ILMU BADI’
Tentang :
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Drs. Wartiman, MA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Tidak lupa kami ucapkan kepada Dosen Pengampu atas bimbingannya dan
sudah memberi kami amanah untuk menyelesaikan makalah ini, serta arahan yang
mempermudah kami dalam menyelesaikan makalah ini. dan kami juga dapat
meningkatkan minat membaca dan mendalami muqaddimah dari ilmu badi’.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami sajikan ini
dapat bermanfaat untuk kami dan kita semua, terutama bagi pembaca.
Pemakalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Balaghah ialah suatu ilmu yang berlandaskan kejernihan jiwa dan ketelitian
dalam menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara
macam-macam uslub (ungkapan). Adapun ilmu balaghah memiliki tiga cabang
ilmu, yakni Ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’.
Pembahasan dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai ilmu badi’. Konsep
ilmu badi menjelaskan lafadz maupun keindahan makna. Lebih jelasnya akan
pemakalah jelaskan dalam makalah ini tentang Muqaddimah Ilmu Badi’.
B. RUMUSAN MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu Badi’ secara bahasa berarti bagus, indah. Ilmu Badi’ secara istilah, di
dalam buku Jawahir Al-Balaghah karya Al-Hasyimi yaitu :
علم يعرف به الوجوه واملزايا اليت تزيد الكالم حسنا وطالوة وتكسبوه هباء ورونقا بعد مطابقته
1
Al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’aniwa al-Bayan wa al-Badi’, (Indonesia:
Dar Ihya Al-Kutub al-Arobiyah, 1960), hal,177.
2
Ibid.,
3
dan menjadi indah, sehingga ungkapan yangdikeluarkan akan mengandung makna
yang mendalam.3
Pelopor ilmu Badi’ adalah Abdullah Ibn Al-Mu’taz yang wafat pada tahun
274 H.5 kemudian ilmu ini dikembangkan oleh Imam Qatadah bin Ja’far Al-
Khatib. Setelah itu diikuti oleh ulma-ulama lainnya seperti, Abu Hilal Al-Askari,
Ibnu Rusyaiq Al-Qairawani, Shafiyuddin Al-Hilli dan Ibn Al-Hijjah.
Pada dasarnya ilmu Badi’ telah dikenal sejak zaman jahiliyah dan Islam
yang dapat dalam kalam Arab. Ungkapan-ungkapan yang mereka keluarkan
secara spontan dan otomatis, dan mereka tidak bermaksud atau dengan sengaja
mengucapkan kata-kata yang bernilai Badi’.
Hal ini disebabkan oleh jiwa mereka yang telah berbaur serta hidup dalam
lingkungan yang menjnjung tinggi nilai sastra dan orang-orang Arah jahiliyah
sebelum turunnya Alquran telah dikenal sebagai ahli sastra yang kompeten.
Mereka mampu mengubah keadaan alam atau suasana hatinya menjadi lirik-lirik
syair atau bait-bait puisi yang mempesona yang menunjukkan keasadaran serta
keahlian mereka dalam bidang sastra yang bernilai tinggi. Misalkan saja, Umru’ul
Qays salah seorang punjangga Arab Jahiliyah ia mampu mengambarkan hal-hal
yang bersifat abstrak menjadi kongkrit, hingga seakan-akan dapat diraba
keberadaannya.6
Sebab itu wajar saja kemudian hari setelah terjadinya perkembangan pada
peradaban muncul banyak penyair.Di antara mereka ada salah seorang penyair
3
Eta Hartati, Skripsi: “ At-Thibaq dalam Surah An-Nisa” (Jambi: UNJA, 2017), hal, 7.
4
Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2016), Cet, ke-10, hal. 377.
5
Said Ahmad Al-Hasyim, Jawahir Al-Balaghah fi Maa’ni wal Al-Bayan wal Al-badi’,
(Beirut: Maktabah Asriyah, tt), hal,298.
6
Faisol Mubarak, “Selayan Pandang Perkembangan Balaghah (Telaah Kristis terhadap
Sejarah Perkembangan Balaghah)”, tt. 1-2.
4
yang piawai dan memeliki kedalaman makna.Beliau adalah Abdullah Ibn Mu’taz.
Beliaulah yang menjadi peletak dasar ilmu Badi’ dan merngarang buku yang
diberi judul ‘Badi’ di dalam buku tersebuh membahas tentang isti’arah, jinas,
muthobiqoh, raddul ‘ajzi ala shudur, dan madzhab kalam.7
1. al-muhassinat al-lafdziyah
Jinas adalah adanya kesamaan dua kata dalam pelafalan namun berbeda
dalam pemaknaan. Sedangkan Saj’ dalam terminologi balaghiyyin yang berarti
adanya dua kalimat atau lebih yang mempunyai akhiran huruf yang sama, dan
kata terakhir pada setiap kalimat disebut dengan fashilah, dan setiap kalimat
disebut dengan faqrah.
2. al-muhassinat al-maknawiyah
5
penunjukan katanya tersirat dan inilah makna yang dikehendaki. Thibaq ialah
terkumpulnya suatu kata dengan lawan katanya dalam sebuah kalimat.
8
Umar Manshur, “Peningkatan Pemahaman Ilmu Balaghah Santri Melalui Pemahan Konteks di
Asrama Program Keagamaan Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton Probolinggo”, 2018, hal, 12-
14.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek kajian ilmu badî’ adalah upaya memperindah bahasa baik pada
tataran lapal maupun makna. Pada tataran lapal biasa disebut muhassinât
lafzhiyyah dan pada tataran makna dinamakan muhassinât ma’nawiyyah.
Pelopor ilmu Badi’ adalah Abdullah Ibn Al-Mu’taz yang wafat pada tahun
274 H. kemudian ilmu ini dikembangkan oleh Imam Qatadah bin Ja’far Al-
Khatib. Setelah itu diikuti oleh ulma-ulama lainnya seperti, Abu Hilal Al-Askari,
Ibnu Rusyaiq Al-Qairawani, Shafiyuddin Al-Hilli dan Ibn Al-Hijjah.
7
DAFTAR PUSTAKA