Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN KOSAKATA DALAM WACANA BERITA

TENTANG KASUS HAMBALANG

SUHARTINI KHALIK , SUARDI ZAIN

Dosen STKIP Muhammadiyah Sidenreng Rappang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kosakata dalam wacana


berita tentang kasus Hambalang, khususnya yang hangat menjadi perbincangan di media
catak pada tahun 2014. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah -
langkah: (a) peneliti mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan
berita tentang kasus Hambalang; (b) bahan-bahan bacaan tersebut kemudian dibaca
secara berulang-ulang dan diidentifikasi yang termasuk dalam kosakata yang terkait
dengan kasus Hambalang; (c) langkah terakhir, yaitu mengklasifikasikan data yang
terkumpul dan menginterpretasikannya. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menganalisis data dengan menggunakan teknik studi pustaka. Hasil analisis
dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai dengan kosakata yang terkandung di dalamnya.
Pengklasifikasian berdasarkan aspek-aspek formal teks, yaitu eksperensial, relasional,
dan ekspresif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa kosakata yang sering digunakan dalam
‘Kasus Hambalan’ yaitu ‘tindak pidana pencucian uang’ yang dikaitkan dengan aliran dana
dan alur dalam dalam kasus Hambalang. Kosakata ‘gratifikasi’ digunakan dalam klasifikasi
ini untuk mengungkapkan arti ucapan terima kasih dan pemberian uang. Kosakata ‘korupsi’
dikaitkan dengan makna penyalahgunaan kewenangan.kosakata ‘eksepsi’ melingkupi kata
lain yaitu ‘nota keberatan’. Kosakata terakhir dalam pengklasifikasian ini yaitu ‘skandal’
yang dikaitkan dengan kasus Hambalang.

Kata kunci: kasus Hambalang, kosakata, pencucian uang

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi bahasa untuk mengungkapakan


terpenting dalam kehidupan manusia. pikiran, berinteraksi, bekerja sama dan
Menurut Keraf (1993:4) bahasa berkomunikasi dengan manusia di
merupakan saluran perumusan sekitarnya. Ditinjau dari segi bahasa,
maksud, melahirkan perasaan, dan komunikasi dibagi menjadi dua yaitu
memungkinkan menciptakan kerja komunikasi lisan dan komunikasi tulis.
sama dengan sesama warga. Dengan
demikian, sebagai makhluk sosial,
manusia memerlukan alat berupa

1
Selain itu, Keraf (1993:12) memiliki keterkaitan dengan realitas
juga mengemukakan bahwa bahasa sosial. Sebagai saluran komunikasi
dalam pengertian sehari-hari adalah politik dan sosial, media massa
bahasa lisan, sedangkan bahasa tulis berusaha menyampaikan informasi
merupakan pencerminan kembali dari yang tepat kepada masyarakat. Maka
bahasa lisan itu dalam bentuk simbol- dari itu, media massa dituntut untuk
simbol tertulis. Komunikasi lisan menyampaikan informasi yang netral
dapat disampaikan melalui sarana dan berimbang kepada khalayak
media massa elektronik, sedangkan pembaca. Namun, media massa juga
komunikasi tulis penyampaiannya merupakan produsen informasi politik
melalui sarana media massa cetak. dan sosial yang harus setia kepada
“pemilik” media yang menaunginya.
Media massa cetak (pers)
merupakan salah satu sarana Media massa sebagai suatu
penyampaian informasi yang efektif wacana patut mendapat perhatian
yang mampu menjangkau cukup untuk diteliti. Norman Fairclough
banyak pembaca di semua lapisan merupakan salah seorang analisi
masyarakat. Dengan kata lain, media wacana kritis yang memandang bahwa
massa sesungguhnya berada di tengah pemahaman terhadap wacana selama
realitas sosial yang sarat dengan ini lebih banyak didominasi oleh
berbagai kepentingan, konflik, dan paradigma deskriptif yang bersifat
fakta yang kompleks dan beragam. nonkritis sehingga masih banyak
Menurut Louis Althusser (dalam dimensi kewacanaan yang belum
Sobur, 2004:30), media massa terkuak dari pandangan tersebut
sebagaimana lembaga-lembaga (Santoso, 2003: 48). Fenomena
pendidikan, agama, seni, dan wacana semata-mata dipandang
kebudayaan, merupakan bagian dari sebagai unit linguistik yang lebih besar
alat kekuasaan negara yang bekerja daripada klausa atau kalimat. Wacana
secara ideologis guna membangun direalisasikan dalam bentuk karangan
kepatuhan khalayak terhadap yang utuh (novel, buku, seri
kelompok yang berkuasa. Hal tersebut ensiklopedia, dan sebagainya),
didukung oleh Sobur (31:2004) yang paragraf, kalimat atau kata yang
mengungkapkan bahwa sebagai suatu membawa amanat lengkap.
alat untuk menyampaikan berita,
penilaian, atau gambaran umum Dalam beberapa tahun terakhir,
tentang banyak hal, ia mempunyai pembicaraan mengenai analisis
kemampuan untuk berperan sebagai wacana merupakan suatu yang
institusi yang dapat membentuk opini menarik. Kajian wacana yang
publik. Sehingga dapat disimpulkan dilakukan telah menggunakan
bahwa media massa bukan sesuatu berbagai pendekatan. Pendekatan
yang bebas, independen, tetapi tersebut telah mampu mengubah

2
berbagai perspektif yang ada. Wacana bahasa membawa nilai ideologis
budaya seringkali menjadi tertentu, dibutuhkan analisis secara
pembahasan pokok di manapun, menyeluruh. Selanjutnya, Fairclough
hingga pada akhirnya dilakukan kajian (1995: 97; Santoso, 2003: 49) melihat
mengenai hal tersebut. wacana secara simultan sebagai (1)
teks-teks bahasa, baik lisan atau
Di berbagai teks media, tulisan, (2) praktik kewacanaan yaitu
wacana ditempatkan pada posisi produksi teks dan interpretasi teks, (3)
pertama karena mampu mewakili praktik sosiokultural, yaitu perubahan-
keinginan sebuah komunitas perubahan masyarakat, institusi,
masyarakat. Oleh karena itu, tidaklah kebudayaan, dan sebagainya yang
salah seorang penulis berita menentukan bentuk dan makna sebuah
menuangkan pikirannya dengan wacana. Ketiga unsur wacana itu
perspektif yang dimilkinya untuk disebut oleh Fairclough sebagai
mampu menarik khalayak pembaca. dimensi wacana yang harus dianalisis
Berkaitan dengan pandangan secara integral, yang dikombinasikan
deskriptif terhadap wacana, Fairclough dengan tiga dimensi metode analisis
(2003:25; 1995:135) mengusulkan wacana.
pengertian wacana sebagai bentuk
praktis sosial. Maksudnya adalah
wacana sebagai bagian dari bahasa Rumusan Masalah
juga merupakan bagian dari komunitas
sosial dan tidak keluar dari itu. Berdasarkan pembahasan di
atas, maka dirumuskan masalah, yaitu
Sebagaimana juga van Dijk, ”Bagaimanakah penggunaan kosakata
analisis Norman Fairclough dalam wacana berita tentang kasus
didasarkan pada pertanyaan Hambalang?”
bagaimana menghubungkan teks yang
mikro dan konteks masyarakat yang
makro. Fairclough berusaha Tujuan Penelitian
membangun suatu model analisis
wacana yang mempunyai konstribusi Tujuan penelitian ini adalah
dalam analisis sosial dan budaya mendeskripsikan penggunaan kosakata
sehingga ia mengkombinasikan tradisi dalam wacana berita tentang kasus
Hambalang.
analisis tekstual dengan konteks
masyrakat yang lebih luas. Titik
perhatian besar dari Fairclough
(Eriyanto, 2003:285) adalah melihat Manfaat Penelitian
bahasa sebagai praktik kekuasaan.
Secara teoretis, penelitian ini
Untuk melihat bagaimana pemakai diharapkan dapat mengukuhkan

3
pandangan analisis wacana kritis surat kabar Tribun Edisi Februari-
tentang karakteristik media massa April 2014.
dalam kaitannya dengan pihak-pihak 4. Teknik Pengumpulan Data
lain yang berkepentingan dengannya. Penelitian ini merupakan
Secara praktis, penelitian ini penelitian pustaka, maka sasaran
diharapkan bermanfaat bagi penelitian ini adalah bahan tertulis
pembinaan pengetahuan dan kepekaan yang dalam hal ini adalah tulisan-
dalam menganalisis wacana media tulisan yang berhubungan dengan
massa secara kritis dalam kajian kosakata tentang kasus Hambalang
analisis wacana ataupun dalam kajian Adapun teknik pengumpulan
wacana bahasa Indonesia. data dilakukan dengan
langkah-langkah:
a. peneliti mengumpulkan bahan-
Metode Penelitian bahan bacaan yang
berhubungan dengan berita
1. Variabel dan Desain Penelitian tentang kasus Hambalang;
b. bahan-bahan bacaan tersebut
a. Variabel penelitian kemudian dibaca secara
Pada penelitian ini, hanya berulang-ulang dan
terdapat satu variabel penelitian, diidentifikasi yang termasuk
yaitu penggunaan kosakata pada dalam kosakata yang terkait
wacana berita tentang kasus dengan kasus Hambalang;
Hambalang. c. Langkah terakhir, yaitu
b. Desain penelitian mengklasifikasikan data yang
Penelitian ini merupakan terkumpul dan
penelitian deskriptif, yaitu menginterpretasikannya.
penelitian yang berupaya 5. Teknik Anallisis Data
mendeskripsikan data apa adanya Setelah data terkumpul,
pada saat dilaksanakan penelitian. langkah selanjutnya adalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis data dengan
menggambarkan eksistensi data menggunakan teknik studi pustaka.
sebagaimana adanya. Hasil analisis dikumpulkan dan
2. Defenisi operasional variabel diklasifikasikan sesuai dengan
Adapun definisi operasional kosakata yang terkandung di
dari penelitian ini, yaitu penggunaan dalamnya. Pengklasifikasian
kosakata dalam wacana berita tentang berdasarkan aspek-aspek formal
kasus Hambalang teks, yaitu eksperensial, relasional,
dan ekspresif.
3. Data dan Sumber Data
Adapun yang menjadi data
dalam penelitian ini adalah kosakata
tentang kasus Hambalang yang
terdapat dalam surat kabar Tribun
Edisi Februari-April 2014. Hasil Penelitiam
Sedangkan sumber datanya, yaitu
Pola Klasifikasi

4
Pola klasifikasi (classification pembeliannya diduga bekaitan
scheme) berhubungan dengan kosakata dengan TPPU atau berasal dari
yang diorganisasikan dalam tipe-tipe Tindak Pidana Korupsi yang
wacana (Fairclough, 1989: 114). dilakuka oleh Anas. Sebelum
menjadi tersangka TPPU, Anas
Kosakata pengklasifikasi realitas lebih dulu menjadi tersangka
sosial-politik penerimaan gratifikasi terkait
Dalam konteks wacana politik proyek Hambalang dan proyek
di Indonesia pertengahan tahun ini lainnya.”
terkait kasus Hambalang, keberadaan
kosakata tertentu sebagai alat
mengklasifikasikan realitas dapat Pilihan kata tindak pidana
diperoleh dari keberadaan kata-kata pencucian uang dalam kasus
kuncinya. Terkait dengan kasus Hambalang selalu dikaitkan dengan
Hambalang terdapat lima kosakata Anas Urbaningrum. Hal tersebut dapat
yang menonjol digunakan untuk dilihat pada kutipan berikut.
klasifikasi realitas sosial politik, yakni
(1) tindak pidana pencucian uang, Kutipan (2):
(2) gratifikasi, (3) korupsi, (4) ”Dokter Pondok Pesantren Ali
eksepsi, dan (5) skandal . Maksum Krapyak itu diperiksa
sebagai saksi dugaan tindak
pidana pencucian uang (TPPU)
Klasifikasi dengan kata ”tindak yang menjerat mantan ketua
pidana pencucian uang” umum partai Demokrat Anas
Urbaningrum”
Keberadaan kata tindak
pidana pencucian uang (TPPU)
sebagai alat atau sarana
mengklasifikasikan realitas ini Pada proses peradilan Anas
dikaitkan dengan aliran dan alur Urbaningrum, pernyataan yang
dana marak diperbincangkan di diutarakannya ramai mendapat
berbagai media. Kata-kata yang sering bantahan dari kubu Demokrat.
digunakan dalam klasifikasi ini antara Kutipan (3)
lain tindak pidana korupsi
Klasifikasi ini banyak digunakan oleh “Dalam kesempatan yang sama
elit politik saat ini. Firman pun mengaku heran
dengan ramainya bantahan dari
Kutipan (1): kubu Demokra. Menurutnya
”Tanah di tiga lokasi tersebut pernyataan Anas adalah
disita pihak KPK karena konsekuensidari tindak

5
pidana pencucian uang yang “Firman mengklaim ada saksi
disangkakan kepada klienya. penting yang mengetahui
pemberian uang muka dari
SBY kepada Anas tersebut.
Klasifikasi dengan kata ”gratifikasi” Namun ia enggan
mengungkapkan identitas saksi
Klasifikasi terhadap realitas peristiwa.”
sosial-politik juga menggunakan kata
kunci lainnya, yakni gratifikasi. Kata- Kutipan (7)
kata yang sering digunakan dalam “Pemberian uang itu menurut
klasifikasi ini antara lain: uang Mas Anas adalah ucapan
ucapan terima kasih, pemberian terima kasih karena jasa-jasa
uang. Mas Anas selama ini
menyangkut Pemilu 2009.”

Kutipan (4):

”Penyidik KPK menjadwalkan Klasifikasi dengan kata ”korupsi”


pemeriksaan mantan Ketua Klasifikasi ketiga yang sering
Umum Partai Demokrat Anas dimunculkan adalah kata korupsi.
Urbaningrum selaku tersangka Penggunaan kata tersebut dikaitkan
kasus penerimaan gratifikasi dengan dugaan penyalahgunaan
proyek Center Hambalang dan kewenangan. Digunakannya kata
proyek lainnya di kantor KPK korupsi dalam wacana ini
Jakarta Rabu (12/2/2014) memunculkan dua nama yang sering
besok.” disebutkan.

Kutipan (8):
Kutipan (5) ”Haryono meminta Anas yang
kini ditahan kasus dugaan
korupsi terkait proyek
“... Sebelum menjadi tersangka Hambalang dan lainnya agar
TPPU Anas lebih dulu menjadi berpikir jernih sebelum
tersangka penerimaan menyampaikan informasi ke
gratifikasi terkait proyek publik”
Hambalang dan proyek
lainnya.”

Kutipan (6) Pada kesempatan lain nama


Andi Mallarangeng juga disebut

6
sebagai salah seorang terdakwa dalam ”Terdakwa kasus dugaan
kasus hambalang. korupsi Hambalang, Andi
Alfian Mallarangeng
Kutipan (9): menyinggung asal-usul free 18
”Jaksa Komisi Pemberantasan persen dalam nota keberatan
Korupsi (KPK) menyatakan (eksepsi) pribadinya.”
tetap pada surat dakwaan dan
Kutipan (12)
meminta majelis hakim
menolak nota keberatan ”Jaksa Komisi Pemberantasan
(eksepsi) penasihat hukum Korupsi (KPK) menyatakan
Andi Alfian Mallarangeng. .... tetap pada surat dakwaan dan
Karena itu, papar jaksa Irene meminta majelis hakim
tedakwa telah terbukti menolak nota keberatan
bersama-sama melakukan (eksepsi) penasehat hukum
tindak pidana korupsi terdakwa Andi Alfian
sebagaimana surat dakwaan.” Mallarangeng.”

Klasifikasi dengan kata ”eksepsi” Klasifikasi dengan kata ”skandal”


Klasifikasi ini melingkupi Klasifikasi kelima yang perlu
eksepsi yang merupakan nama lain dikemukakan pada bagian ini adalah
dari nota keberatan. Kata tersebut klasifikasi dengan kata skandal.
digunakan oleh Andi Mallarangeng
sebagai pengganti dari kata nota Kutipan (13):
keberatan.
”Dari bacaan saya tentang
Kutipan (10): kesaksian dalam BAP orang-
orang yang diduga terlibat
”Jaksa begitu memaksakan dalam skandal Hambalang
sebuah cerita, bahwa saya asal-usul free 18 persen
sebagai mempora telah tersebut sebenarnya tidak
melakukan pelanggaran hukum sederhana” kata Andi.”
menyalahgunakan kewenangan
saya “kata Andi Mallarangeng
saat membacakan nota
keberatan (eksepsi) di
Pengadilan Tipikor, Jakarta,
Senin (17/3/2014).”
LEKSIKALISASI
Kutipan (11)

7
DALAM WACANA POLITIK Jika selama ini kata korupsi
lebih banyak didayagunakan dan
Leksikalisasi (lexicalization) dipopulerkan oleh perorangan, dalam
merupakan istilah yang dipergunakan perkembangan selanjutnya kata
oleh Halliday (1978; 1979) dan Fowler korupsi dipergunakan oleh banyak
(1985; 1986). Fairclough (1989; 1995) elite politik yang beragam. Muncullah
menggunakan istilah ”pengataan” kata-kata: antikorupsi, bersih dari
(wording) yang sejajar dengan istilah korupsi.
leksikalisasi ini. Terdapat dua bentuk
”pengataan”, yakni ”pengataan Kata korupsi selanjutnya
kembali” (rewording) dan ”kelebihan berkembang dalam berbagai bidang
kata (overwording atau kehidupan. Dalam pemilihan seorang
overlexicalization). Tujuan kajian kepala daerah atau kepala sebuah
terhadap leksikalisasi pada wacana instansi, misalnya, salah satu kriteria
politik era pasca Orde Baru adalah yang selalu dimunculkan adalah
untuk memperoleh gambaran dan bersih dari korupsi atau tidak
pemahaman yang komprehensif terlibat korupsi.
tentang pendayagunaan berbagai
kosakata yang menjadi karakteristik
wacana politik era pasca Orde Baru Kesimpulan
yang membedakannya dengan era
sebelumnya Temuan penelitian menjukkan bahwa
ada beberapa kosakata yang sering
Kosakata utama yang pertama digunakan dalam ‘Kasus Hambalan’
muncul yaitu ‘tindak pidana pencucian uang’
Kosakata utama yang pertama yang dikaitkan dengan aliran dana dan
muncul adalah kasus hambalang dan alur dalam dalam kasus Hambalang.
korupsi. Kata kasus hambalang dan Kosakata ‘gratifikasi’ digunakan
korupsi, misalnya, adalah dua kata dalam klasifikasi ini untuk
yang sebenarnya bersifat generik yang mengungkapkan arti ucapan terima
tidak menunjuk kepada suatu masa kasih dan pemberian uang. Kosakata
tertentu. Secara leksikal, kata kasus ‘korupsi’ dikaitkan dengan makna
hambalang memiliki arti ’penerimaan penyalahgunaan kewenangan.kosakata
hadian terkait proyek hambalang’, ‘eksepsi’ melingkupi kata lain yaitu
sedangkan kata korupsi memiliki arti ‘nota keberatan’. Kosakata terakhir
‘penyalahgunaan dana terkait proyek dalam pengklasifikasian ini yaitu
Hambalang’. ‘skandal’ yang dikaitkan dengan kasus
Hambalang.

Perkembangan kata ”korupsi”

8
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis; The Critical Study of Language. New
York: Longman Publishing.

---------. 2003. Language and Power; Relasi Kekuasaan dan Ideologi. Dialihbahasakan oleh
Indah Rohmani-Komunias Ambarawa. Malang: Boyan Publishing.

Jufri. 2007. Analisis Wacana Kritis Teori dan Praktik. Makassar: Universitas Negeri Makassar

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Santoso, Anang. 2003. Bahasa Politik Pasca-Orde Baru. Jakarta: Wedatama Sastra.

Anda mungkin juga menyukai