JENIS-JENIS PENERJEMAHAN
Dosen Pengampu
Ibu Erna Megawati, Mpd
Disususn oleh :
Dedi Irawan 201721500158
Rizki Himawan 201721500056
Lyesar Sintya Herlina 201721500103
Febri Larassasti 201721500135
Patmawati 201621500059
Ada beberapa jenis dan makna penerjemahan yang perlu dipahami oleh
model atau jenis teks yang diterjemahkan, misalnya teks puisi, teks ilmiah,
a. Makna Penerjemahan
tarjemah yang diserap dari kata bahasa Arab yang berarti memindahkan atau
foggrisnya disebut translation. Kata ini secara harfiah mengadung tiga makna
· : pertama, translation mengacu kepada suatu hasil atau produk . tulisan atau
ujaran yang telah diterjemahakan dari bahasa yang berbeda; kedua, kata
satu bahasa ke dalam bahasa lain; dan ketiga, translation mengacu kepada
pengungkapan sesuatu dengan cara yang berbeda, yang dilakukan dalam satu
bahasa yang juga disebut Jacobson intralingual translation. Dari ketiga
ujaran atau tulisan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain yang berbeda,
dengan BSu), dan bahasa yang menjadi tujuan pengalihan bahasa disebut
bahasa sasaran (selanjutnya disebut dengan BSa), walaupun ada juga yang
dialihkan disebut teks bahasa sumber (selanjutnya disebut TSu) dan teks hasil
digunakan untuk semua jenis tugas di mana makna ungkapan dalam satu
bahasa (BSu) diubah ke dalam makna ungkapan bahasa yang lain (BSa),
apakah mediumnya lisan, tulis, ataupun tanda." Dalam batasan ini adalah
sedangkan media bahasa tulis maupun lisan bahkan tanda atau isyarat
pesan teks dari BSu ke dalam BSa, apakah bahasa tersebut dalam bentuk tulis
atau lisan."4 Batasan lain lagi yang mendukung pandangan ini adalah yang
kepada pengalihan pikiran atau gagasan dari (BSu) ke dalam (BSa), apakah
bahasa tersebut adalah bahasa lisan maupun tulis. Walaupun tiga batasan ini
pengalihan makna, yang kedua memfokuskan pada pengalihan pesan teks, dan
menyepakati istilah penerjemahan berlaku untuk semua jenis teks tulis dan
teks lisan.
pemyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pemyataan yang
sama dalam bahasa lain. Sementara dalam karyanya yang lain, A Textbook of
penerjemahan adalah pengalihan makna suatu teks (yang bisa hanya berupa
sebuah kata ataupun sebuah buku) dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain
ini menekankan padanan makna atau materi teks sebagimana juga ditekankan
penggantian materi teks dalam satu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan
materi teks dalam bahasa lain (bahasa sasaran). Kedua definisi ini
pragmatika. Oleh sebab itu batasan Wilss (1981), yang agaknya lebih
language text into target language text which is as closefy equivalent to the
pragmatic comprehension of the content of the text. " Dalam batasan ini
sintaktik, dan kalau perlu pragmatik tergatung dari jenis dan penting tidaknya
teks yang hendak diterjemahan. Oleh sebab itu pula Willss menggunakan
istilah tranposisi yang berarti proses penggantian struktur teks bahasa sumber
menghasilkan efek yang serupa dalam bahasa sumber, karena maknalah yang
yang pen ting bukan bentuk. Dari deskripsi di atas dapat ditarik bebarapa
penerjemahan khusus untuk bahasa tulis. Di antara dua pendapat ini, pendapat
adalah penerjemahan langsung yang hasil kegiatannya berupa teks lisan untuk
didengar, dan masing-masing pasangan pelakunya disebut translator-reader
berupa kata ataupun buku, dan c) bahasa sasaran, sebagai media yang
bahasa diacu dengan ungkapan yang berbecla namun pacla clasarnya kata-
makna sebagai kata kuncinya. Makna teks bahasa sumberlah yang harus
dialihkan dan dicarikan padanan sedekat mungkin dalam teks bahasa sasaran
baik clari segi semantik, sintaktik, stilistik, maupun pragmatik sesuai dengan
yang perlu diutamakan adalah makna, 13 yang kemudian disusul dengan yang
teks bahasa sumber ke dalam makna pesan yang sepadan dalam teks bahasa
penerjemahan bisa dilihat dari beberapa aspek : aspek bahasa yang terlibat,
aspek tujuan penerjemahan, aspek hasil akhir terjemahan, aspek media atau
Pertama, terjemahan dilihat clari aspek bahasa yang terlibat. Dari aspek ini
atas tanda-tanda verbal dengan bantuan tanda-tanda lain dari bahasa yang
non-verbal.
puisi
sasaran.
menyebut kedua ragam terjemahan ini. Nida, misalnya, secara tidak langsung
yang mereka berikan pada bab pertama, sebagian besar penerjemah mutakhir
secara tegas membagi ragam terjemahan menjadi dua : penerjemahan lisan
bahasa asing ke dalam bahasa ibu, dan b) penerjemahan dari bahasa ibu ke
belaku untuk arah penerjemahan yang pertama, yakni dari bahasa asing ke
dalam bahasa ibu. Sedangkan istilah yang digunakan untuk mengacu kepada
arah penerjemahan kedua tersebut, yakni dari bahasa ibu ke dalam bahasa
berikut:
terikat pada tataran kata seperti yang ada dalam Bsu, sehingga jenis
“rank-bound at word rank”. Ini mengisyaratkan bahwa bentuk dan tata urutan
kata dalam Bsa terikat penuh oleh tata urutan kata Bsu.
dalam kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat
penerjemahan ini hanya bisa dilakukan jika antara Bsu dan Bsu mempunyai
dalam menerjemahkan jenis teks bahasa yang mempunyai bentuk frasa dan
dihindari karena hasilnya akan sulit dipahami dan tampak kaku. Sebagai
berikut.
management.
Bsa: Dua ketiga dari itu pelamar-pelamar adalah tertarik dalam mempelajari
kata demi kata seperti dalam Bsu, karena itu terjemahan itu tampak tidak
wajar dan tidak berterima dalam Bsa sehingga maknanya sulit dipahami.
2. Penerjemahan Bebas
tataran kata demi kata dan kalimat, tetapi lebih cenderung mencari padanan
mengalihkan makna dalam Bsa dengan berbagai macam cara, tetapi ia tidak
boleh mengurangi atau menambah informasi baru yang tidak terdapat dalam
sebagai berikut.
terikat pada kata-kata yang digunakan dalam Bsu. Walaupun demikian makna
yang ada dalam Bsu dan Bsa masih sepadan, karena tidak ada makna yang
hilang atau berkurang dalam Bsa. Jenis penerjemahan ini lebih mementingkan
isi daripada padanan kata dan bentuk kalimat. Jadi penerjemahan bebas lebih
menekankan pada kesetiaan makna yang disampaikan dalam berbagai bentuk
Kelemahan dari jenis penerjemahan ini adalah sifatnya yang sering tidak
terikat pada pencarian padanan kata atau kalimat, tetapi pencarian padanan itu
mampu menangkap amanat dalam bahasa sumber pada tataran paragraph atau
dalam bahasa sasaran. Hal itu sukar dilakukan terutama oleh penerjemah yang
belum berpengalaman.
3. Penerjemah harfiah
seperlunya mengenai tata bahasa sesuai dengan tata bahasa yang berlaku
tidak lagi persis sama seperti dalam Bsu, tetapi urutan kata-katanya sudah
masih terikat pada kata-kata seperti yang ada dalam Bsu, tetapi susunan kata-
ubah secara mendadak dan cenderung tidak setia. Sekali waktu jenis ini
yang sama (morfem, kata, klausa, atau kalimat) dan suatu saat akan sangat
4. Penerjemahan Dinamik
Bsa, Maka penerjemahan ini sering juga disebut sebagai penerjemahan wajar
Kelebihan dari jenis ini bahwa penerjemahan ini selalu mencari padanan
makna yang selalu dikaitkan dengan konteks budaya Bsa. Segala sesuatu yang
berbau asing atau kurang bersifat alami, baik yang menyangkut budaya
atau kalimat demi kalimat, tetapi harus memperhatikan makna teks secara
Bsa: Penulis telah menyusun buku ini sejak tahun 1995 (Nababan, 2003;34).
menjadi ‘menyusun’ dalam Bsa. Hal ini dilakukan untuk membuat terjemahan
ketidaksetiaan pada bentuk. Hal ini karena jenis ini sangat mengutamakan
5. Penerjemahan Estetik-Puitik
drama yang menekankan konotasi emosi dari gaya bahasa. Penerjemah tidak
hanya pada masalah penyampaian informasi saja namun juga pada penekanan
penerjemahan ini sangat sulit untuk dilaksanakan karena sastra suatu bahasa
sangat berbeda dengan sastra bahasa yang lain, demikian pula budaya yang
yang ada dalam Bsu ke dalam Bsa, berarti ia akan mengorbankan bentuknya.
sastra, seperti puisi, syair, gurindam dan sebagainya tidak mungkin bisa
dilakukan. Pendapat itu benar adanya, karena sebenarnya keindahan yang ada
pada bahasa satu berbeda dengan keindahaan dalam bahasa lain. Sebagai
dalam bahasa Inggris. Makna dalam Bsu tampaknya bisa disampaikan dengan
baik oleh penerjemah ke dalam Bsa meskipun nampak bahwa gaya atau style
lain, karena keindahan dalam bahasa yang satu belum tentu indah dalam
6. Penerjemahan Komunikatif
pembaca terjemahan, seperti ‘efek’ yang dirasakan oleh pembaca asli pada
perasaan orang lain. Jenis ini juga menaruh perhatian akan pentingnya semua
dan bahasa sasaran, budaya, penulis teks asli, penerjemah, keefektifan bahasa
komunikatif:
(Nababan,2003:41)
agar bahasa terjemahan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi. Hal ini perlu
secara sintaksis, tetapi maknanya tidak logis; atau bentuk dan maknanya
sudah benar, namun penggunaannya tidak tepat, seperti contoh di bawah ini.
1. I told that you were wrong. (secara sintaksis kalimat ini salah, meskipun
maknanya logis)
2. I told the star that you were wrong. (secara sintaksis kalimat ini benar,
7. Penerjemahan semantik
mungkin kedalam struktur sintaksis dan semantik Bsa. Senada dengan itu,
berpenekanan yang kuat dan ketat pada pencarian padanan pada tataran kata
1. Konteks A
If you want, you can call me Jackson. Student: How do you spell your
2. Konteks B Lecturer:
I would like to introduce myself. My name is Michael Jackson. If you
want, you can call me Jackson. Student: How do you spell your name,
berbeda, yaitu Mr. Jackson dan Jackson. Digunakan dua kata ini sangat
dipengaruhi oleh konteks budaya bahasa sasaran dan bahasa sumber. Mr.
Jackson pada konteks B digunakan dalam situasi yang akrab. Oleh karena
itu, kata Mr. Jackson pada konteks A mestinya dialihkan ke dalam bsa
menjadi ‘Pak Jackson atau Prof. Jackson’ sedangkan kata Jackson pada
sumber pada saat dia melakukan tugasnya. Padahal, bahasa yang melatar
8. Penerjemahan Etnografik
dalam karya terjemahan tersebut, dimana ada dua pilihan kata dengan
jarang suatu istilah budaya dalam suatu masyarakat atau bangsa tidak
Bila istilah budaya ini tidak dapat ditemukan padanannya dalam Bsa,
Bsa atau istilah budaya itu ditulis lagi dalam Bsa kemudian memberi
anotasi, atau bahkan istilah itu disampaikan dalam bentuk parafrasa dalam
9. Penerjemahan Pragmatik
Penerjemahan pragmatik mengacu pada pengalihan amanat dengan
yang cukup dalam dan lengkap pada pengalihan informasi atau fakta
seperti morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Informasi tersebut tersirat
di dalam bahasa sumber yang kemudian dijadikan tersurat dalam bahasa
sasaran.
bila diterapkan jika terdapat ketaksaan dalam bahasa sumber baik pada
tataran kata, frasa, klausa, atau pun pada tataran kalimat, khususnya
kalimat kompleks.
dengan dua buah kalimat bahasa sumber yang mempunyai struktur lahir
yang sama, tetapi struktur batin kedua kalimat itu berbeda satu sama lain.