Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS INDIVIDU

“ PERUBAHAN MAKNA”

DISUSUN OLEH :

APRILIA DWI YUSTIKA

1951041021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu  Mata Kuliah Semantik

Dosen Pengampu : Dr. Idawati S.Pd.,M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga
makalah individu, “Jenis Perubahan Makna” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada.
Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua sebagai calon pendidik.

Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, kita selaku calon


pendidik akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan
yang timbul dalam belajar.

Makassar, 10 Maret 2020

Penulis

Aprilia Dwi Yustika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Perubahan Makna...................................................................................................3
B. Sebab – Sebab Perubahan Makna...........................................................................3
C. Jenis – Jenis Perubahan Makna..............................................................................7
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Seperti halnya manusia yang
terus mengalami perkembangan peradaban, bahasa sebagai alat komunikasi
juga terus mengalami perkembangan. Hal ini menjadi wajar karena baik
manusia maupun bahasa tidak statis. Keduanya merupakan hal yang bersifat
dinamis.

Kedinamisan ini menyebabkan banyak perubahan seiring waktu. Manusia


berkomunikasi tiap zaman sesuai dengan perkembangan kehidupan, yang
pada akhirnya juga mengubah bahasa yang manusia gunakan. Oleh karena
itu, perkembangan manusia dan perkembangan bahasa selalu bersifat linear.

Perubahan dalam aspek kebahasaan ini menyangkut perubahan makna.


Perubahan makna ini tidak semua bersifat umum. Ada kata yang mengalami
pengkhususan, perubahan total, dan sebagainya. Segala perubahan ini pada
akhirnya semakin menunjukkan eksistensi bahasa di tengah pola komunikasi
manusia yang merupakan makhluk sosial dan selalu berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah perubahan makna itu?
2. Apa yang menjadi sebab-sebab perubahan makna?
3. Apa sajakah jenis perubahan makna?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Semantik, mengenai Perubahan Makna yang terbagi menjadi dua yaitu :

1. Sebab-sebab perubahan makna.


2. Jenis-jenis perubahan makna.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Makna
Dalam pembicaraan sebelumnya telah disebutkan bahwa makna sebuah
kata secara sinkronis tidak akan berubah. Pernyataan ini menyiratkan juga
pengertian bahwa kalau secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak
akan berubah, maka secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah.
Maksudnya, dalam masa yang relatif singkat, tetap sama, tidak berubah.
Tetapi dalam waktu relatif lama ada kemungkinan makna kata akan berubah.
Pada kemungkinan ini bukan berlaku untuk semua kosakata yang terdapat
dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata saja, yang
disebabkan oleh berbagai faktor (Chaer 2003).

B. Sebab – Sebab Perubahan Makna


Makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula pegertian
bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Makna
kata dapat pula berbah berdasarkan sebab, berikut ini beberapa sebab
perubahan wujud atau macam.

1. Perubahan Makna dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia

Perubahan tatanan bahasa yang di mulai atau di transisikan dari daerah lokal


menjadi bahasa nasional, kita mengetahui bahasa Indonesia terdapat tiga
kelompok, yaitu bahasa daerah, bahasa indonesia, dan bahasa asing.
Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia misalnya kata
pontianak.

Pontianak dalam KBBI bermakna ganda yaitu:

1. Kota madya yang juga menjadi ibu kota provinsi Kalimantan Barat.
2. Kabupaten di provinsi Kalimantan Barat.

3
Namun bagi masyarakat Melayu kata pontianak dihubungkan dengan hantu
yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau
wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersaebut belum sempat
lahir. Dalam bahasa Melayu mengalami perubahan makna, sebab dalam
bahasa Indonesia pontianak dihubungkan dengan ibu kota provinsi
Kalimantan Barat.

Contoh lain adalah kata agama, dalam masyarakat Jawa Kuno, kata agama
bermakna sebagai ilmu pengetahuan. Namun dalam bahasa Indonesia kata
agama berarti ajaran sistem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan
lingkungannya. Dari contoh tersebut ada perubahan dari bahasa daerah ke
bahasa Indonesia. Makna dari bahasa daerah bermakna X, tetapi dalam bahasa
Indonesia bermakna Y.

2. Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan

Lingkungan masyarakat sebagai pengaruh terbesar dari perubahan makna.


Masyarakat  dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan
dalam masyarakat tertentu belum tentu maknanya sama  dengan masyarakat
yang lain. Misalnya kata salin. Perhatikan contoh berikut :

1.      Dokter dan pasiennya memasuki ruang bersalin.

2.      April menyalinkan tugasnya untuk Nely sahabatnya.

Leksem memeluk pada contoh diatas memperlihatkan makna yang berbeda


karena lingkungan yang berbeda. Dengan kata lain, makna berubah jika terjadi
lingkungan pemakaian. Contoh lain yaitu kata sumber, cetak, langganan,
operasi, dll.

4
3. Perubahan Makna Akibat Perbedaan Tanggapan Indra

Pertukaran tanggapan indra pada perubahan makna ini yaitu pertukaran


tanggapan antara indra yang satu dengan yang lain. Misalnya pada alat indra
lidah kita dapat menangkap rasa pahit, manis, asin, pedas. Pada kulit kita bisa
merasakan rasa dingin, panas, dan sejuk. Begitu pula yang berkenaan dengan
cahaya seperti gelap, terang, remang-remang akan ditangkap oleh indera
penglihatan (mata). Dalam kasus ini sering terjadi pertukaran yang seharusnya
ditanggap oleh indra perasa pada lidah, ditukar menjadi indra pendengaran.
Contoh :

1.      kata-katanya pedas sekali.

2.      Suaranya sedap didengar

3.      Warnanya enak dipandang

4. Perubahan Makna Akibat Gabungan Kata

Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata kita bisa ambil contohnya
yaitu pada kata halaman. Kata halaman ternyata dapat digabungkan dengan
kata yang lain dan tentu maknanya akan berubah. Kita mengenal dengan
halaman rumah dan halaman buku.

5. Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa

Dalam setiap Makna kata kadang-kadang berubah akibat tanggapan


pemakaian bahasa. Perubahan makna ini menjurus kepada hal-hal yang
menyenangkan atau ke hal-hal yang tidak menyenangkan. Makna yang
menjurus ke hal-hal yang menyenangkan, disebut makna amelioratif
sedangkan makna yang menjurus hal-hal yang tidak menyenyangkan, disebut
makna peioratif.

Misalnya dalam Bahasa Indonesia terdapat kata beranak. Kata beranak


pada waktu dahulu bermakna mempunyai anak, melahirkan anak, dan dengan
anaknya. Misalnya : Ibu April beranak kembar. Makna yang bersifat baik, jadi

5
amelioratif. Dengan munculnya dukun beranak kata beranak dianggap kasar
dan kini diubah menjadi kata bersalin (melahirkan) agar maknanya menjurus
ke yang lebih baik.

Misalnya kata amplop selalu dihubungkan dengan sampul surat jika


seseorang akan mengirm surat. Itu sebabnya orang berkata “Surat ini masukkan
dalam amplop, lalu poskan hari ini juga!”. Pada kalimat tersebut amplop
bermakna amelioratif kemudian kini dianggap menjadi bermakna peioratif.
Dikatakan bermakna peioratif sebab munculnya pengertian sogokan, suap
muncullah kalimat. “Berilah ia amplop agar urusanmu segera selesai.” Disini
makna kata amplop telah berkaitan dengan makna yang tidak menyenangkan.

6. Perubahan Makna Akibat Perbedaan Adanya Asosiasi

Kata – kata yang digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan


diatas masih behubungan maknanan dengan makna yang digunakan dalam
bidang asalnya. Ada perbedaan dengan perubahan makna terjadi sebagai akbat
penggunaan dalam bidang  yang lain, disini makna baru yang muncul adalah
berkaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkenaan dengan kata tersebut.
Contoh asosiasi antara dompet dengan uang ini dimaksud adalah isinya yaitu
uang, Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu,
misalnya  perayaan 21 april maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena
hari kartini jatuh pada tanggal 21 april. Dengan kata lain di sini yang disebut
waktunya, namun yang di maksud ialah peristiwanya.

Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat,
contoh ayo kita bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng,
adalah mengasosiasikan tempat yang ada di desa ceheng.

7. Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk

Telah diketrahui wujud kata memperlihatkan aneka bentuk. Ambillah contoh


leksem putar. Dari leksem putar dapat diturunkan kata :berputaran, berputar-
putar, memperputarkan, memutar, memutar-mutar, memutarkan, pemutar,

6
pemutaran, perputaran, putar-putar, putaran, seputar,terputar. Bentuk kata
berputaran tidak sama dengan bentuk kata seputar. Akibat perubahan bentuk
terjadi perubahan makna.

C. Jenis – Jenis Perubahan Makna

1. Perluasan Makna
Kata-kata bapak, ibu, saudara dahulu digunakan untuk menyebut orang
yang bertalian darah dengan kita. Kata saudara dihubungkan dengan saudara
atau adik yang seayah dan seibu dengan kita, kata bapak selalu dihungkan
dengan orang tua laki-laki, dank at aibu selalu dihubungkan dengan orang tua
perempuan. Kini kata bapak, ibu, saudara telah meluas maknanya, meskipun
tidak ada hubungan dengan pertalian darah dengan kita. Kita bisa
menggunakan, “saudara-saudara yang saya hormati”;” saudara kanter, bapak
wali kota, ibu gubernur Riani,”
Kata kepala dahulu dihubungkan dengan bagian kepala sebelah atas atau
tempat otak. Kini makna kata kepala telah meluas, sehingga lahirlah urutan
kata kepala sekolah, kepala kejaksaan, dan kepala rumah sakit. Makna kepala
sekolah, yakni orang yang mempunyai jabatan tertinggi pada sebuah sekolah.
Disini kita melihat hubungan makna masih ada yakni makna atas atau bagian
atas.
Selain contoh diatas masih banyak lagi contoh perluasan makna yang
dapat kita temukan salah satunya kata benih. Sebelum diperluas, makna kata
benih adalah biji atau buah yang disiapkan untuk ditanam. Setelah diperluas,
kata benih mempunyai beberapa makna baru, seperti sesuatu yang menjadi
sebab atau asal mula, keturunan dan sesuatu yang bertumbuh.

2. Pembatasan Makna

Didalam pemakaian bahasa, sebuah kata dapat mengalami perubahan


makna. Kata guru dalam bahasa Indonesia bermakna orang yang pekerjaannya
mengajar. Kini telah muncul urutan kata guru sekolah, guru agama, guru

7
baku, guru bantu, guru besar, guru honorer, guru lagu dan guru mengaji.
Terlihat pada kata maknanya sudah lebih terabatas, terbatas pada bidang
tertentu. Disini terihat pula perubahan makna, tetapi perubahan makna yang
mengacu pada penyempitan makna, pembatasan makna.

3. Melemahkan Makna

Didalam kehidupan sehari-hari, sering kita menyatakan bahwa makna kata


tetap dipertahankan meskipun lambangnya diganti. Maksud pergantian
lambang tersebut, yakni ingin melemahkan makna agar orang yang dikenai
kegiatan tidak tersinggung. Dengan jalan melemahkan makna, kadang-kadang
orang tidak merasa bahwa sesuatu tidak terlalu berat.

Misalnya kata gelandangan harus diganti dengan tunawisma, karena


berprofesi sebagai orang yang hidup menggelandang tanpa tempat tinggal.
Pengangguran harus diganti dengan tunakarya, tahanan diganti dengan
narapidana, dan penjara diganti dengan lembaga pemasyarakatan.

4. Kekaburan Makna

Telah diketahuai bahwa bahasa dapat berwujud dalam bentuk kata atau
kalimat. Ketika kita mendengar suatu bahasa atau kaimat diujarkan, kadang-
kadng kita ragu-ragu menerka makna yang terkandung didalamnya. Dengan
kata lain maknanya kabur. Seandainya kata atau kalimat tersebut kita dengar
langsung dari kawan bicara, kita masih dapat manyatakan atau meminta agar
ia menjelaskan makna kata atau kalimat yang baru diucapkanya. Tetapi, kalau
kata atau kalimat tersebut hanya ditemukan didalam buku, surat kabar, atau
majalah, susahlah kita menerka apa yang dimaksud, dengan kata lain terdapat
kakaburan makna.

Contoh kekaburan makna : Lukisan Anita, yang maknanya memang tidak


pasti yaitu bisa lukisan yang dibuat oleh Anita, lukisan milik Anita, atau
lukisan yang menggambarkan wajah Anita.

8
5. Lambang Tetap, Acuan Berubah

Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perkembangan bahasa, kadang-


kadang terdapat lambang yang tetap, acuannya berubah. Urutan kata kereta
api dahulu memang dihubungkan dengan kereta yang benar-benar dijalankan
dengan pertolongan api atau kayu bakar. Kini, meskipun kereta api tidak lagi
dijalankan lagi dengan menggunakan kayu bakar, lambangnya tetap, yankni
kereta api.

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata layar, berlayar. Kata berlayar


dahulu dihubungkan dengan pergi ketempat yang lain melalui laut, danau atau
sungai dengan menggunakan perahu ynag memakai layar. Acuan layar, ada,
kenyataanya. Kini kata berlayar tetap dipertahankan meskipun orang berlayar
tidak lagi menggunakan perahu yang memakai layar. Kini orang berlayar
sudah mengunakan mesin atau motor.

6. Makna Tetap, Lambang Berubah

Dewasa ini terdengar penggunaan kata lembaga permasyarakatan sebagai


pengganti kata bui, penjara, dan tutupan. Makna urutan kata lembaga
permasyarakatan dan kata bui, penjara, dan tutupan. Sama meskipun nuansa
makananya berbeda. Memang ada saegi-segi perbedaannya, dalam arti orang
yang dihukum tidak hanya mengalami penahanan, tetapi didalam tahanan
tersebut mereka mendapat bimbingan; baik yang berhubungan dengan
keterampilan maupun ynag berhubungan dengan mental

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata meninggal yang bermacam-macam


penyebabnya. Orang yang meninggal karena kelaparan, tetapa korban rawan
pangan atau penderita rawan pangan. Timbul pertanyaan, apakah urutan kata
meninggal karena kelaparan, maknanya berbeda denagn urutan kata korban
rawan pangan, penderita rawan pangan? Kelihatanya sama. Jadi makna tetap
dipertahankan, hanya kata atau lambang yang diubah atau diganti.

9
7. Perubahan Total

Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari
makna aslinya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang
masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini
tampaknya sudah jauh sekali. Misalkan, kata ceramah yang dulunya berarti
'cerewet', tetapi sekarang kata itu berarti 'pidato' atau 'uraian'

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dikemukakan bahwa bahasa berkembang sesuai dengan pemikiran
pemakai bahasa. Karena manusia menggunakan kata-kata dan kalimat dan sejalan
dengan itu kata dan kalimat berubah terus, maka dengan sendirinya maknanya
pun berubah. Perubahan terjadi karena manusia sebagai pemakai bahasa
menginginkannya. Pembicara membutuhkan kata, manusia membutuhkan kalimat
untuk berkomunikasi. Ia membutuhkan kata baru. Kadang-kadang karena belum
ditemukan kata baru yang mendukung pemikirannya, maka pembicara mengubah
bentuk kata yang telah ada. Yang penting, yakin apa yang dipikirkan, apa yang
dirasakan, dan apa yang diinginkan tertampung dalam perubahan bahasa. Ini
memaksa kita untuk membicarakan perubahan makna. Perubahan makna
menyangkut banyak hal. Perubahan makna yang dimaksud disini meliputi:
pelemahan, pembatasan, pengantian, penggeseran, perluasan, dan juga kekaburan
makna. Perubahan maksna tersebut bisa saja terjadi karena perubahan kata dari
bahasa lain, termasuk disini bahasa daerah kebahasa Indonesia. Perubahan makna
boleh juga terjadi karena perubahan leksem, karena tanggapan pemakai bahasa,
dan yang tidak kalah penting, yakni perubahan makna akibat asosiasi pemakai
bahasa terhadap sesuatu.

B. Saran

Sebagai penerus tongkat estafet bangsa dengan di dorong oleh semangat


sebagai pecinta bahasa persatuan. Mari kita tanamkan dalam diri kita untuk
senantiasa bersahaja dan turut andil dalam perkembangan bahasa bangsa, dengan
tidak meninggalkan nilai-nilai luhur dari bahasa daerah sebagai bahasa ibu kita.
Ditambah lagi dengan selalu menelaah bahasa resapan dari bahasa asing hingga
menjadikan bahasa kita bahasa persatuan Indonesia yang utuh, dan mampu

11
menjadi literatur bangsa untuk maju. Sebagai pengguggah muda jangan hanya
diam jika ada sesuatu yang mengganjal difikiran mengenai tulisan ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Setiawan, Ebta. 2012. “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.” KBBI
Indonesia.

Ai Ani, Na ni Fitriah. 2013. Makalah Semantik

Anda mungkin juga menyukai