Disusun oleh:
AJI PRASETYO
ANGGA SURYA
FARID MUHAMMAD
ILHAM FAULITO
MUHAMMAD ABDUL AZIZ BIN CHAMID
MUHAMMAD NAIL FAJAR
MUHAMMAD SAEPUDIN
MUHAMMAD SAHBUDIN
MUHAMMAD SYAMSUDDIN
NURUL HUDA
Namun kami sadar, masih banyak sekali kekurangan dari makalah ini baik
dari segi penyusunan maupun tata bahasa, maka dari itu kami sangat menerima kritik
maupun saran guna memperbaiki makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi kami juga para pembaca, maupun pihak-pihak yang
membutuhkan.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita ssemua,
baik di Dunia maupun di akhirat kelak. Terimakasih atas pehatiannya .
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Biografi Imam khalaf...................................................................................................3
B. Perjalanan Intelektualnya.............................................................................................3
C. Guru-guru Imam Khalaf dan Transmisi Riwayatnya....................................................5
D. Komentar Ulama..........................................................................................................7
E. Kaidah Imam Khalaf....................................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14
A. KESIMPULAN..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allahﷻ, kepada Rasulullahﷺ
secara berangsurangsur disertai lafadz dan maknanya, oleh karena itu pada zaman
Rasulullah terdapat pula ilmu membaca ayat-ayat al-qur’an dengan menisbahkan
setiap bacaannya yang disebut dengan qiraat kepada seorang imam pakar qiraat
yang mana salah seorang imam qurra’ berbeda dengan madzhab lainnya dalam
mengucapkannya, perbedaan disini tentunya disandarkan pada sanad–sanad yang
dianggap sampai pada Rasulullahﷺ. Qira’at merupakan salah satu
cabang ilmu dalam ‘Ulumul Qur’an, namun tidak banyak orang yang tertarik
kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademi banyak
faktaor yang menyebabkan hal ini, di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungsn
langsung dengan kehidupan dan muamalah manuia sehari-hari, tidak seperti ilmu
fiqih, hadits, dan tafsir misalnya, yang dapat dikatakan berhubungan langsung
dengan kehidupan manusi. Hal ini dikarenakan ilmu Qira’at tudak mempelajari
masalah-masalah yang berkaitanlangsung dengan halal-haram atau hukum tertentu
dalam kehidupan manusia. Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari.
Banyak hal yang diketahui oleh peminat ilmu qira’at, yang terpenting adalah
pengenalan al-Qur’an secara mendalam, dalam banyak seginya, bahkan hafal
Sebagian besar dari ayat-ayat al-qur’an merupakan salah satu kunci memasuki
gerbang ilmu ini, pengetahuan Bahasa arab yang mandalam dan luas, juga
merupakam alat pokok dsalam menggeluti ilmu ini, pengenalan sebagai ilmi
qira’at dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini,
sekelumit hal ini lah yang bisa jadi membuat ilmu qira’at tidak begitu popular.
Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, dan
menhajarkan berbagai “ cara membaca” al-Qur’an yang benar sesuai dengan yang
telah diajarkan Rosulullah ﷺ.
1
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Imam khalaf?
2. Bagaimana kaidah bacaan Imam khalaf?
3. Bagaimana contoh bacaan ayat al-Qur’an menggunakan qiro’at Imam
Khalaf?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi imam khalaf
2. Mengetahui karakteristik dan contoh bacaan Imam khalaf
3. Memeberikan wawasan mendalam tentang karakterisktik qiro’at Imam
khalaf dan contoh bacaannya kepada para pembaca makalah dan
pendengar presentasi
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Qiro’ah Saba’ah
2. Memperluas pengetahuan pembaca tentang ilmu yang berkaitan dengan
al-Qur’an
3. Mahasiswa lebih terampil dalam kerja kelompok dan berdiskusi
4. Sebagai sumber infromasi tentang teori Qiro’at Imam Khalaf dan yang
berkaitan dengannya
5. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali
lebih dalam mengenai teori qiro’at saba’ah terutama qiro’at Imam Khalaf
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam khalaf
Namanya Khalaf bin Hisyam bin Tsa’lab bin Khalaf al-Asadi al-Baghdadi al-
Bazzar, kuniyahnya Abu Muhammadﷻ. Beliau salah satu perawi Imam Hamzah
dari jalur Imam Sulaim. Selain sebagai perawi Imam Hamzah, beliau juga berstatus
sebagai imam qira’at ke sepuluh yang memiliki (pilihan) bacaan sendiri, yang
berbeda dengan Imam Hamzah.
Imam Khalaf memiliki kedudukan dan posisi yang berbeda, sebagai perawi
dari Imam Hamzah sekaligus sebagai imam qira’at, meskipun ia memiliki kedudukan
dan posisi yang berbeda, tidak sedikit ulama yang memuji keilmuannya, bahkan tak
ayal kalau beliau disebut sebagai orang yang sangat tsiqah dalam soal periwayatan,
Selain gelar tsiqah, Imam Khalaf juga dikenal sebagai orang yang hidup sederhana
(zahid) alim dan ahli ibadah, Beliau dilahirkan pada tahun 150 H di kota Baghdad.
E. Perjalanan Intelektualnya
Sejak kecil, Imam Khalaf telah menghafal Al-Qur’an di tanah kelahirannya, dan
pada saat berumur 10 tahun beliau sukses menyelesaikan hafalan tersebut dengan
baik dan lancar. Ketika menginjak umur 13 tahun, beliau mengawali perjalanan
intelektualnya menuntut ilmu kepada para ulama.
Imam Khalaf bercerita kepada muridnya, Imam Idris Abdul Karim: “Saya hafal
Al-Qur’an saat berumur 10 tahun, kemudian ketika saya menginjak umur 13 tahun
saya mengawali menuntut ilmu”, Dalam waktu yang sangat lama, beliau
memperdalam Al-Qur’an dan qira’atnya hingga kemudian dikenal oleh para ulama
sebagai “Ahli Al-Qur’an”.
Selain memperdalam Al-Qur’an dan qira’atnya, beliau tidak lupa diri untuk
memperdalam ilmu-ilmu keislaman lainnya, utamanya ilmu hadits hingga kemudian
3
dikenal sebagai “ahli hadits”, Maka tak ayal, sebagian ulama mengatakan, bahwa
Imam Khalaf pada mulanya, dikenal dengan “ahli Al-Qur’an”, namun kemudian ia
juga dikenal sebagai ahli hadits. Para ulama qira’at banyak menyatakan bahwa guru
utama Imam Khalaf dalam meriwayatkan qira’at Imam Hamzah adalah Imam Sulaim
bin Isa. Darinya Imam Khalaf banyak ber-istifadah tentang qira’at Hamzah hingga
menempatkannya sebagai perawi dari Imam Hamzah.
Dalam belajar, jika ada kemusykilan atau kejanggalan yang dihadapi oleh Imam
Khallaf, beliau menginfakkan sebagian hartanya sehingga kemusykilan tersebut
menjadi terbuka dan mudah. Beliau berkata: “Saya menemui kejanggalan dalam bab
nahwu (gramatikal bahasa Arab), kemudian saya menginfakkan harta sebesar 80000
dirham, sehingga dengan itu kejanggalan saya terbuka dan saya mahir dalam soal
nahwu.
4
F. Guru-guru Imam Khalaf dan Transmisi Riwayatnya
Dalam memperluas bacaan qira’at Al-Qur’an, Imam Khalaf memiliki dua
metode; membaca secara langsung di hadapan guru sampai khatam (Ardh) dan
mendengarkan riwayat yang disampaikan oleh sang guru tanpa membaca (sima’an).
Sedangkan untuk metode yang kedua, Imam Khalaf mendengar qira’at Imam
Ali al-Kisa’I sampai khatam tanpa membaca langsung kepadanya. Meskipun tanpa
membaca di hadapannya, ia telah kuasai secara dhabt. Selain belajar kepada para
imam-imam di atas, Imam Khalaf di sarankan untuk belajar kepada Imam Syu’bah,
namun tidak jadi sebab kalimat yang disampaikan Syu’bah kepadanya saat awal
perjumpaannya menyinggung prasaannya. Sehingga beliau enggan melanjutkan
belajar kepada Imam Syu’bah namun belajar kepada Yahya bin Adam, murid Imam
Syu’bah.
Imam Khalaf adalah salah satu orang yang mengimplementasikan firman Allah
ﷻtentang memulyakannya anak keturunan manusia, sebagaimana ia
memulyakan dirinya sendiri, dan para penghafal Al-Qur’an. Hal tersebut dibuktikan
dari cerita yang disampaikan Ahmad bin Ibrahim Warraqah yang mendengar
langsung dari Imam Khalaf.
5
Kemudian kami mendatanginya dan ia membaca surat tersebut dan
pandangannya tertuju ke mulut saya. Kemudian berkata: “Kamu Khalaf ?. Saya
jawab: iya. Kemudian ia berkata: “Tidak ada seorang pun yang akan menggantikan
posisimu orang yang membaca kepadamu (tidak ada generasi yang akan melanjutkan
qira’at bacaannya). Kemudian saya diam. Maka ia pun menyuruh saya untuk duduk
dan membaca kepadanya. Bacalah…!!! Saya pun kaget sambil bertanya. Membaca
kepada Anda?, Ia pun menjawab: Iya. Saya menjawab dengan tegas: “Tidak, demi
Allahﷻsaya tidak akan membaca kepada orang yang merendahkan seorang dari
kalangan penghafal Al-Qur’an.
6
sulit I’rabnya. Kemudian beliau bertanya : Siapa Anda, saya tidak pernah mendengar
bacaan yang sebagus Anda. Saya jawab: Saya Khalaf.
Kemudian beliau berkata: Saya tidak boleh melarang kamu membaca kepadaku.
Bacalah…pada suatu hari saya sampai pada kata (واYYYُتَ ْغفِرُونَ لِلَّ ِذينَ آ َمنYYY) َويَ ْس, beliau
menangis, kemudian berkata: hai Khalaf, tahukah kamu, sungguh mulyanya orang
mukmin menurut Allah, dia tidur, para malaikat mendoakan ampunan untuknya.
Imam Umar bin Qaid al-Adami berkata: Saya mendengar Khalaf berkata: “Saya
membaca Al-Qur’an kepada Sulaim dalam sehari dari awal Al-Qur’an sampai surat
al-Munafiqun, beliau tidak menegurku sama sekali hingga sampai pada kalimat (ولكن
ونYYافقين ال يعلمYY )المنkemudian beliau mengangkat kepalanya sembari berkata: “Demi
Allah, Engkau orang yang hafidz, namun butuh sedikit pemahaman. Kemudian saya
membaca ( َ) َول ِك َّن ْال ُمنافِقِينَ ال يَ ْفقَهُون. Ini menunjukkan bahwa Imam Khalaf orang yang
sangat lancar hafalannya, namun sedikit kesalahan yang dilakukannya membuatkan
menegur agar lebih memperhatikan pada unsur-unsur ayat yang mirip.
G. Komentar Ulama
salah satu dari sekian imam qira’at yang memiliki dua posisi yang berbeda
dalam bidang qira’at Al-Qur’an. Dengan ketekunannya mempelajari qira’at Al-
Qur’an, tak ayal banyak ulama yang mengapresiasi dan memujinya, baik dalam hal
keilmuannya maupun pribadinya. Imam Yahya bin Main, al-Nasa’I dan ulama-
ulama yang lain menyatakan bahwa Imam Khalaf adalah orang yang tsiqah. Imam
al-Daruqutni menyatakan bahwa beliau adalah abid yang utama. Imam al-Husain bin
Fahm berkata: “Saya tidak menemukan seseorang yang lebih bagus (bacaannya)
daripada Khalaf. Ia mengawali karirnya sebagai ahli Al-Qur’an kemudian menjadi
muhadditsin, ia membacakan lima puluh hadits Abi ‘Awanah kepada kami. Sebagian
riwayat menyatakan bahwa beliau melakukan puasa setiap hari (saum al-dahr).
7
apabila banyak dari kalangan penuntut ilmu yang belajar kepada Imam Khalaf, salah
satunya adalah Ahmad bin Ibrahim Warraqah, saudaranya, Ishaq bin Ibrahim,
Ibrahim bin Ali al-Qassar, Ahmad bin Yazid al-Hulwani, Idris bin Abdul Karim al-
Haddad, Muhammad ﷻbin Ishaq, guru Ibnu Syanbudz. Ibnu Asytah berkata:
“Imam Khalaf mengambil dan mendalami madzhab Hamzah keculai 120 huruf
(bacaan) yang berbeda, yang dipakai sebagai pilihan bacaannya sendiri. Imam Ibnu
al-Jazari telah melakukan penelitian bahwa qira’a Imam Khalaf tidak keluar dari
qira’at Imam Hamzah, Ali al-Kisa’I dan Syu’bah kecuali pada surat al-Anbiya ayat
95, ia membacanya seperti riwayat Hafs. Setelah mendarma-baktikan diri kepada
kalam-Nya, beliau wafat pada tahun 229 pada bulan Jumadil akhir
ْ َِّجل
ِّ َ ت اِل
a. Tanwin, misalnyaي يَوْ ٍم ا
b. Nun, misalnya ِم ْن اِ ْستَ ْب َرق
c. Ta' ta'nis, misalnya َواِ ْذ قَالَت اُ َّمـةُ ِّم ْنهُ ْم
d. Huruf layn, misalnya تَ َعالَوْ ا اَ ْتلُوْ ا
e. Lam ta'rif, misalnya .اال خرة
f. Selain huruf yang telah disebutkan, misalnya قَ ْد اَ ْفلَ َح
Keenam huruf shahih mati tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu;
a. Al-Sakin al-Mafshul, yaitu bila huruf shahih mati dan hamzah sesudahnya
terpisah (munfashil) rasamnya (tulisannya), seperti َم ْن ا َمن. Atau dengan
kata lain, huruf matinya terdiri dari selain lam ta'rif.
8
b. Lam Ta'rif, yaitu bilamana huruf shahih mati dan hamzah sesudahnya
tidak terpisah ( muttasil ) rasamnya. Seperti االخرة
Adapun bacaan imam khalaf pada bacaan al-Sākin al-Mafshul dan Lam Mam
Ta'rif ketika wasal dan waqaf, dan lafadz َش ْي ٍءsebagai berikut:
9
e. Sedangkan pada lafaz أَ ْلئنYunus 51 & 91, bila dibaca washal dengan
kata sesudahnya, imam Khalaf mempunyai 2 wajh, pertama disamping
membaca saktah pada lam ta'rif, hamzah kedua (hamzah washal) di-
ibdal kan dengan alif serta di-isybakan’. Kedua, disamping membaca
saktah pada lam ta'rif, hamzah kedua (hamzah wasal) dibaca tashil baina
baina.
2. Idzhar dan Idghom
10
c. Selanjutnya, apabila ta' ta'nis bertemu dengan huruf ظ-ص-س- ز-ج-ث
ْ َ َّذ بYYY َكdibaca
imam Khalaf membaca idghom, misalnya و ُدYYYت ثَ ُم
każżbassamudu. Dan kesepakatan seluruh imam meng. idghom-kan
ke dalam ط-د-ت
d. Pada lafal هلdan بلapabila bertemu dengan huruf س-ث- تImam
Khalaf membaca idghom, misalnya َراYYYYَلْ تYYYYَ هdibaca hattaro.
Sedangkan bila bertemu dengan huruf ن-ظ- ط- ض- زimam Khalaf
membaca izhar, misalnya لْ نُنَبِّئُ ُكمYYَ هdibaca halnunabbi'ukum. Perlu
ُّ ت َِوY اَ ْم هَلْ ت َْسsurat al-Ra'd,
diketahui bahwa pada firman Al اتYYالظلُ َم
imam Khalaf tidak meng-idghom-kan, sebab shigat yang digunakan
adalah mużakkar (ت َِويY )يَ ْسdan kesepakatan seluruh imam meng-
idghomkan ke dalam ر- ل.
e. Ketika dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya saling
berhadapan (yang awal mati yang kedua hidup), maka huruf
pertama harus di-idgāmkan ke dalam huruf yang hidup, misalnya فَاَل
ف فِى ْالقَ ْتل
ْ ِرY ي ُْسdibaca falayusriffilqatl. Kecuali bila huruf pertama
dari huruf yang sama makhraj dan sifatnya berupa huruf mad,
seperti َحتَّى َعفَوْ ا َوقَالُواdibaca hatta'afawwaqalu. Bila huruf pertama
dari huruf yang sama makhraj dan sifatnya berupa ha' saktah (dalam
surat al-Haqqah ayat 28). Maka, seluruh imam qira'at membaca
dengan dua wajh yaitu meng-idghom-kan huruf pertama ke dalam
huruf kedua, atau meng-izhar kan huruf pertama (ini tidak dapat
dipraktekkan kecuali dengan men-saktah-kan huruf pertama/ha'
saktah dengan saktah ringan).
f. Adapun huruf ذyang bertemu dengan تpada firman Allah
ُ ( ﷻاِنِّى ع ُْذterdapat dalam surat Gafir ayat 27dan al-Dukhan
ت
Yْ َ( فَنَبsurat Taha ayat 96) imam Khalaf meng-
ayat 20) dan ذ تُهَاYY
idghom-kan ذke dalam تSehingga kedua lafaz tersebut dapat
dibaca inni 'uttu dan fanabattu.
11
g. Huruf ثbertemu تpada firman Allahو ِر ْثتُ ُموْ هَاYْ َﷻ أsurat al-
A'raf ayat 43 dan al-Zukhruf ayat 72. Imam Khalaf meng-idghom-
kan ثke dalam تSehingga dibaca auritumuha.
h. Nun pada طسمdi awal surat al-Syu’ara’ dan al-Qashash, imam
ْ طَا ِس
Khalaf membaca dengan izhar pada nun yang bertemu mim ( ين
) ِمي ْمdibaca tosinmim. Adapun nun mati pada ( ين ْ طس ) طَا ِسawal
surat al-Naml yang bertemu ta’-nya َ كَ تِ ْلseluruh imam qira’at tujuh
membaca dengan ikhfa’ (tosintilka).
i. Bacaan اتَّخ َْذتُ ْمdan أَخ َْذتُ ْمbaik yang berbentuk jama' maupun mufrad, di
mana saja berada dalam al-Qur'an imam Khalaf meng-idghom-kan ذ
ke dalam ت. Sehingga dibaca ittakhottum dan akhottum.
j. Bacaan ba' pada lafaz ارْ كَبْ َم َعنَاsurat Hud ayat 42, imam Khalaf
membaca ba' dengan izhar. Sehingga dibaca irkab ma'anā.
ْ َيَ ْلهsurat al-A'raf ayat 179, imam Khalaf meng-
k. Bacaan تpada ث ذلِك
idghom-kan ثke dalam ذ, yakni dibaca yalhazzalika.
l. Bacaan ba pada lafaz يُ َع ِّذبْ َم ْن يَ َشا ُءdalam surat al-Baqarah ayat 284.
imam Khalaf men jazam kan dan meng-idamkan بke dalam م
Sehingga dibaca yu'azzimmayyasya' .
m. Hukum nun mati dan tanwin, seluruh imam qira'at meng-idghom-
kan nun mati yang berada di ujung kata atau tanwin ke dalam لdan
ر, dengan tanpa gunnah. Sedangkan jika bertemu dengan م-ي- و
dan نmaka disertai gunnah. Namun, dalam hal ini khusus imam
Khalaf meng-idghom-kan nun mati atau tanwin ke dalam يdan و
dengan tanpa gunnah.
Apabila terdapat nun mati atau tanwin bertemu يdan وdalam satu
kata, seluruh imam qira'at membaca izhar, sebab khawatir menyerupai
ٌ َ بُ ْني- ي
mudha'af yaitu pada lafadz , ان َ ان – ال ُد ْنيَا
ٌ قِ ْن َو- ان
ٌ ص ْن َوdalam
ِ hal ini tidak ada
12
tanwin yang bertemu dengan يdan وdalam satu kata, sebab adanya tanwin
pasti diakhir kata).
Dalam hal ini, salah satu diantara imam tujuh yang paling banyak
memakai bacaan al-imalah al-kubră adalah imam Hamzah (termasuk Khalaf
padanya). Adapun rinciannya bacaan al-imalah al-Kubra oleh imam Khalaf
sebagai berikut:
a. Bacaan pada żawatul ya' (setiap alif ashliyyah -bukan zaidah- yang
terletak diakhir kata di mana ia berasal dari ya’). Adapun cara untuk
mengetahui asal alif (apakah dari ya' atau waw), apabila pada isim dapat
dilihat dalam bentuk tašniyah-nya, dan apabila pada fi'il dapat dilihat
dalam bentuk mukhatabnya, sebagai contoh lafadznya ْالهُدي – ْالهَوي – ا ْشتَ َرا
dan هَدَي.
ُ dan القُ َواwalaupun asal alif
b. Bacaan pada lafadz – ال ِّربَ َوا َوالضُّ جي- ض َج ْيهَا
dari waw
c. Bacaan pada lafaz اَجْ يَاyang diawali waw ( an-Najm 44)
d. Bacaan lafaz نَئَاdalam al-Qur'an hanya terdapat di dua tempat yaitu al-
Isra' ayat 83 dan Fushshilat ayat 51, Khalaf membaca al-imalah al-kubra
13
pada nun dan alif-nya (tentunya berikut hamzah-nya) pada kedua tempat
tersebut.
e. Bacaan lafaz ( إِنيهal-Ahzab 53) dan ( اَوْ ِكاَل هُ َماal-Isra' ayat 23).
f. Bacaan pada alif ta'nis (setiap alif yang terdapat pada wazan (pola) فُ َعالی
dan - فُعْلى- فعْلی- فِعْلی.
g. Bacaan pada بلىdan تىYYم- ىYY انى عسyang dipergunakam untuk istifham
adapun lafadz أنىyang dipergunakan untuk istifham dalam al-Qur'an ada
28 tempat dan بلىserta تىYYم- عسىdi mana saja berada dalam al-Qur'an
dibaca al-imalah al-kubra oleh imam Khalaf.
h. Bacaan pada alif yang terletak di ujung kata, yang tertulis di dalam
mushaf 'Usmaniyyah dengan bentuk ya' (bukan alif yang berasal dari ya’
tetapi setiap alif yang tidak diketahui asalnya, atau setiap alif yang
asalnya dari waw) kecuali : َعلَىdan لَدَى- زَگی- إِلَي- َحتَّى.
i. Bacaan pada alif yang asalnya dari waw dan menjadi lam lil kalimah dan
juga menjadi huruf ketiga, namun kalimah (kata) tersebut dimasuki huruf
zaidah. Misalnya ابْتلى
j. Bacaan pada alif yang terletak disetiap akhir ayat pada sebelas surat.
رءوس األىMaksudnya adalah baik alif yang asalnya dari ya’ maupun
waw, dan baik yang terdapat di isim maupun fi'il Berarti alif pengganti
tanwin dimana keberadaannya hanya ketika waqaf, dalam hal ini
dikecualikan Adapun surat-surat yang dimaksud yaitu Taha, al-Najm, al-
Ma'arij, al-Qiyamah, al-Nazi'at, "Abasa, al-A'la al-Syams, al-Lail, al-
Dhuha, al-'Alaq.
4. Ya'Idhafah
14
hamzah qata' yang berharakat dhammah (pada 10 tempat), yang sesudahnya berupa
alif lam (hamzah washal yang disertai lam ta'rih pada 14 tempat, yang sesudahnya
berupa hamzah washal yang tidak disertai oleh lam ta'rif (pada 7 tempat), yang
sesudahnya berupa huruf hijaiyah selain hamzah (qata/washal pada 30 tempat.
Kecuali pada lafaz. عبادىsurat al-Zukhruf ayat 68, membuang ya' idhafah.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, adanya ragam bacaan
merupakan sebuah rahmat bagi semua umat Islam, sebab tidak semua lisan bisa
melafadzkan sebagaimana al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad
ﷻShallahu ‘Alaihi Wassalam meminta agar al-Qur’an bisa dibaca dengan
beragam bacaan sehingga semua umat Islam bisa membacanya dengan mudah.
Tergolong salah satu model bacaan al-Qur’an adalah bacaan Imam Khalaf Al
‘Asyir. Beliau memiliki kaidah tersendiri dan berbeda dengan bacaan yang sering kita
dengarkan. Meski beliau memiliki kaidah dalam membaca al-Qur’an, namun kaidah
tersebut tidak bersifat paten, sebab masih ada pengecualian-pengecualian yang tidak
boleh dibaca sebgaimana kaidah yang telah dibakukan. Hal ini membuktikan bahwa
dalam membaca al-Qur’an tidak patuh pada kaidah, melainkan harus patuh kepada
pendengaran sang guru yang sanadnya sampai pada Nabi Muhammad ﷻ.
14
DAFTAR PUSTAKA
15