Makalah
Dosen Pengampu:
Oleh :
NIM: 2018.01.01.1020
SARANG REMBANG
2020
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla. dan termasuk mukjizat yang
paling agung karena al-Qur’an masih ada dan dijaga keutuhannya oleh Allah Subhānahu Wa
Ta’āla. sampai hari kiamat nanti. Sebagai mukjizat yang paling agung al-Qur’an mempunyai
gaya bahasa dan susunan kalimat yang begitu bagus hingga membuat masyarakat Arab dan
masyarakat lainnya pada masa itu tidak bisa membuat yang sepadan dengannya, bahkan
hingga sekarangpun tidak ada satupun yang bisa menandingi gaya bahasa al-Qur’an yang
begitu tinggi. Hal ini telah ditegaskan didalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 23 :
Artinya :
"Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar.”
Secara etimologi kata Wujūh adalah bentuk jamak dari kata wajah yang berarti
arah/maksud.1 sedangkan kata Khiṭābāt merupakan bentuk plural dari suku kata Khiṭāb.
Seakar juga dengan kata khutbah yang mempunyai arti penyampaian/pidato, yang digunakan
dalam hal penyampaian penting kepada sasaran tertentu, dalam forum tertentu. Secara
terminology Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an adalah maksud keaneka ragaman percakapan yang
1
Muhammad bin Mukram, Lisānul Arāb,(Beirut: Dar al-Mishri, t.th.), 559.
ditujukan oleh pembicara, baik sasaran itu berada di sekitar pembicara, maupun tidak 2. Dalam
konteks ini pembicara yang dimaksudkan adalah Allah Subhānahu Wa Ta’āla. Kata Wujūh
diatas bukan bagian dari kata al- Wujūh Wa an-Naẓāir, melainkan kata yang sama dalam segi
bahasa saja. Banyaknya bentuk pembicaraan mulai dari menggunakan redaksi yang
bermacam-macam, atau mukhāṭib berbicara untuk meyakinkan mukhāṭab (mitra bicara)
adalah bagian dari khiṭābāt yang memang sering digunakan dalam bahasa Arab.3
Khiṭāb mempunyai empat unsur yang tidak dapat dipisahkan darinya, yaitu :
1. Mukhāṭib (pembicara)
Konteks yang kita bicarakan kali ini adalah al-Qur’an yang berarti Mukhāṭibnya adalah
Allah Subhānahu Wa Ta’āla. Karena al-Qur’an adalah kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla.
Perlu di perhatikan bahwa setiap kalam baik kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla. atau kalam
manusia bisa jadi berupa :
Dalam al-Qur’an misalnya, firman Allah Subhānahu Wa Ta’āla. yang ditujukan kepada
Nabi Mūsa :
Artinya :
“Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu, maka bukalah alas kakimu, sesungguhnya kamu berada
dilembah yang suci, yang penuh berkah.” (Q.S. Thaha [20]: 12).
Disini Allah Subhānahu Wa Ta’āla. berfirman kepada Nabi Mūsa serta memerintah agar
membuka alas kakinya, kalam ini adalah kalam Allah Subhānahu Wa Ta’āla. dan Allah
Subhānahu Wa Ta’āla. juga pemiliknya yang ditujukan kepada Nabi Mūsa.
Terkadang seseorang mengucapkan sebuah kalimat akan tetapi bukan dia pemiliknya
seperti perawi hadith dia mengucapkan sebuah matan hadith akan tetapi bukan dia
pemiliknya melainkan Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.
2
M.Quraish Shihab, Kaidah tafsir,(Tanggerang: Lentera Hati, 2015), 297.
3
Khalid Uthman as-Sabt, Qawā’id at-Tafsir Jam’an Wa Dirāsatan, (Madinah:Dar ibnu ‘Affan, 1415 H.), 270.
2. Mukhāṭab (mitra bicara)
Teman bicara/mitra bicara bermacam, baik hadir maupun tidak. Dalam konteks al-Qur’an
Mukhāṭab bisa tertuju kepada semua manusia keseluruhan tanpa terkecuali, ada yang tertuju
kepada suatu kaum, atau ada juga yang tertuju kepada orang-orang yang beriman secara
khusus, dan masih banyak Mukhāṭab yang disebutkan didalam al-Qur’an.
Mengenai cara Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an ulama Tafsir berbeda dalam jumlahnya ada
yang mengatakan ada 15 cara ini adalah pendapat ibnu Jauzī dalam kitabnya an-Nafis.
Namun pendapat lain mengatakan terdapat 30 lebih cara Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an.5
Sebagian Ulama berpendapat bahwa Khiṭāb dalam al-Qur’an terdapat tiga bagian jika ditinjau
dari Mukhāṭabnya(sasarannya) :
a. Khiṭābnya hanya khusus tertuju pada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa
Sallam.
b. Khiṭābnya kepada selain Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam.
(ummatnya).
c. Khiṭābnya tertuju pada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. dan pada
yang lain (ummatnya).6
Namun jika dilihat dari segi bentuknya terdapat dua macam sebagaimana yang dituturkan
oleh Mannā’ Khalil al-Qattān dalam kitab Mabāhith fī Ulūmi al-Qur’an bahwa Khiṭābāt
dalam al-Qur’an terbagi dua macam,yaitu:
4
M.Quraish Shihab, Kaidah tafsir,(Tanggerang: Lentera Hati, 2015 ),300-307.
5
Abdur Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an, (Lebanon: ar-Risālah, 2008 ),488.
6
Abdur Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an, 489.
Di antara kedua bentuk Khiṭāb di atas, mempunyai tempat masing-masing yang tidak
bisa dicocokkan antara satu dengan yang lainnya. Mengenai Khiṭāb ismi dalam al-Qur’an
dicontohkan dalam surat al-Hujurāt ayat 15, yang berbunyi:
Artinya:
ب الْ ُم ْح ِسنِني
ُّ َِّاس ۗ َواللَّهُ حُي
ِ ني َع ِن النِ ِِ ِ ِ َّ الَّ ِذين يْن ِف ُقو َن يِف
َ ظ َوالْ َعاف
َ ني الْغَْي
َ السَّراء َوالضََّّراء َوالْ َكاظم َُ
Artinya:
إِ ْذ َد َخلُوا َعلَْي ِه َف َقالُوا َساَل ًما ۖ قَ َال َساَل ٌم َق ْو ٌم ُّمن َكُرو َن
Artinya:
7
Kemenag RI, Al-Qur`an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Kemenag RI, 2017).
8
Ibid.
9
Mannā’ Khalil al-Qaṭṭān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Wahbah, 2000 ),196.
10
Kemenag RI, Al-Qur`an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Kemenag RI, 2017).
kata ‘alaikum salam. Hal itu menunjukan bahwa salam Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. lebih
sejati dari pada malaikat. Peristiwa malaikat tersebut menunjukan suatu hal yang baru yaitu
mengucapkan salam kemudian Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. menjawabnya dengan
menetapkannya.11
Dari macamnya Wujūh al-Khiṭābāt baik dalam kitab al-Itqān Fi Ulūm al-Qur’an dan
kitab UṢūl al-Tafsīr Wa Qawā’iduhu sama-sama mencantumkan 32 cara Khiṭāb Allah
Subhānahu Wa Ta’āla. diturunkan, yaitu :
1. وم--ه العم--ام املراد ب--اب الع--( خطmenggunakan redaksi yang umum dan yang dimaksudnya
umum).
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang
berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.”
2. وص-- - -ه اخلص-- - -اب اخلاص املراد ب-- - -( خطmenggunakan redaksi khusus dan yang dimaksud
memang khusus)
Seperti :
ِ ك ِم َن ٱلن ِ ك ۖ وإِن مَّل َت ْفعل فَما بلَّ ْغت ِرسالَتَهۥ ۚ وٱللَّه يع ِ َ ول بلِّ ْغ مٓا أُن ِز َل إِلَي ٓ
َّاس َ ص ُم ْ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ِّك من َّرب ْ َ َ ُ ٱلر ُس َّ ٰيَأَيُّ َها
Artinya :
11
Mannā’ Khalil al-Qaṭṭān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Wahbah, 2000,), 196.
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-
Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia..” (Q.S. al-Maidah[5] 67).
3. وم-- -ه العم-- -اب اخلاص املراد ب-- -(خطmenggunakan redaksi khusus yang dimaksud umum).
Seperti :
َّ ِ ٰٓ
َ أيََيُّ َها ٱلنَّىِب ُّ إذَا طَل ْقتُ ُم ٱلن
َِّسٓاء
Artinya :
Khiṭābnya dimulai kepada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. tetapi yang
dimaksud adalah semua orang yang memiliki hak untuk mentalak.
Ulama berbeda pendapat tentang keberadaan jenis ini dalam al-Qur’an. Menurut pendapat
yang Ṣahih jenis ini itu terdapat dalam al-Qur’an, seperti surat al-Baqarah ayat 13
keumuman ayat ini yaitu menggunakan redaksi umum padahal ayat ini tertuju kepada
Abdillah bin Salam.
seperti contoh kalimat يأيهاالناس, maka yang dimaksud adalah semua jenis manusia, tidak
secara individu. Kalau tidak begitu maksudnya, maka sudah jelas bahwa selain mukallaf itu
tidak masuk dalam Khiṭāb ini. Khiṭāb jins biasanya Mukhāṭabnya banyak dari penduduk
Makkah. Dan ahli Uṣul menguatkan pendapat bahwa Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi
Wa Sallam. masuk dalam Khiṭāb dengan kalimat يأيهاالناس. Ar-Rāghib berkata: Kata اسbالن
kadang disebut untuk menunjukkan orang-orang yang terhormat saja secara majaz, tanpa
meliputi semua yang terkandung kata itu. Hal itu terjadi ketika yang dipertimbangkan adalah
makna menjadi manusia, yaitu keberadaan akal dan semua kemampuan yang khusus dimiliki
manusia. Seperti dalam ayat 13 dari surat al-Baqarah (اسbbا آمن النbbوا كمbb) أمن, maksudnya
sebagaimana diperbuat oleh orang-orang yang mempunyai karakter menjadi manusia.
Kadang dari Khiṭāb Jins ini ada yang dimaksudkan spesies (nau’, bukan jins) manusia itu
sendiri, seperti dalam al-Baqarah 251 ()ولوال دفع اهلل الناس بعضهم ببعض لفسدت اإلرض
Khiṭāb ini biasanya menggunakan kata panggilan kepada para Nabi selain Nabi
Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. seperti :
ٓ
َك ٱجْلَنَّة
َ َنت َو َز ْو ُج ْ َاد ُم-ََو ُق ْلنَا ٰئََٔـ
َ ٱس ُك ْن أ
Artinya :
Khiṭāb pujian ini di ungkapkan oleh Mukhāṭib untuk memuji Mukhāṭab seperti :
Ungkapan ini adalah pujian Allah Subhānahu Wa Ta’āla. kepada orang-orang yang
beriman.
9. ( خطاب الذمredaksi celaan)
Jika dilihat dari segi bahasa Khiṭāb ini merupakan Khiṭāb Allah Subhānahu Wa Ta’āla.
yang ditujukan untuk mencela, tentu Mukhāṭab disini tidak akan tertuju kepada orang-orang
yang beriman. Seperti dalam surah at-Tahrīm ayat 7:
Artinya :
“Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini..”
Artinya :
Khiṭāb ini adalah suatu hinaan kepada Mukhāṭab seperti dalam surah Ṣad ayat 77 :
يم ِ فَِإن
ٌ َّك َرج
َ
Artinya :
Artinya :
13. الواحد ( خطاب اجلمع بلفظKhiṭābnya banyak dengan menggunakan redaksi tunggal)
Mukhāṭib disini menggunakan Khiṭābnya dengan lafal jamak tapi dengan redaksi lafal
tunggal.
Artinya :
Khiṭābnya disini adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa Sallam. tapi
redaksinya menggunakan kata jamak
ِ ٱعملُو ۟ا ِ ِ مِب ِ ِ۟ ٓ
يم َ َ ْ ٱلر ُس ُل ُكلُو ا م َن ٱلطَّيِّبَٰت َو
ٌ صٰل ًحا ۖ إىِّن َا َت ْع َملُو َن َعل ُّ ٰيَأَيُّ َها
15. نني--اإلث ظ--د بلف--اب الواح--( خطKhiṭābnya satu dengan menggunakan lafal yang bermakna
dua)
Redaksinya menggunakan kata yang menunjukkan dua akantetapi Khiṭābnya satu. Dalam
contoh dibawah yang dimaksud adalah malaikat Malik.
Artinya :
“Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan
keras kepala.”
Khiṭābnya dua akan tetapi menggunakan lafal tunggal. Seperti pertanyaa Fir’aun kepada
Nabi Musa dan Nabi ilyās dalam surah ṭāhā ayat 49 :
Artinya:
17. الواحد ( خطاب اجلمع بلفظKhiṭābnya jamak dengan redaksi lafal tunggal)
ِ ٍ ِ ِ۟ ٍ
ً َو َما تَ ُكو ُن ىِف َشأْن َو َما َتْتلُو ا مْنهُ من ُقْرءَان َواَل َت ْع َملُو َن م ْن َع َم ٍل إِاَّل ُكنَّا َعلَْي ُك ْم ُش ُه
ودا
Artinya :
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di
waktu kamu melakukannya.”
18. غريه ( خطاب العني واملراد بهKhiṭābnya tertentu maksudnya pada yang lain)
Menggunakan lafal tertentu akan tetapi yang dimaksudkan adalah lainnya. Seperti dalam
surah al-Ahzāb ayat 1 Khiṭābnya tertentu pada Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa
Sallam. namun yang dimaksudkan adalah ummatnya :
ِِ ِٰ ِ ِ ٰٓ
َ يَأَيُّ َها ٱلنَّىِب ُّ ٱتَّق ٱللَّهَ َواَل تُط ِع ٱلْ َكف ِر
َ ين َوٱلْ ُم ٰنَفق
ني
Artinya :
Khiṭāb ini adalah suatu pelajaran bagi semua manusia, seperti cerita Nabi Ṣalih dalam
surah al-‘Araf ayat 79 tatkala kaumnya di binasakan oleh Allah Subhānahu Wa Ta’āla.
padahal Nabi Ṣalih sudah menyampaikan risalahnya
Artinya :
“Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku
telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu,
tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat".
20. ريه--غ دول اىل--خص مث الع--اب الش--( خطKhiṭābnya pada satu orang kemudian berganti pada
yang lain)
Khitabnya pada satu orang namun akhirnya pindah pada yang lain. Seperti dalam surah
۟ فَإلَّ ْم يَ ْستَ ِجيبKhiṭābnya disini adalah Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alaihi Wa
Hūd ayat 14 ُوا لَ ُكم ِ
Sallam. kemudian lanjutan ayatnya ِ ز َل بِ ِع ْل ِم ٱهَّللb ُ ۟
ِ b فَٱ ْعلَ ُم ٓوا أَنَّ َمٓا أنyang kemudian pindah Khiṭābnya
kepada orang-orang kafir.
Khiṭāb ini lebih dikenal dalam istilah ilmu bayan dengan sebutan iltifāt. Seperti dalam
surah Rūm ayat 39 :
َو َمٓا ءَاَتْيتُم ِّمن ِّربًا
Khiṭāb ini tertuju pada sesuatu yang tidak punya akal. Seperti dalam surah Fuṣṣilat ayat
11 :
Artinya :
“ lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan
suka hati”.”
ِِ ۟ ِ
َ َو َعلَى ٱللَّه َفَت َو َّكلُ ٓوا إِن ُكنتُم ُّم ْؤمن
ني
Khiṭāb ini jika kita bandingkan hampir sama dengan istidrāj. Seperti dalam surah al-Kahfi
ayat 50 :
ِ ِ ٰ ِ َّخ ُذونَهۥ وذُِّريَّتَهٓۥ أَولِيٓاء ِمن دوىِن وهم لَ ُكم ع ُد ۢ ٌّو ۚ بِْئ
ِ أََفتَت
َ س للظَّلم
ني بَ َداًل َ َ ْ َُْ ُ َ َ ْ ُ َُ
Artinya :
Khiṭāb ini adalah penyemangat dengan menggunakan sifat sifat yang bagus 12. Seperti
dalam surah Ali-Imrān ayat 125 :
ٓ ٍ َصرِب و ۟ا وَتَّت ُقو ۟ا ويأْتُو ُكم ِّمن َفو ِر ِهم َٰه َذا مُيْ ِد ْد ُكم ربُّ ُكم خِب َمس ِة ءاٰل
ف ِّم َن ٱلْ َم ٰلَئِ َك ِة َ َْ َْ ْ ْ ََ
ِ ٓ
َ ُ ْ ََبلَ ٰى ۚ إن ت
ني ِ
َ ُم َس ِّوم
Artinya :
“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang
memakai tanda.”
Khiṭāb pemetakan maksdunya adalah dengan membagi satu kelompok begitu juga
kelompok lain. Seperti dalam surah al-Hujarāt ayat 12 :
ِ ۟ ِِ ُّ ِضا ۚ أَحُي
يم ٌ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل حَلْ َم أَخيه َمْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َو َّٱت ُقو ا ٱللَّهَ ۚ إِ َّن ٱللَّهَ َت َّو
ٌ اب َّرح َبأ ً ض ُكم َب ْع
ُ َواَل َي ْغتَب بَّ ْع
Artinya :
“Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Artinya :
12
Muhammad bin Bahādur al-Zarkasyi, al-Burhān Fī Ulūm al-Qur’an, (Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
2018), 376.
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?.”
Khiṭāb ini berisikan tentang kemukjizatan al-Qur’an seperti dalam surah al-Baqarah ayat
23 :
Artinya :
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Khiṭāb ini adalah ungkapan yang tidak mungkin terjadi/bohong adanya. Seperti dalam
surah Ali-Imrān ayat 93 :
Artinya :
“….maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar.”
Khiṭāb ini yaitu dengan diawali redaksi قلseperti dalam surah al-Ikhlaṣ atau ل آمنا-ق hal
Artinya :
Khiṭāb ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada Manusia agar mereka lebih hati-
hati dalam menjalani kehidupan didunia. Seperti dalam surah az-Zumar ayat 53 :
َسَرفُو ۟ا َعلَ ٰ ٓى أَن ُف ِس ِه ْم اَل َت ْقنَطُو ۟ا ِمن رَّمْح َِة ٱللَّ ِه ِ َّ قُل يٰعِب ِاد
ْ ين أ
َ ى ٱ لذَ ََ ْ
Artinya :
Jika dilihat kembali mengenai Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an kita akan menjumpai bahwa
bagaimana Allah memuji dirinya sendiri, makhluknya, serta para utusannya. Allah juga
menunjukkan berbagai jalan untuk kebahagian dan keselamatan manusia dan mewanti-wanti
manusia mengenai sesuatu yang dapat membahayakannya. Allah juga menyampaikan kepada
manusia mengenai nama-nama dan sifat-sifat-Nya melalui Khiṭābātnya. Masih banyak
tentang pentingnya mempelajari Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an sebagaimana dijelaskan dalam
kitab al-Itqān oleh al-Suyūṭī.14
4. Kesimpulan
Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an adalah salah satu cara kita memahami berbagai redaksi
didalam al-Qur’an. Selain itu juga al-Qur’an yang mengandung sastra Arab yang tinggi tentu
13
Khalid Abdurrahman,UṢūl at-Tafsīr Wa Qawā’iduhu,(Damaskus: Dar an-Nagāis, 1986), 312.
14
Abdur Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an, (Lebanon: Dar al-kutub, 2018 ),360.
memahami Khiṭābāt-Nya adalah suatu hal yang bisa dibilang sulit bagi masyarakat awam
pada umumnya dengan adanya Wujūh al-Khiṭābāt al-Qur’an kita akan mengetahui mulai
bentuk dan cara Allah menurunkan kalam-Nya
Daftar Pustaka
Suyūṭī (al), AbdurRahman bin Abu Bakar. al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an. Lebanon: Dar al-
kutub, 2018.
Sabt (al), Khalid Uthman. Qawā’id at-Tafsir Jam’an Wa Dirāsatan. Madinah: Dar ibnu
‘Affan, 1415 H.
Qaṭṭān (al), Mannā’ Khalil. Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an. Beirut: Dar al-Wahbah, 2000.
Ibnu Bahādur, Muhammad. al-Burhān Fī Ulūm al-Qur’an. Lebanon: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 2018.