Anda di halaman 1dari 4

A.

KERAJAAN-KERAJAAN HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA


5. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah
dengan daerah pusatnya disebut Bhumi Mataram. Di
Kerajaan Mataram Kuno terdapat dua Dinasti besar
yang berkuasa, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra. Dinasti Sanjaya, yang beragama Hindu
berkuasa di Jawa Tengah bagian utara, sementara
Prasasti Balitung
Dinasti Syailendra yang beragama Buddha berkuasa di
Jawa Tengah bagian selatan.
Sumber sejarah Dinasti Sanjaya antara lain Prasasti Canggal yang berangka tahun
732 M, Prasasti Balitung atau Matyasih yang berangka tahun 907 M dan Kitab Carita
Parahyangan. Raja-raja yang pernah memerintah antara lain 1) Rakai Mataram Sang
Ratu Sanjaya, yang merupakan pendiri Kerajaan Mataram dan Dinasti Sanjaya; 2) Sri
Maharaja Rakai Panangkaran, dimana saat kekuasaannya Dinasti Sanjaya terdesak
oleh Dinasti Syailendra; 3) Sri Maharaja Rakai Pikatan, yang berkeinginan untuk
mengembalikan kekuasaan Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram; 4) Sri Maharaja
Rakai Kayuwangi, yang berusaha keras untuk memajukan pertanian; 5) Sri Maharaja
Rakai Watuhumalang, yang lebih memusatkan perhatiannya pada bidang keagamaan
daripada bidang pemerintahan; 6) Sri Maharaja Watukura Diah Balitung, yang
berhasil mengatasi masalah yang dihadapi Kerajaan Mataram dan mempersatukan
kembali kerajaan-kerajaan yang hampir terpecah akibat pertentangan antarkaum
bangsawan; 7) Sri Maharaja Daksa, pada masa pemerintahannya, pembuatan Candi
Prambanan berhasil diselesaikan; dan 8) Sri Maharaja Wawa, yang dalam menjalankan
pemerintahannya dibantu oleh Mpu Sindok. Setelah Raja Wawa wafat, pemerintahan
berada di tangan Mpu Sindok. Namun, karena khawatir terhadap serangan dari
Kerajaan Sriwijaya, Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Kerajaam Mataram di Jawa
Tengah.
Sumber sejarah Dinasti Syailendra antara lain Prasasti
Kalasan yang berangka tahun 778 M, Prasasti Kelurak
yang berangka tahun 782 M, Prasasti Ratu Boko yang
berangka tahun 856 M dan Prasasti Nalanda yang berangka
tahun 860 M. Raja-raja yang pernah memerintah antara lain
: 1) Raja Indra, yang memperkokoh pengaruhnya ke
Kerajaan Sriwijaya dengan mengawinkan putranya
Samaratungga dengan Dewi Tara, putri Raja Sriwijaya,
yang kemudian melahirkan Balaputra Dewa; 2) Raja Prasasti Nalanda
Samaratungga, sepeninggalnya tahta diberikan kepada
putrinya, Pramodhawardani, namun karena merasa tidak mungkin sanggup memerintah
kerajaan kemudian memberikan tahta kerajaan kepada Balaputra Dewa; 3) Balaputra
Dewa, pada masa pemerintahannya, terjadi perang saudara antaranya dengan saudara
perempuannya yang bernama Pramodhawardani. Setelah menikah Rakai Pikatan,
Pramodhawardani meminta kembali tahtanya dan terjadinya perang saudara diantara
keduanya. Setelah kalah melawan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, Balaputra Dewa
melarikan diri ke Sriwijaya dan menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Sumber sejarah Dinasti Isyana yaitu Prasasti Tangeran dari Mpu Sindok yang
berangka tahun 933 M, Prasasti Bangil, Prasasti Lor yang ditemukan di daerah Nganjuk
dan Prasasti Caltuta yang berangka tahun 1041 M. Raja-raja yang pernah memerintah
antara lain : 1) Mpu Sindok, yang memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur
dan mendirikan sebuah dinasti yang bernama Dinasti Isyana; 2) Sri
Isanatunggawijaya, yang memerintah kerajaan dengan suaminya yang bernama
Lokapala; 3) Makutawangsawardana, yang mempunyai putra bernama
Dharmawangsa Tguh serta putri yang bernama Mahendradata yang merupakan istri
Raja Udayana di Bali, yang akhirnya melahirnya Raja Airlangga; 4) Dharmawangsa
Tguh, yang berhasil menguasai daerah kekuasaan Sriwijaya bagian selatan (Sunda);
dan 5) Airlangga, yang berhasil kembali merebut daerah-daerah kekuasaan kerajaan
yang sebelumnya dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Saat turun tahta, Raja Airlangga
membagi kerajaan menjadi dua, yakni Jenggala dengan ibu kota Kahuripan yang
diperintah Garasakan, wilayah kedua adalah Panjalu atau Kediri dengan ibu kota di
Daha yang diperintah Samarawijaya. Kedua putra Airlangga tersebut merupakan putra
yang terlahir dari selir.

6. Kerajaan Kediri
Pada awalnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri meliputi daerah Madiun dan
daerah bagian barat Kerajaan Mataram. Ibu kotanya adalah Daha, terletak di tepi Sungai
Brantas di daerah kota Kediri. Sumber sejarah Kerajaan Kediri yaitu Prasasti Sirah
Keting yang berangka tahun 1104 M, Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan
Kertosono yang berangka tahun 1117-1130 M, Prasasti Ngantang yang berangka tahun
1135 M, Prasasti Jaring yang berangka tahun 1181 M dan Prasasti Kamulan yang
berangka tahun 1194 M. Selain prasasti ada juga dari berita asing, yaitu dari China.
Berita dari China tersebut berupa kumpulan cerita dari para pedagang China yang
melakukan kegiatan perdagangan dengan Kerajaan Kediri. Seperti buku yang berjudul
Chu fan Chin karangan Chu ju kua (1220 M) dan Ling wai tai ta karangan Chu ik fie
(1778 M). Keduanya menerangkan keadaan Kendiri pada abad ke-12 dan ke-13.
Raja-raja yang pernah memerintah antara lain: 1) Raja Samarawijaya, yang
merupakan raja Kediri yang merupakan putra dari Raja Airlangga dengan selirnya; 2)
Raja Jayawarsa, yang merupakan raja yang mempunyai perhatian yang sangat besar
kepada rakyatnya dan berupaya meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya; 3)
Raja Bameswara, yang meninggalkan banyak prasasti yang memuat masalah-masalah
keagamaan; 4) Raja Jayabaya, pada masa pemerintahannya wilayah Kediri
mengalami perluasan; 5) Raja Kameswara, pada masa pemerintahan raja Kameswara
seni sastra mengalami perkembangan yang sangat pesat; dan 6) Raja Kertajaya, pada
masa pemerintahannya hak-hak kaum brahmana dikurangi sehingga lari ke Tumapel
dan meminta bantuan Ken Arok yang merupakan penguasa di sana. Akhirnya
peperangan antara pasukan Tumapel dan pasukan Kediri terjadi. Pasukan Tumapel di
bawah pimpinan Ken Arok berhasil mengalahkan pasukan Kediri dan menguasai
Kerajaan Kediri.
7. Kerajaan Singhasari
Sejarah Kerajaan Sighasari berawal dari
Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu
(bupati) yang terletak di pegunungan yang subur
di wilayah Malang dengan pelabuhannya
bernama Pasuruan. Dari daerah ini, Kerajaan
Singhasari menjadi berkembang dan bahkan
menjadi kerajaan besar di Jawa Timur setelah
mengalahkan Kerajaan Kediri.
Sumber sejarah Kerajaan Singhasari antara Candi Jago
lain Kitab Pararathon yang menceritakan
tentang raja-raja Singhasari, Kitab Negarakertagama yang berisi silsilah raja-raja
Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singhasari dan bangunan-
bangunan candi tempat pendharmaan raja-raja Singhasari seperti, Candi Kidal, Candi
Jago dan Candi Singhasari. Selain itu terdapat pula sumber sejarah berupa berita asing
dari China yang menyatakan bahwa Kaisar Kubilai Khan mengirim pasukannya untuk
menyerang Kerajaan Singhasari.
Raja-raja yang pernah memerintah antara lain : 1) Ken Arok, yang merupakan
pendiri Kerajaan Singhasari dan Dinasti Girindrawangsa. Ken Arok naik tahta menjadi
raja dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi; 2) Anusapati, yang
merupakan anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Anusapati menjadi raja
Singhasari setelah berhasil membalas dendam ayahnya bernama Tunggul Ametung
yang telah dibunuh Ken Arok; 3) Tohjoyo, berhasil menjadi raja setelah membunuh
Anusapati yang dulunya telah membunuh ayahnya, Ken Arok. Mengetahui hal ini,
putra Anusapati bernama Ranggawuni berusaha membunuhnya untuk merebut tahta
kerajaan; 4) Ranggawuni, yang berkat bantuan Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal
berhasil merebut tahta Kerajaan. Pemerintahan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka
dapat membawa keamanan dan kesejahteraan sampai akhinrya Ranggawuni meninggal
dunia dan digantikan putranya, Kertanegara; dan 5) Kertanegara, yang berusaha untuk
mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Singhasari. Saat Kertanegara berusaha
keras untuk memperluas kerajaan, ibu kota kerajaan diserang Jayakatwang yang
mengakibatnya terbunuhnya Raja Kertanegara.

8. Kerajaan Majapahit
Letak Kerajaan Majapahit adalah di Jawa Timur.
Pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit
diperkirakan di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Sumber sejarah Kerajaan Majapahit antara lain
Prasasti Butak (1294 M), Kidung Harsawijaya,
Kidung Panji Wijayakrama, Kitab Pararaton dan
Kitab Negarakertagama. Candi Tikus
Raja-raja yang pernah memerintah antara lain: 1)
Raden Wijaya, yang menobatkan dirinya sebagai raja Majapahit pada tahun 1293
dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana; 2) Raja Jayanegara, pada masa
pemerintahannya kerajaan penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai
suatu masa yang suram dalam sejarah Majapahit. Terjadi beberapa pemberontakan,
antara lain pemberontakan Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316
M) dan Kuti (1319 M); 3) Raja Tribhuwanatunggadewi, pada masa pemerintahannya
meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). Pemberontakan tersebut akhirnya dapat
dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih
di Majapahit tahun 1331. Saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpah
yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa (Tan Amukti Palapa); 4) Hayam Wuruk,
berkat Mahapatih Gajah Mada dan Werdhamentri Adityawarman, seluruh Nusantara
dapat ditaklukkan. Luas daerah kekuasaannya meliputi seluruh kepulauan Indonesia
sekarang ditambah Semenanjung Tanah Melayu dan Singapura. Hayam Wuruk juga
menjalin hubungan persabahatan dengan Kerajaan Ceylon, Siam, Birma, Campa, India,
Annam dan China; 5) Wikramawardhana, terjadi perang saudara perebuatan
kekuasaan antara Wirabhumi yang dikenal dengan nama Perang Paregreg. Wirabhumi
berhasil dibunuh, namun keadaan Majapahit semakin lama semakin melemah. Daerah
kekuasaannya satu-persatu melepaskan diri. Sampai akhirnya Majapahit ditaklukan
pasukan Demak di bawah pimpinan Raden Patah.

9. Kerajaan Bali
Kerajaan Bali terletak di Pulau Bali. Dalam perkembangannya, Bali mempunyai
hubungan erat dengan Pulau Jawa terutama dengan Majapahit. Hal ini karena ketika
Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit melarikan diri ke Kerajaan Bali. Sumber
sejarah Kerajaan Bali antara lain Prasasti Sanur (917 M), Prasasti Calcuta di India (1042
M) dan bangunan candi di kompleks Candi Gunung Kawi (Tampak Siring) yang
merupakan makam dari raja-raja Bali yang dibangun saat pemerintahan Raja Anak
Wungsu.
Raja-raja yang pernah memerintah antara lain: 1) Raja Sri Kesari Warmadewa,
merupakan pendiri Dinasti Warmadewa dan menjadi raja pertama Kerajaan Bali; 2)
Raja Ugrasena, pada masa pemerintahannya sistem dan bentuk pemerintahan
Kerajaan Bali sudah teratur terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat
istana; 3) Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi, beberapa ahli menafsirkan bahwa
sang raja merupakan putri dari Mpu Sindok dari Dinasti Isyana, Kerajaan Mataram
Kuno; 4) Dharma Udaya Warmadewa, pada masa pemerintahannya hubungan
Kerajaan Bali dan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur berjalan baik; 5) Raja Anak
Wungsu, yang berhasil yang menyatukan seluruh wilayah Bali. Pada masa
pemerintahannya, kehidupan rakyat aman dan sejahtera; 6) Raja Bedahulu, pada masa
pemerintahannya Kerajaan Bali menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai