha yang dibangun pada 778 Masehi ini merupakan
persembahan untuk Dewi Tara.
9. Candi Plaosan.
Candi ini terletak di Dusun Bugisan, Kecamatan Prambanan, tidak
jauh dari Candi Prambanan.
Raja Mataram Kuno, Rakai Pikatan, sengaja membangun candi ini
untuk istrinya yang bernama Pramudyawardani.
Candi Plaosan memiliki 116 stupa dan 50 candi pewara (candi
pengiring).
10. Candi Ngawen
Candi Ngawen terletak di Dusun Ngawen, Kecamatan Muntilan,
Magelang.
Seperti disebutkan dalam Prasasti Karang Tengah, candi Buddha ini
dibangun pada abad ke-8.
Sebagai tempat pemujaan umat Buddha, seni arsitektur candi ini
sangat unik, salah satunya ditemukan pada arca singa yang
menopang empat sisi bangunan.
11. Candi Sambisari
Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Kecamatan Kalasan,
Sleman.
Bangunan candi ini dikelilingi oleh dua lapis tembok yang di
dalamnya terdapat empat buah candi.
Candi Sambisari merupakan bangunan bercorak Hindu, dibuktikan
dengan tulisan Jawa Kuno pada lempengan logam yang berarti Dewa
Siwa.
Gaya tulisan tersebut merujuk pada permulaan abad ke-9, yang
masih berhubungan dengan pemerintahan Rakai Garung.
Candi Sojiwan Candi Sojiwan terletak di Kebondalem Kidul,
Kecamatan Prambanan, Klaten.
Dari sebuah prasasti yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta,
candi bercorak Buddha ini dibangun sekitar 824-850 Masehi.

Akhir kerajaan Mataram Kuno ditandai oleh tewasnya raja terakhir,


Dharmawangsa akibat serangan raja Wurawari dari Lwaram pada
tahun 1016 M.

Anda mungkin juga menyukai