Anda di halaman 1dari 18

WUJŪH AL-KHIṬĀBĀT AL-QUR’AN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah UṢūl al-Tafsīr Wa Qawā’iduhu

Dosen Pengampu:

Abdul Wadud Kasful Humam, M.hum.

Oleh :

Mu’ Tashim Billah

NIM: 2018.01.01.1020

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2020
A. PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla. dan termasuk mukjizat yang
paling agung karena al-Qur’an masih ada dan dijaga keutuhannya oleh Allah Subhānahu Wa
Ta’āla. sampai hari kiamat nanti. Sebagai mukjizat yang paling agung al-Qur’an mempunyai
gaya bahasa dan susunan kalimat yang begitu bagus hingga membuat masyarakat Arab dan
masyarakat lainnya pada masa itu tidak bisa membuat yang sepadan dengannya, bahkan
hingga sekarangpun tidak ada satupun yang bisa menandingi gaya bahasa al-Qur’an yang
begitu tinggi. Hal ini telah ditegaskan didalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 23 :

‫ص ِادقِني‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ب مِم َّا َنَّزلْنَا علَى عب ِدنَا فَأْتُوا بِس‬


َ ‫ور ٍة م ْن مثْله َو ْادعُوا ُش َه َداءَ ُك ْم م ْن ُدون اللَّه إِ ْن ُكْنتُ ْم‬
َ ُ َْ ٰ َ ٍ ْ‫وإِ ْن ُكْنتُم يِف ري‬
َ ْ َ

Artinya :

"Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar.”

Al-Qur’an mempunyai beberapa kandungan, diantaranya adalah perintah terhadap


manusia baik yang beriman atau manusia secara kesuluruhan, perintah yang diredaksikan
didalam al-Qur’an ada yang menggunakan redaksi pengukuhan dan ada yang tidak, tentu
perintah yang disertai pengukuhan dengan yang tidak, mempunyai makna yang berbeda. Ada
juga tengatang pujian terhadap suatu kaum atau pujian secara individual dan ada juga celaan,
dan sebagainya, semuanya mempunyai dampak dan kesan yang berbeda sesuai dengan tujuan
kalam dan kandungan yang ada didalamnya. Dari sinilah lahir suatu pembahasan yang
membahas tentang maksud redaksi yang terdapat didalam al-Qur’an yang dinamakan Wujūh
al-Khiṭābāt al-Qur’an oleh Ulama Tafsir.

B. Pengertian Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an


1. Definisi Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an

Secara etimologi kata Wujūh adalah bentuk jamak dari kata wajah yang berarti
arah/maksud.1 sedangkan kata Khiṭābāt merupakan bentuk plural dari suku kata Khiṭāb.
Seakar juga dengan kata khutbah yang mempunyai arti penyampaian/pidato, yang digunakan
dalam hal penyampaian penting kepada sasaran tertentu, dalam forum tertentu. Secara
terminology Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an adalah maksud keaneka ragaman percakapan yang
1
Muhammad bin Mukram, Lisānul Arāb,(Beirut: Dar al-Mishri, t.th.), 559.
ditujukan oleh pembicara, baik sasaran itu berada di sekitar pembicara, maupun tidak 2. Dalam
konteks ini pembicara yang dimaksudkan adalah Allah Subhānahu Wa Ta’āla. Kata Wujūh
diatas bukan bagian dari kata al- Wujūh Wa an-Naẓāir, melainkan kata yang sama dalam segi
bahasa saja. Banyaknya bentuk pembicaraan mulai dari menggunakan redaksi yang
bermacam-macam, atau mukhāṭib berbicara untuk meyakinkan mukhāṭab (mitra bicara)
adalah bagian dari khiṭābāt yang memang sering digunakan dalam bahasa Arab.3

Khiṭāb mempunyai empat unsur yang tidak dapat dipisahkan darinya, yaitu :

1. Mukhāṭib (pembicara)

Konteks yang kita bicarakan kali ini adalah al-Qur’an yang berarti Mukhāṭibnya adalah
Allah Subhānahu Wa Ta’āla. Karena al-Qur’an adalah kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla.
Perlu di perhatikan bahwa setiap kalam baik kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla. atau kalam
manusia bisa jadi berupa :

a. Ucapan si pengucap sekaligus pemiliknya

Dalam al-Qur’an misalnya, firman Allah Subhānahu Wa Ta’āla. yang ditujukan kepada
Nabi Mūsa :

ِ ‫َّك بِٱلْ َو ِاد ٱلْ ُم َقد‬


‫َّس طًُوى‬ َ ‫ك ۖ إِن‬
َ ‫ٱخلَ ْع نَ ْعلَْي‬
۠
َ ُّ‫إِىِّن ٓى أَنَ ا َرب‬
ْ َ‫ك ف‬

Artinya :

“Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu, maka bukalah alas kakimu, sesungguhnya kamu berada
dilembah yang suci, yang penuh berkah.” (Q.S. Thaha [20]: 12).

Disini Allah Subhānahu Wa Ta’āla. berfirman kepada Nabi Mūsa serta memerintah agar
membuka alas kakinya, kalam ini adalah kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla. dan Allah
Subhānahu Wa Ta’āla. juga pemiliknya yang ditujukan kepada Nabi Mūsa.

b. Ucapan si pengucap tapi bukan dia pemiliknya

Terkadang seseorang mengucapkan sebuah kalimat akan tetapi bukan dia pemiliknya
seperti perawi hadith dia mengucapkan sebuah matan hadith akan tetapi bukan dia
pemiliknya melainkan Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.

2
M.Quraish Shihab, Kaidah tafsir,(Tanggerang: Lentera Hati, 2015), 297.
3
Khalid Uthman as-Sabt, Qawā’id at-Tafsir Jam’an Wa Dirāsatan, (Madinah:Dar ibnu ‘Affan, 1415 H.), 270.
2. Mukhāṭab (mitra bicara)

Teman bicara/mitra bicara bermacam, baik hadir maupun tidak. Dalam konteks al-Qur’an
Mukhāṭab bisa tertuju kepada semua manusia keseluruhan tanpa terkecuali, ada yang tertuju
kepada suatu kaum, atau ada juga yang tertuju kepada orang-orang yang beriman secara
khusus, dan masih banyak Mukhāṭab yang disebutkan didalam al-Qur’an.

3. Khiṭāb (kandungan pembicaraan)

Allah Subhānahu Wa Ta’āla. menyampaikan khiṭāb-Nya kepada manusia baik berupa


perintah, tuntunan, dan informasi yang dibutuhkan agar manusia bisa menggapai kebahagian
baik di dunia atau di akhirat. Allah Subhānahu Wa Ta’āla. akan menguraikan khiṭāb-Nya
dengan rinci sepanjang kebutuhan manusia dan bisa di jangkau oleh akal pikiran manusia,
ada juga Khiṭāb Allah Subhānahu Wa Ta’āla. yang tidak dijelaskan karena tidak dapat
dijangkau oleh nalar manusia, misalnya dalam masalah Ruh dan hari akhir.4

Mengenai cara Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an ulama Tafsir berbeda dalam jumlahnya ada
yang mengatakan ada 15 cara ini adalah pendapat ibnu Jauzī dalam kitabnya an-Nafis.
Namun pendapat lain mengatakan terdapat 30 lebih cara Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an.5
Sebagian Ulama berpendapat bahwa Khiṭāb dalam al-Qur’an terdapat tiga bagian jika ditinjau
dari Mukhāṭabnya(sasarannya) :

a. Khiṭābnya hanya khusus tertuju pada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa
Sallam.
b. Khiṭābnya kepada selain Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.
(ummatnya).
c. Khiṭābnya tertuju pada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. dan pada
yang lain (ummatnya).6

Namun jika dilihat dari segi bentuknya terdapat dua macam sebagaimana yang dituturkan
oleh Mannā’ Khalil al-Qattān dalam kitab Mabāhith fī Ulūmi al-Qur’an bahwa Khiṭābāt
dalam al-Qur’an terbagi dua macam,yaitu:

a. Khiṭāb ismi, yaitu Khiṭāb yang menunjukan ketetapan.


b. Khiṭāb fi’li, yaitu Khiṭāb yang menujukan sesuatu hal yang baru.

4
M.Quraish Shihab, Kaidah tafsir,(Tanggerang: Lentera Hati, 2015 ),300-307.
5
Abdur Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an, (Lebanon: ar-Risālah, 2008 ),488.
6
Abdur Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an, 489.
Di antara kedua bentuk Khiṭāb di atas, mempunyai tempat masing-masing yang tidak
bisa dicocokkan antara satu dengan yang lainnya. Mengenai Khiṭāb ismi dalam al-Qur’an
dicontohkan dalam surat al-Hujurāt ayat 15, yang berbunyi:

‫ين َآمنُوا بِاللَّ ِه َو َر ُسولِِه‬ ِ َّ ِ ‫ِمَّن‬


َ ‫إ َا الْ ُم ْؤمنُو َن الذ‬

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya


(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,...”7
Sedangkan untuk Khiṭāb fi’li dalam al-Qur’an, di antaranya terdapat dalam surah al-
Imrān ayat 134, yang berbunyi:

‫ب الْ ُم ْح ِسنِني‬
ُّ ِ‫َّاس ۗ َواللَّهُ حُي‬
ِ ‫ني َع ِن الن‬ِ ِِ ِ ِ َّ ‫الَّ ِذين يْن ِف ُقو َن يِف‬
َ ‫ظ َوالْ َعاف‬
َ ‫ني الْغَْي‬
َ ‫السَّراء َوالضََّّراء َوالْ َكاظم‬ َُ

Artinya:

“Mereka adalah orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”8
Dalam surat al-Imrān di atas, kata nafaqah menunjukan sesuatu pekerjaan yang
bersifat baru. Berbeda dengan makna iman dalam surat al-Hujurāt ayat 15 sebelumnya yang
mana iman adalah suatu yang bersifat selamanya atau sudah terdahulu. Hal serupa terdapat
pula dalam surah al-Dzariyat ayat 25 yang berbunyi9:

‫إِ ْذ َد َخلُوا َعلَْي ِه َف َقالُوا َساَل ًما ۖ قَ َال َساَل ٌم َق ْو ٌم ُّمن َكُرو َن‬

Artinya:

“(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun".


Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal".10
Kata salaman yang pertama asalnya adalah naslamu alaika salaman, yakni sadda
musadda fi’li beda halnya dengan salamnya Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. yaitu mengucapkan
salamun, salamun sendiri menjadi mubtada dan khabarnya dibuang dengan mentakdirkan

7
Kemenag RI, Al-Qur`an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Kemenag RI, 2017).
8
Ibid.
9
Mannā’ Khalil al-Qaṭṭān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Wahbah, 2000 ),196.
10
Kemenag RI, Al-Qur`an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Kemenag RI, 2017).
kata ‘alaikum salam. Hal itu menunjukan bahwa salam Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. lebih
sejati dari pada malaikat. Peristiwa malaikat tersebut menunjukan suatu hal yang baru yaitu
mengucapkan salam kemudian Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. menjawabnya dengan
menetapkannya.11

2. Bentuk dan macam Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an

Dari macamnya Wujūh al-Khiṭābāt baik dalam kitab al-Itqān Fi Ulūm al-Qur’an dan
kitab UṢūl al-Tafsīr Wa Qawā’iduhu sama-sama mencantumkan 32 cara Khiṭāb Allah
Subhānahu Wa Ta’āla. diturunkan, yaitu :

1. ‫وم‬--‫ه العم‬--‫ام املراد ب‬--‫اب الع‬--‫( خط‬menggunakan redaksi yang umum dan yang dimaksudnya
umum).

Redaksi seperti ini banyak dalam al-Qur’an salah satu Contohnya :

‫َّاس أَن ُف َس ُه ْم يَظْلِ ُمو َن‬ ِٰ ِ َّ ِ


َ ‫إ َّن ٱللهَ اَل يَظْل ُم ٱلن‬
َ ‫ا َولَك َّن ٱلن‬-ً‫َّاس َشْي ًٔٔـ‬

Artinya :

“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang
berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.”

Khiṭābnya disini menggunakan redaksi umum yaitu lafal ‫َّاس‬


َ ‫ ٱلن‬dan memang tertuju kepada
manusia itu sendiri.

2. ‫وص‬-- - -‫ه اخلص‬-- - -‫اب اخلاص املراد ب‬-- - -‫( خط‬menggunakan redaksi khusus dan yang dimaksud

memang khusus)

Seperti :

ِ ‫ك ِم َن ٱلن‬ ِ ‫ك ۖ وإِن مَّل َت ْفعل فَما بلَّ ْغت ِرسالَتَهۥ ۚ وٱللَّه يع‬ ِ َ ‫ول بلِّ ْغ مٓا أُن ِز َل إِلَي‬ ٓ
‫َّاس‬ َ ‫ص ُم‬ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ِّ‫ك من َّرب‬ ْ َ َ ُ ‫ٱلر ُس‬ َّ ‫ٰيَأَيُّ َها‬

Artinya :

11
Mannā’ Khalil al-Qaṭṭān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Wahbah, 2000,), 196.
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-
Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia..” (Q.S. al-Maidah[5] 67).

Mukhāṭabnya disini adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.dan


memang Khiṭābnya kepada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.

3. ‫وم‬-- -‫ه العم‬-- -‫اب اخلاص املراد ب‬-- -‫(خط‬menggunakan redaksi khusus yang dimaksud umum).

Seperti :

َّ ِ ٰٓ
َ ‫أيََيُّ َها ٱلنَّىِب ُّ إذَا طَل ْقتُ ُم ٱلن‬
َ‫ِّسٓاء‬

Artinya :

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu….”

Khiṭābnya dimulai kepada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. tetapi yang
dimaksud adalah semua orang yang memiliki hak untuk mentalak.

4. ‫( خطاب العام املراد به اخلصوص‬menggunakan redaksi umum yang dimaksud khusus).

Ulama berbeda pendapat tentang keberadaan jenis ini dalam al-Qur’an. Menurut pendapat
yang Ṣahih jenis ini itu terdapat dalam al-Qur’an, seperti surat al-Baqarah ayat 13

ُّ ‫َّاس قَالُ ٓوا أَنُ ْؤ ِم ُن َك َمٓا ءَ َام َن‬


۟ ۟ ِ ِ ِ
ُ‫ٱلس َف َهٓاء‬ ُ ‫يل هَلُ ْم ءَامنُو ا َك َمٓا ءَ َام َن ٱلن‬
َ ‫َوإذَا ق‬

keumuman ayat ini yaitu menggunakan redaksi umum padahal ayat ini tertuju kepada
Abdillah bin Salam.

5. ‫( خطاب اجلنس‬menggunakan redaksi suatu jenis)

seperti contoh kalimat ‫يأيهاالناس‬, maka yang dimaksud adalah semua jenis manusia, tidak
secara individu. Kalau tidak begitu maksudnya, maka sudah jelas bahwa selain mukallaf itu
tidak masuk dalam Khiṭāb ini. Khiṭāb jins biasanya Mukhāṭabnya banyak dari penduduk
Makkah. Dan ahli Uṣul menguatkan pendapat bahwa Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi
Wa Sallam. masuk dalam Khiṭāb dengan kalimat ‫يأيهاالناس‬. Ar-Rāghib berkata: Kata ‫اس‬b‫الن‬
kadang disebut untuk menunjukkan orang-orang yang terhormat saja secara majaz, tanpa
meliputi semua yang terkandung kata itu. Hal itu terjadi ketika yang dipertimbangkan adalah
makna menjadi manusia, yaitu keberadaan akal dan semua kemampuan yang khusus dimiliki
manusia. Seperti dalam ayat 13 dari surat al-Baqarah (‫اس‬bb‫ا آمن الن‬bb‫وا كم‬bb‫) أمن‬, maksudnya
sebagaimana diperbuat oleh orang-orang yang mempunyai karakter menjadi manusia.
Kadang dari Khiṭāb Jins ini ada yang dimaksudkan spesies (nau’, bukan jins) manusia itu
sendiri, seperti dalam al-Baqarah 251 (‫)ولوال دفع اهلل الناس بعضهم ببعض لفسدت اإلرض‬

6. ‫( خطاب النوع‬menggunakan redaksi suatu kelompok/golongan)

Seperti kalimat ‫ يا بني إسراءيل‬dan yang maksudnya adalah Bani Ya’qūb.

7. ‫( خطاب العني‬menggunakan redaksi yang tertentu)

Khiṭāb ini biasanya menggunakan kata panggilan kepada para Nabi selain Nabi
Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. seperti :

ٓ
َ‫ك ٱجْلَنَّة‬
َ ‫َنت َو َز ْو ُج‬ ْ ‫ َاد ُم‬-َ‫َو ُق ْلنَا ٰئََٔـ‬
َ ‫ٱس ُك ْن أ‬

Artinya :

"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini….”

Berbeda kalau Mukhāṭabnya adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa


Sallam. tidak menyebutkan nama akan tetapi dengan menggunakan panggilan ‫ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّبِ ُّى‬hal ini
merupakan suatu penghormatan dan mengkhususkan kepada beliau dari yang lainnya.

8. ‫( خطاب املدح‬redaksi pujian)

Khiṭāb pujian ini di ungkapkan oleh Mukhāṭib untuk memuji Mukhāṭab seperti :

۟ ُ‫إ َّن ٱلَّ ِذينَ َءامن‬


‫وا‬ َ ِ

Ungkapan ini adalah pujian Allah Subhānahu Wa Ta’āla. kepada orang-orang yang
beriman.
9. ‫( خطاب الذم‬redaksi celaan)

Jika dilihat dari segi bahasa Khiṭāb ini merupakan Khiṭāb Allah Subhānahu Wa Ta’āla.
yang ditujukan untuk mencela, tentu Mukhāṭab disini tidak akan tertuju kepada orang-orang
yang beriman. Seperti dalam surah at-Tahrīm ayat 7:

‫ين َك َفُرو ۟ا اَل َت ْعتَ ِذ ُرو ۟ا ٱلَْي ْو َم‬ ِ َّ ٓ ٰ


َ ‫يأََيُّ َها ٱلذ‬

Artinya :

“Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini..”

10. ‫الكرامة‬ ‫( خطاب‬redaksi penghormatan)

Seperti dalam surah Qaf ayat 34 :

‫وها بِ َس ٰلَ ٍم‬


َ ُ‫ْٱد ُخل‬

Artinya :

“masukilah surga itu dengan aman,,,,”

11. ‫اإلهانة‬ ‫( خطاب‬redaksi hinaan)

Khiṭāb ini adalah suatu hinaan kepada Mukhāṭab seperti dalam surah Ṣad ayat 77 :

‫يم‬ ِ ‫فَِإن‬
ٌ ‫َّك َرج‬
َ

Artinya :

“sesungguhnya kamu (Iblis) adalah orang yang terkutuk.”

12. ‫التهكم‬ ‫( خطاب‬redaksi mengejek )

Mukhāṭib disini mengejek Mukhāṭab dengan mengatakan kemuliaan. Padahal hanya


Allah Subhānahu Wa Ta’āla. yang maha mulia
ُ‫َنت ٱلْ َع ِز ُيز ٱلْ َك ِرمي‬ َ ‫ذُ ْق إِن‬
َ ‫َّك أ‬

Artinya :

“Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia”

13. ‫الواحد‬ ‫( خطاب اجلمع بلفظ‬Khiṭābnya banyak dengan menggunakan redaksi tunggal)

Mukhāṭib disini menggunakan Khiṭābnya dengan lafal jamak tapi dengan redaksi lafal
tunggal.

‫ك َك ْد ًحا فَ ُم ٰلَ ِق ِيه‬ ِ


َ ِّ‫َّك َكاد ٌح إِىَل ٰ َرب‬
َ ‫نس ُن إِن‬ ِ ٰٓ
َٰ ‫يَأَيُّ َها ٱإْل‬

Artinya :

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju


Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”

14. ‫اجلمع‬ ‫( خطاب الواحد بلفظ‬Khiṭābnya tunggal dengan redaksi jamak)

Khiṭābnya disini adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. tapi
redaksinya menggunakan kata jamak

ِ ‫ٱعملُو ۟ا ِ ِ مِب‬ ِ ِ۟ ٓ
‫يم‬ َ َ ْ ‫ٱلر ُس ُل ُكلُو ا م َن ٱلطَّيِّبَٰت َو‬
ٌ ‫صٰل ًحا ۖ إىِّن َا َت ْع َملُو َن َعل‬ ُّ ‫ٰيَأَيُّ َها‬

15. ‫نني‬--‫اإلث‬ ‫ظ‬--‫د بلف‬--‫اب الواح‬--‫( خط‬Khiṭābnya satu dengan menggunakan lafal yang bermakna
dua)

Redaksinya menggunakan kata yang menunjukkan dua akantetapi Khiṭābnya satu. Dalam
contoh dibawah yang dimaksud adalah malaikat Malik.

ٍ ِ‫أَلْ ِقيا ىِف جهنَّم ُك َّل َكفَّا ٍر عن‬


‫يد‬ َ َ ََ َ

Artinya :
“Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan
keras kepala.”

16. ‫الواحد‬ ‫( خطاب اإلثنني بلفظ‬Khiṭābnya dua dengan redaksi tunggal)

Khiṭābnya dua akan tetapi menggunakan lafal tunggal. Seperti pertanyaa Fir’aun kepada
Nabi Musa dan Nabi ilyās dalam surah ṭāhā ayat 49 :

َ ُ ‫قَ َال فَ َمن َّربُّ ُك َما مَٰي‬


‫وس ٰى‬

Artinya:

“maka siapakah tuhanmu berdua, hai Musa ?”

17. ‫الواحد‬ ‫( خطاب اجلمع بلفظ‬Khiṭābnya jamak dengan redaksi lafal tunggal)

Redaksinya menggunakan redaksi tunggal sedangkan Khiṭābnya jamak, dalam contoh


dibawah Khiṭābnya adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. hikmah dibalik
penggunaan kata jamak adalah menunjukkan bahwa semua manusia akan masuk dan ikut
kepada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.

ِ ٍ ِ ِ۟ ٍ
ً ‫َو َما تَ ُكو ُن ىِف َشأْن َو َما َتْتلُو ا مْنهُ من ُقْرءَان َواَل َت ْع َملُو َن م ْن َع َم ٍل إِاَّل ُكنَّا َعلَْي ُك ْم ُش ُه‬
‫ودا‬

Artinya :

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di
waktu kamu melakukannya.”

18. ‫غريه‬ ‫( خطاب العني واملراد به‬Khiṭābnya tertentu maksudnya pada yang lain)

Menggunakan lafal tertentu akan tetapi yang dimaksudkan adalah lainnya. Seperti dalam
surah al-Ahzāb ayat 1 Khiṭābnya tertentu pada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa
Sallam. namun yang dimaksudkan adalah ummatnya :
ِِ ِٰ ِ ِ ٰٓ
َ ‫يَأَيُّ َها ٱلنَّىِب ُّ ٱتَّق ٱللَّهَ َواَل تُط ِع ٱلْ َكف ِر‬
َ ‫ين َوٱلْ ُم ٰنَفق‬
‫ني‬

Artinya :

“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah Subhānahu Wa Ta’āla.dan janganlah kamu


menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik…”

19. ‫اإلعتبار‬ ‫( خطاب‬Khiṭābnya memberikan sebuah pelajaran)

Khiṭāb ini adalah suatu pelajaran bagi semua manusia, seperti cerita Nabi Ṣalih dalam
surah al-‘Araf ayat 79 tatkala kaumnya di binasakan oleh Allah Subhānahu Wa Ta’āla.
padahal Nabi Ṣalih sudah menyampaikan risalahnya

ِِٰ ِ ِٰ ِ َ َ‫عْنهم وق‬


َ ‫ت لَ ُك ْم َولَكن اَّل حُت بُّو َن ٱلنَّصح‬
‫ني‬ َ َ‫ال ٰيََق ْوم لََق ْد أ َْبلَ ْغتُ ُك ْم ِر َسالَةَ َرىِّب َون‬
ُ ‫ص ْح‬ َ ُْ َ ٰ ‫َفَت َوىَّل‬

Artinya :

“Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku
telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu,
tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat".

20. ‫ريه‬--‫غ‬ ‫دول اىل‬--‫خص مث الع‬--‫اب الش‬--‫( خط‬Khiṭābnya pada satu orang kemudian berganti pada
yang lain)

Khitabnya pada satu orang namun akhirnya pindah pada yang lain. Seperti dalam surah
۟ ‫ فَإلَّ ْم يَ ْستَ ِجيب‬Khiṭābnya disini adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa
Hūd ayat 14 ‫ُوا لَ ُكم‬ ِ
Sallam. kemudian lanjutan ayatnya ِ ‫ز َل بِ ِع ْل ِم ٱهَّلل‬b ُ ۟
ِ b‫ فَٱ ْعلَ ُم ٓوا أَنَّ َمٓا أن‬yang kemudian pindah Khiṭābnya
kepada orang-orang kafir.

21. ‫التلوين‬ ‫خطاب‬

Khiṭāb ini lebih dikenal dalam istilah ilmu bayan dengan sebutan iltifāt. Seperti dalam
surah Rūm ayat 39 :
‫َو َمٓا ءَاَتْيتُم ِّمن ِّربًا‬

22. ‫اجلمادات‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb kepada sesuatu yang tak berakal)

Khiṭāb ini tertuju pada sesuatu yang tidak punya akal. Seperti dalam surah Fuṣṣilat ayat
11 :

ِِ ِ ِ ‫َف َق َال هَل ا ولِأْل َر‬


َ ‫ض ٱئْتيَا طَ ْو ًعا أ َْو َك ْر ًها قَالَتَٓا أََتْينَا طَٓائع‬
‫ني‬ ْ ََ

Artinya :

“ lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan
suka hati”.”

23. ‫التهييج‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb penyemangat)

Khiṭābnya berupa penyemangat. Mukhāṭib dalam konteks khitab ini memberikan


semangat kepada Mukhāṭab. Seperti dalam surah al-Māidah ayat 23 :

ِِ ۟ ِ
َ ‫َو َعلَى ٱللَّه َفَت َو َّكلُ ٓوا إِن ُكنتُم ُّم ْؤمن‬
‫ني‬

24. ‫اإلغضاب‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb marah/sindiran)

Khiṭāb ini jika kita bandingkan hampir sama dengan istidrāj. Seperti dalam surah al-Kahfi
ayat 50 :

ِ ِ ٰ ِ ‫َّخ ُذونَهۥ وذُِّريَّتَهٓۥ أَولِيٓاء ِمن دوىِن وهم لَ ُكم ع ُد ۢ ٌّو ۚ بِْئ‬
ِ ‫أََفتَت‬
َ ‫س للظَّلم‬
‫ني بَ َداًل‬ َ َ ْ َُْ ُ َ َ ْ ُ َُ

Artinya :

“Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain


daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti
(dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
25. ‫والتحريض‬ ‫( خطاب التشجيع‬Khiṭāb penyemangat)

Khiṭāb ini adalah penyemangat dengan menggunakan sifat sifat yang bagus 12. Seperti
dalam surah Ali-Imrān ayat 125 :

ٓ ٍ َ‫صرِب و ۟ا وَتَّت ُقو ۟ا ويأْتُو ُكم ِّمن َفو ِر ِهم َٰه َذا مُيْ ِد ْد ُكم ربُّ ُكم خِب َمس ِة ءاٰل‬
‫ف ِّم َن ٱلْ َم ٰلَئِ َك ِة‬ َ َْ َْ ْ ْ ََ
ِ ٓ
َ ُ ْ َ‫َبلَ ٰى ۚ إن ت‬
‫ني‬ ِ
َ ‫ُم َس ِّوم‬
Artinya :

“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang
memakai tanda.”

26. ‫التنفري‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb pemetakan)

Khiṭāb pemetakan maksdunya adalah dengan membagi satu kelompok begitu juga
kelompok lain. Seperti dalam surah al-Hujarāt ayat 12 :

ِ ۟ ِِ ُّ ِ‫ضا ۚ أَحُي‬
‫يم‬ ٌ ‫َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل حَلْ َم أَخيه َمْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َو َّٱت ُقو ا ٱللَّهَ ۚ إِ َّن ٱللَّهَ َت َّو‬
ٌ ‫اب َّرح‬ َ‫بأ‬ ً ‫ض ُكم َب ْع‬
ُ ‫َواَل َي ْغتَب بَّ ْع‬
Artinya :

“Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

27. ‫التحبيب‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb menaruh belas kasih)

Seperti dalam surah Maryam ayat 42 :

ِ ‫ت مِل َتعب ُد ما اَل يسمع واَل يب‬


ِ ٓ
َ ‫صُر َواَل يُ ْغىِن َع‬
‫ا‬-ً‫نك َشْئًٔـ‬ ُْ َ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ‫ٰيأََب‬

Artinya :

12
Muhammad bin Bahādur al-Zarkasyi, al-Burhān Fī Ulūm al-Qur’an, (Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
2018), 376.
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?.”

28. ‫التعجيز‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb kemukjizatan)

Khiṭāb ini berisikan tentang kemukjizatan al-Qur’an seperti dalam surah al-Baqarah ayat
23 :

‫ور ٍة ِم ْن ِمثْلِ ِه‬ ِ ِ ‫ٍ مِم‬ ِ


َ ‫َوإ ْن ُكْنتُ ْم يِف َريْب َّا نََّزلْنَا َعلَ ٰى َعْبدنَا فَأْتُوا ب ُس‬

Artinya :

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

29. ‫التكذيب‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb bohong)

Khiṭāb ini adalah ungkapan yang tidak mungkin terjadi/bohong adanya. Seperti dalam
surah Ali-Imrān ayat 93 :

‫ني‬ِ ِ ‫قُل فَأْتُو ۟ا بِٱلتَّور ٰى ِة فَٱ ْتلُوهٓا إِن ُكنتم‬


َ ‫صٰدق‬
َ ُْ َ َْ ْ

Artinya :

  “….maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar.”

30. ‫التشريف‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb memuliakan)

Khiṭāb ini yaitu dengan diawali redaksi ‫ قل‬seperti dalam surah al-Ikhlaṣ atau ‫ل آمنا‬-‫ق‬ hal

ini berisikan tentang kemuliaan manusia.

31. ‫املعدوم‬ ‫( خطاب‬Khiṭāb kepada anak cucu Nabi Adam/Manusia)

َ ‫ يَٰبَىِن ٓى ء‬Mukhāṭabnya adalah manusia.


Khiṭāb ini menggunakan redaksi‫اد َم‬
َ
32. ‫والتلهيف‬ ‫( خطاب التحسري‬Khiṭāb bersedih)

Seperti dalam surah Ali Imrān ayat 119 :

‫قُ ْل ُموتُو ۟ا بِغَْي ِظ ُك ْم‬

Artinya :

“Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu".”

33. ‫واإلستعطاف‬ ‫( خطاب التحنن‬Khiṭāb menyayangi dan kasih sayang)

Khiṭāb ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada Manusia agar mereka lebih hati-
hati dalam menjalani kehidupan didunia. Seperti dalam surah az-Zumar ayat 53 :

‫َسَرفُو ۟ا َعلَ ٰ ٓى أَن ُف ِس ِه ْم اَل َت ْقنَطُو ۟ا ِمن رَّمْح َِة ٱللَّ ِه‬ ِ َّ ‫قُل يٰعِب ِاد‬
ْ ‫ين أ‬
َ ‫ى ٱ لذ‬َ ََ ْ

Artinya :

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”13

3. Urgensi Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an

Jika dilihat kembali mengenai Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an kita akan menjumpai bahwa
bagaimana Allah memuji dirinya sendiri, makhluknya, serta para utusannya. Allah juga
menunjukkan berbagai jalan untuk kebahagian dan keselamatan manusia dan mewanti-wanti
manusia mengenai sesuatu yang dapat membahayakannya. Allah juga menyampaikan kepada
manusia mengenai nama-nama dan sifat-sifat-Nya melalui Khiṭābātnya. Masih banyak
tentang pentingnya mempelajari Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an sebagaimana dijelaskan dalam
kitab al-Itqān oleh al-Suyūṭī.14

4. Kesimpulan

Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an adalah salah satu cara kita memahami berbagai redaksi
didalam al-Qur’an. Selain itu juga al-Qur’an yang mengandung sastra Arab yang tinggi tentu
13
Khalid Abdurrahman,UṢūl at-Tafsīr Wa Qawā’iduhu,(Damaskus: Dar an-Nagāis, 1986), 312.
14
Abdur Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an, (Lebanon: Dar al-kutub, 2018 ),360.
memahami Khiṭābāt-Nya adalah suatu hal yang bisa dibilang sulit bagi masyarakat awam
pada umumnya dengan adanya Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an kita akan mengetahui mulai
bentuk dan cara Allah menurunkan kalam-Nya
Daftar Pustaka

Suyūṭī (al), AbdurRahman bin Abu Bakar. al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an. Lebanon: Dar al-
kutub, 2018.

Abdurrahman, Khalid. UṢūl at-Tafsīr Wa Qawā’iduhu. Damaskus: Dar an-Nagāis, 1986.

Sabt (al), Khalid Uthman. Qawā’id at-Tafsir Jam’an Wa Dirāsatan. Madinah: Dar ibnu
‘Affan, 1415 H.

Shihab, M.Quraish. Kaidah tafsir. Tanggerang: Lentera Hati, 2015.

Qaṭṭān (al), Mannā’ Khalil. Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an. Beirut: Dar al-Wahbah, 2000.

Ibnu Mukram, Muhammad. Lisānul Arāb. Beirut: Dar al-Mishri, t.th.

Ibnu Bahādur, Muhammad. al-Burhān Fī Ulūm al-Qur’an. Lebanon: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 2018.

Anda mungkin juga menyukai