Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Analisis Wacana Kritis

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
i i i i i i i i i

i Analisis Wacana

Oleh : i

Siti iAmriah iHarahap i i: 1811010042


Antia Ika Mawarni : 1811010037

Dosen iPengampu i:
Dra. Hetti Waluati Triana, M.Pd. Ph.D

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


i i i i

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


i i i

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI i i

IMAM BONJOL PADANG i i

1443 H / 2021 M i i i i
A. PENDAHULUAN

Analisis wacana kritis adalah sebagai upaya untuk menjelaskan suatu teks pada
fenemona sosial dan untuk mengetahui kepentingan yang terkandung didalamnya.
Wacana sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan Analisis Wacana Kritis
untuk mengetahui hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam
domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik.

Menurut Teun A. van Djik (1998) analisis wacana kritis adalah kekuatan dan
ketidaksetaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu analisis wacana
kritis ini digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat
pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, dan kelas sosial. Ranah kajian
tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni: tindakan, konteks, histori,
kekuasaan, dan ideologi.

Perkembangan analisis wacana kritis oleh para ahli telah melahirkan beragam
teori dengan pendekatan. Dalam perkembangannya analisis wacana kritis dapat
membantu memahami bahasa dalam penggunaannya. Karena Bahasa bukan hanya
sekadar menjadi alat komunikasi, tetapi juga digunakan sebagai alat dalam
menerapkan strategi kekuasaan. Kemampuan memahami fungsi bahasa dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi dan strategi wacana. Maka dari itu
membutuhkan ketajaman dalam penafsiran dalam hal ini.

B. PEMBAHASAN

1. Definisi Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis merupakan media pengungkapan kekuasaan, dominasi,


dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi, atau dilawan oleh teks tertulis
maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis. Analisis ini mengambil posisi
melawan arus dominasi dalam kerangka besar untuk melawan ketidakadilan sosial. 1
Analisis Wacana Kritis adalah pendekatan konstruktivis sosial yang meyakini bahwa
representasi dunia bersifat linguistis diskursif, makna bersifat historis dan
pengetahuan diciptakan melalui interaksi sosial.2

1
Van Dijk, Teun.2000. “Discourse Ideology and Context”.London
2. Sejarah Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis
dalam dunia pendidikan barat. Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau
bahkan bagian dari analisis wacana. Kajian analisis wacana ini begitu luas baik dari
segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya. Analisis wacana kritis
mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang
cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis ini bertindak
lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan sebuah wacana memiliki struktur
tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara
pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut.3 

Analisis ini juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi. Analisis


wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan
kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial
dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda. Untuk menganalisis wacana,
yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik, yaitu dengan memperhatikan
kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks novel yang bisa menggunakan teori analisis
wacana kritis.4

3. Karakteristik dan Prinsip Analisis Wacana Kritis

Mengutip apa yang dipaparkan dalam buku analisis wacana 5, berikut ini merupakan
hal-hal yang mencirikan sebuah analisis wacana kritis;

a. Tindakan

Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Atau wacana juga dipahami


sebagai bentuk interaksi. Jadi wacana merupakan sesuatu yang bertujuan, misalnya
apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, dan sebagainya.
Wacana juga merupakan sesuatu yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol.

2
Jorgersen dan Phillips.2007.“Feminist Critical Discourse Analysis and Children’s Fantasy Fiction”. Finland
3
Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.
4
Jorgensen, Marianne W and Phillips, Louise J. 2002. Discourse Analysis As Theory and Method. London:
SAGE Publications
5
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V). Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi
Aksara.
b. Konteks
Mengacu pada pendapat Guy Cook, dalam analisis wacana juga memeriksa
konteks dari komunikasi seperti siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan
mengapa, dalam jenis khalayak dan situasi apa, melalui medium apa, bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi dan hubungan untuk masing-masing
pihak. Sehubungan dengan konteks dalam wacana, Fillmore mengungkapkan betapa
pentingnya peran konteks untuk menentukan makna suatu ujaran, bila konteks
berubah maka berubah pula maknanya. Sementara itu Syafi’ie membedakan konteks
dalam pemakaian bahasa menjadi empat macam6:

(1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu
komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau
perilaku dari para peran dalam komunikasi itu.

(2) konteks epistemisatau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh
pembicara maupun pendengar.

(3) konteks linguistik yang terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang
mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi.

(4) konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan
antara pembicara (penutur) dengan pendengar.

c. Historis

Untuk dapat memahami suatu wacana teks maka dapat dilakukan dengan
memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Oleh karena itu pada saat
menganalisis perlu dimengerti mengapa wacana yang berkembang atau
dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan sebagainya.

d. Kekuasaan

Semua wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun
dipandang sebagai bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah

6
Van,Dijk Teun A. 1993. Principles of critical discourse analysis. Discourse & Society. Vol. 4, no. 2
satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Hubungan antara kekuasaan dan
wacana dapat dilihat dari apa yang dinamakan kontrol. Kontrol dalam suatu wacana
dapat berupa kontrol atas konteks, dan kontrol terhadap struktur wacana. Kontrol atas
konteks misalnya dapat dilihat dari siapa yang boleh atau harus bicara sedangkan
posisi yang lain sebagai pendengar atau yang mengiyakan. Sedangkan kontrol
terhadap struktur wacana dapat dilihat dari seseorang yang memiliki kekuasaan lebih
besar dapat menentukan bagian mana yang perlu ditampilkan dan bagian mana yang
tidak serta bagaimana ia harus ditampilkan.

e. Ideologi

Wacana digunakan sebagai alat oleh kelompok dominan untuk mempersuasi


dan mengkomunikasikan kekuasaan yang mereka miliki agar terlihat absah dan benar
dimata khalayak. Suatu teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik
ideologi tertentu. Menurut teori-teori ideologi dikatakan bahwa ideologi dibangun
oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi
dominasi mereka. Strategi utamanya adalah dengan membangun kesadaran khalayak
bahwa dominasi itu dapat diterima secara taken for granted.

C. PENUTUP

Kesimpulan :

Analisis wacana kritis merupakan media pengungkapan kekuasaan, dominasi,


dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi, atau dilawan oleh teks tertulis
maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis. Analisis ini mengambil
posisi melawan arus dominasi dalam kerangka besar untuk melawan ketidakadilan
sosial.

Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis
dalam dunia pendidikan barat. Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau
bahkan bagian dari analisis wacana.
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V).
Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.

Jorgensen, Marianne W and Phillips, Louise J. 2002. Discourse Analysis As Theory


and Method. London: SAGE Publications

Jorgersen dan Phillips.2007.“Feminist Critical Discourse Analysis and Children’s


Fantasy Fiction”. Finland

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.

Van Dijk, Teun.2000. “Discourse Ideology and Context”.London

Van,Dijk Teun A. 1993. Principles of critical discourse analysis. Discourse &


Society. Vol. 4, no. 2

Anda mungkin juga menyukai