Anda di halaman 1dari 6

METODE GURU DIAM

(Ath – Thariqah Ash – Shamitah/Silent way )

A. Latar Belakang Munculnya Metode Guru Diam.

Metode guru diam dicetuskan oleh caleb categno (1972), seorang ahli pengajaran bahasa
yang menerapkan prinsip–prinsip kognitivisme dan ilmu filsafat dalam pengajarannya.
Metode sebenarnya sudah dirintis pada tahun 1954, tetapi buku pertama yang menjelaskan
metode ini baru diterbitkan pada tahun 1963 dengan judul Teaching foreign language in
Schools: The Silent Way.

Materi yang digunakam dalam metode guru diam ini berdasarkann struktur bahasa. Bahasa
dipandang sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan dengann makna-makna
tertentu, dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan bahasa. Pelajaran
disajikan secara bertahap dari unsur-unsur yang mudah ke yang susah. Sedangkan dalam
materi kosakata dan struktur kalimat disajikan sedikit demi sedikit sehingga menjadi unit-
unit kecil.

Metode ini didasarkan pada suatu kaidah yang menyatakan bahwa “ Guru sebaiknya diam ”
dan memberikan kesempatan banyak kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Proses
pembelajaran bahasa sebaiknya dilaksanakan oleh siswa sendiri di kelas. Metode ini juga
mengakui dan menghargai adanya kemampuan murid untuk mempelajari bahasa dan
mengingat informasi sendiri tanpa verbalisasi dan dengan bantuan minimal dari guru.

B. Pendekatan Metode Guru Diam

1. Hakikat Bahasa

Menurut Gattegno bahasa merupakan pengganti pengalaman. Dengan kata lain


pengalamanlah yang memberi makna kepada bahasa.

2. Hakikat Pembelajaran Bahasa

Menurut Gattegno, belajar melibatkan dua jenis, yakni :

a). Belajar sebagai pekerjaan yang dilakukan dengan sadar dan yang diperintah oleh
kemauan keras ( will ). Hal ini diatur oleh otak ( Intelligence ) yang menghasilkan aktivitas
mental.

b). Belajar sebagai proses menngasimilasikan hasil–hasil aktivitas mental ( yang tersebut
diatas ), melalui pembentukan gambaran batin ( Image ) yang baru atau perubahan
gambaran batin yang lama. Kebanyakan kegiatan belajar jenis kedua ini terjadi waktu pelajar
sedang tidur.
Meskipun di satu pihak Gattegno memanfaatkan cara anak kecil menguasai bahasa
ibu, di pihak lain dia berkeras pendapat–pendapat bahwa penguasaan bahasa asing yang
sedang dicoba dikuasainya. Dari pengamatannya terhadap anak kecil demi sedikit
memperoleh bahasa ibu-nya, Gattegno berkesimpulan bahwa manusia diberkati dengan
suatu kemampuan untuk menggerakkan “ kekuatan internal “ lebih banyak dari pada kita
sadari. Penguasaan bahasa tidak bisa dilakukan dengan imitasi drillsaja.

Ada dua kemungkinan terhadap terhadap pandangan. Pertama,kita harus mampu


menumbuhkan kesadaran akan adanya kekuatan ini, sehingga kekuatan yang dulu dipakai
untuk menguasai bahasa kedua. Cara untuk mencapai itu, menurut metode ini, adalah
dengan membiasaakan siswa mendengarkan melodi bahasa. Siswa perlu diberikan
kesempatan sebanyak mungkin untuk mendengarkan melodi bahasa yang sedang
dipelajarinya maupun bahasa–bahasa lain, berbagai warna yang berkaitan denga bunyi dan
kata yang perlu disajikan. ( Dardjowidjojo, 1992 : 57 ).

Kedua, kita tidak boleh kosentrasi pada pengajaran tetapi pada pembelajaran. Proses
penguasaan bahasa harus dilakukan oleh siswa itu sendiri. Merekalah yang harus lebih
banyak aktif dikelas, memanfaatkan paling tidak 90% dari seluruh waktu tatap muka,
sedangkan guru hanya bertindak sebagai bahan yang diperlukan.

Stevick ( dikutip Pateda, 1991 : 116 ) menjelaskan beberapa prinsip yang dijadikan
landasan oleh Metode Guru Diam. Prinsip – prinsip tersebut, adalah :

a. Pengajaran seharusnya merupakan subordinasi dari pembelajaran. Hal ini mengacu


kepada penekanan aktivitas pada pembelajaran dan bukan pada pengajaran. Dengan kata
lain siswa yang aktif, dan guru diam ( hanya mengarahkan saja ).

b. Pembelajaran yang utama bukan dengan cara peniruan atau drill. Hal itu mengacu
kepada usaha mengaktifkan kekuatan dalam. Oleh karena itu, siswa diberikan kesempatan
yang banyak untuk mendengarkan melodi bahasa yang dipelajarinya.

c. Dalam pembelajaran, pemahaman harus disertai denga bekerja, mencoba – coba, dan
kalau perlu dirubah – rubah berdasarkan pengalaman.

d. Sebagai orang yang aktif, siswa harus menyadari bahwa mereka berkemampuan
melakukan sesuatu yang telah dikuasai termasuk pembelajaran terhadap bahasa ibu sendiri.
Untuk itu digunakan metode yang dibuat – buat ( artificial ) dari pada alamiah ( natural ).

e. Apabila aktivitas guru merupakan subordinasi pembelajaran, maka guru tidak


bijaksana untuk selalu mencampuri aktivitas terdidik.

C. Desain Metode Guru Diam

1. Tujuan ( Umum dan Khusus )


Tujuan utama metode guru diam ialah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan
berbahasa target secara lisan dan memperkuat kepekaan menyimak. Para pelajar
diharapkan mencapai kelancaran bahasa sesuai penutur aslinya.

a. Model Silabus

Materi yang digunakan dalam metode ini berdasarkan pada struktur – struktur bahasa.
Bahasa dilihat sebagai kelompok – kelompok bunyi yang dihubungkan dengan makna-
makna tertentu, dan diatur menjadi kalimat melalui aturan – aturan bahasa.

Silabus yang dipilih adalah silabus struktural dengan cara menyusun pokok bahasan yang
berisi pola – pola kalimat dan kosakata yang menunjangnya.

b. Jenis Kegiatan Pembelajaran.

Guru mengajarkan satu makna dari suatu kalimat tanpa menyebut makna lain yang mungkin
terdapat dalam komunikasi sehari – hari yang wajar.

Metode ini sangat jumlah kosakata yang disajikan. Pembatasan ini didasarkan pada suatu
pandangan bahwa siswa harus betul – betul memanfaatkan daya kognisinya untuk “
mengutak – atik ” jumlah kata yang sedikit tetapi dipadukan dalam berbagai kontruksi yang
berbeda – beda.

Nama metode ini mengindikasikan bahwa guru hendaknya sedikit berbicara selama
pelajaran berlangsung ; para guru bukanlah untuk mentransmisi pengetahuan, bukan
bertindak sebagai model atau penyedia jawaban.

c. Peranan Guru.

Guru berperan sebagai seorang teknisi atau insinyur. Hanya siswa yang dapat melakukan
pelajaran, sementara itu guru, dengan bersandarkan pada apa yang telah diketahui siswa,
dapat memberi bantuan yang dibutuhkan saja, yaitu memfokuskan perhatian pada siswa,
mendorong tumbuhnya kesadaran mereka dan memberikan latihan – latihan yang
menjamin tersalurkannya kemampuan berbahasa mereka.

d. Peranan Siswa

Peran para siswa adalah menggunakan pengetahuan mereka, untuk membebaskan diri dari
segala rintangan yang akan menghalangi kegiatan mereka mengerahkan perhatian terbesar
mereka kepada tugas pelajaran, dan secara aktif terlibat dalam penjelajahan bahasa.

e. Peranan Bahan Ajar.

Untuk membantu siswa menguasai bahan yang diberikan, dalam metode ini digunakan
beberapa alat peraga, daiantaranya :
· Bagan bunyi/warna (sound/colour chart), yaitu sebuah bagan dinding yang diwarnai
dengan aneka ragam warna yang masing – masing warnanya mewakili satu fonem ( bunyi)
bahasa.

· Bagan kata ( word charts ) dimana diatasnya ditulis kata – kata dengan kode warna
yang ada dalam bagan bunyi, sehingga siswa bisa membaca dan melafalkan kata – kata
tersebut dengan tepat.

· Bagan ejaan ( Spelling Charts ) yang juga disebut dengan Fidel, menunjukkan semua
ejaan yang mungkin untuk setiap fonem dan juga menggunakan kode warna yang sama
yang ada pada pada bagian suara.

· Balok – balok bewarna warni ( cuisenaire Rods ), digunakan untuk menciptakan situasi
yang jelas dan terang yang memungkinkan para siswa memahami bagaimana suatu konsep
yang diajarkan dalam bahasa target.

· Sebuah tongkat penunjuk ( Pointer ) yang dapat digunakan guru atau siswa untuk
menunjukkan suatu kata atau suatu kalimat dengan tetap memelihara karakteristik yang
penting dari bahasa target.

D. Prosedur Dan Teknik Metode Guru Diam.

Langkah – langkah yang diambil oleh guru dalam penyajian Metode Guru Diam secara garis
besar sebagai berikut :

· Guru menyajikan satu kata baru sekali. Dengan demikian ia memaksa pelajar untuk
menyimak dengan baik. Pada permulaannya, gurupun tidak mengatakan apa – apa , tetapi
hanya menunjukkan simbol – simbol yang tertera di papan peraga( Fidel chart).

· Sesudah pelajar mampu mengucapkan bunyi – bunyi dalam bahasa target, guru
menyajikan bagan peraga yang kedua ( word chart ), yang berisi kosakata yang paling sering
digunakan dalam komunikasi sehari - hari.

· Guru menggunakan balok – balok cuisenaireyang berwarna – warni, yang berukuran 1


– 10 cm untuk mendorong para pelajar berbicara. Banyak kontruksi yang dapat diajarkan
dengan balok – balok cuisenaire ( Nabban, 1993 : 50 – 51 ).

E. Kekuatan Dan Kelemahan Guru Diam.

1. Kekuatan.

a. Tugas – tugas dan aktivitas dalam metode ini berfungsi untuk mendorong serta
membentuk respon siswa sehingga kelas tidak pasif.
b. Respon siswa dipancing tanpa instruksi lisan dari guru dan tanpa pemberian contoh
kalimat yang berulang kali.

c. Para siswa didorong membuat ujaran – ujaran baru dengan cara menggabungkan
ujaran – ujaran yang sudah dipelajari dengan yang baru dipelajari.

d. Karena tidak ada pembetulan – pembetulan penjelasan diberikan apabila kesalahan –


kesalahan dibuat oleh siswa, dan tidak ada keterangan – keterangan, maka siswa didorong
untuk membuat analogi – analogi sendiri dengan cara mengadakan kesimpulan dan
rumusan aturan – aturan.

2. Kelemahan.

a. Dalam praktiknya, metode ini dalam banyak aspek mirip dengan audiolingual; dengan
fokus yang kuat pada pengulangan ujaran – ujaran dan kalimat – kalimat yang tanpa
kesalahan.

b. Guru memupuk otonomi siswa dengan pilihan – pilihan dalam situasi yang disajikanya.
Dalam kenyataan, gurulah yang masih menguasai materi, sehingga kelas masih berpusat
pada guru.

c. Kebanyakan dari contoh – contoh yang diberikan diperuntukkan untuk siswa asing
ditinggkat permulaan, meskipun Gattegno sendiri menyatakan bahwa metode ini dapat

digunakan untuk mengajar membaca dan mengarang.

Kesimpulan.

Metode mengajar diam ini membuat siswa lebih kreatif dan aktif, karena memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada muridnya untuk belajara mandiri. Sehingga murid lebih
mudah memamami pelajaran yang akan diajarkan, karena sebelum murid telah mencari
tahu materinya terlebih. Dan mereka hanya bertanya yang tidak mereka ketahui.

Daftar Pustaka.

1. Fachrurozzi, aziz dan Mahyuddin, Erta. ( 2010 ), Pembelajaran Bahasa Asing, Bania
Publishing ; Jakarta.

2. Larsen, Diane. (200), Techniques and Principles in Language Teaching, Oxford


University.

3. Hermawan, Acep. (2010), Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, PT. Remaja Rosada ;
Bandung
4. Arsyad, Azhar. (2003), Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Pustaka Pelajar ;
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai