Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH MATARAM KUNO

( DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN SEJARAH )

ANGGOTA KELOMPOK 6 :

1. KIRANA NAIFA FARADIBA


2. ALDO TANDIAYUK
3. MUH IRFAN
4. MUH FAHRIL

KELAS X.9
SMAN 1 LUWU TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
A. SEJARAH KERAJAAN
Kerajaan ini berdiri di bumi Mataram yang terletak di dekat Yogyakarta sejak abad ke-8 hingga menuju
ke-11. Kerajaan ini sering berpindah, sehingga berpengaruh juga pada nama kerajaan ketika berdiri di
Mataram sempat diberi nama Medang I Bhumi Mataram. Total kerajaan ini berpindah-pindah sebanyak
tujuh kali hingga sampai ke Jawa Timur di abad ke-10.
Saat itu dikenal dengan nama Kerajaan Medang, saat itu pendiri kerajaan ini bernama Rakai Mataram
Sang Ratu Sanjaya dengan periode berkuasa pada 732-760 masehi. Menariknya selama berdiri, kerajaan
Mataram diperintah oleh dua dinasti yakni dinasti Sanjaya dengan mayoritas beragama Hindu dan dinasti
Syailendra dengan agama Buddha.
Tak seperti pada kerajaan pada umumnya, Mataram saat masih bernama Medang dipimpin kedua dinasti
yang justru sibuk mencari kekuasaan. Hanya sebentar keduanya memerintah bersama, pemerintahan
Sanjaya juga memiliki beberapa pemimpin selain Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, di antaranya seperti
Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Pikatan.
Dan terakhir adalah Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung, sementara pada dinasti Syailendra pemimpin
pertama adalah Bhanu yang kemudian berlanjut ke Raja Wisnu hingga membuat dinasti Sanjaya tunduk
kepadanya. Bahkan Samaratungga yang merupakan raja terbesar dan terakhir Syailendra juga patuh
kepadanya, begitulah bagaimana proses berdirinya kerajaan mataram.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

1. Perebutan Kekuasaan dalam Kerajaan

Perebutan kekuasaan menjadi salah satu penyebab runtuhnya Mataram Kuno. Walaupun
dampaknya tidak dirasakan secara langsung, perebutan ini membuat pemerintahan menjadi tidak
stabil sehingga potensi kehancuran semakin besar.

Perebutan kekuasaan sudah terjadi sejak masa Rakai Panangkaran antara Wangsa Sanjaya dan
Wangsa Syailendra. Selain itu, kekuasaan juga kembali pecah setelah Rakai Kayuwangi
berkuasa. Hal inilah yang membuat pemerintahan kacau balau sehingga berpotensi mengalami
keruntuhan.

2. Bencana Alam

Bencana alam juga menjadi salah satu penyebab runtuhnya Mataram Kuno. Kondisi geografis
kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi sangat berdampak buruk. Apalagi ketika Gunung
Merapi meletus, hal ini diduga menjadi penyebab Mpu Sindhok memindahkan pemerintahan
Mataram Kuno ke Jawa Timur.

3. Serangan Kerajaan Sriwijaya


Serangan kerajaan Sriwijaya menjadi penyebab utama runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno.
Serangan Kerajaan Sriwijaya sebenarnya dipelopori oleh dendam Balaputradewa kepada Rakai
Pikatan. Serangan ini semakin menunjukkan dampak yang buruk setelah pemerintahan Dyah
Balitung berakhir.

Setelah Mpu Sindhok memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur, Kerajaan Sriwijaya justru
semakin leluasa melakukan serangan. Serangan tersebut memperparah kondisi kerajaan.
Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya berhasil meruntuhkan Mataram Kuno pada tahun 1016 masehi.

B. SUMBER SEJARAH
 Abad ke-9
Dua wangsa bersatu dari perkawinan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang merupakan anak
dari Samaratungga bernama Pramodawardhani. Meskipun rencana pernikahan itu mendapat
pertentangan karena tak disetujui Balaputra Dewa selaku adik dari Pramodawardhani setelah ia
merasa terancam oleh keberadaan Rakai Pikatan.
Balaputra kemudian merebut kekuasaan, namun usahanya itu gagal meski pada akhirnya ia
kembali menjadi raja Sriwijaya usai pulang kampung. Rakai pikatan yang sukses memenangi
peperangan kemudian mendirikan Candi Loro Jonggrang dan kini dikenal dengan nama Candi
Prambanan yang berada di Sleman.
 Abad ke-10

Di abad ini pemerintahan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur dan diprakarsai oleh Mpu
Sindok yang memindahkan pusat pemerintahan sekaligus kerajaan ke area tersebut. Mpu Sindok
merupakan raja pertama dan tokoh pendiri Dinasti Isana di Jawa Timur. Namun tidak diketahui
secara pasti siapa pengganti Mpu Sindok setelah itu.
 Abad ke-11

Kehancuran Dharmawangsa Teguh akibat dari serangan Kerajaan Sriwijaya setelah mengalami
kegagalan bekerja sama dengan kerajaan Wurawari. Namun ada yang selamat dari serangan
terhadap Dharmawangsa, yakni Airlangga hingga kemudian dinobatkan sebagai raja di 1.019
masehi serta mampu memperluas wilayah kekuasaan.

C. RAJA RAJA
 Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Raja Sanjaya, dan tahtanya dilanjutkan sejumlah dinasti
Syailendra dan dinasti Isyana setelah meninggalnya sang pendiri kerajaan.
Berikut ini silsilah raja Kerajaan Mataram Kuno saat berpusat di Jawa Tengah
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan/ Dharmatungga (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak/ Indra (Syailendra) (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung/ Samaratungga (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung (898-915 M)
10. Raja Daksa (915-919 M) Raja Tulodong (919-924 M)
11. Raja Sumba Dyah Wawa (924 M)
Berikut ini silsilah raja Kerajaan Mataram Kuno saat dipindahkan ke Jawa Timur
1. Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)
2. Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
3. Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
4. Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)  

D. EKONOMI, POLITIK, SOSIAL, DAN BUDAYA


Kehidupan ekonomi bertumpu pada sektor agraris Wilayah Kerajaan Mataram Kuno
dikelilingi pegunungan dan sungai-sungai besar. Hal itu membuatnya memiliki tanah yang subur
sehingga cocok untuk kegiatan pertanian. Itulah mengapa kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram
Kuno cenderung bergerak di bidang pertanian. Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
sektor pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Selain bertani,
mata pencarian pokok masyarakat Mataram Kuno adalah sebagai pedagang dan perajin.
Aktivitas perdagangan dihubungkan melalui Sungai Bengawan Solo. Raja Dyah Balitung
membangun pusat-pusat perdagangan di sekitar Sungai Bengawan Solo. Penduduk Mataram
Kuno tidak melakukan transaksi perdagangan setiap hari, tetapi hanya di hari-hari pasar yang
menjadi hari bertemunya para pedagang dan pembeli. Komoditas pertanian yang diperdagangkan
di antaranya beras, hasil bumi, buah-buahan, sirih, hingga mengkudu. Selain memperdagangkan
produksi pertanian, masyarakat Mataram Kuno juga berdagang hasil kerajinan tangan, perkakas
dari logam, pakaian, gula kelapa, arang, kapur sirih, dan hewan ternak seperti ayam, kambing,
itik, dan lembu. Baca juga: Faktor Pendorong Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
Berdasarkan peninggalan sejarah, para sejarawan menduga bahwa perdagangan tidak hanya
dilakukan antardesa atau antarwilayah, tetapi juga dengan pihak asing. Pada relief Candi
Borobudur peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, tertera beberapa kapal layar besar yang
bercadik, yang jelas menggambarkan kapal dagang Indonesia. Dari prasasti juga diketahui bahwa
pedagang asing dari daratan Asia Tenggara dan China pernah menetap di Jawa dalam waktu
tertentu untuk keperluan dagang. Mereka bertransaksi menggunakan uang dari emas dan perak,
meski beberapa berita China juga menyebut adanya sistem barter.

KEHIDUPAN POLITIK. Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang toleran dalam
hal beragama. Sebab, di Kerajaan Mataram Lama berkembang agama Buddha dan Hindu secara
berdampingan. Kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama
Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. 

Berdasarkan interpretasi terhadap prasasti-prasasti bahwa kedua dinasti itu saling bersaing
berebut pengaruh dan kadang-kadang memerintah bersama-sama. Asal usul Dinasti Sanjaya
tercantum dalam prasasti Canggal (732 M) yang menyebutkan bahwa Sanjaya adalah keponakan
Sanna (anak dari Sannaha). Dinasti Syailendra sendiri tercantum dalam prasasti Sojomerto (tidak
berangka tahun), isinya menceritakan tentang Dapuntahyang Syailendra. Selain prasasti Canggal,
ada juga prasasti Kalasan (778 M) yang terdapat di sebelah timur Yogyakarta. Dalam prasasti itu
disebutkan Raja Panangkaran dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai
Panangkaran. Hal itu menunjukkan bahwa raja-raja keturunan Sanjaya termasuk keluarga
Syailendra.

Prasasti Kedu ( Prasasti Mantyasih ) berangka tahun 907 M mencantumkan silsilah raja-raja
yang memerintah di Kerajaan Mataram. Prasasti Kedu dibuat pada masa Raja Rakai Dyah
Balitung. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram yaitu sebagai berikut.

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya


2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung.

Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran.
Selanjutnya salah seorang keturunan raja Dinasti Syailendra yang bernama Sri Sanggrama
Dhananjaya berhasil menggeser kekuasaan Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Panangkaran
pada tahun 778. Sejak saat itu, Kerajaan Mataram dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Syailendra.

Tahun 778 sampai dengan tahun 856 sering disebut sebagai pemerintahan selingan. Sebab, antara
Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya silih berganti berkuasa. Dinasti Syailendra yang
beragama Buddha mengembangkan Kerajaan Mataram Lama yang berpusat di Jawa Tengah
bagian selatan, sedangkan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu mengembangkan kerajaan yang
berpusat di Jawa Tengah bagian Utara.

Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung yang
menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia mendirikan candi Prambanan dan Loro Jonggrang
menurut model candi-candi Syailendra. Masa pemerintahan raja-raja Mataram setelah Dyah
Balitung tidak terlalu banyak sumber yang menceritakannya. Yang dapat diketahui adalah nama-
nama raja yang memerintah, yakni, Daksa (913-919), Wawa (919-924), Tulodhong (924-929),
sampai Mpu Sindok pada tahun 929 M memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha
(Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isanawangsa.

KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA.Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat,


sebab seorang Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun
sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat Jawa, terkenal
dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh alam semesta (sistem
kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam semesta ini akan berpengaruh pada
kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya. 

Oleh karena itu, untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus dijalin
hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula antara sesama manusia.
Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi dan penjelmaan kekuatan
dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib
membayar upeti dan pajak pada raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.

Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi. Pada
masa pemerintahan Raja Sanjaya, telah dibangun beberapa candi antara lain: Candi Arjuna,
Candi Bima dan Candi Nakula. Pada masa Rakai Pikatan, dibangun Candi Prambanan. Candi-
candi lain yang dibangun pada masa Mataram Kuno antara lain Candi Borobudur, Candi
Gedongsongo, Candi Sambisari, dan Candi Ratu Baka.
E. PENINGGALAN MATARAM KUNO
1. Candi Sewu Candi Sewu terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa
tengah. Letak Candi Sewu kurang lebih sekitar 800 meter di sebelah selatan arca Rara
Jongrang. Kompleks candi tergolong luas dimana di dalamnya terdapat 249 bangunan
yang terdiri dari candi induk, 240 candi perwara, dan delapan candi apit.
2. Candi Borobudur Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini merupakan candi yang sangat terkenal di dunia.
Candi Borobudur dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.
Pembangunan candi selesai pada tanggal 26 Mei 824, yang konon memakan waktu
hampir 100 tahun. Sebagai candi bercorak Buddha terbesar di Indonesia, Borobudur yang
memiliki tinggi 42 meter terdiri dari 10 tingkat. Pada bagian dasar disebut Kamadhatu,
empat tingkat diatasnya adalah Rupadhatu, dan paling atas disebut Arupadhatu. Pada
setiap tingkatan terdapat relief-relief yang mencerminkan ajaran Buddha.
3. Candi Prambanan Candi Prambanan terletak sekitar 17 Km ke arah timur dari
Yogyakarta. Kompleks candi juga dikenal sebagai Candi Loro Jonggrang yang dibangun
pada abad ke-10. Pembangunan candi pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Rakai
Balitung sebagai wujud kejayaan Hindu di tanah Jawa. Kompleks Candi Prambanan
memiliki tiga candi yang menghadap timur yang terletak di halaman utama, yaitu Candi
Wisnu, Siwa, dan Brahma. Ketiga candi merupakan lambang Trimurti dalam
kepercayaan Hindu. Masing-masing candi terdapat satu candi pendamping yang
menghadap ke barat, yaitu Nindi untuk Siwa, Garuda untuk Wisnu, dan Angsa untuk
Brahma. Baca juga: Kerajaan Mataram Kuno: Letak, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
4. Candi Gedong Songo Candi Gedong Songo terletak di puncak Gunung Ungaran, Jawa
tengah. Tepatnya letak candi di Desa Candi, Kecamatan Somawono, Semarang, Jawa
Tengah. Candi Hindu ini memiliki kemiripan dengan candi-candi di Dieng, dimana
keduanya dianggap sebagai candi tertua di Jawa Tengah. Pendiri dan umur bangunan
belum dapat dipastikan karen belum ditemukan prasasti yang menjelaskan. Seperti
namanya, Candi Gedong Songo terdiri dari sembilan candi yang berderet dari bawah ke
atas yang dihubungkan dengan jalan setapak.
5. Candi Pawon Candi Pawon terletak di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur.
Tepatnya, lokasi Candi Pawon di Dusun Brojolan, Kelurahan Wanurejo, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Letak ketiga candi yang berdekatan
diperkirakan bahwa ketiganya didirikan sebagai satu kesatuan yang tidak terisahkan. Dari
penelitian disebutkan bahwa relief Candi Pawon merupakan permulaan dari relief Candi
Borobudur.
6. Candi Mendut Candi Mendut terletak 3 Km ke arah timur dari Candi Borobudur. Baca
juga: Rute ke Candi Plaosan di Klaten, Tidak Jauh dari Candi Prambanan Pendiri Candi
Mendut adalah Raja Indra dari Dinasti Syailendra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya. Candi yang bercorak Buddha ini diperkirakan dibangun pada tahun
824 Masehi, atau lebih dulu dari pembangunan Candi Borobudur. Di dalam candi
terdapat tiga patung besar, yaitu Avalokiteswara, Cakyamuni, dan Maitreya.
7. Candi Dieng Candi Dieng terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah. Candi bercorak Hindu yang tersebar di dataran tinggi Dieng ini terdiri atas
beberapa candi, ada candi yang berdiri sendiri maupun yang berkelompok dalam
kompleks kecil. Setiap candi dinamai serupa dengan nama tokoh wayang, seperti Candi
Bima, Candi Gatotkaca, Candi Arjuna, Candi Puntadewa, Candi Srikandi, dan Candi
Semar. Pendiri candi belum dapat dipastikan, namun pembangunan candi diperkirakan
berlangsung antara abad ke-7 sampai abad ke-13.
8. Candi Kalasan Candi Kalasan terletak di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan,
Sleman, Yogyakarta. Candi bercorak Buddha dibangun pada 778 Masehi yang
merupakan persembahan untuk Dewi Tara. Bangunan candi setinggi 34 meter ini
mempunyai tiga bagian, yaitu bawah atau kaki candi, tubuh candi, dan atap candi.
9. Candi Plaosan Candi Plaosan terletak di Dusun Bugisan, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Baca juga: Siapa Sosok Raja yang Membangun Candi
Borobudur? Candi Plaosan juga disebut candi kembar karena terdiri dari dua bangunan
candi yang sama bentuknya. Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno sengaja membangun
candi untuk istrinya yang bernama Pramudyawardani. Bangunan candi memiliki 116
stupa dan 50 candi pewara (candi pengiring).
10. Candi Sambisari Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Kecamatan Kalasan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi Sambisari merupakan candi bercorak Hindu, hal
ini dibuktikan dengan tulisan Jawa Kuno di lempengan logam yang artinya Dewa Siwa.
Gaya tulisan tersebut mengacu pada permulaan abad ke-9, dimana masih berhubungan
dengan pemerintahan Rakai Garung.
11. Candi Ngawen Candi Ngawen terletak di Dusun Ngawen, Kecamatan Muntilan,
Magelang, Jawa Tengah. Dalam Prasasti Karang Tengah disebutkan candi bercorak
Buddha ini dibangun pada bad ke-8. Arsitektur candi sangat unik, yaitu pada arca singa
yang menopang empat sisi bangunan. Gaya ukiran arca singa menyerupai lambang singa
di negara Singapura dapat ditemui di beberapa kuil di daerah Mathura, India.
12. Candi Sojiwan Candi Sojiwan terletak di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi Sojiwan merupakan
candi Buddha yang dibangun sekitar abad ke-9 hingga abad ke-10 masehi.

Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan sejumlah prasasti, yaitu prasasti Canggal (732 M),
prasasti Kalasan (776 M), prasasti Kelurak (782 M), prasasti Karangtengah (824 M),
prasasti Balitung atau Kedu (907 M), dan prasasti Sojomerto Batang.

F. PETA PERSEBARAN WILAYAH

Anda mungkin juga menyukai