S STIQ AMUNTAI
AL-Imam Al-Hasan Al-Bashri T
Rahimahullah mengatakan :
I
Q
PANDUAN MUDAH
“ Satu bab ilmu agama yang dipelajari oleh
AL-Imam Al-Hasan Al-Bashri BELAJAR QIRA’AT
seseorang lebih baik baginya daripada A
Rahimahullah mengatakan :
dunia dan seisinya”. M IMAM NAFI’
(Dinukilkan dari Waratsul Anbiya’, hal.18) U
“ Satu bab ilmu agama yang dipelajari RIWAYAT WARASY
N
oleh seseorang lebih baik baginya Dosen Pengampu : Hamidah, S.Pd
T
daripada dunia dan seisinya”.
A
(Dinukilkan dari Waratsul Anbiya’, hal.18)
I
PGMI 6 C
P
C i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam pengerjaan buku ini
tentang Qira‘at Warsy. Ilmu Qira‘at merupakan salah satu cabang ilmu dalam
‗Ulum Alquran‘ namun tidak banyak yang tertarik kepadanya karena ilmu qira‘at
tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-
haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.
Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang
harus diketahui oleh peminat ilmu qira‘at ini, yang terpenting adalah pengenalan
Alquran secara mendalam dalam banyak seginya. Meskipun demikian
keadaannya, ilmu sangat telah sangat berjasa dalam mengali, menjaga dan
mengajarkan berbagai ―cara membaca‖ Alquran yang benar sesuai dengan yang
diajarkan oleh rasulullah saw.
Dewasa ini, ilmu tentang qira‘at Alqur‘an sudah mulai mendapat perhatian
dan minat yang cukup baik dikalangan kaum muslimin khususnya bagi para qari
dan qari‘ah di Indonesia. Namun besarnya minat tersebut kemungkinan kurang
sebanding dengan bahan-bahan yang berkenaan dengan ilmu qira‘at seperti buku-
buku qira‘at khususnya yang berbahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kami tertarik
untuk menyusun buku tentang qira‘at Warsy.
Sebagai manusia biasa, kami sadar dalam pembuatan buku ini tentunya
banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan yang mengharapkan kritik dan
saran, buku ini hanya sebagai alat penunjang untuk sedikit memahami tentang
qira‘at Warsy.
i
DAFTAR ISI
ii
BAGIAN 1
1
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy (Amuntai: CV. HEMAT Publishing,
2014).
2
Muhammad Syukri Wafi, ―Penerapan Qiraat Tujuh Di Darul Quran Jabatan Kemajuan
Islam Malaysia (JAKIM), Kuala Kubu Bharu, Selangor, Malaysia,‖ 2018.
1
B. Biografi Imam Warsy
Nama Lengkap Beliau adalah Usman bin Sa‘id bin Abdillah bin Amru
bin Sulaiman bin Ibrahim bin Mishri. Lahir pada tahun 110 H/ bersamaan
dengan 725 M di Qifh, terletak disebelah selatan Mesir dan wafat di Mesir
pada tahun 197 H/ 812 M (± beruasia 87 tahun) pada masa pemerintahan
Khalifah Ma‘mun dan dimakamkan di daerah yang bernama Qarafa. Beliau
pergi ke Madinah untuk belajar Qira‘at kepada Imam Nafi‘ dan sempat
beberapa kali khatam sekitar tahun 155 H, kemudian Beliau kembali ke
daerah asalnya.3
Beliau merupakan murid dari Imam Nafi' al-Madani, sang gurulah yang
memberikan julukan warasy kepadanya, disebutkan bahwa Nafi' memberikan
julukan al-Warasyan salah satu jenis burung yang terkenal, kemudian diubah
menjadi warasy. Al -Warasy adalah sesuatu yang terbuat dari susu, dikatakan
bahwa ia dijuluki sebagai warasy karena ia memiliki kulit yang berwarna
putih, dan dikatakan pula bahwa ia dijuluki dengan julukan tersebut karena ia
memiliki tubuh yang pendek dan menggunakan pakaian yang pendek, dan
ketika ia berjalan ia terengah-engah, Beliau juga memiliki suara yang bagus
dan merdu serta ahli dalam bidang qira‘at.4
3
Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy, 2014, h. 2.
4
Wikipedia, https://www.google.co.id/amp/s/www.sarkub.com/haid-nifas-wiladah-dan-
istihadhah-menurut-imam-syafii/amp/.
2
BAGIAN 2
A. Menetapkan Basmalah
1. Qath‘ul Jami‘ (waqaf semua)
2. Menyambung semua
3
basmalah lalau berhenti di basmalah, kemudian menyambung awal surah.5
contoh :
( ) . ( ٍد )
َ َ ع ٍد قُ ْو ٌُ َُ هللاُ ا
( دد َ ) ِفٓ ِجٕدَ ٌَب َد ْج ُو ِم ْه م
3. Saktah antara dua surah
َ َ ع ْد ۜ قُ ْو ٌُ َُ هللاُ ا
( دد َ ) ِفٓ ِجٕدَ ٌَب َد ْج ُو ِم ْه م
Adapun antara surah Al anfal dan At taubah, Warsy membaca
dengan wajah tanpa basmalah, yaitu :
a. Menyambung semua
) ...(
) ۜۜ ...(
) . ...(
5
Ahmad Mujahid, PEDOMAN QIRAAT WARASY Dilengkapi Dengan Ushul Riwayat Serta
Farsyul Huruf Juz 1-30 (Amuntai, Kalimantan Selatan: CV. Hemat Publishing, n.d.), h. 3-4.
6
Mujahid, h 4-5.
4
BAGIAN 3
A. Mim Jama’
Mim jama‘ adalah mim yang menunjukkan jama‘ mudzakkar salim,
baik yang mukhathab (orang kedua jama‘) seperti pada kata ا َ ْوز ُ ْم، ىَن ْمatau
ُ . Beberapa contoh kalimat yang
ghaib (orang ketiga jama‘) seperti ٌ ْم
ِآمىُُا
Jika alif sesudah mim jama‘ terdapat mad badal, maka Warsy membaca
shilah mim jama‘ tersebut dengan thul dan disertai dengan taslitsul badal (tiga
wajah pada badal), yaitu qashar (2 harakat), tawasuth (4 harakat) dan thul (6
harakat) sebagaimana contoh atas.7
Bacaan Warsy tentang Mim al-Jama' tidak terlepas dari huruf yang
terdapat sesudah Mim al-Jama' tersebut. Huruf yang terdapat sesudah Mim
Jama' terbagi dua:
1. Hamzah Qatha'
Contohnya: أبد عيٕنم, ءاوزم اشد, مىٍم ال
7
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warasy (Amuntai Kalimantan Selatan: CV.
HEMAT Publishing, 2014), h. 5.
5
Bila mana sesudah Mim Jama' berupa Hamza qatha', maka Warsy
membacanya dengan Silah Mim al-Jama' serta Thul. Karena menurut-Nya
Silah Mim al-Jama' mengharuskan diberlakukan hukum Mad al-Muttashil.
Namun ada satu hal yang perlu diketahui kaitannya dengan bacaan Silah
Mim al-Jama',bahwa semua hukum Silah Mim al-Jama', bila dibaca waqaf
maka akan menjadi sukun Mim al-jama'.
2. Bukan Hamzah Qatha'.
Contohnya: َل أوزم عبثدَن, ىنم دٔىنم,فجعيٍم معظف
Bila mana sesudah Mim al-jama' berupa huruf hidup yang bukan
Hamzah qatha', maka Warsy membacanya dengan Sukun Mim al-Jama'.8
sesudah huruf mad dan masih dalam satu kata, seperti مالئنخ, جٕئ, ظُءMad
al-Muttashil tersebut dibacanya dengan Thul.
8
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996), h. 25.
6
Imam Warsy berbeda dengan Hafsh dalam hal ukuran panjang bacaan
mad jaiz munfashil. Imam Warsy membaca dengan panjang enam harakat
atau tiga alif
Contoh:9 ًِ َِٔآأٍَُّب َ اىرِٔهَ آ َمىُُا ارقُُا هللاَ َدقبر
Mad al-Munfashil ( )مد اىمىفظوAdalah apa bila terdapat hamzah yang
terletak sesudah huruf mad, namun tidak dalam satu kata, seperti ثمب اوصه, ٓاىز
9
Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warasy, h. 18.
10
Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, h. 30.
7
BAGIAN 4
HUKUM NAQL DAN HAMZAH MUFRAD
A. Naql
Al-Naql adalah pemindahan harakat hamzah ke huruf mati sebelumnya,
kemudian hamzah tersebut dibuang (tidak dibaca lagi).11 Dalam riwayat
Warsy, naql umumnya terdapat pada As Sakin Mafshul dan Lam ta’rif.
1. As Sakin Mafshul
Maksudnya ialah jika terdapat huruf sahih (bukan huruf mad) dan
terletak diakhir kata, sedangkan sesudahnya terdapat hamzah qatha‘ menjadi
awal kata berikutnya. Biasanya pertemuan huruf mati dan hamzah terdapat
َ , قَ ْد ا َ ْفيَ َخdan lain-lain.
dalam dua kalimat. Misalnya pada kata عرَاثًب ا َ ِى ْٕ ًمب
2. Lam Ta‘rif
Maksudnya adalah jika terdapat alif lam ( )اهyang sesudahnya ada
ُ ع
hamzah qatha‘ atau disebut juga dengan sakin maushul. Misalnya بن َ ا َ ْ ٍل ْو
dan lain-lain.
Cara pengucapan naql adalah dengan memindahkan harakat atau baris
hamzah kepada huruf yang mati sebelumnya, disertai dengan hazf
(membuang) hamzah.
11
Muh. Jabir, ―Kaedah Bacaan Riwayat Warsy,‖ 2007, h. 95.
12
Ahmad Mujahid, Pedoman Qiraat Riwayat Warsy (Amuntai: CV HEMAT Publishing,
2014), h.8.
8
B. Hamzah Mufrad
Hamzah mufrad adalah mengganti huruf hamzah sukun yang berdiri
sendiri (tidak disertai huruf hamzah lainnya) terletak pada fa' kalimah dengan
huruf mad sesuai dengan jenis huruf sebelumnya. Diganti dengan alif jika
didahului oleh baris atas dengan wawu jika didahului oleh baris dhammah
menjadi dengan ya' jika didahului oleh baris bawah.13
Ibdal ialah peristiwa pergantian huruf yang biasanya terjadi pada hamzah.
Penggantian hamzah harus disesuaikan dengan baris huruf sebelumnya. Jika
sebelum hamzah hurufnya berbaris fathah maka hamzahnya diganti dengan
alif. Jika sebelumnya berbaris dhomah maka hamzahnya diganti dengan waw.
Dan jika sebelumnya berbaris asrah maka diganti dengan ya.14
Warsy membaca dengan ibdal jika hamzah sukun terletak pada fa kalimah
kecuali beberapa kata tertentu yang akan diuraikan pada tempat-tempatnya
nanti.15 Warsy membaca ibdal hamzah pada hal-hal sebagai berikut :
1. Jika hamzah terletak pada fa kalimat ( )فبء ميمخyang sukun.
2. Jika terdapat hamzah fathah yang terletak pada fa kalimah ( )فبء ميمخdan
sebelumnya terdapat huruf yang berbaris dhammah.
ُ ّ ُم َئذ،اخرُ ُم ْم
Misalnya (ً ُم َئجال،ِن ِ )ٔ َُئ
3. Jika terdapat hamzah sukun yang terletak pada عkalimah. Terdapat pada
ُ ْ اى ِرّئ،ط
tiga kalimat (ت َ ْ ثِئ،)ثِئْس
4. Kalimah ) َۜظؤَه
َ (surah Al-Ma‘rij ayat 1 dan kalimat (ًِ ِعؤَر
َ )م ْى
ِ pada surah
Saba‘ ayat 14.16
13
Abdul Rokhim Hasan, Qira’at Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Jakarta: Yayasan Alumni
PTIQ, 2020), h. 58.
14
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy (Amuntai: Hemat Publishing, n.d.),
h. 9.
15
Abdul Rokhim Hasan, Qira’at Al-Qur’an Dan Tafsirnya, h. 58.
16
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy, h. 9.
9
As-Susi membaca dengan ibdal jika hamzah sukun terletak pada fa‘ain
ُ َ ا َ ْو َجبsurah al baqarah 33, وَجِّئْ ٍُ ْم
dan lam kalimah kecuali dua kata yaitu ٌ ْم
surah al hijr ayat 51 dan ayat 28 dalam surah Al qomar dengan tahqiq atau
huruf hamzah dengan sukun. Hamzah membaca dengan ibdal jika hamzah
sukun terletak pada fa‘ain dan lam kalimah hanya pada satu waqaf saja.17
17
Abdurrohim Hasan, Qiraat Al-Quran Dan Tafsir (Yayasan Alumni Perguruan Tinggi
Ilmu Quran, 2020).
10
BAGIAN 5
MAD BADAL DAN MAD LIN
A. Pengertian Mad
Mad menurut Bahasa ialah tambahan sebagaimana dalam penjelasan
dalam kitab Nihayah Al Mad, Lein dan Qashar. Mad menurut Bahasa ialah
tambahan sebagaimana dalam pemjelasan dalam kitab Nihayah Al Qaul Al-
Mufid.18 Sedangkan menurut istilah memunyai dua arti, yaitu:
1. Memanjangkan bunyi huruf mad atau lein, ketika huruf tersebut bertemu
huruf mati atau huruf hamzah.
2. Mengisbatkan huruf mad dalam suatu kata. Namun bunyi huruf mad disini
tidak dipanjangkan melebihi dari aslinya. Misalnya lafadz دزظذdalam
surat Al-An‘am ayat 105.
Ibnu Kastir dan Abu Amr‘ membaca lafadz tersebut dengan mad, artinya
mengisbatkan huruf mad (alif) sesudah (dal) yakni دأزظذ
Membahas huruf mad tentu sudah tidak asing lagi bagi semua orang yang
mempelajari ilmu qira‘at maupun tajwid, huruf mad terdiri dari 3 (tiga), yaitu:
1. Alif (baik ada Rasm atau tidak), sebelumnya berupa huruf yang berharkat
fathah. Misal alif pada lafadz قبه.
2. Waw Sukun (baik ada Rasm atau tidak), sebelumnya berupa huruf yang
berharkat dhammah. Misal waw pada lafadz ٔقُه.
3. Ya‘ sukun (baik ada rasm atau tidak) sebelumnya huruf yang berharkat
kasrah. Misal ya‘ pada lafadz قٕو.
Panjang setiap bacaan huruf mad adakalanya qashar (2 harkat), tawassut
(4 harkat) dan thul/isyba‘ (6 harkat). Dan pembahasan dalam mad memiliki
beberapa istilah. Diantaranya yaitu Mad Badal dan Mad Lin.
18
Muhammad Maki Nasr, Nihayah Al-Qaul Al-Mufid (Surabaya: Darul Ulum, n.d.), h.
129.
11
B. Mad Badal
Mad badal ialah apabila ada huruf mad yang sebelumnya berupa hamzah
(baik hamzah tsabit atau mughayyar).
Dalam qira‘at Warsy seluruh huruf hamzah yang menghadapi huruf mad
dan mad badal dapat dibaca tiga wajah, qashar, tawassut dan thul. kecuali
sebelumnya terdapat sukun shahih atau dalam kalimat isim ajami. wajah,
qashar, tawassut dan thul. kecuali sebelumnya terdapat sukun shahih atau
dalam kalimat isim ajami.
Mad Badal adalah bertemunya dua Hamzah dimana Hamzah kedua
diganti menjadi Alif sehingga Hamzah yang pertama dibaca panjang. Imam
Warsy rahimahullah membaca Mad Badal dengan Thul (panjangnya 6 harakat).
Contoh: ( َءا َمىبaaaaaamannaa)
C. Mad Lin
Secara bahasa, Mad Lin terdiri dari 2 kata yakni Mad dan Lin. Mad
artinya panjang, sedangkan Lin artinya lunak atau lentur. Lalu bagaimana
pengertian Mad Lin secara istilah Ilmu Tajwid? Sebelumnya, perlu diketahui
Lin atau Layyin, dalam Ilmu Tajwid merupakan salah satu pembahasan dari
Sifatul Huruf (sifat-sifat huruf hijaiah). Sifat Lin dimiliki oleh 2 huruf yaitu
wawu dan ya. Namun tidak setiap wawu dan ya disebut punya sifat Lin.
12
Waw dan ya disebut memiliki sifat Lin jika wawu dan ya nya sukun, dan
sebelumnya ada huruf berharakat fathah. Apabila wawu atau ya sukun tetapi
sebelumnya bukan fathah, maka sifat Lin nya tidak nampak. Berikut contoh
ْ ظ ُْ – َم
Lin : ُْ َم- ٓ َ ع
َ –ْٓ َد
Sedangkan jika wawu atau ya sukun namun sebelumnya bukan harakat
fathah maka bukan dibaca Lin. Bisa jadi dibaca Mad atau ibdal (ganti) huruf
nya sesuai kaidah sharaf, dan bukan dibaca Lin Berikut contoh-contohnya : ُْ ُم
13
3. Berlaku ketika Waqaf, maupun ketika Washal.
Apabila didalam satu tarikan nafas/ satu penggalan bacaan, terdapat
Mad badal dan Mad Leyn seperti:
( َشْٕؤ ً ََلََٔ ٍْزَد َُْن
َ َ)ا َ ََىَ ُْ َمبنَ أثَ ُئ ٌُ ْم لََٔ ْع ِقيُ ُْن
Seharusnya 6 x (3 wajah Mad Badal dan 2 wajah Mad Leyn).
Tetapi prakteknya menurut para Ahlul Adaa‘/ Praktisi, yang berlaku hanya
4 wajah:
a. Qashr / 1 alif Mad Badal, Tawassuth / 2 alif Mad Leyn
b. Tawassuth / alif Mad Badal, Tawassuth / 2 alif Mad Leyn
c. Thuul/ 3 alif Mad Badal, Tawassuth Mad/ 2 alif Mad Leyn
d. Thuul/ 3 alif Mad Badal, Thuul/ 3 alif Mad Leyn. ( 1:2, 2:2, 3:2, 3:3)
14
BAGIAN 6
TAQLIL
A. Pengertian Taqlil
Taqlil adalah lafaz antara imalah dan alif. Taqlil ini biasa juga disebut
dengan imalah sughra (imalah kecil). Sedangkan Imalah adalah lafaz antara
alif dan ya. Imalah ini disebut juga dengan imalah kubra (imalah besar).
Bacaan imalah atau taqlil terdapat pada alif dan fathah sebelumnya. Adapun
cara pengucapan untuk kedua bacaan ini tidak mungkin dipelajari melalui
definisi, tetapi harus dipelajari melalui praktek dan talaqqi kepada seorang
guru.19
B. Ketentuan
seperti pada surah Maryam, Yunus, Hud, dan lain-lain. , دم, اىمس,اىس
مٍٕعض
19
Fahrur Rozi, ―Majalah Madrasatul Qur‘an Times Edisi 4 : Aku, Tentang Pahlawanku,‖
2019, h. 36.
20
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy (Amuntai: CV. Hemat Publishing,
2014), h. 15.
15
d. Setiap alif yang terletak sebelum ra yang berbaris di bawah dan
umumnya terletak di akhir kata atau biasa disebut dengan
21
Sasa Sunarsa, Penelusuran Kualitas Dan Kuantitas Qira’at Sab’ (Kajian Takhrij Sanad
Qiraat Sab’) (Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media, 2020), h. 98.
22
Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy, 2014, h. 16.
16
َ ا َ ْق,َّ ا َ ْعي,َّا َ ْدو
g. Alif dalam timbangan ا َ ْف َع َو. Contoh: ّظ
23
Mujahid, h. 17.
17
BAGIAN 7
ُمىؤ
3. Jika hamzah pertama berbaris fathah dan yang kedua berbaris dhomah,
maka warsy membacanya dengan tashil hamzah kedua antara alif dan
ِ َقُ ْو اَإْ و
wawu. Contoh24 :ت ُء ُمم
24
Ahmad Mujahid, PedomanQiraatRiwayatWarsy (Amuntai: percatakan HEMAT, 2014), h.
9-10.
18
b. Apabila kedua hamzah berbariskasrah maka warsy membaca dengan
dua cara, (1) tashil hamzah kedua (2) ibdak hamzah kedua dengan
disertai thul 6 harakat jika sesudahnya ada huruf sukun. Contoh:
c. إألءأنNamun apabila sesudah hamzah kedua terdapat huruf berbaris
maka panjang ibdalnya hanya 2 harakatbsaja. Contoh ( ٓمه ااظمبء أى
)األزع
d. Jika keduanya berbaris dhomah, warsy membacanya dengan dua
cara, (1) tashil hamzah keuda, (2) ibdal hamzah kedua dengan َ.
Contoh ()أَىٕبء أهءك
2. Berbeda Baris
a. Jika hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah yang kedua
berbaris kasrah atau dhomah, maka hamzah yang kedua dibaca
tashil. Contoh ( ٓ)جبء أمخ رفٓء أى
19
BAGIAN 8
A. Hukum Ra
Para imam qira‘at sepakat tentang hukum bacaan ra‘, yaitu tafkhim
(tebal) dan tarqiq (tipis). Hanya saja perbedaan terjadi dalam segi bentuk-
bentuk ra yang dibaca tafkhim dan yang dibaca tarqiq. Misalnya Warsy yang
berbeda dengan Hafs dalam menebalkan bacaan ra. Warsy membaca ra yang
berharakat fathah dan dammah dengan tipis, apabila sebelumnya berupa
ِ َ ثdan َخْٕسىَ ُن ْم, atau huruf yang berharakat
huruf ya’ sakin, seperti شٕ ًْساَوَ ِرٔ ًْسا
ّ َِظ َسا ًجب – ُمج
kasrah yang berhubungan langsung dengan ra’ , seperti – ش ًِسا
َْظ ُس َْن
ِ ُٔج, dan apabila sebelum ra’ berupa huruf sakin yang bukan huruf
isti’la, seperti وَص ْىىَباى ِر ّ ْم َس, kecuali huruf kha seperti ج ٍُ ْم
ُ اِ ْخ َساmaka yang
terakhir inipun dibaca tipis25
1. Tarqiq
Tarqiq adalah mengucapkan huruf dengan tipis (ringan) sehingga
tidak sampai memenuhi mulut ketika pengucapannya. Imam Warsy
membaca tarqiq ra apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
ْ ع
a. Jika ra berbaris kasrah / kasrahtain. Contoh: ٍۜ شس َ , ََ َثش ِس
b. Apabila sebelum ra sukun terdapat huruf yang berbaris kasrah / ya
َ , قَ ِدْٔس, َع ُْن
sukun. Contoh: خ ِجٕ ًْسا َ ِف ْس
25
Masna Hikmawati, Perbedaab Qira’at Dan Pemaknaan (Tangerang Selatan: Young
Progressive Muslim, 2017).hal.77
20
c. Huruf ra yang terletak sebelum atau sesudah alif muqallal. Contoh:
ِ ََقُُداىى
ُ ا ْشز ََساي, بز
d. Sebelum ra yang berbaris terdapat huruf yang berharakat kasrah.
Contoh: جب
ً ِظ َسا
2. Tafkhim
Tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai
memenuhi mulut keika pengucapannya. Beberapa ketentuan riwayat
Warsy tentang tafkhim ra sebagai berikut:
ِ َا ْقز ََسث
a. Ra yang berbaris fathah atau dhommah. Contoh: ظِذْ س, ذ
b. Ra mati yang sebelumnya terdapat huruf yang berharakat fathah atau
dhommah. Contoh: فَال ر َ ْنفُ ْس, عيَّ ْاى َع ْس ِغ
َ
c. Sebelum ra sukun terdapat hamzah washal. Contoh: ازر َ ْجز ُ ْم
ْ ِا ِن
d. Sesudah ra yang sukun terdapat huruf isti‘la yang berbaris fathah.
Contoh: طب ِد ْ ِاِن َزثلَ ىَج
َ باى ِم ْس
e. Tiap-tiap nama orang. Contoh: َۜع ْم َسان
ِ , اِث َْسا ٌِٕ َْم
f. Tiap-tiap ra yang berulang-ulang. Contoh: ازا
ً ض َس
ِ
3. Jawazul Wajhain
Jawazul Wajhain adalah hukum bacaan ra yang boleh dibaca
dengan dua cara, yaitu boleh tebal dan juga tipis. Beberapa ketentuan ra
yang boleh dibaca dua wajah menurut Imam Warsy adalah sebagai
berikut:
َ
a. Setiap ra pada kalimat َۜخٕ َْسان
21
B. Hukum Lam
Lam yang dimaksud disini adalah lam yang bukan merupakan lam
lafzhul jalalah atau lafaz Allah. Imam Warsy mempunyai banyak perbedaan
bacaan dengan Imam Hafsh dalam hukum lam. Menurut Hafsh, setiap lam
yang bukan kalimat Allah selalu dibaca dengan tarqiq (tipis) dimana saja
letaknya. Sedangkan menurut Imam Warsy, lam yang bukan kalimat Allah
bisa juga dibaca dengan taghlizh atau tafkhim jika sudah sesuai dengan syarat
dan ketentuannya. Warsy membaca tafkhim/taglizh lam dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Jika sebelum lam terdapat huruf ( )صyang berbaris diatas atau sukun.
َ َطي
Contohnya )خ ْ َ ا,)اىظ َالح
2. Jika sebelum lam terdapat huruf ( ) ظyang berbaris di atas (fathah) atau
sukun.
ْ َ ََ َم ْه ا,ظيَ َم
Contohnya )ظيَ َم َ )فَقَ ْد
3. Jika sebelumnya terdapat huruf ( )طyang berbaris fathah dan sukun
(mati).
ْ َم,)اَىط َال ُُق
Contohnya )َِِطي
Jika sesudah lam terdapat dzatul ya yang bukan ra‘sul ayat (akhir
ayat) dan dibaca berhenti padanya, maka cara membacanya ada dua yaitu
(1) fathah disertai taglizh (2) tarqiq disertai taqlil. Contohnya: ,َّظي
ْ َٔ
26
ّظي
َ ُم
26
Ahmad Mujahid, PESOMAN QIRAAT Riwayat WARSY (Amuntai: CV. HEMAT
Publishing, 2014), h. 7.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Ahmad. Kaidah Qiraat Tujuh. Jakarta: Darul Ulum Press, 1996.
Nasr, Muhammad Maki. Nihayah Al-Qaul Al-Mufid. Surabaya: Darul Ulum, n.d.
Rozi, Fahrur. ―Majalah Madrasatul Qur‘an Times Edisi 4 : Aku, Tentang
Pahlawanku,‖ 2019.
23
Sunarsa, Sasa. Penelusuran Kualitas Dan Kuantitas Qira’at Sab’ (Kajian Takhrij
Sanad Qiraat Sab’). Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media, 2020.
24
TENTANG KAMI
Buku ini merupakan sebuah dedikasi dari kami, mahasiswi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2018 generasi ke-4 sebagai pengalaman tanpa batas
dan motivasi untuk melanjutkan serta mengembangkannya lagi for next
generation. Ucapan syukur dan terima kasih kepada kakak Hamidah, S.Pd yang
senantiasa membimbing kami dengan mengemas pelajaran bermakna dalam setiap
pertemuannya. Harapan kami semoga buku ini bisa bermanfaat dan membawa kita
pada semangat perjuangan dalam mempelajari ilmu-ilmu Alquran. Salam
semangat dari kami Akhwat PGMI VIC Generasi ke-4.
25