Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH QIRA’AH IMAM KHALAF AL ‘ASYIR

Disusun oleh:
AJI PRASETYO
ANGGA SURYA
FARID MUHAMMAD
ILHAM FAULITO
MUHAMMAD ABDUL AZIZ BIN CHAMID
MUHAMMAD NAIL FAJAR
MUHAMMAD SAEPUDIN
MUHAMMAD SAHBUDIN
MUHAMMAD SYAMSUDDIN
NURUL HUDA

ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN (STIU) DARUL HIKMAH
BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah‫ ﷻ‬yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,


serta taufik-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “
MAKALAH QIRA’AH IMAM KHALAF AL-‘ASYIR ” pada mata kuliah Qira’at II
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada baginda
nabi akhir zaman, yakni baginda Nabi Muhammad‫ ﷻ‬, beserta keluarganya,juga
kepada para sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, juga kepada kita semua selaku
umatnya semoga kelak mendapatkan syafa’atnya, Amiin.

Namun kami sadar, masih banyak sekali kekurangan dari makalah ini baik
dari segi penyusunan maupun tata bahasa, maka dari itu kami sangat menerima kritik
maupun saran guna memperbaiki makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi kami juga para pembaca, maupun pihak-pihak yang
membutuhkan.

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita ssemua,
baik di Dunia maupun di akhirat kelak. Terimakasih atas pehatiannya .

Bekasi, 31 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Biografi Imam khalaf...................................................................................................3
B. Perjalanan Intelektualnya.............................................................................................3
C. Guru-guru Imam Khalaf dan Transmisi Riwayatnya....................................................5
D. Komentar Ulama..........................................................................................................7
E. Kaidah Imam Khalaf....................................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14
A. KESIMPULAN..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah‫ﷻ‬, kepada Rasulullah‫ﷺ‬
secara berangsurangsur disertai lafadz dan maknanya, oleh karena itu pada zaman
Rasulullah terdapat pula ilmu membaca ayat-ayat al-qur’an dengan menisbahkan
setiap bacaannya yang disebut dengan qiraat kepada seorang imam pakar qiraat
yang mana salah seorang imam qurra’ berbeda dengan madzhab lainnya dalam
mengucapkannya, perbedaan disini tentunya disandarkan pada sanad–sanad yang
dianggap sampai pada Rasulullah‫ﷺ‬. Qira’at merupakan salah satu
cabang ilmu dalam ‘Ulumul Qur’an, namun tidak banyak orang yang tertarik
kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademi banyak
faktaor yang menyebabkan hal ini, di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungsn
langsung dengan kehidupan dan muamalah manuia sehari-hari, tidak seperti ilmu
fiqih, hadits, dan tafsir misalnya, yang dapat dikatakan berhubungan langsung
dengan kehidupan manusi. Hal ini dikarenakan ilmu Qira’at tudak mempelajari
masalah-masalah yang berkaitanlangsung dengan halal-haram atau hukum tertentu
dalam kehidupan manusia. Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari.
Banyak hal yang diketahui oleh peminat ilmu qira’at, yang terpenting adalah
pengenalan al-Qur’an secara mendalam, dalam banyak seginya, bahkan hafal
Sebagian besar dari ayat-ayat al-qur’an merupakan salah satu kunci memasuki
gerbang ilmu ini, pengetahuan Bahasa arab yang mandalam dan luas, juga
merupakam alat pokok dsalam menggeluti ilmu ini, pengenalan sebagai ilmi
qira’at dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini,
sekelumit hal ini lah yang bisa jadi membuat ilmu qira’at tidak begitu popular.
Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, dan
menhajarkan berbagai “ cara membaca” al-Qur’an yang benar sesuai dengan yang
telah diajarkan Rosulullah ‫ﷺ‬.

1
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Imam khalaf?
2. Bagaimana kaidah bacaan Imam khalaf?
3. Bagaimana contoh bacaan ayat al-Qur’an menggunakan qiro’at Imam
Khalaf?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi imam khalaf
2. Mengetahui karakteristik dan contoh bacaan Imam khalaf
3. Memeberikan wawasan mendalam tentang karakterisktik qiro’at Imam
khalaf dan contoh bacaannya kepada para pembaca makalah dan
pendengar presentasi

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Qiro’ah Saba’ah
2. Memperluas pengetahuan pembaca tentang ilmu yang berkaitan dengan
al-Qur’an
3. Mahasiswa lebih terampil dalam kerja kelompok dan berdiskusi
4. Sebagai sumber infromasi tentang teori Qiro’at Imam Khalaf dan yang
berkaitan dengannya
5. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali
lebih dalam mengenai teori qiro’at saba’ah terutama qiro’at Imam Khalaf

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi Imam khalaf
Namanya Khalaf bin Hisyam bin Tsa’lab bin Khalaf al-Asadi al-Baghdadi al-
Bazzar, kuniyahnya Abu Muhammad‫ﷻ‬. Beliau salah satu perawi Imam Hamzah
dari jalur Imam Sulaim. Selain sebagai perawi Imam Hamzah, beliau juga berstatus
sebagai imam qira’at ke sepuluh yang memiliki (pilihan) bacaan sendiri, yang
berbeda dengan Imam Hamzah.

Imam Khalaf memiliki kedudukan dan posisi yang berbeda, sebagai perawi
dari Imam Hamzah sekaligus sebagai imam qira’at, meskipun ia memiliki kedudukan
dan posisi yang berbeda, tidak sedikit ulama yang memuji keilmuannya, bahkan tak
ayal kalau beliau disebut sebagai orang yang sangat tsiqah dalam soal periwayatan,
Selain gelar tsiqah, Imam Khalaf juga dikenal sebagai orang yang hidup sederhana
(zahid) alim dan ahli ibadah, Beliau dilahirkan pada tahun 150 H di kota Baghdad.

E. Perjalanan Intelektualnya
Sejak kecil, Imam Khalaf telah menghafal Al-Qur’an di tanah kelahirannya, dan
pada saat berumur 10 tahun beliau sukses menyelesaikan hafalan tersebut dengan
baik dan lancar. Ketika menginjak umur 13 tahun, beliau mengawali perjalanan
intelektualnya menuntut ilmu kepada para ulama.

Imam Khalaf bercerita kepada muridnya, Imam Idris Abdul Karim: “Saya hafal
Al-Qur’an saat berumur 10 tahun, kemudian ketika saya menginjak umur 13 tahun
saya mengawali menuntut ilmu”, Dalam waktu yang sangat lama, beliau
memperdalam Al-Qur’an dan qira’atnya hingga kemudian dikenal oleh para ulama
sebagai “Ahli Al-Qur’an”.

Selain memperdalam Al-Qur’an dan qira’atnya, beliau tidak lupa diri untuk
memperdalam ilmu-ilmu keislaman lainnya, utamanya ilmu hadits hingga kemudian

3
dikenal sebagai “ahli hadits”, Maka tak ayal, sebagian ulama mengatakan, bahwa
Imam Khalaf pada mulanya, dikenal dengan “ahli Al-Qur’an”, namun kemudian ia
juga dikenal sebagai ahli hadits. Para ulama qira’at banyak menyatakan bahwa guru
utama Imam Khalaf dalam meriwayatkan qira’at Imam Hamzah adalah Imam Sulaim
bin Isa. Darinya Imam Khalaf banyak ber-istifadah tentang qira’at Hamzah hingga
menempatkannya sebagai perawi dari Imam Hamzah.

Imam Khalaf berkata: “Saya membaca (setoran) Al-Qur’an kepada Sulaim


berulangkali. Pada suatu ketika saya khatam, saya bertanya kepada Sulaim: “Apakah
yang Anda ajarkan kepada saya adalah qira’at Hamzah? beliau menjawab: “Iya”,
Selain mahir dalam soal ilmu Al-Qur’an dan qira’atnya, Imam Khalaf juga dikenal
sebagai mahir dalam ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti gramatikal bahasa Arab.
Dalam bidang hadits, Imam Khalaf belajar kepada para masyakhik (guru-guru) yang
dikenal dengan ke-tsiqah-annya, seperti Hammad bin Zaid, Wahab bin Jarir bin
Hazim, Sufyan bin Uyainah, Yazid bin Harun, Abi ‘Awanah, Abi Usamah, Khalid
bin Abdullah al-Wasithi, Jarir al-Dhabbi dan Sallam al-Thawil.

Hadits-haditsnya banyak disebut dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam


kitabnya, Sahih Muslim, dan Abu Daud dalam kitabnya, Sunan Abu Daud. Di
samping itu, banyak ulama yang mengutip hadits-hadits selain di dua kitab di atas,
seperti Abu Zur’ah, Abu Hatim, Musa bin Harun, Abu Ya’la al-Mushili, Abu al-
Qasim al-Baghawi, Muhammad‫ﷻ‬n bin Ibrahim bin Abban, dan putranya,
Muhammad‫ ﷻ‬bin Khalaf.

Dalam belajar, jika ada kemusykilan atau kejanggalan yang dihadapi oleh Imam
Khallaf, beliau menginfakkan sebagian hartanya sehingga kemusykilan tersebut
menjadi terbuka dan mudah. Beliau berkata: “Saya menemui kejanggalan dalam bab
nahwu (gramatikal bahasa Arab), kemudian saya menginfakkan harta sebesar 80000
dirham, sehingga dengan itu kejanggalan saya terbuka dan saya mahir dalam soal
nahwu.

4
F. Guru-guru Imam Khalaf dan Transmisi Riwayatnya
Dalam memperluas bacaan qira’at Al-Qur’an, Imam Khalaf memiliki dua
metode; membaca secara langsung di hadapan guru sampai khatam (Ardh) dan
mendengarkan riwayat yang disampaikan oleh sang guru tanpa membaca (sima’an).

Untuk metode pertama, Imam Khalaf setoran Al-Qur’an secara langsung


kepada Imam Sulaim bin Isa, Abdurrahman bin Hammad bin Hamzah, Abi Zaid Said
bin Aus al-Ansari dari al-Mufaddhal al-Dhobi. Di samping itu, Imam Khalaf
meriwayatkan sebagian huruf (bacaan) dari Ishaq al-Musayyibi, Ismail bin Ja’far,
Yahya bin Adam.

Sedangkan untuk metode yang kedua, Imam Khalaf mendengar qira’at Imam
Ali al-Kisa’I sampai khatam tanpa membaca langsung kepadanya. Meskipun tanpa
membaca di hadapannya, ia telah kuasai secara dhabt. Selain belajar kepada para
imam-imam di atas, Imam Khalaf di sarankan untuk belajar kepada Imam Syu’bah,
namun tidak jadi sebab kalimat yang disampaikan Syu’bah kepadanya saat awal
perjumpaannya menyinggung prasaannya. Sehingga beliau enggan melanjutkan
belajar kepada Imam Syu’bah namun belajar kepada Yahya bin Adam, murid Imam
Syu’bah.

Imam Khalaf adalah salah satu orang yang mengimplementasikan firman Allah
‫ﷻ‬tentang memulyakannya anak keturunan manusia, sebagaimana ia
memulyakan dirinya sendiri, dan para penghafal Al-Qur’an. Hal tersebut dibuktikan
dari cerita yang disampaikan Ahmad bin Ibrahim Warraqah yang mendengar
langsung dari Imam Khalaf.

Beliau berkata: “Saya datang ke Kufah menemui Sulaim. Kemudian ia berkata:


“Apa yang akan aku lakukan untukmu?. Saya berkata: “Saya mau membaca Al-
Qur’an kepada Abu Bakar bin Ayyasy (Imam Syu’bah, murid Imam Ashim),
kemudian Sulaim memanggil anaknya, dan menulis sepucuk surat untuk disampaikan
kepada Imam Syu’bah, saya tidak tahu apa yang ditulisnya.

5
Kemudian kami mendatanginya dan ia membaca surat tersebut dan
pandangannya tertuju ke mulut saya. Kemudian berkata: “Kamu Khalaf ?. Saya
jawab: iya. Kemudian ia berkata: “Tidak ada seorang pun yang akan menggantikan
posisimu orang yang membaca kepadamu (tidak ada generasi yang akan melanjutkan
qira’at bacaannya). Kemudian saya diam. Maka ia pun menyuruh saya untuk duduk
dan membaca kepadanya. Bacalah…!!! Saya pun kaget sambil bertanya. Membaca
kepada Anda?, Ia pun menjawab: Iya. Saya menjawab dengan tegas: “Tidak, demi
Allah‫ﷻ‬saya tidak akan membaca kepada orang yang merendahkan seorang dari
kalangan penghafal Al-Qur’an.

Kemudian saya keluar dan kembali ke Imam Sulaim. Kemudian Sulaim


menanyakannya namun saya enggan menjawabnya. Kemudian beliau menyesal dan
berhujjah dan mencatat dalam transmisi sanadnya bahwa beliau belajar kepada Imam
Yahya bin Adam dari Ashim. Antara Imam Khalaf dan Imam Sulaim, Imam Khalaf
secara intens belajar dan membaca secara langsung tentang Al-Qur’an dan qira’atnya
kepada Imam Sulaim. Sebab keistiqamahan itulah Imam Khalaf mendapatkan posisi
sebagai perawi sekaligus imam qira’at kesepuluh, yang kemudian dikenal dengan
“qira’at Imam Khalaf al-'asyir”.

Awal perjumpaannya dengan Imam Sulaim telah memberikan kesan yang


mendalam bagi gurunya. Imam Khalaf bercerita: “Saya mendatangi Sulaim untuk
belajar Al-Qur’an kepadanya. Namun di hadapannya banyak santri-santri
memngelilinginya, saya menyangka kalau mereka adalah murid-murid yang
mendahului saya (senior). Ketika saya duduk, beliau bertanya: Siapa Anda?. Saya
menjawab: “Saya Khalaf”. Kemudian beliau berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa
kamu mencari sanad yang tinggi dalam soal qira’at. Saya tidak akan memungut
apapun dari mu. Imam Khalaf berkata: “Saya, saat itu, datang dan mendengarkan
bacaannya, namun ia tidak mengambil sesuatu apapun dari saya. Saya datang pagi-
pagi buta kemudian beliau keluar dan berkata: Saya yang datang duluan, maka saya
maju di hadapannya, saya memulai bacaan surat Yusuf, surat ini termasuk surat yang

6
sulit I’rabnya. Kemudian beliau bertanya : Siapa Anda, saya tidak pernah mendengar
bacaan yang sebagus Anda. Saya jawab: Saya Khalaf.

Kemudian beliau berkata: Saya tidak boleh melarang kamu membaca kepadaku.
Bacalah…pada suatu hari saya sampai pada kata (‫وا‬YYYُ‫تَ ْغفِرُونَ لِلَّ ِذينَ آ َمن‬YYY‫) َويَ ْس‬, beliau
menangis, kemudian berkata: hai Khalaf, tahukah kamu, sungguh mulyanya orang
mukmin menurut Allah, dia tidur, para malaikat mendoakan ampunan untuknya.
Imam Umar bin Qaid al-Adami berkata: Saya mendengar Khalaf berkata: “Saya
membaca Al-Qur’an kepada Sulaim dalam sehari dari awal Al-Qur’an sampai surat
al-Munafiqun, beliau tidak menegurku sama sekali hingga sampai pada kalimat (‫ولكن‬
‫ون‬YY‫افقين ال يعلم‬YY‫ )المن‬kemudian beliau mengangkat kepalanya sembari berkata: “Demi
Allah, Engkau orang yang hafidz, namun butuh sedikit pemahaman. Kemudian saya
membaca ( َ‫) َول ِك َّن ْال ُمنافِقِينَ ال يَ ْفقَهُون‬. Ini menunjukkan bahwa Imam Khalaf orang yang
sangat lancar hafalannya, namun sedikit kesalahan yang dilakukannya membuatkan
menegur agar lebih memperhatikan pada unsur-unsur ayat yang mirip.

G. Komentar Ulama
salah satu dari sekian imam qira’at yang memiliki dua posisi yang berbeda
dalam bidang qira’at Al-Qur’an. Dengan ketekunannya mempelajari qira’at Al-
Qur’an, tak ayal banyak ulama yang mengapresiasi dan memujinya, baik dalam hal
keilmuannya maupun pribadinya. Imam Yahya bin Main, al-Nasa’I dan ulama-
ulama yang lain menyatakan bahwa Imam Khalaf adalah orang yang tsiqah. Imam
al-Daruqutni menyatakan bahwa beliau adalah abid yang utama. Imam al-Husain bin
Fahm berkata: “Saya tidak menemukan seseorang yang lebih bagus (bacaannya)
daripada Khalaf. Ia mengawali karirnya sebagai ahli Al-Qur’an kemudian menjadi
muhadditsin, ia membacakan lima puluh hadits Abi ‘Awanah kepada kami. Sebagian
riwayat menyatakan bahwa beliau melakukan puasa setiap hari (saum al-dahr).

Murid-murid Imam Khalaf Selain meriwayatkan qira’at Imam Hamzah, beliau


memiliki qira’at sendiri yang berbeda dengan qira’at Imam Hamzah. Maka wajar

7
apabila banyak dari kalangan penuntut ilmu yang belajar kepada Imam Khalaf, salah
satunya adalah Ahmad bin Ibrahim Warraqah, saudaranya, Ishaq bin Ibrahim,
Ibrahim bin Ali al-Qassar, Ahmad bin Yazid al-Hulwani, Idris bin Abdul Karim al-
Haddad, Muhammad‫ ﷻ‬bin Ishaq, guru Ibnu Syanbudz. Ibnu Asytah berkata:
“Imam Khalaf mengambil dan mendalami madzhab Hamzah keculai 120 huruf
(bacaan) yang berbeda, yang dipakai sebagai pilihan bacaannya sendiri. Imam Ibnu
al-Jazari telah melakukan penelitian bahwa qira’a Imam Khalaf tidak keluar dari
qira’at Imam Hamzah, Ali al-Kisa’I dan Syu’bah kecuali pada surat al-Anbiya ayat
95, ia membacanya seperti riwayat Hafs. Setelah mendarma-baktikan diri kepada
kalam-Nya, beliau wafat pada tahun 229 pada bulan Jumadil akhir

H. Kaidah Imam Khalaf


1. Al-Naql dan al-Sakin al-Mafshul

Peristiwa pemindahan harakat hamzah ke huruf shahih mati sebelumnya, dan


kemudian hamzahnya dibuang, Dikenal dengan istilah al-Naql. Adapun huruf shahih
mati sebelum hamzah qata' ada kalanya berupa :

ْ َ‫ِّجل‬
ِّ َ ‫ت اِل‬
a. Tanwin, misalnya‫ي يَوْ ٍم ا‬
b. Nun, misalnya ‫ِم ْن اِ ْستَ ْب َرق‬
c. Ta' ta'nis, misalnya ‫َواِ ْذ قَالَت اُ َّمـةُ ِّم ْنهُ ْم‬
d. Huruf layn, misalnya ‫تَ َعالَوْ ا اَ ْتلُوْ ا‬
e. Lam ta'rif, misalnya .‫اال خرة‬
f. Selain huruf yang telah disebutkan, misalnya ‫قَ ْد اَ ْفلَ َح‬

Keenam huruf shahih mati tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu;

a. Al-Sakin al-Mafshul, yaitu bila huruf shahih mati dan hamzah sesudahnya
terpisah (munfashil) rasamnya (tulisannya), seperti ‫ َم ْن ا َمن‬. Atau dengan
kata lain, huruf matinya terdiri dari selain lam ta'rif.

8
b. Lam Ta'rif, yaitu bilamana huruf shahih mati dan hamzah sesudahnya
tidak terpisah ( muttasil ) rasamnya. Seperti ‫االخرة‬

Adapun bacaan imam khalaf pada bacaan al-Sākin al-Mafshul dan Lam Mam
Ta'rif ketika wasal dan waqaf, dan lafadz ‫ َش ْي ٍء‬sebagai berikut:

a. Bacaan pada al-Sakin al-Mafshul, ketika waqaf imam Khalaf membaca


dengan 3 wajh yaitu:
1) Tahqiq (berdasarkan mazhab Tähir ibn Galbun). Misalnya ‫َع َذابٌ أَلِ ْي ٌم‬
dibaca 'azabun alim
2) Naql Misalnya, ‫ َع َذابٌ أَلِ ْي ٌم‬ada dibaca 'ažābunalim.
3) Saktah Misalnya, ‫ َذابٌ س أَلِ ْي ٌم‬YYYYَ‫ ع‬dibaca 'azabun Sakta alim.
Sedangkan ketika washal mempunyai 2 wajah bacaan yaitu tahqiq
(berdasarkan mazhab Tähir ibn Galbun) dan saktah.
b. Selanjutnya pada lam ta'rif, ketika waqaf imam Khalaf membaca dengan
dua wajh yaitu:
1) Saktah (berdasarkan mazhab Abul Faris dan Tahir ibn Galbun).
dibaca fil saktah ardhi ‫ في االرض‬Misalnya fil saktah ardhi
2) Naql, Misalnya, ‫ فِي ااَل رْ ض‬dibaca filardh. Sedangkan ketika wasal
membaca dengan satu wajh yaitu saktah (berdasarkan mazhab Abul
Faris dan Tahir ibn Galbun).
c. Adapun bacaan pada ‫ي ء‬YY‫ ش‬imam Khalaf membaca dengan saktah
(berdasarkan mazhab Abul Faris dan Tahir ibn Galbun) ketika misalnya
dibaca innallāha a'la kulli syai saktah ingqadir.
d. Adapun bacaan pada ‫ َواَ َع َّد لَهُ ْم اَجْ رًا‬dan semisalnya bila ada al-sākin al-
mafshul, sedang huruf matinya berupa mim jama, imam Khalaf
mempunyai 2 wajh baik ketika waqaf atau washal, yaitu tahqiq
(berdasarkan mazhab Tahir ibn Galbun) dan saktah (berdasarkan mazhab
Abul Faris). Maka dibaca wa'a'addalahum ajero (jika tahqiq) dan
wa'a'addalahum saktah ajero (jika saktah).

9
e. Sedangkan pada lafaz ‫ أَ ْلئن‬Yunus 51 & 91, bila dibaca washal dengan
kata sesudahnya, imam Khalaf mempunyai 2 wajh, pertama disamping
membaca saktah pada lam ta'rif, hamzah kedua (hamzah washal) di-
ibdal kan dengan alif serta di-isybakan’. Kedua, disamping membaca
saktah pada lam ta'rif, hamzah kedua (hamzah wasal) dibaca tashil baina
baina.
2. Idzhar dan Idghom

Idghom adalah pengucapan dua huruf menjadi satu huruf, yakni


seperti huruf kedua yang di-tasydid. Idghom ada dua jenis yaitu idghom kabir
dan idghom sagir. Disebut idghom kabir bilamana huruf pertama yang di-
idghom-kan dan huruf kedua (dimana huruf pertama di-idghom-kan
kepadanya) sama-sama berupa huruf hidup. Dan disebut idghom sagir,
bilamana huruf pertama mati dan huruf kedua hidup.

Adapun Idghom yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah


idghom sagir. Sedangkan izhar yang dimaksud di sini adalah apabila huruf
pertama yang mati tidak di-idghomkan ke dalam huruf kedua.

a. Adapun rincian bacaan imam Khalaf pada pembahasan ini sebagai


berikut: Pada lafaz ‫ إِ ْذ‬apabila bertemu huruf ‫ ت‬atau ‫ د‬yakni
membacanya dengan idghom, misalnya ‫ق‬ ُ YYYYُ‫ َو ْاذت َْخل‬dibaca wa
ittlakhluqu. Sedangkan bila bertemu dengan huruf ‫ ج‬-‫ ز‬-‫ س‬- ‫ص‬
dibaca izhar, misalnya َ‫ َوإِ ْذ َزيَّن‬dibaca wa iz zayyana. Dan
kesepakatan seluruh imam meng idghom-kan ke dalam ‫ ظ‬-‫ذ‬.
b. Selanjutnya pada lafaz ‫ قد‬apabila bertemu dengan huruf ‫ س‬-‫ ز‬-‫ذ‬-‫ج‬
‫ ظ‬-‫ض‬-‫ص‬-‫ ش‬inam khalaf membaca idghom, Misalnya ‫ ا َء ُك ْم‬Y‫ ْد َج‬Yَ‫ ق‬di
baa qajja'akum. Dan kesepakatan seluruh imam meng-idghom-kan
ke dalam ‫ض‬-‫ ذ‬.

10
c. Selanjutnya, apabila ta' ta'nis bertemu dengan huruf ‫ظ‬-‫ص‬-‫س‬-‫ ز‬-‫ج‬-‫ث‬
ْ َ‫ َّذ ب‬YYY‫ َك‬dibaca
imam Khalaf membaca idghom, misalnya ‫و ُد‬YYY‫ت ثَ ُم‬
każżbassamudu. Dan kesepakatan seluruh imam meng. idghom-kan
ke dalam ‫ط‬-‫د‬-‫ت‬
d. Pada lafal ‫ هل‬dan ‫ بل‬apabila bertemu dengan huruf ‫س‬-‫ث‬-‫ ت‬Imam
Khalaf membaca idghom, misalnya ‫ َرا‬YYYYَ‫لْ ت‬YYYYَ‫ ه‬dibaca hattaro.
Sedangkan bila bertemu dengan huruf ‫ن‬-‫ظ‬-‫ ط‬-‫ ض‬-‫ ز‬imam Khalaf
membaca izhar, misalnya ‫لْ نُنَبِّئُ ُكم‬YYَ‫ ه‬dibaca halnunabbi'ukum. Perlu
ُّ ‫ت َِو‬Y‫ اَ ْم هَلْ ت َْس‬surat al-Ra'd,
diketahui bahwa pada firman Al ‫ات‬YY‫الظلُ َم‬
imam Khalaf tidak meng-idghom-kan, sebab shigat yang digunakan
adalah mużakkar (‫ت َِوي‬Y ‫ )يَ ْس‬dan kesepakatan seluruh imam meng-
idghomkan ke dalam ‫ر‬-‫ ل‬.
e. Ketika dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya saling
berhadapan (yang awal mati yang kedua hidup), maka huruf
pertama harus di-idgāmkan ke dalam huruf yang hidup, misalnya ‫فَاَل‬
‫ف فِى ْالقَ ْتل‬
ْ ‫ ِر‬Y ‫ ي ُْس‬dibaca falayusriffilqatl. Kecuali bila huruf pertama
dari huruf yang sama makhraj dan sifatnya berupa huruf mad,
seperti ‫ َحتَّى َعفَوْ ا َوقَالُوا‬dibaca hatta'afawwaqalu. Bila huruf pertama
dari huruf yang sama makhraj dan sifatnya berupa ha' saktah (dalam
surat al-Haqqah ayat 28). Maka, seluruh imam qira'at membaca
dengan dua wajh yaitu meng-idghom-kan huruf pertama ke dalam
huruf kedua, atau meng-izhar kan huruf pertama (ini tidak dapat
dipraktekkan kecuali dengan men-saktah-kan huruf pertama/ha'
saktah dengan saktah ringan).
f. Adapun huruf ‫ ذ‬yang bertemu dengan ‫ ت‬pada firman Allah
ُ ‫( ﷻاِنِّى ع ُْذ‬terdapat dalam surat Gafir ayat 27dan al-Dukhan
‫ت‬
Yْ َ‫( فَنَب‬surat Taha ayat 96) imam Khalaf meng-
ayat 20) dan ‫ذ تُهَا‬YY
idghom-kan ‫ ذ‬ke dalam ‫ ت‬Sehingga kedua lafaz tersebut dapat
dibaca inni 'uttu dan fanabattu.

11
g. Huruf ‫ ث‬bertemu ‫ ت‬pada firman Allah‫و ِر ْثتُ ُموْ هَا‬Yْ َ‫ﷻ أ‬surat al-
A'raf ayat 43 dan al-Zukhruf ayat 72. Imam Khalaf meng-idghom-
kan ‫ ث‬ke dalam ‫ ت‬Sehingga dibaca auritumuha.
h. Nun pada ‫ طسم‬di awal surat al-Syu’ara’ dan al-Qashash, imam
ْ ‫طَا ِس‬
Khalaf membaca dengan izhar pada nun yang bertemu mim ( ‫ين‬
‫ ) ِمي ْم‬dibaca tosinmim. Adapun nun mati pada ( ‫ين‬ ْ ‫ طس ) طَا ِس‬awal
surat al-Naml yang bertemu ta’-nya َ ‫ك‬َ ‫تِ ْل‬seluruh imam qira’at tujuh
membaca dengan ikhfa’ (tosintilka).
i. Bacaan ‫اتَّخ َْذتُ ْم‬dan ‫أَخ َْذتُ ْم‬baik yang berbentuk jama' maupun mufrad, di
mana saja berada dalam al-Qur'an imam Khalaf meng-idghom-kan ‫ذ‬
ke dalam ‫ ت‬. Sehingga dibaca ittakhottum dan akhottum.
j. Bacaan ba' pada lafaz ‫ ارْ كَبْ َم َعنَا‬surat Hud ayat 42, imam Khalaf
membaca ba' dengan izhar. Sehingga dibaca irkab ma'anā.
ْ َ‫يَ ْله‬surat al-A'raf ayat 179, imam Khalaf meng-
k. Bacaan ‫ ت‬pada ‫ث ذلِك‬
idghom-kan ‫ ث‬ke dalam ‫ذ‬, yakni dibaca yalhazzalika.
l. Bacaan ba pada lafaz ‫ يُ َع ِّذبْ َم ْن يَ َشا ُء‬dalam surat al-Baqarah ayat 284.
imam Khalaf men jazam kan dan meng-idamkan ‫ ب‬ke dalam ‫م‬
Sehingga dibaca yu'azzimmayyasya' .
m. Hukum nun mati dan tanwin, seluruh imam qira'at meng-idghom-
kan nun mati yang berada di ujung kata atau tanwin ke dalam ‫ ل‬dan
‫ ر‬, dengan tanpa gunnah. Sedangkan jika bertemu dengan ‫ م‬-‫ي‬- ‫و‬
dan ‫ ن‬maka disertai gunnah. Namun, dalam hal ini khusus imam
Khalaf meng-idghom-kan nun mati atau tanwin ke dalam ‫ ي‬dan ‫و‬
dengan tanpa gunnah.

Apabila terdapat nun mati atau tanwin bertemu ‫ ي‬dan ‫ و‬dalam satu
kata, seluruh imam qira'at membaca izhar, sebab khawatir menyerupai
ٌ َ‫ بُ ْني‬- ‫ي‬
mudha'af yaitu pada lafadz , ‫ان‬ َ ‫ان – ال ُد ْنيَا‬
ٌ ‫ قِ ْن َو‬- ‫ان‬
ٌ ‫ص ْن َو‬dalam
ِ hal ini tidak ada

12
tanwin yang bertemu dengan‫ ي‬dan ‫ و‬dalam satu kata, sebab adanya tanwin
pasti diakhir kata).

3. Al-Fath, al-Imalah dan al-Taqlil

Al-Fath adalah terbukanya mulut si pembaca al-Qur'an ketika


mengucapkan alif, jadi bukan alif yang berharakat fathah, sebab alif tidak
pernah menerima harakat.

Adapun al-Imalah menurut bahasa adalah condong dan menurut


istilah ada dua macam yaitu, Al-Imalah al-Kubra ialah bunyi antara fathah dan
kasrah, serta antara alif dan ya’. Al-Imalah al-Kubra biasa juga disebut al-
Imalah al-Mahdah atau al-Idhja. Sedangkan al-Imalah al-Sugra ialah bunyi
antara al-Fath dan al-imalah al-kubra. Al-Imalah al-Sugra biasa juga disebut
al-taqil atau baina-baina.

Dalam hal ini, salah satu diantara imam tujuh yang paling banyak
memakai bacaan al-imalah al-kubră adalah imam Hamzah (termasuk Khalaf
padanya). Adapun rinciannya bacaan al-imalah al-Kubra oleh imam Khalaf
sebagai berikut:

a. Bacaan pada żawatul ya' (setiap alif ashliyyah -bukan zaidah- yang
terletak diakhir kata di mana ia berasal dari ya’). Adapun cara untuk
mengetahui asal alif (apakah dari ya' atau waw), apabila pada isim dapat
dilihat dalam bentuk tašniyah-nya, dan apabila pada fi'il dapat dilihat
dalam bentuk mukhatabnya, sebagai contoh lafadznya ‫ْالهُدي – ْالهَوي – ا ْشتَ َرا‬
dan ‫ هَدَي‬.
ُ dan ‫ القُ َوا‬walaupun asal alif
b. Bacaan pada lafadz – ‫ ال ِّربَ َوا َوالضُّ جي‬- ‫ض َج ْيهَا‬
dari waw
c. Bacaan pada lafaz ‫ اَجْ يَا‬yang diawali waw ( an-Najm 44)
d. Bacaan lafaz ‫ نَئَا‬dalam al-Qur'an hanya terdapat di dua tempat yaitu al-
Isra' ayat 83 dan Fushshilat ayat 51, Khalaf membaca al-imalah al-kubra

13
pada nun dan alif-nya (tentunya berikut hamzah-nya) pada kedua tempat
tersebut.
e. Bacaan lafaz ‫( إِنيه‬al-Ahzab 53) dan ‫( اَوْ ِكاَل هُ َما‬al-Isra' ayat 23).
f. Bacaan pada alif ta'nis (setiap alif yang terdapat pada wazan (pola) ‫فُ َعالی‬
dan - ‫فُعْلى‬- ‫ فعْلی‬- ‫ فِعْلی‬.
g. Bacaan pada ‫ بلى‬dan ‫تى‬YY‫م‬- ‫ى‬YY‫ انى عس‬yang dipergunakam untuk istifham
adapun lafadz ‫ أنى‬yang dipergunakan untuk istifham dalam al-Qur'an ada
28 tempat dan ‫ بلى‬serta ‫تى‬YY‫م‬-‫ عسى‬di mana saja berada dalam al-Qur'an
dibaca al-imalah al-kubra oleh imam Khalaf.
h. Bacaan pada alif yang terletak di ujung kata, yang tertulis di dalam
mushaf 'Usmaniyyah dengan bentuk ya' (bukan alif yang berasal dari ya’
tetapi setiap alif yang tidak diketahui asalnya, atau setiap alif yang
asalnya dari waw) kecuali : ‫ َعلَى‬dan ‫ لَدَى‬- ‫زَگی‬- ‫ إِلَي‬- ‫ َحتَّى‬.
i. Bacaan pada alif yang asalnya dari waw dan menjadi lam lil kalimah dan
juga menjadi huruf ketiga, namun kalimah (kata) tersebut dimasuki huruf
zaidah. Misalnya ‫ابْتلى‬
j. Bacaan pada alif yang terletak disetiap akhir ayat pada sebelas surat.
‫ رءوس األى‬Maksudnya adalah baik alif yang asalnya dari ya’ maupun
waw, dan baik yang terdapat di isim maupun fi'il Berarti alif pengganti
tanwin dimana keberadaannya hanya ketika waqaf, dalam hal ini
dikecualikan Adapun surat-surat yang dimaksud yaitu Taha, al-Najm, al-
Ma'arij, al-Qiyamah, al-Nazi'at, "Abasa, al-A'la al-Syams, al-Lail, al-
Dhuha, al-'Alaq.

4. Ya'Idhafah

Imam Khalaf membaca sukun ya idhafah, baik yang sesudahnya berupa


hamzah qata' yang berharakat fathah (pada 99 tempat), yang sesudahnya berupa
hamzah qata' yang berharakat kasrah (pada 52 tempat), yang sesudahnya berupa

14
hamzah qata' yang berharakat dhammah (pada 10 tempat), yang sesudahnya berupa
alif lam (hamzah washal yang disertai lam ta'rih pada 14 tempat, yang sesudahnya
berupa hamzah washal yang tidak disertai oleh lam ta'rif (pada 7 tempat), yang
sesudahnya berupa huruf hijaiyah selain hamzah (qata/washal pada 30 tempat.
Kecuali pada lafaz. ‫ عبادى‬surat al-Zukhruf ayat 68, membuang ya' idhafah.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, adanya ragam bacaan
merupakan sebuah rahmat bagi semua umat Islam, sebab tidak semua lisan bisa
melafadzkan sebagaimana al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad
‫ ﷻ‬Shallahu ‘Alaihi Wassalam meminta agar al-Qur’an bisa dibaca dengan
beragam bacaan sehingga semua umat Islam bisa membacanya dengan mudah.

Tergolong salah satu model bacaan al-Qur’an adalah bacaan Imam Khalaf Al
‘Asyir. Beliau memiliki kaidah tersendiri dan berbeda dengan bacaan yang sering kita
dengarkan. Meski beliau memiliki kaidah dalam membaca al-Qur’an, namun kaidah
tersebut tidak bersifat paten, sebab masih ada pengecualian-pengecualian yang tidak
boleh dibaca sebgaimana kaidah yang telah dibakukan. Hal ini membuktikan bahwa
dalam membaca al-Qur’an tidak patuh pada kaidah, melainkan harus patuh kepada
pendengaran sang guru yang sanadnya sampai pada Nabi Muhammad‫ ﷻ‬.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Al Qatthan, Syaikh Manna. 2018. Dasar-Dasar Ilmu Al Qur’an. Ummul


Qura, Jakarta
 Fahurrozi, Moh & Fahimah, Rif’iyatul. 2020. Mengarungi Samadra
Kemuliaan 10 Imam Qira’at. Belibis Pustaka, Yogyakarta
 Dhamrah, Taufiq Ibrahim. 2008. Tanwirul Qulub Fii Qiraaati Ya’qub bi
Riwayatii Ruwais dan Ruh. Daarul Ash Shahabah. Thantha, Mesir
  https://islam.nu.or.id/post/read/103610/imam-khalaf-dan-imam-khallad-
perawi-qiraat-imam-hamzah
 Al-qadhi, Tarikh al-Qurra’ al-Asyrah wa ruwwatuhum, Syekh Abdul Fattah
al-Qadhi 
 Muhaisin, salim Mu'jam Huffadz Al-Qur'an Abra al-Tarikh, Jilid I 
 Ad-dzahabi, Siyar ‘A’lamin Nubala’ 
 Ad-dzahabi, Makrifatul Qurra’ Al-Kibar ‘alat Thabaqat wal A’shar

15

Anda mungkin juga menyukai