Anda di halaman 1dari 53

KAJIAN GENRE

LANJUT
Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.
Program Doktor Linguistik
Sekolah Pascasarjana USU

1. Pendahuluan

Pada dekade ini kajian bahasa adalah kajian bahasa-dalamkonteks yaitu memahami bagaimana pengguna bahasa
menggunakan bahasa ketika berinteraksi baik secara lisan maupun
tulisan, menerjemahkan konteks-konteks sosial dimana pengguna
bahasa hidup, dll., dan hubungan bahasa dengan konteks adalah
realisasi bahasa sebagai sebuah sistem semiotik sosial. Bahasa
meminjam sistem semiotik lain sebagai alat ekspresinya yaitu
konteks register, genre dan ideologi. Artinya bila mengkaji bahasa,
interpretasi difokuskan di lingkungan teks, konteks situasi (register),
konteks budaya (genre) dan konteks ideologi yang kesemuanya ini
berhubungan dengan ciri linguistik teks (bahasa).

Bahasa adalah bagian budaya masyarakat dan genre adalah ragam


bahasa sebagai produk dari budaya masyarakat tersebut. Pengikut
aliran sistemik mengenal genre sebagai konteks budaya suatu proses
sosial yang bertahap dan berorientasi pada tujuan. Anak-anak sebagai
anggota masyarakat menulis genre secara bertahap. Pemerolehan
genre anak-anak diawali dengan pembekalan dengan pengetahuan
menyusun paragraf menggunakan ejaan yang benar, pelatihan
mengkomunikasikan gagasan dan pesan secara tertulis dan sampai
kemudian pada pengajaran mengarang dari mulai ragam cerita
sampai kepada jenis genre eksposisi. Walau penjabaran pikiran anakanak sederhana namun terencana dan mereka tetap terlibat dalam
proses berolah-pikir dan berolah-rasa dengan intensitas memadai
sesuai dengan tingkat kemampuan akademis mereka.

Ada dua jenis pembagian utama genre yaitu genre cerita seperti narasi,
kisah, anekdot, dll dan genre faktual seperti eksposisi, deskripsi, prosedur,
diskusi, dll. Setiap jenis genre masing-masing mempunyai ciri-ciri dan polapola sendiri. Martin (1984) menggunakan istilah struktur skematika untuk
merujuk kepada pola keseluruhan dan keterorganisasian di dalam wacana
lisan dan wacana tulisan. Struktur skematika biasanya bervariasi namun
yang dasar ialah yang mempunyai pendahuluan, isi dan penutup.
Pengalaman adalah representasi fungsi bahasa (klausa) yang direalisasikan
oleh sistem transitivitas bahasa (klausa). Dunia realitas luaran yang dibawa
ke dalam dunia realitas dalaman dalam alam sadar seseorang, diproses
dalam sistem transitivitas bahasa yang diinterpretasi kan sebagai proses
yang sedang terjadi dan berhubungkait dengan gerak, kejadian-kejadian,
kondisi dan hubungan-hubungan materi.

Halliday (1985b, 1994) mengkategorikan sistem ini dalam 3 jenis proses


yang utama yaitu material (proses pengalaman luaran), mental (proses
pengalaman dalaman dan internal), dan relasional (proses yang
menghubungkait unsur pengalaman dengan unsur lain); dan 3 jenis proses
tambahan yaitu behavioural (proses yang menggabungkan gerakan dengan
mental dan keadaan psikologis), verbal (proses yang memperlihatkan
hubungan simbolik dengan gerakan berbahasa), dan eksistensial (proses
yang memperlihatkan keberadaan atau kewujudan sesuatu hal yang terjadi).
Nilai proses itu sendiri mempunyai 3 komponen di dalam sistem transitivitas
yaitu proses, partisipan dan sirkumstansi.
Proses yang sedang terjadi adalah sistem semiotik bahasa yang
mempunyai kaitan dengan sistem semiotik konteks situasi (register), konteks
budaya (genre) dan konteks ideologi. Di dalam makalah ini penulis hanya
mengaitkan analisis proses dengan konteks budaya atau genre yaitu suatu
proses sosial yang bertahap dan berorientasi pada tujuan.

Hubungan ketiga strata bahasa dengan ketiga sistem semiotik lainya diatur
seperti dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1: Bahasa dalam hubungannya dengan semiotik konotatif (Martin: 1984)

Ideologi
Genre
Register
Wacana : leksikogrammar : fonologi
teks klausa

BAHASA

bunyi'/silaba

Abstrak

Analisis genre akademik ini memfokuskan perhatian kepada


lingkup akademis atau profesional dalam menganalisis genre
(variabel konteks budaya) yaitu suatu proses sosial yang
bertahap, berstruktur dan berorientasi pada tujuan yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Penggunaan bahasa akademik untuk mencapai tujuan
komunikasi dan pembelajaran.
Memberi struktur generik/skematika yang dinamis untuk
mencapai satu tujuan.
Memusatkan perbedaan-perbedaan khusus pada tingkat
penggunaan bahasa akademik.
Metode analisis struktur generik/skematika genre akademik
adalah wacana lisan atau tulis pada tingkat sekolah dasar,
menengah dan pendidikan tinggi dengan menerapkan modelmodel Sinclair & Coulthard, Swales, Martin, Christie, Sinar, dll.

1. Latar Belakang

Secara historis pengertian Analisis Genre sebagai variabel


konteks budaya pada tingkat semiotik konotatif bahasa. Istilah
konteks diperkenalkan oleh Malinowski (1953:213) seorang
pakar antropologi budaya Universitas London yang melakukan
penelitian budaya dan bahasa Kiriwinia pada tahun 1923 di
gugusan pulau Pasifik Selatan yaitu Kepulauan Trobriand.
Malinowski dapat berbahasa Kiriwinia sehingga ia dapat
menafsirkan dan menjelaskan secara rinci pikiran-pikiran tentang
kebudayaan Trobriand dalam hasil penelitiannya. Teks-teks yang
dikumpulkan dalam bahasa daerah tersebut sukar dicari kata
padanannya dalam bahasa Inggris. Untuk itu ia menciptakan
istilah konteks situasi (1923) untuk mengungkapkan makna di
lingkungan teks. Menurutnya bahwa interaksi konteks sosial
terjadi dalam dua strata yaitu strata konteks situasi dan konteks
budaya dan menganggap bahwa teks (yang disebutnya sebagai
ujaran) hanya bisa dipahami jika berkaitan dengan dua strata ini.

Kolega beliau di Universitas London seorang pakar linguistik


J.R. Firth sangat tertarik pada kajian Malinowski tentang
budaya dihubungkaitkan dengan bahasa, dengan demikian ia
memakai teori konteks situasi Malinowski di dalam
menganalisis teks dan sejak itu menjadi salah satu kajian
bahasa. Pada tahun 1935 ia menulis makalah linguistik
tentang makna dalam teks merupakan fungsi dalam konteks.
(Firth: 1935).
Tahun 1964 Halliday dan Gregory dkk mahasiswa Firth di
Universitas London meneruskan pandangan Firth dan
menamakan teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang
menegaskan konteks situasi (register) ditinjau dari kerangka
konseptual mempunyai tiga pokok bahasan yaitu medan
(field), pelibat (tenor) dan sarana (mode). Medan, sarana dan
pelibat adalah prinsip-prinsip yang digunakan untuk memberi
tafsiran konteks situasi teks:

1.

2.

3.

Medan wacana adalah seluruh kejadian-kejadian yang


sedang dilakukan orang termasuk di dalamnya tajuk atau
topik yang sedang dibicarakan aktifitas yang bertujuan
untuk apa suatu tindakan dilakukan demikian.
Sarana wacana adalah media yang dipilih partisipan
untuk mengadakan interaksi baik dengan menggunakan
bahasa lisan maupun tulisan, secara spontan ataupun
terencana, dan jenis genre atau sarana retoris dapat
sebagai narasi, didaktis, persuasif, basa-basi, dan
sebagainya.
Pelibat wacana adalah jenis peran interaksi antara
partisipan ketika berhubungan dengan lawan bicara di
dalam hubungan sosial, jenis-jenis hubungan dapat
berupa permanen atau sementara tuturan yang dilakukan
antar-pelibat.

Generasi penerus LSF adalah Martin (1984) mengatakan bahwa di


dalam setiap interaksi sosial, kegiatan berbahasa yang dilakukan
manusia atau masyarakat dalam suatu budaya tertentu yang
mempunyai struktur, tahapan, tujuan atau sasaran yang khas dan
kekhasan tersebut menjadi budaya teks dan kemudian menjadi
salah satu dari faktor-faktor yang memotivasi dan menentukan
perkembangan interaksi sosial. Konsep Martin (1984) tentang genre
ini sangat dipengaruhi oleh teori konteks sosial bahasa Halliday
(1978, 1989) bahwa konteks sebagai the total environment in which
the texts is unfolds (lingkungan total di mana teks di pahami) dan
mengembangkan konsep konteks Malinowski (1953:213) the
meaning of any sifnificance word, sentence or pharase is the
effective change brought about by the utterance within the context of
the situation to which it is wedded (makna dari beberapa kata
tertentu, kalimat atau frasa adalah perubahan yang efektif yang
diakibatkan oleh ujaran dalam konteks situasi yang saling berkaitan).

Perkembangan penelitian yang dilakukan Martin di


Australia beberapa tahun kemudian, menghasilkan
bahwa register dan genre adalah komponen yang
masing-masing berbeda dan sejak tahun 1984 Martin
dan kawan-kawan memisahkan unsur struktur teks
dari variabel konteks situasi dan sebagai realisasinya
mereka menamakan unsur struktur teks sebagai genre
sebagai variabel konteks budaya. Pemisahan antara
register sebagai sistem semiotik konteks situasi
dengan genre sebagai sistem semiotik konteks budaya
membawa suatu penemuan penting dalam
perkembangan teori Sistemik Fungsional.

Selanjutnya Martin, Christie & Rothery (1987,


59) mengatakan sebagai berikut:

Genre are referred to as social processes because


members of a culture interact with each other to
achieve them; as goal oriented because they have
evolved to get things does; and as staged because it
usually takes more than one step for participants to
achieve their goals (Martin, Christie & Rothery 1987,
59).

Kemudian pakar Linguistik Sistemik Fungsional di universitas


Macquarie Hasan pada tahun 1977 menerbitkan artikel tentang
struktur teks yang berfokus pada genre surat lamaran pekerjaan.
Langkah langkah yang diharuskannya dalam genre ini adalah
identification (identifikasi) ^ Application (aplikasi-surat lamaran) ^
Offer (tawaran) ^ Confirmation (konfirmasi). Karya Hasan (1984,
1985) Structure of nursery tales dan Australian service
encounters menggunakan model umum variabel register yang
diperkenalkan Halliday menjadi analisis genre sangat popular.
Pandangan dasar analisis genre adalah bahwa bahasa sebagai
teks hanya dapat dijelaskan melalui sistematisasi konteks situasi.
Pada analisis ini Hasan mengkaji stuktur teks dan mengatakan
pandangannya bahwa bahasa sebagai teks hanya dapat
dijelaskan dalam hal sistematisasi konteks situasi namun posisi
genre lebih tepat dibicarakan pada konteks situasi dalam
posisinya sebagai sarana wacana. Model Hasan (1977, 1978)
tentang struktur genre ini dipengaruhi oleh karya Mitchell
(1956/1975).

Meskipun banyak perkembangan terjadi di seluruh dunia


terhadap analisis genre, konsentrasi sistemik fungsional
adalah menciptakan pemahaman dalam kerangka
pembelajaran bahasa. Pendekatan ini menunjukkan
pemahaman pengulangan konfigurasi arti, menggunakan
konsep Halliday dalam Functional Grammar Of English
(Halliday 1985) dan juga karya Martin Discourse
Semantics (Martin 1992). Karakteristik paling menonjol
dari pendekatan LSF ini bahwa genre dibangun dalam
kerangka teoritis yang menggunakan pelbagai acuan
deskripsi arti yang lebih kaya dan luas dari pada yang
pernah ada sebelumnya.

2 Analisis Genre Akademik

Analisis genre adalah kombinasi analisis linguistik, sosiolinguistik,


etnografi, psikologi, ilmu komunikasi serta budaya yang timbul dari
anggota masyarakat pengguna bahasa. Sesuai judul artikel ini, penulis
akan meninjau analisis genre akademik untuk menjawab permasalahan
bahwa dalam lingkup wacana tertentu bahasa digunakan seseorang
sebagai bagian budaya masyarakat akademik dan genre sebagai ragam
bahasa adalah produk dari budaya masyarakat tersebut. Bahasa umum,
bahasa resmi, bahasa terbatas (berciri kesederhanaan
gramatika/penggunaan imperative singkat yang banyak/tidak lengkap)
dan sandi terurai (kompleksitas/ kelengkapan gramatikal). Lalu
penggolongan (kurikulum perilaku disusun) dan perangkaan (sedikit
pilihan yang dilakukan guru). Kajiannya menunjukkan bagaimana
perubahan dalam pola-pola ujaran terpadukan dalam sistem.
Dengan kata lain, penulis/penutur dari suatu kelompok budaya
menggunakan bahasa, mengadakan interaksi secara sosial dan menjadi
penghasil genre akademik dengan cara, ragam dan gaya khas akademik.

Lingkup pembahasan genre akademis atau


profesional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

Penggunaan bahasa untuk mencapai tujuan


komunikasi.
Memberi penjelasan ragam dinamis untuk mencapai
satu tujuan.
Menganalisis wacana dan struktur generik/skematika
proses pengajaran secara lisan atau tulis sebagai
bahasa akademik pada tingkat sekolah dasar,
menengah dan pendidikan tinggi.
Memusatkan perbedaan-perbedaan khusus pada
tingkat penggunaan bahasa akademik.

Ada empat kompetensi yang harus dibangun untuk


menganalisis genre akademik yaitu memahami penanda
khas, terbiasa dengan ragam kedinamisan genre,
termasuk bentuk-bentuk retorik dan isi, konteks spesifik
yang digunakan dalam respon mereka serta kecakapan
di dalam berbicara atau menulis sebagai berikut:
a. Pengetahuan tentang Kode/Penanda akademik
Untuk memahami kode tentunya perlu membangun
kemampuan komunikasi dalam wacana sehari-hari,
karena itu kebanyakan program-program bertujuan
untuk mencapainya. Akan tetapi, pengetahuan yang
hampir sempurna tentang kode bukanlah keharusan
dalam keberhasilan AGA, walaupun itu menjadi satu
keyakinan umum di antara para pendidik/peserta didik
atau peminat bidang pendidikan.

b.

Pemerolehan Pengetahuan Genre


Dalam komunikasi tertentu, seseorang harus paham
tentang tujuan komunikasi dalam wacana itu serta
paham juga tentang tujuan komunikasi penggunaan
ragam genre akademik. Karena itu seseorang perlu
sadar akan prosedur retoris yang cocok, tepat dalam
komunitas wacana yang melibatkan mereka.
Partisipan perlu untuk memperoleh pengetahuan
genre, prosedur serta tujuan sosial untuk menjadi
lebih baik dalam meningkatkan pemahaman mereka.

c. Kepekaan Terhadap Struktur


Partisipan juga perlu menjadi terbiasa dengan bahasa yang
digunakan untuk mencapai semua tujuan ini, dan ini akan
menjawab tuntutan dalam konteks atau situasi tertentu sehingga
perubahan di dalam prakteknya juga menjadi terbiasa bagi mereka.
Selain itu, seorang partisipan juga perlu pengetahuan yang lebih
jauh tentang kode. Adanya penggunaan sumber-sumber
leksikogramatika yang saling meliputi dalam konteks khusus,
sehingga pembelajar akan sadar tentang aspek-aspek yang
terbatas dari kode-kode linguistik sebagai tambahan kepada
pemahaman umum yang dia peroleh.
d. Pemanfaatan Pengetahuan Generik
Setelah partisipan memahami tentang berbagai hal dimana mereka
bisa menggunakan ataupun menginterpretasikan satu wacana
khusus dengan bebas, maka pemanfaatannya adalah untuk
mencapai kesuksesan pragmatis dalam konteks yang sangat
khusus.

3 Materi Genre Akademik

Materi genre akademik pada umumnya berbasis


pendekatan aksi yaitu difokuskan pada teks tulis atau
wacana interaksi kebiasaan atau tata cara proses
pembelajaran sehingga sangat diutamakan metode
perekaman untuk mendapatkan situasi linguistik yang
otentik (authentic text-based data). Dalam proses
pembelajaran, diperlukan suatu penjelasan-penjelasan
faktor-faktor linguistik yang digunakan untuk tujuan
menolong pembelajar menggunakan bahasa lebih
efektif dalam lingkup profesional dan akademis
sebelum dilakukan perekaman atau penulisan teks.

Materi genre akademik yang lainnya menganalisis struktur


proses pembelajaran dalam kelas seperti di sekolah dasar
dan menengah atau materi kuliah mahasiswa sarjana atau
program pascasarjana untuk kelas para profesional dari
berbagai bidang bahasa/linguistik, kedokteran, industri,
manajemen dan institusi birokrasi dan lain-lainnya.
Sebagai contoh kuliah di pascasarjana, partisipan diminta
membaca, memahami, menginterpretasikan dan kadangkadang menulis dokumen dan berbagai keperluan seperti
peraturan-peraturan, keputusan legislatif, kontrak dan
kesepakatan dengan atasan mereka atau kepada anggota
masyarakat umum sebagaimana aktifitas mereka seharihari di tempat pekerjaan mereka.

1.

2.

3.

Para partisipan dituntut untuk mendalami berbagai kemampuan


dan ketrampilan seperti:
Kemampuan memahami mengapa teks bermakna demikian
misalnya menganalisis dokumen resmi MOU/MOA mahasiswa
diminta memahami mengapa dokumen itu ditulis sedemikian
rupa, apa tujuan dan target tekt dokumen itu, bagaimana struktur
skematika/generik teks dokument MOU/MOA, dll.
Kemampuan memahami bagaimana suatu teks/dokumen dibuat,
dipahami dan digunakan.
Kemampuan membaca dan menjelaskan teks/dokumendokumen resmi untuk kepentingan masyarakat tertentu atau
umum. Dengan demikian genre akademik dapat mencapai
tujuan dan juga partisipan percaya diri dan peka akan
penggunaan gaya atau kesadaran retoris yang sesuai dengan
keahlian atau ketrampilan penguasaan genre mereka.

Analisis genre akademik ini menggunakan metode-metode


pendekatan pada pola pengajaran penulisan akademik untuk
disiplin ilmu yang berbeda dan keterkaitannya dengan 2 hal pokok
yaitu: karangan ilmiah, dokumen penting dan tesis.
Analisis genre akademik di Inggris banyak dipengaruhi teori
fungsional Halliday sedangkan analisis wacana di Amerika
menggunakan tradisi ethnometodologi yang menekankan pada
metode riset pada observasi terbuka dari sekelompok orang yang
berkomunikasi secara alamiah dan menilai tipe-tipe wacana saatsaat bicara seperti pada story telling, kebiasaan tegur sapa
(greeting ritual) dan perdebatan verbal dalam lingkungan kultur
yang berbeda.
Analisis genre akademik membuka/menjelaskan interaksi lisan
maupun tulisan yang tujuannya adalah agar penutur sampai pada
pengertian yang lebih dalam, bagaimana, seperti apa, ucapanucapan yang alamiah dan wacana tulisan dan lisan sebenarnya
yang akan berbeda-beda dalam sumber buku penulis, dan
intuisinya, dan yang selalu diikuti oleh penilaian awal
(prejudgement).

4 Beberapa model pedagogi analisis genre


akademik
4.1 Model Sinclair and Coulthard dkk

Model analisis wacana Sinclair and Coulthard (1975) dari


Universitas Birmingham mengembangkan interaksi dalam kelas
secara menyeluruh dari awal pembuka kata sampai di akhir penutup
kata yang dibagi di dalam tingkat dan strata (level and ranks). Ada
tiga tingkat interaksi dalam kelas yaitu organisasi bukan linguistik
(organisasi pedagogis), tingkat wacana dan tingkat gramatika.
Setiap tingkat mempunyai beberapa strata. Tingkat organisasi
pedagogi memiliki tiga rank yaitu mata pelajaran (rank paling atas),
periode dan topik (rank paling bawah).Tingkat wacana mempunyai 5
strata yaitu mata pelajaran (lesson), transaksi (transaction),
pertukaran (exchange), gerak (move) dan babak (act). Tingkat
gramatika mempunyai 5 rank yaitu kalimat (sentence), klausa
(clause), grup (group), kata (word), dan morfem (morpheme).

Sinclair dan Choulthard menulis suatu model urutan unit wacana


(Hierrarchy of discourse unit) sebagai berikut:
Percakapan guru dan murid.
Interaksi dokter dengan pasien
Pelayan di counter
Wawancara
Debat
Negosiasi bisnis
Monolog
Struktur pertukaran dalam kelas Sinclair dan Coulthart
Diekspresikan melalui inisiasi oleh guru, jawaban oleh siswa dan
tindak balas guru.

Unsur batas dinamakan frame yang dilanjutkan dengan


fokus. Framing words seperti nah, sekarang, digunakan
untuk membuka pembicaraan baru (kata pembuka). Apabila
ada pertanyaan dan jawaban disebut transaksi dan
menutup percakapan kita jawaban baiklah. Okey . Jika
demikian..(intonasi menurun) disebut framing transaction.
Sinclair dan Brazil (1982: 49) menyebut pembicaraan awal
sebagai inisiasi (initation), dilanjutkan dengan jawaban
(respond) dan tindak balas ( follow up)
Gerak (Move)
Pertukaran I
Inisiasi
Guru : Mengapa manusia perlu makan?
Jawaban Murid : supaya bisa hidup
Tindak balas
Guru : Ya. Supaya bisa hidup.

Jenis
pertuk
aran

Gerak Pembuka

Babak

Batas

Nah.

penanda

(Rangka)

Ibu akan beri beberapa Pernyataa


kata...
n meta
dan ibu mau kalian
katakan kata apa
itu?
Elisitas

Ada yang tau apa yang


dikatakan?

Elisitas
Angkat
tangan

Gerak
Babak
Jawa
b

Tindak
lanjut

Babak

Pertukaran II
Inisiasi
Guru
: Besok kita menyambut Bapak Mendiknas
datang
Jawaban
Murid : Ya bu
Tindak balas
Guru
: Okey. Kalian harus datang jam 7 pagi dan
tak boleh terlambat!

Sinclair dan Coulthard (1975: 26-7) mengatakan ruangan kelas bukanlah


dunia percakapan yang nyata, tetapi suatu tempat yang direkayasa, dimana
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang jawabannya mereka
sudah tahu. Dalam hal ini murid memiliki hak yang sangat terbatas sebagai
pembicara. Jawaban murid (berupa jawaban dari sebuah pertanyaan)
selanjutnya dievaluasi oleh guru dan ini merupakan suatu mekanisme yang
sangat penting dalam analisis karena di dalamnya mempunyai struktur
wacana. Selain itu guru dapat mengevaluasi out put keluaran dan pelajaran
sekolah untuk analisis percakapan di dalam ruangan guru. Jadi Sindair dan
Coulthard menganalisis struktur wacana kelas untuk mengetahui pola, gerak
dan pertukaran peran partisipan.

Percakapan di luar ruangan kelas tingkat kerapian strukturnya berbeda.


Namun demikian, percakapan yang nampak pada pertama kali bebas dan
tidak berstruktur sering bisa ditunjukkan memiliki struktur; yang berbeda
adalah jenis label tindakan percakapan yang dibutuhkan untuk
menggambarkan apa yang terjadi, fungsi dari bagian gerak, langkah individu
yang ditemukan untuk mengembangkan dan terus menerus memodifikasi
model Sinclair dan Coulthard.

(1)
A :
Halo Yusuf, tadi kamu menelefon ya?.
Y :
Ya, Anto bisa nolong aku nggak?
A :
mm.nolong apa ya
Y :
Begini,.saya memesan 2 tiket untuk nonton opera, tapi
mereka
minta membayar dengan kartu kredit, saya gak punya. Karena itu saya
minta tolong kamu kan kamu punya kartu
kredit, setelah kamu gosok
saya akan langsung bayar cash ke
kamu. Bisa gak?
A :
Okelah boleh aja, tapi aku gak bisa sekarang ada jam
matematika, nanti pas makan siang ya, kita jumpa di kantin.
Y :
Aduh kamu baik sekali, makasih ya sampai jumpa sekitar
pukul 12an.
A :
Gak apa-apa kan bantu teman. Oke sekitar jam 12san. Yuk.
Y :
Sekali lagi makasih banget ya.

Dalam contoh di atas kedudukan A dan Y


sejajar dalam bagian interaksi. Mereka masingmasing mempunyai hak untuk memulai,
meneruskan, dan menindaklanjuti dalam
interaksi mereka. Percakapan di atas bukanlah
semata-mata sesi tanya-jawab, Y
menginformasikan pada A bahwa dia perlu
bantuan dan A menanggapi informasi.

Ada pola yang dapat diamati dari percakapan di atas:


1. Urutan dimulai dan dibuka dengan mekanisme framing.
2. Setelah salam pembuka, Yusuf, berhenti sejenak dan suaranya
mengarah ke nada yang lebih tinggi: Titik nada dipakai sebagai
signal batasan dalam pembicaraan, dalam hal ini menandai
pembukaan dari bisnis utama percakapan.
3. Memulai bisnis percakapan dengan memberikan latar belakang
terhadap apa yang akan dikemukakan (begini, saya memesan..)
Tindakan percakapan di atas disebut Starter.
4. Mengembangkan elisitas (bagian utama percakapan) dengan
beberapa komentar (mereka meminta pembayaran dgn kartu
kredit)
5. Jawab dari lawan bicara dan tindak lanjut dinamakan elisitasi.
6. Adanya faktor-faktor kesopanan dan kepekaan secara kompleks
percakapan di luar kelas memiliki urutan inisiasi, jawaban dan
tindak balas (follow up) yang membentuk pertukaran penting sama
seperti di ruang kelas, misalnya sebagai berikut:

(2)
B :
Sekarang buka halaman 7
P :
(serentak). Ya bu...
B :
Bab ini adalah tentang gerakan alam
P :
apa itu gerakan alam, bu?
B : ya...ya dengar sekarang.
(3)
A :
B :
A :

Bu sudah jam lima bu


Jam Lima? Oh sudah waktunya kelas berakhir
Iya bu.

Ada beberapa kemungkinan yang bisa mengisi contoh (2) selain


ya...ya...dengar sekarang, maka guru juga dapat memberi semangat kepada
murid untuk bertanya lebih lanjut dengan mengatakan, Pertanyaan yang
bagus! Demikian juga bagian ketiga A memberitahu guru sudah jam lima
maksudnya waktu mengajar sudah selesai.
Pada topik ini dibicarakan bagaimana suatu bisnis percakapan
mempengaruhi perilaku dari partisipannya. Misalnya pada topik
pembicaraan di dalam kelas telah disinggung bahwa murid/mahasiswa
mempunyai hak bicara yang sangat terbatas dalam berbicara/menjawab.
Namun situasi seperti itu akan berubah pada pembicaraan di luar ruangan
kelas. Dalam situasi ini penutur maupun lawan tutur sama-sama mempunyai
hak yang setara untuk berbicara, menjawab dan saling membagi informasi.
Untuk kepentingan di atas, seseorang harus mampu menempatkan dirinya,
berperilaku dan bekerja sama dalam manajemen wacana. Misalnya,
bagaimana pengambilan giliran, bagaimana pembukaan dan penutupan
percakapan dipengaruhi, bagaimana topik masuk dan menghilang dari
percakapan, dan bagaimana pembicara terlibat dalam tindakan strategis
kesopanan, preservasi wajah dan sebagainya.

4.2 Model Pedagogi Martin, Rothery, Christie dkk.

Hal-hal yang relevan di sini pertama adalah bagaimana aturan


pengajaran berdasarkan analisis genre yang seharusnya. Kedua
adalah cakupan area yang menjadi tempat pengajaran dari
penulisan akademi kepada bukan penutur asli berbeda dengan
pengajaran yang serupa bukan penutur asli.
Kebanyakan materinya terlihat mengikuti rumusan dari
pendahuluan bentuk dan kebanyakan genre, seperti sebagai
pendahuluan dan diskusi. Latihan-latihan berkembang yang
melibatkan beberapa jenis dari analisis genre kecil pada sebagian
murid.
Faktor penting untuk dilihat di sini adalah seberapa jauh
pengalaman yang dimiliki murid-murid tentang menulis baik sebagai
penutur bahasa pertama atau bahasa kedua.

Murid-murid yang telah memiliki pengalaman tentang menulis keadaannya


sangat berbeda. Mereka telah mengerti akan pola pikir kerangka penulisan
hanya sedikit kewaspadaan murid-murid diharapkan mengembangkan
kepekaan untuk menjalankan ketetapan-ketetapan itu untuk
mengembangkan ekspresi individu dan pengaruh mereka pada disiplin ilmu
tersebut.
Kajian Christie mengadopsi kerangka LSF dalam aktifitas pembelajaran
dalam kelas. Data penelitiannya dikumpulkan di Sekolah Normanbury di
Australia. Pada tataran konteks, dia menggunakan model situasi Martin
analisis genre dan pada tataran analisis linguistik dia mengadopsi model
Halliday. Genre yang dikaji adalah "morning news activity show and tell",
yaitu suatu kegiatan murid yang melakukan kegiatan membawa sesuatu
benda dan menceritakannya kepada teman-teman sekelasnya sebelum
pelajaran pagi dimulai. Dalam analisisnya aspek, cirri dan dimensi genre,
register dan bahasa dikaitkan dengan struktur skematika Martin dan model
fungsional semantik Halliday yaitu analisis klausa. Struktur skematika
potensial untuk kegiatan genre morning news seperti yang dikutip di bawah
ini.

Gambar 1: Control in Morning News Genre


(Christie, 1989: 124)

(C------------------------------------------------------------------------)
LI ^ [ M N N ^ ( M N G R ) ^ M N G I ^ M N F ]* ^ L C,
C--------- represents Control
LI represents Morning News Nomination
MNGR represents Morning News Greeting
MNGI represents Morning News Giving
MNF represents Morning News Finish, and
LC represents Lesson Closure
* represents recursion
^ represents sequence and ( ) indicates optional status.

4.3 Model Analisis Struktur Fase Sinar (2002)

sebagai kerangka konseptual dan menerapkan model Gregory


dalam menganalisis wacana. Beberapa waktu yang lalu konstruksi
situasional yang diciptakan Gregory (1985, 1988) adalah model
pelibat fungsional (functional tenor) yang beroperasi pada tataran
register khususnya dalam pembahasan pelibat fungsional wacana.
Dalam kajiannya, Young tetap mengekalkan batasan pelibat. Ia
belum dapat menerima pendapat Martin lokasi pelibat fungsional
pada strata yang lebih tinggi dalam semiotik konteks budaya karena
menurutnya pelibat fungsional harus dipaksakan penempatannya
dalam hubungan interaktif konteks register. Pelibat fungsional
menghasilkan pilihan kode yang khusus dan tidak dianggap
menjadi realisasi fungsi multi dibandingkan dengan konstruksi
situasional yang lain.

Temuan penelitian Sinar (2002) dalam disertasi Ph.D mengadopsi model


TLSF Young (1990) menganalisis wacana kuliah. Perbedaan dengan Young
adalah model Sinar memperlihatkan bahwa struktur fase dalam wacana
kuliah-dalam-teks sangat dinamis antara fase atau sub-fase. Wacana kuliah
berkembang dalam tahapan dinamis sub fase atau fungsi mikro yang dipilih
berdasarkan fungsi-fungsi klausa yang terdapat dalam wacana kuliahdalam-teks. Sinar menemukan bahwa dalam struktur wacana kuliah
linguistik terdapat 5 unsur fase dan 26 sub-fase. Model yang dikembangkan
Sinar melibatkan 2 (dua) tingkat fenomena semiotik yaitu: tingkat fungsi
makro atau fase dan tingkat fungsi mikro atau sub-fase. analisis tingkat
fungsi mikro yang memfokuskan pada sub-fase. Karena aspek-aspek ini
secara fungsional saling bertalian, aspek-aspek fase dan sub-fase saling
dikombinasikan antara satu fase/sub-fase dengan fase/ sub-fase lainnya.
Sinar memperkenalkan istilah Wacana kuliah-dalam-teks (disingkat WKT)
yang maksudnya adalah suatu aktifitas wacana situasional dan fungsional
akademis yang direalisasi dalam transkripsi teks kuliah. WKT mempunyai
tujuan dan sasaran global yaitu untuk mentransfer ilmu pengetahuan,
informasi intelektual atau ketrampilan.

4.3.1 Fase atau fungsi makro

Table : Jenis fase WKT (Sinar, 2002).


Number

Phase Types

Consent (CT)

Discourse structuring (DS)

Substantiation (SU)

Conclusion (CO)

Evaluation (EV)

Untuk menempatkan konteks frekuensi kehadiran fase dan subfase dalam wacana kuliah yang dimaksud di atas, perlu terlebih
dahulu mempunyai kesamaan persepsi dengan memberikan
definisi untuk 5 (lima) istilah fase yaitu: Consent (CT) atau
Persepahaman (PS), Discourse structuring (DS) atau Penstrukturan
Wacana (PW), Substantiation (SU) atau Substansi (SU),
Conclusion (CO) atau Simpulan (SP) dan Evaluation (EV) atau
Evaluasi (EV).
1. Persepahaman (PS) digunakan dalam analisis fase (phasal
analysis) WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi
makro yang bertujuan memberi atau menyambut salam
pembuka/penutup, sapaan hormat atau pernyataan maaf untuk
menciptakan dan menjaga keharmonisan hubungan di antara
dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam tindak sosial.
2. Penstruktur Wacana (PW) digunakan dalam analisis fase (phasal
analysis) WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi
makro yang bertujuan untuk membina, mengantisipasi dan
memberi struktur WKT.

3.

4.

Subtansi (SU) digunakan dalam analisis fase (phasal


analysis) WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis
fungsi makroyang bertujuan dosen untuk sebagai bagian
utama yang paling penting dari makna WKT yaitu memberi
fakta untuk menyatakan, menjelaskan, mendefinisikan,
mengklarifikasi, memberi contoh, mendukung dan
membuktikan konsep, ide atau teori.
Simpulan (SM) digunakan dalam analisis fase (phasal
analysis) WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis
fungsi makro yang bertujuan untuk memberi kuliah penutup,
menyempurnakan, mengulangi, menggarisbawahi dan
meringkaskan informasi yang diberikan sebelumnya dalam
SU dan EV, memberi penegasan, merekomendasi, dll.

5.

Evaluasi (EV) digunakan dalam analisis fase (phasal analysis)


WKT untuk merujuk pada sebuah fase atau jenis fungsi makro
yang bertujuan partisipan untuk mengevaluasi, menilai,
mengomentari informasi terutama kualitas atau kadar nilai baik
atau buruk, kritik atau apresiasi, yang mengindikasi sikap positif
atau negatif dikemukakan partisipan terhadap informasi dalam
SU.
Sebagai catatan bahwa kehadiran fase dan jenis fungsi makro
WKT tidak harus sama pada setiap wacana namun hal ini
mempunyai peran penting dalam mewarnai dominasi jenis subfase dan jenis fungsi mikro. Keterlibatan fase atau jenis fungsi
makro dalam WKT sangat bervariasi dari satu fase ke fase
lainnya.

4.3.2 Sub-fase atau fungsi mikro

Menurut Sinar di dalam mendiskusikan fase kita tidak terlepas dari


membicarakan sub-fase. Fase berlangsung pada tataran struktur
makro sedangkan sub-fase berada pada tataran struktur mikro.
Karena organisasi fase dan sub-fase, variabel-variabel dan prosesproses secara fungsional bersetalian antara satu dengan yang
lainnya. Hubungan antara fase-fase dan sub-fase-sub-fase adalah
satu realisasi dan karakterisasi. Sebagai konsekwensinya eksistensi
sebuah fase melibatkan satu atau lebih sub-fase. Maka, keberadaan
fase bergantung pada keberadaan sub-fase, demikian juga
sebaliknya. Pada tingkat semiotik, fase merepresentasikan
organisasi semiotik satu tingkat lebih tinggi dari organisasi sub-fase.
Kembali kepada analisis wacana kuliah yang ditelitinya, Sinar
menemukan bahwa cukup besar jumlah pengulangan sub-fase atau
fungsi mikro dalam setiap WKT. Ada 26 jenis subfase yang
mencirikan WKT sebagai berikut:

26 fase di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Sub-fase Salam Pembuka (SPe) atau Greeting (GR) adalah jenis fungsi
mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis subfase yang bertujuan partisipan untuk menciptakan keharmonisan hubungan
dan menjaga ikatan sosial antara dosen dengan mahasiswa atau penutur
dengan pendengar.
2. Orientasi (OR) atau Orientation (OR) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan dosen untuk memperkenalkan atau mengumumkan materi yang
akan diberikan dalam kegiatan kuliah.
3. Pengingat (PT) atau Reminder (RE) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan dosen untuk mengingatkan atau memaklumkan mahasiswa
kepada kuliah sebelumnya, kuliah hari ini dan kuliah yang akan datang.
4. Fokus (FO) atau Focus (FO) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
partisipan untuk memberi tanda bahwa suatu ide, konsep atau informasi
akan melalui proses transisi dari satu fase ke fase lainnya atau dari sub-fase
ke sub-fase lainnya.

5.

6.

7.

Pesan (PS) atau Message (ME) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
dosen untuk menyampaikan berita atau pesan kepada mahasiswa.
Ungkapan (UK) atau Aside (AS) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
diekspresikan dosen kepada dirinya sendiri, misalnya aduh, dimana saya
letakkan buku tadi.
Digresi (DG) atau Digression (DG) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan untuk mencoba mengklarifikasi ide atau yang sejenisnya secara
terperinci sehingga mengulangi klausa ataupun frasa yang sama dan
kadang-kadang menghasilkan suasana menyenangkan dalam kegiatan
kuliah.

8.

9.

10.

Pernyataan (PE) atau Statement (ST) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan untuk membantu pemahaman mahasiswa terhadap suatu
pandangan, konsep, ide atau teori atau memperluas pengetahuan
mahasiswa.
Penjelasan (PJ) atau Explanation (EP) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan mengklarifikasi dan memperkuat ide, konsep, pandangan atau
fakta tertentu dengan cara menjelaskan sampai ide atau konsep tersebut
dipahami dan diterima. Penjelasan dapat dilakukan dengan
mengembangkan, mengelaborasi, memperluas dan menambah informasi.
Definisi (DE) atau Definition (DE) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
diekspresikan dosen untuk mendefinisikan istilah, konsep, ide atau
pandangan dengan mendiskripsikan makna mereka.

11.

12.

13.

Membanding (MG) atau comparison and contrast (CC) adalah jenis fungsi
mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis
sub-fase yang bertujuan untuk membandingkan atau mengkontraskan
makna dari suatu istilah, konsep, ide atau pandangan.
Memberi Contoh (MC) atau Exemplification (EX) adalah jenis fungsi mikro
yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase
yang bertujuan untuk memberi contoh-contoh sebagai bukti mendukung
fakta, ide, konsep atau teori.
Kutipan penuh atau sebagian (KP) atau Quotation (QU) adalah jenis
fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada
jenis sub-fase yang bertujuan untuk mendukung materi kuliah dengan
konsep, pandangan, ide dari berbagai sumber baik buku, jurnal atau
sumber-sumber lainnya baik kutipan secara lengkap ataupun hanya
sebahagian saja.

14.

15.

16.

Interaksi (IK) atau Interchange (IC) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yaitu
bertujuan melakukan interaksi baik saling tukar-menukar informasi secara
verbal maupun interaksi non-verbal atau barang.
Latihan (LT) atau Drill (DR) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
untuk melatih mahasiswa pola-pola gramatika tertentu yang sudah
diajarkan.
Pengarahan (PR) atau Direction (DI) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan untuk memberi tugas atau panduan serta cara melakukannya.

17.

18.

19.

Cek (CK) atau Check (CH) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam
analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan untuk
memeriksa, memastikan apakah mereka dapat mengikuti kuliah dengan
pengertian atau pemahaman yang benar.
Ringkasan (RK) atau Summary (SM) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
meringkaskan atau menyimpulkan materi kuliah yang sudah diberikan
sebelumnya dalam SU dan EV. Ringkasan juga dilakukan untuk kegiatan dosen
sebagai wacana penutup kuliah, penyimpul konsep atau teori para pakar yang
dirujuk, pengulangan, penarikan kesimpulan ide atau konsep yang disetujui
ataupun yang ditentang.
Penegasan (PG) atau Emphasis (EM) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
menggaribawahi, mengulangi informasi, konsep atau ide yang penting dan
memperlihatkan signifikansi atau pentingnya suatu ide atau konsep yang
dikemukakan oleh dosen atau kutipan dari para pakar.

20.

21.

22.

Rekomendasi (RM) atau Recommendation (RM) adalah jenis


fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk
kepada jenis sub-fase yang bertujuan merekomendasi konsep
yang bernilai untuk dijadikan dukungan ide.
Penilaian (PL) atau Judgement (JU) adalah jenis fungsi mikro
yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis
sub-fase yang diekspresikan dosen penilaian evaluatif terhadap
kualitas informasi atau konsep maupun kesimpulan atau contohcontoh yang dikemukakan.
Komentar (KM) atau Comment (CM) adalah jenis fungsi mikro
yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis
sub-fase yang bertujuan memberi komentar evaluatif terhadap
kualitas informasi atau konsep maupun kesimpulan atau contohcontoh yang dikemukakan

23.

24.

25.

26.

Kritik (KR) atau Criticism (CR) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
mengkritik terhadap kualitas informasi atau konsep maupun kesimpulan
atau contoh-contoh yang dikemukakan.
Permintaan Maaf (PM) atau Apology (AP) adalah jenis fungsi mikro yang
digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang
bertujuan menawarkan atau meminta maaf untuk pertanyaan di luar
konteks linguistik, kesalahan informasi atau kesilafan sosial dalam
berinteraksi.
Humor (HM) atau Humour (HM) adalah jenis fungsi mikro yang digunakan
dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase yang bertujuan
menciptakan hubungan baik dan santai antara dosen dengan mahasiswa.
Salam Penutup (SPp) atau Leave-taking (LT) adalah jenis fungsi mikro
yang digunakan dalam analisis fase WKT merujuk kepada jenis sub-fase
yang bertujuan menjaga jalinan hubungan sosial yang harmonis atau fatis
antara mahasiswa dan dosen.

Daftar Pustaka:
Sinar, Tengku Silvana. 1992, Analisis Struktur Skematika Genre,
Lembaga Penelitian USU, Medan.
Sinar, Tengku Silvana. 1998, Analisis Struktur Skematika Genre,
USU Press, Medan.
Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar.
Edward Arnold. London.
Halliday, M.A.K. 1994.. An Introduction to Functional Grammar, 2nd
edition. Edward Arnold. London.
Martin, J.R. 1994, Language, Register and Genre, Deakin
University Press, Victoria 3217.

Anda mungkin juga menyukai