Anda di halaman 1dari 29

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR‘AN

S STIQ AMUNTAI
AL-Imam Al-Hasan Al-Bashri T
Rahimahullah mengatakan :
I

Q
PANDUAN MUDAH
“ Satu bab ilmu agama yang dipelajari oleh
AL-Imam Al-Hasan Al-Bashri BELAJAR QIRA’AT
seseorang lebih baik baginya daripada A
Rahimahullah mengatakan :
dunia dan seisinya”. M IMAM NAFI’
(Dinukilkan dari Waratsul Anbiya’, hal.18) U
“ Satu bab ilmu agama yang dipelajari RIWAYAT WARASY
N
oleh seseorang lebih baik baginya Dosen Pengampu : Hamidah, S.Pd
T
daripada dunia dan seisinya”.
A
(Dinukilkan dari Waratsul Anbiya’, hal.18)
I
PGMI 6 C
P

C i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam pengerjaan buku ini
tentang Qira‘at Warsy. Ilmu Qira‘at merupakan salah satu cabang ilmu dalam
‗Ulum Alquran‘ namun tidak banyak yang tertarik kepadanya karena ilmu qira‘at
tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-
haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.

Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang
harus diketahui oleh peminat ilmu qira‘at ini, yang terpenting adalah pengenalan
Alquran secara mendalam dalam banyak seginya. Meskipun demikian
keadaannya, ilmu sangat telah sangat berjasa dalam mengali, menjaga dan
mengajarkan berbagai ―cara membaca‖ Alquran yang benar sesuai dengan yang
diajarkan oleh rasulullah saw.

Dewasa ini, ilmu tentang qira‘at Alqur‘an sudah mulai mendapat perhatian
dan minat yang cukup baik dikalangan kaum muslimin khususnya bagi para qari
dan qari‘ah di Indonesia. Namun besarnya minat tersebut kemungkinan kurang
sebanding dengan bahan-bahan yang berkenaan dengan ilmu qira‘at seperti buku-
buku qira‘at khususnya yang berbahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kami tertarik
untuk menyusun buku tentang qira‘at Warsy.

Sebagai manusia biasa, kami sadar dalam pembuatan buku ini tentunya
banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan yang mengharapkan kritik dan
saran, buku ini hanya sebagai alat penunjang untuk sedikit memahami tentang
qira‘at Warsy.

Akhirnya, semoga buku ini dapat memberi manfaat dan menambah


pengetahuan bagi para pembacanya, semoga kita semua mendapat ridha dan
pahala dari Allah Swt.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAGIAN 1 BIOGRAFI IMAM & PERIWAYAT QIRAAT WARASY ...... 1

BAGIAN 2 HUKUM BACAAN BASMALLAH .......................................... 3


BAGIAN 3 MIN JAMA‘, MAD WAJIB MUTTASHIL DAN MAD
JAIZ MUNFASHIL .................................................................... 6
BAGIAN 4 HUKUM NAQL DAN HAMZAH MUFRAD ........................... 9
BAGIAN 5 MAD BADAL DAN MAD LIN ................................................. 12
BAGIAN 6 TAQLIL ...................................................................................... 16
BAGIAN 7 DUA HAMZAH DALAM
SATU KATA DAN DUA KATA .............................................. 19
BAGIAN 8 HUKUM RA TARQIQ DAN

LAM YANG DITEBALKAN .................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

ii
BAGIAN 1

BIOGRAFI IMAM & PERIWAYAT QIRAAT WARASY

A. Biografi Imam Nafi’ Al-Madani


Nama lengkap Imam Nafi‘ Al-Madani adalah Nafi‘ bin Abdurrahman
bin Abi Nuaim. Panggilannya Abu Ruwaim, ada juga yang mengatakan Abu
Abdurrahman dan Abul Hasan. Dia dilahirkan di Isfahan pada tahun 70 H,
dan setelah dewasa beliau pergi ke Madinah dan menetap disana hingga akhir
hayatnya.1
Sifat-sifat pribadinya berkulit hitam, wajah yang mudah tersenyum,
berakhlak mulia, suka bersenda gurau, Imam Qiraat di Madinah.2 Beliau
merupakan salah seorang ilmu qiraat sab‘ah yang terkenal, ia telah bertalaqqi
kepada 70 orang tabiin, diantaranya Abu Ja‘far, Syaibah bin Nashah, Muslim
bin Jundub, Yajid bin Ruman, Abdurrahman bin Hurmuz dan lain-lain. imam
Nafi‘ senantiasa mengajar dan bergelut dengan masalah qiraat al-Quran
selama lebih dari 70 tahun tahun. Beliau adalah orang yang zuhud, pakar dan
ulama qiraat dan generasi penerus para tokoh-tokoh sebelum dia di negerinya.
Diriwayatkan bahwa apabila dia berbicara, maka keluar dari mulutnya
bau yang sangat harum, maka beliau ditanya ―apakah engkau memakai
wawangian/ minyak harum?‖ Dia menjawab : sesungguhnya aku tidak
memakai minyak harum, akan tetapi aku pernah bertemu dengan Rasulullah
dalam tidur, lalu Nabi Saw membacakan al-Quran kedalam mulutku, maka
sejak saat itu mulutku selalu mengeluarkan bau harum ini.
Imam Nafi‘ mempunyai dua orang periwayat yang masyhur, yaitu
Qalun dan Warsy. Imam Nafi‘ wafat tahun 169 H (berusia kurang lebih 99
tahun). Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat atas beliau. Aamiin.

1
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy (Amuntai: CV. HEMAT Publishing,
2014).
2
Muhammad Syukri Wafi, ―Penerapan Qiraat Tujuh Di Darul Quran Jabatan Kemajuan
Islam Malaysia (JAKIM), Kuala Kubu Bharu, Selangor, Malaysia,‖ 2018.

1
B. Biografi Imam Warsy
Nama Lengkap Beliau adalah Usman bin Sa‘id bin Abdillah bin Amru
bin Sulaiman bin Ibrahim bin Mishri. Lahir pada tahun 110 H/ bersamaan
dengan 725 M di Qifh, terletak disebelah selatan Mesir dan wafat di Mesir
pada tahun 197 H/ 812 M (± beruasia 87 tahun) pada masa pemerintahan
Khalifah Ma‘mun dan dimakamkan di daerah yang bernama Qarafa. Beliau
pergi ke Madinah untuk belajar Qira‘at kepada Imam Nafi‘ dan sempat
beberapa kali khatam sekitar tahun 155 H, kemudian Beliau kembali ke
daerah asalnya.3
Beliau merupakan murid dari Imam Nafi' al-Madani, sang gurulah yang
memberikan julukan warasy kepadanya, disebutkan bahwa Nafi' memberikan
julukan al-Warasyan salah satu jenis burung yang terkenal, kemudian diubah
menjadi warasy. Al -Warasy adalah sesuatu yang terbuat dari susu, dikatakan
bahwa ia dijuluki sebagai warasy karena ia memiliki kulit yang berwarna
putih, dan dikatakan pula bahwa ia dijuluki dengan julukan tersebut karena ia
memiliki tubuh yang pendek dan menggunakan pakaian yang pendek, dan
ketika ia berjalan ia terengah-engah, Beliau juga memiliki suara yang bagus
dan merdu serta ahli dalam bidang qira‘at.4

3
Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy, 2014, h. 2.
4
Wikipedia, https://www.google.co.id/amp/s/www.sarkub.com/haid-nifas-wiladah-dan-
istihadhah-menurut-imam-syafii/amp/.

2
BAGIAN 2

HUKUM BACAAN BASMALAH

Menurut imam Warasy, hukum membaca basmalah diantara dua surah


terbagi menjadi dua, yaitu menetapkan basmalah dan membuang/tanpa basmalah.

A. Menetapkan Basmalah
1. Qath‘ul Jami‘ (waqaf semua)

(     ) . (      )

(     ).

2. Menyambung semua

    ‫ ٍد‬     )

(    

3. Akhir surah berhenti, basmalah dan awal surah berikutnya disambung

    ) . (      )

(     

Sedangkan cara yang tidak dibenarkan (haram hukumnya) dalam


membaca basmalah antara dua surah adalah menyambung akhir surah dengan

3
basmalah lalau berhenti di basmalah, kemudian menyambung awal surah.5
contoh :

(     ) . (      ‫ ٍد‬     )

B. Membuang Basmalah/Tanpa Basmalah


1. Qath‘ul jami‘
( ‫ قُ ْو ٌُ َُ هللاُ ا َ َدد‬.ْ‫عد‬
َ ‫) ِفٓ ِجٕدَ ٌَب َد ْج ُو ِم ْه م‬
2. Menyambung semua

َ َ ‫ع ٍد قُ ْو ٌُ َُ هللاُ ا‬
( ‫دد‬ َ ‫) ِفٓ ِجٕدَ ٌَب َد ْج ُو ِم ْه م‬
3. Saktah antara dua surah

َ َ ‫ع ْد ۜ قُ ْو ٌُ َُ هللاُ ا‬
( ‫دد‬ َ ‫) ِفٓ ِجٕدَ ٌَب َد ْج ُو ِم ْه م‬
Adapun antara surah Al anfal dan At taubah, Warsy membaca
dengan wajah tanpa basmalah, yaitu :

a. Menyambung semua

)          ...(

b. Saktah antara dua surah

)     ۜۜ      ...(

c. Berhenti diantara dua surah6

)     .      ...(

5
Ahmad Mujahid, PEDOMAN QIRAAT WARASY Dilengkapi Dengan Ushul Riwayat Serta
Farsyul Huruf Juz 1-30 (Amuntai, Kalimantan Selatan: CV. Hemat Publishing, n.d.), h. 3-4.
6
Mujahid, h 4-5.

4
BAGIAN 3

MIN JAMA’, MAD WAJIB MUTTASHIL DAN MAD JAIZ MUNFASHIL

A. Mim Jama’
Mim jama‘ adalah mim yang menunjukkan jama‘ mudzakkar salim,
baik yang mukhathab (orang kedua jama‘) seperti pada kata ‫ ا َ ْوز ُ ْم‬،‫ ىَن ْم‬atau
ُ . Beberapa contoh kalimat yang
ghaib (orang ketiga jama‘) seperti ‫ٌ ْم‬

mengandung hukum mim jama‘ {‫عيَ ْٕ ٍِ ْم ََ َل‬


َ ،‫}ىَ ُن ْم ِد ْٔىُ ُن ْم‬.
Setiap mim jama‘ yang sesudahnya tidak ada huruf hamzah qatha‘,
maka Imam Warsy membaca dengan sukun mim jama‘ (sama seperti bacaan
Imam Hafsh) sebagaimana contoh diatas. Adapun jika sesudah mim jama‘
terdapat hamzah qatha‘, baik yang berbaris fathah , kasrah atau dhomah maka
Warsy membaca dengan shilah mim jama‘ dengan waw disertai isyba‘/thul
(panjang enam harakat atau tiga alif). Maksudnya adalah mim jama‘ yang
sukun diberi harakat dhommah dan dihubungkan dengan waw ukun
lafzhiyyah (waw sukun dalam ucapan saja, tidak dalam tulisan) dengan
ِ ‫ ىَ ٍُ ْم‬dibaca ‫ىَ ٍُ ُمُا‬
ukuran panjangnya tiga alif atau enak harakat. Contoh : ‫آمىُُا‬

‫ِآمىُُا‬
Jika alif sesudah mim jama‘ terdapat mad badal, maka Warsy membaca
shilah mim jama‘ tersebut dengan thul dan disertai dengan taslitsul badal (tiga
wajah pada badal), yaitu qashar (2 harakat), tawasuth (4 harakat) dan thul (6
harakat) sebagaimana contoh atas.7
Bacaan Warsy tentang Mim al-Jama' tidak terlepas dari huruf yang
terdapat sesudah Mim al-Jama' tersebut. Huruf yang terdapat sesudah Mim
Jama' terbagi dua:
1. Hamzah Qatha'
Contohnya: ‫أبد عيٕنم‬, ‫ ءاوزم اشد‬, ‫مىٍم ال‬

7
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warasy (Amuntai Kalimantan Selatan: CV.
HEMAT Publishing, 2014), h. 5.

5
Bila mana sesudah Mim Jama' berupa Hamza qatha', maka Warsy
membacanya dengan Silah Mim al-Jama' serta Thul. Karena menurut-Nya
Silah Mim al-Jama' mengharuskan diberlakukan hukum Mad al-Muttashil.
Namun ada satu hal yang perlu diketahui kaitannya dengan bacaan Silah
Mim al-Jama',bahwa semua hukum Silah Mim al-Jama', bila dibaca waqaf
maka akan menjadi sukun Mim al-jama'.
2. Bukan Hamzah Qatha'.
Contohnya: ‫َل أوزم عبثدَن‬, ‫ ىنم دٔىنم‬,‫فجعيٍم معظف‬
Bila mana sesudah Mim al-jama' berupa huruf hidup yang bukan
Hamzah qatha', maka Warsy membacanya dengan Sukun Mim al-Jama'.8

B. Mad Wajib Muttashil


Mad artinya panjang, wajib artinya harus dan muttashil artinya
bersambung. Mad wajib muttashil terjadi apabila sesudah mad asli / thabi‘e
ada huruf hamzah. Mad wajib muttashil ini berlaku jika pertemuan antara
mad asli dengan hamzah terjadi dalam satu kalimat. Imam Warsy membaca
hukum mad wajib muttashil dengan panjang 6 harakat (3 alif).
Contoh:}‫ظْٕئ‬ ُ ،‫ َجآ َء‬،ُ‫{مبَشَآ َء هللا‬
ِ ،‫ظ ُْ َء‬
Mad Muttashil (‫ )مد اىمزظو‬Adalah bila mana terdapat hamzah terletak

sesudah huruf mad dan masih dalam satu kata, seperti ‫مالئنخ‬, ‫جٕئ‬, ‫ ظُء‬Mad
al-Muttashil tersebut dibacanya dengan Thul.

C. Mad Jaiz Munfashil


Secara bahasa artinya boleh, sedangkan munfashil artinya terpisah. Mad
jaiz munfashil terjadi jika sesudah mad asli atau mad thabi‘e terdapat huruf
hamzah namun pertemuan antara mad dengan hamzah tersebut dalam dua
kalimat.

8
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996), h. 25.

6
Imam Warsy berbeda dengan Hafsh dalam hal ukuran panjang bacaan
mad jaiz munfashil. Imam Warsy membaca dengan panjang enam harakat
atau tiga alif
Contoh:9 ًِ ِ‫َٔآأٍَُّب َ اىرِٔهَ آ َمىُُا ارقُُا هللاَ َدقبر‬
Mad al-Munfashil (‫ )مد اىمىفظو‬Adalah apa bila terdapat hamzah yang

terletak sesudah huruf mad, namun tidak dalam satu kata, seperti ‫ثمب اوصه‬, ٓ‫اىز‬

‫اوعمذ‬, ‫قبىُا ارجعو‬


Bagi Warsy hukum Mad al-Muttashil dan Mad al-Munfashil tidak ada
bedanya, sehingga dua Mad tersebut dibacanya dengan Thul.10

9
Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warasy, h. 18.
10
Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, h. 30.

7
BAGIAN 4
HUKUM NAQL DAN HAMZAH MUFRAD

A. Naql
Al-Naql adalah pemindahan harakat hamzah ke huruf mati sebelumnya,
kemudian hamzah tersebut dibuang (tidak dibaca lagi).11 Dalam riwayat
Warsy, naql umumnya terdapat pada As Sakin Mafshul dan Lam ta’rif.
1. As Sakin Mafshul
Maksudnya ialah jika terdapat huruf sahih (bukan huruf mad) dan
terletak diakhir kata, sedangkan sesudahnya terdapat hamzah qatha‘ menjadi
awal kata berikutnya. Biasanya pertemuan huruf mati dan hamzah terdapat
َ ,‫ قَ ْد ا َ ْفيَ َخ‬dan lain-lain.
dalam dua kalimat. Misalnya pada kata ‫عرَاثًب ا َ ِى ْٕ ًمب‬
2. Lam Ta‘rif
Maksudnya adalah jika terdapat alif lam (‫ )اه‬yang sesudahnya ada
ُ ‫ع‬
hamzah qatha‘ atau disebut juga dengan sakin maushul. Misalnya ‫بن‬ َ ‫ا َ ْ ٍل ْو‬
dan lain-lain.
Cara pengucapan naql adalah dengan memindahkan harakat atau baris
hamzah kepada huruf yang mati sebelumnya, disertai dengan hazf
(membuang) hamzah.

Contoh : ‫عرَاة ا َ ِىْٕم‬


َ menjadi ُ َ‫عر‬
ۜ‫اة وَ ِيْٕم‬ َ
ّ َ ‫ََا ْعيَ ْم اَن‬
َ‫لَا‬ menjadi ّ ‫ََا ْعيَ َمه‬
َ‫لَا‬
Jika sesudah sakin mafshul atau lam ta‘rif terdapat hamzah qatha‘
yang hukumnya badal seperti (‫ فّ اٖخسح‬,‫ ) قد آمه‬maka cara membacanya
adalah dengan (memindah) baris hamzah kepada huruf sebelumnya yang
sukun disertai dengan wajah pada badal (taslitsul badal) yaitu qashar,
tawasuth dan thul.12

11
Muh. Jabir, ―Kaedah Bacaan Riwayat Warsy,‖ 2007, h. 95.
12
Ahmad Mujahid, Pedoman Qiraat Riwayat Warsy (Amuntai: CV HEMAT Publishing,
2014), h.8.

8
B. Hamzah Mufrad
Hamzah mufrad adalah mengganti huruf hamzah sukun yang berdiri
sendiri (tidak disertai huruf hamzah lainnya) terletak pada fa' kalimah dengan
huruf mad sesuai dengan jenis huruf sebelumnya. Diganti dengan alif jika
didahului oleh baris atas dengan wawu jika didahului oleh baris dhammah
menjadi dengan ya' jika didahului oleh baris bawah.13
Ibdal ialah peristiwa pergantian huruf yang biasanya terjadi pada hamzah.
Penggantian hamzah harus disesuaikan dengan baris huruf sebelumnya. Jika
sebelum hamzah hurufnya berbaris fathah maka hamzahnya diganti dengan
alif. Jika sebelumnya berbaris dhomah maka hamzahnya diganti dengan waw.
Dan jika sebelumnya berbaris asrah maka diganti dengan ya.14
Warsy membaca dengan ibdal jika hamzah sukun terletak pada fa kalimah
kecuali beberapa kata tertentu yang akan diuraikan pada tempat-tempatnya
nanti.15 Warsy membaca ibdal hamzah pada hal-hal sebagai berikut :
1. Jika hamzah terletak pada fa kalimat (‫ )فبء ميمخ‬yang sukun.

Misalnya (‫ َمؤ ْ َمىَخ‬،‫ ر َؤْثِ ْٕ ًمب‬،‫)ُٔئْ ِم ُه‬

2. Jika terdapat hamzah fathah yang terletak pada fa kalimah (‫ )فبء ميمخ‬dan
sebelumnya terdapat huruf yang berbaris dhammah.
ُ ّ‫ ُم َئذ‬،‫اخرُ ُم ْم‬
Misalnya (ً ‫ ُم َئجال‬،‫ِن‬ ِ ‫)ٔ َُئ‬
3. Jika terdapat hamzah sukun yang terletak pada ‫ ع‬kalimah. Terdapat pada
ُ ْ‫ اى ِرّئ‬،‫ط‬
tiga kalimat (‫ت‬ َ ْ‫ ثِئ‬،‫)ثِئْس‬
4. Kalimah ) َۜ‫ظؤَه‬
َ (surah Al-Ma‘rij ayat 1 dan kalimat (ًِ ِ‫عؤَر‬
َ ‫)م ْى‬
ِ pada surah
Saba‘ ayat 14.16

13
Abdul Rokhim Hasan, Qira’at Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Jakarta: Yayasan Alumni
PTIQ, 2020), h. 58.
14
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy (Amuntai: Hemat Publishing, n.d.),
h. 9.
15
Abdul Rokhim Hasan, Qira’at Al-Qur’an Dan Tafsirnya, h. 58.
16
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy, h. 9.

9
As-Susi membaca dengan ibdal jika hamzah sukun terletak pada fa‘ain
ُ َ ‫ ا َ ْو َجب‬surah al baqarah 33, ‫وَجِّئْ ٍُ ْم‬
dan lam kalimah kecuali dua kata yaitu ‫ٌ ْم‬
surah al hijr ayat 51 dan ayat 28 dalam surah Al qomar dengan tahqiq atau
huruf hamzah dengan sukun. Hamzah membaca dengan ibdal jika hamzah
sukun terletak pada fa‘ain dan lam kalimah hanya pada satu waqaf saja.17

17
Abdurrohim Hasan, Qiraat Al-Quran Dan Tafsir (Yayasan Alumni Perguruan Tinggi
Ilmu Quran, 2020).

10
BAGIAN 5
MAD BADAL DAN MAD LIN

A. Pengertian Mad
Mad menurut Bahasa ialah tambahan sebagaimana dalam penjelasan
dalam kitab Nihayah Al Mad, Lein dan Qashar. Mad menurut Bahasa ialah
tambahan sebagaimana dalam pemjelasan dalam kitab Nihayah Al Qaul Al-
Mufid.18 Sedangkan menurut istilah memunyai dua arti, yaitu:
1. Memanjangkan bunyi huruf mad atau lein, ketika huruf tersebut bertemu
huruf mati atau huruf hamzah.
2. Mengisbatkan huruf mad dalam suatu kata. Namun bunyi huruf mad disini
tidak dipanjangkan melebihi dari aslinya. Misalnya lafadz ‫ دزظذ‬dalam
surat Al-An‘am ayat 105.
Ibnu Kastir dan Abu Amr‘ membaca lafadz tersebut dengan mad, artinya
mengisbatkan huruf mad (alif) sesudah (dal) yakni ‫دأزظذ‬
Membahas huruf mad tentu sudah tidak asing lagi bagi semua orang yang
mempelajari ilmu qira‘at maupun tajwid, huruf mad terdiri dari 3 (tiga), yaitu:
1. Alif (baik ada Rasm atau tidak), sebelumnya berupa huruf yang berharkat
fathah. Misal alif pada lafadz ‫قبه‬.
2. Waw Sukun (baik ada Rasm atau tidak), sebelumnya berupa huruf yang
berharkat dhammah. Misal waw pada lafadz ‫ٔقُه‬.
3. Ya‘ sukun (baik ada rasm atau tidak) sebelumnya huruf yang berharkat
kasrah. Misal ya‘ pada lafadz ‫ قٕو‬.
Panjang setiap bacaan huruf mad adakalanya qashar (2 harkat), tawassut
(4 harkat) dan thul/isyba‘ (6 harkat). Dan pembahasan dalam mad memiliki
beberapa istilah. Diantaranya yaitu Mad Badal dan Mad Lin.

18
Muhammad Maki Nasr, Nihayah Al-Qaul Al-Mufid (Surabaya: Darul Ulum, n.d.), h.
129.

11
B. Mad Badal
Mad badal ialah apabila ada huruf mad yang sebelumnya berupa hamzah
(baik hamzah tsabit atau mughayyar).
Dalam qira‘at Warsy seluruh huruf hamzah yang menghadapi huruf mad
dan mad badal dapat dibaca tiga wajah, qashar, tawassut dan thul. kecuali
sebelumnya terdapat sukun shahih atau dalam kalimat isim ajami. wajah,
qashar, tawassut dan thul. kecuali sebelumnya terdapat sukun shahih atau
dalam kalimat isim ajami.
Mad Badal adalah bertemunya dua Hamzah dimana Hamzah kedua
diganti menjadi Alif sehingga Hamzah yang pertama dibaca panjang. Imam
Warsy rahimahullah membaca Mad Badal dengan Thul (panjangnya 6 harakat).
Contoh: ‫( َءا َمىب‬aaaaaamannaa)

Kata ‫( َءا َمىب‬aamannaa) berasal dari kata ‫( أَأْ َمىب‬a‘mannaa).

Contoh lain: ‫ف‬ َ ‫( ِ ِِل‬li‘iiiiiilaafi), ‫( ََ َءا َمىَ ٍُ ْم‬wa‘aaaaaamanahum), ‫ٔالفِ ٍِ ْم‬


ِ ‫ٔال‬ َ ‫ِا‬
(iiiiiilaafihim), ‫د‬
ِ ‫( ِثئ َب َٔب‬bi‘aaaaaayaati)
Pada mad badal ( ‫ األ َ ِخ َسح‬، َ‫ ) َءا َمه‬Warsy membaca dengan tiga wajah
yaitu:
1. Qasar (2 harakat)
2. Tawassut (4 harakat)
3. Ishba' (6 harakat)

C. Mad Lin
Secara bahasa, Mad Lin terdiri dari 2 kata yakni Mad dan Lin. Mad
artinya panjang, sedangkan Lin artinya lunak atau lentur. Lalu bagaimana
pengertian Mad Lin secara istilah Ilmu Tajwid? Sebelumnya, perlu diketahui
Lin atau Layyin, dalam Ilmu Tajwid merupakan salah satu pembahasan dari
Sifatul Huruf (sifat-sifat huruf hijaiah). Sifat Lin dimiliki oleh 2 huruf yaitu
wawu dan ya. Namun tidak setiap wawu dan ya disebut punya sifat Lin.

12
Waw dan ya disebut memiliki sifat Lin jika wawu dan ya nya sukun, dan
sebelumnya ada huruf berharakat fathah. Apabila wawu atau ya sukun tetapi
sebelumnya bukan fathah, maka sifat Lin nya tidak nampak. Berikut contoh

ْ ‫ظ ُْ – َم‬
Lin : ُْ ‫ َم‬- ٓ َ ‫ع‬
َ –ْٓ ‫َد‬
Sedangkan jika wawu atau ya sukun namun sebelumnya bukan harakat
fathah maka bukan dibaca Lin. Bisa jadi dibaca Mad atau ibdal (ganti) huruf
nya sesuai kaidah sharaf, dan bukan dibaca Lin Berikut contoh-contohnya : ُْ ‫ُم‬

– ْٓ ‫ِم ُْشَ ان – ِى‬


Demikian pengertian dari Lin. yang awalnya merupakan sifat huruf
hijaiah. Lalu bagaimana pengertian dari Mad Lin? Mad Lin adalah
memanjangkan wawu dan ya sukun, yang sebelumnya huruf berharakat fathah,
dan bertemu huruf sukun karena waqaf. Mad Lin, bisa juga diartikan secara
singkat, adalah Lin bertemu huruf sukun karena waqaf. Kunci dari Mad Lin
adalah adanya bacaan Lin (yang dijelaskan sebelumnya) lalu bertemu huruf
yang dibaca waqaf, sehingga dibaca panjang atau mad.
Selain disebut Mad Lin, ada juga yang menyebut dengan Mad Layn atau
Mad Layyin. Ketiganya memiliki akar kata dan makna yang sama. Ada juga
yang menyebut sebagai Mad Layyin Aridh Lissukun.
Adapun pada qiraat warsy mad lin adalah apabila huruf waw atau yaa mati
dan sebelumnya ada huruf yang berharakat Fathah. Apabila diakhirnya bertemu
hamzah qatho. dibaca 2 wajah:
1. (thawasut) yaitu 4 harakat
2. (isyba‘) yaitu 6 harakat
Mad lin seperti : (‫ ظُإح‬-‫ ٕٔبض‬-‫ )شٕؤ‬2 wajah/versi yakni 2 atau 3 alif.
Mad lin ada semua qiraat/ riwayat (bunyi aw/ay pada huruf sebelum akhir,
berlaku hanya ketika Waqaf saja).
Mad Lin khusus pada bacaan Riwayat Warsy, semua bunyi aw/ ay tanpa
memandang posisi, dengan syarat:
1. Sesudah bunyi aw/ ay, Harus huruf Hamzah
2. Berlaku ketika Waqaf, maupun ketika Washal.

13
3. Berlaku ketika Waqaf, maupun ketika Washal.
Apabila didalam satu tarikan nafas/ satu penggalan bacaan, terdapat
Mad badal dan Mad Leyn seperti:
( َ‫شْٕؤ ً ََلََٔ ٍْزَد َُْن‬
َ َ‫)ا َ ََىَ ُْ َمبنَ أثَ ُئ ٌُ ْم لََٔ ْع ِقيُ ُْن‬
Seharusnya 6 x (3 wajah Mad Badal dan 2 wajah Mad Leyn).
Tetapi prakteknya menurut para Ahlul Adaa‘/ Praktisi, yang berlaku hanya
4 wajah:
a. Qashr / 1 alif Mad Badal, Tawassuth / 2 alif Mad Leyn
b. Tawassuth / alif Mad Badal, Tawassuth / 2 alif Mad Leyn
c. Thuul/ 3 alif Mad Badal, Tawassuth Mad/ 2 alif Mad Leyn
d. Thuul/ 3 alif Mad Badal, Thuul/ 3 alif Mad Leyn. ( 1:2, 2:2, 3:2, 3:3)

14
BAGIAN 6

TAQLIL

A. Pengertian Taqlil

Taqlil adalah lafaz antara imalah dan alif. Taqlil ini biasa juga disebut
dengan imalah sughra (imalah kecil). Sedangkan Imalah adalah lafaz antara
alif dan ya. Imalah ini disebut juga dengan imalah kubra (imalah besar).
Bacaan imalah atau taqlil terdapat pada alif dan fathah sebelumnya. Adapun
cara pengucapan untuk kedua bacaan ini tidak mungkin dipelajari melalui
definisi, tetapi harus dipelajari melalui praktek dan talaqqi kepada seorang
guru.19

B. Ketentuan

Adapun ketentuan bacaan Imam Warsy dalam masalah tersebut adalah


sebagai berikut:

1. Kalimat yang selalu dibaca dengan taqlil

Imam Warsy membaca taqlil pada beberapa kalimat di bawah ini,


yaitu:

a. Setiap alif pada kalimat ‫اىز َُْ َزاح‬

b. Setiap alif pada kalimat 20 ۜ


َ ‫اى َنبفِ ِسْٔه‬
c. Alif pada huruf ‫ز‬, ‫ٌب‬, ْ, dan ‫ ح‬ketika berada di permulaan surah

seperti pada surah Maryam, Yunus, Hud, dan lain-lain. ,‫ دم‬,‫ اىمس‬,‫اىس‬

‫مٍٕعض‬

19
Fahrur Rozi, ―Majalah Madrasatul Qur‘an Times Edisi 4 : Aku, Tentang Pahlawanku,‖
2019, h. 36.
20
Ahmad Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy (Amuntai: CV. Hemat Publishing,
2014), h. 15.

15
d. Setiap alif yang terletak sebelum ra yang berbaris di bawah dan
umumnya terletak di akhir kata atau biasa disebut dengan

mutatharifah maksurah. Misalnya ۜ


ِ ‫اىذ َمبز‬ ِ ‫ اىى‬,‫ع ْقجَّ اىدَ ِاز‬
ِ ,‫بز‬ ُ ,‫بز ٌِ ْم‬
ِ َٔ ‫ِد‬
e. Setiap alif yang asalnya adalah ya atau ditulis dengan ya dan terletak
sesudah huruf ra atau biasa juga disebut dengan dzatur ra (‫)ذَادُ اىسا ُء‬
ْ ِ‫ ا‬,ِ‫ ا ُ ْخ َس‬,ِ‫ ااقُ َس‬,ِ‫بز‬
Contoh: ِ‫شز ََس‬ َ ‫ظ َن‬
ُ ,ِ‫بز‬
َ ‫ظ‬َ ُ‫أ‬
f. Setiap alif pada kalimat َِ‫( َزأ‬kedua huruf ditaqlilkan)
g. Alif yang terletak pada ra‘sul ayat yang sesudahnya tidak terdapat
huruf. Dalam Alquran seperti tersebut di atas terdapat pada 11 surah
yaitu pada surah Thaha, surah an-Najm, surah al-Ma‘arij, surah al-
Qiyamah, surah an-Nazi‘at, surah ‗Abasa, surah al-A‘la, surah al-
Lail, surah ad-Dhuha, dan surah al-‗Alaq.
ْ َ‫ َجبءيُ ال‬,َّ‫ِىز َ ْشق‬
Contoh: ّ‫ع َم‬
2. Kalimat yang boleh dibaca dengan dua cara, yaitu fathah dan taqlil
a. Setiap alif yang asalnya adalah ya (dzatul ya) dan sesudahnya tidak
ْ ‫ ا‬,ََُِ ٌ ,ًِ‫ ٌُد‬. Dan mentaqlilkan
terdapat huruf ra, seperti ََُِ ‫ غ‬,ََُِ ‫ظز‬

alif tersebut apabila didahului oleh ra seperti ِ‫ اشزسِ اىىظبز‬dan


mentaqlilkan alif yang jatuh sebelumnya ra yang berada di ujung
serta berharakah kasrah seperti ‫الثساز‬.21
b. Alif yang terletak pada ra‘sul ayat yang sesudahnya terdapat huruf
ha seperti pada surah an-Nazi‘at (‫)ثَىَبٌَب‬

c. Alif dalam timbangan َّ‫فَ ْعي‬. Contoh: َّ‫ قَزْي‬,ّ‫ض‬


َ ‫َم ْس‬
d. Alif dalam timbangan َّ‫فُ ْعي‬. Contoh: ّ‫ظ‬
22ُ
َ ُ‫ ُم‬,ّ‫طُ َث‬
e. Alif dalam timbangan َّ‫فَ ْغي‬. Contoh: ّ‫ع‬
َ ْٕ ‫ ِع‬,ِ َ‫ضْٕص‬
ِ
f. Alif dalam timbangan َّ‫عبى‬
َ َ‫ف‬-َّ‫فُ َعبى‬. Contoh: ّ‫ َٔز َب َم‬,َّ‫ُم َعبى‬

21
Sasa Sunarsa, Penelusuran Kualitas Dan Kuantitas Qira’at Sab’ (Kajian Takhrij Sanad
Qiraat Sab’) (Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media, 2020), h. 98.
22
Mujahid, Pedoman Qira’at Riwayat Warsy, 2014, h. 16.

16
َ ‫ ا َ ْق‬,َّ‫ ا َ ْعي‬,َّ‫ا َ ْدو‬
g. Alif dalam timbangan ‫ا َ ْف َع َو‬. Contoh: ّ‫ظ‬

h. Alif dalam timbangan ‫ َم ْف َع َو‬. Contoh: َُِ ْ‫ َمث‬,ََِ ْ ‫َمؤ‬

i. Alif pada kata ‫بز‬


ِ ‫ اى َج‬surah an-Nisa ayat 36, dan َۜ ‫ َجج ِبزْٔه‬surah al-
Maidah ayat 22.23

23
Mujahid, h. 17.

17
BAGIAN 7

DUA HAMZAH DALAM SATU KATA DAN DUA KATA

A. Dua Hamzah dalam Satu Kata


Dua hamzah dalam satu kata adalah dua hamzah yang berkumpul
(saling berhadapan). Di dalam Al-Qur'an dijumpaiada 3 (tiga) macam
peristiwa,di mana Hamzah Pertama pasti di fathah dan Hamzah Kedua
adakala dibaca fathah, kasrah, atau dhammah.
1. Jika keduanya sama-sama berbaris fathah, maka cara membacanya dua
wajah yaitu (1) tashil hamzah yang kedua (2) ibdal hamzah kedua dengan
alif diseertai dengan thul (6 harakat) jika sesudahnya terdapat huruf yang
sukun atau mati. Contoh : ‫َءا َ ْورَ ْزر َ ٍُ ْم‬
2. Jika hamzah pertama berbaris fathah dan hamzah kedua berbaris kasrah,
maka dibaca dengan tashil hamzah yang kedua alif dan ya. Contoh : ‫َءاِذَا‬

‫ُمىؤ‬
3. Jika hamzah pertama berbaris fathah dan yang kedua berbaris dhomah,
maka warsy membacanya dengan tashil hamzah kedua antara alif dan
ِ َ‫قُ ْو اَإْ و‬
wawu. Contoh24 :‫ت ُء ُمم‬

B. Dua Hamzah dalam Dua Kata


1. Sama Baris
a. Jika kedua hamzah berbaris fathah maka Warsy membaca dengan
dua wajah, (1) tashil hamzah kedua (2) ibdal hamzah kedua dengan
alif dengan panjang 6 harakat (thul) apabila sesudahnya ada huruf
sukun contoh:
(‫)جبءأمسوب‬. Namun jika sesudahnya terdapat huruf yang berbaris,

maka panjang ibdalnya hanya dua huruf saja. Contoh (‫)جبءأدد‬.

24
Ahmad Mujahid, PedomanQiraatRiwayatWarsy (Amuntai: percatakan HEMAT, 2014), h.
9-10.

18
b. Apabila kedua hamzah berbariskasrah maka warsy membaca dengan
dua cara, (1) tashil hamzah kedua (2) ibdak hamzah kedua dengan
disertai thul 6 harakat jika sesudahnya ada huruf sukun. Contoh:
c. ‫ إألءأن‬Namun apabila sesudah hamzah kedua terdapat huruf berbaris
maka panjang ibdalnya hanya 2 harakatbsaja. Contoh ( ٓ‫مه ااظمبء أى‬

‫)األزع‬
d. Jika keduanya berbaris dhomah, warsy membacanya dengan dua
cara, (1) tashil hamzah keuda, (2) ibdal hamzah kedua dengan َ.
Contoh (‫)أَىٕبء أهءك‬
2. Berbeda Baris
a. Jika hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah yang kedua
berbaris kasrah atau dhomah, maka hamzah yang kedua dibaca
tashil. Contoh ( ٓ‫)جبء أمخ رفٓء أى‬

b. Apabila hamzah yang pertama berbaris dhomah dan hamzah yang


kedua berbaris kasrah, maka imam warsy membacanya dengan dua
cara, yaitu (1) tashil hamzah yang kedua (2) ibdal hamzah yang
kedua dengan huruf َ yang berbaris kasrah. Contoh (‫)ٔشبء أوبثب‬
c. Jika hamzah yang pertama berbaris dhomah dan hamzah yang kedua
berbaris fathah, maka cara membacanya adalah ibdal hamzah kedua
dengan َ fathah. Contoh (‫)ٌم اىعفٍبء أأل‬
d. Apabila hamzah pertama kasrah dan yang kedua berbaris fathah,
maka cara membacanya ialah ibdal hamzah kedua dengan ya yang
berharakat fathah. Contoh (ْ ‫) اىعمبء أَ اىعمبء‬

19
BAGIAN 8

HUKUM RA TARQIQ DAN LAM YANG DITEBALKAN

A. Hukum Ra

Para imam qira‘at sepakat tentang hukum bacaan ra‘, yaitu tafkhim
(tebal) dan tarqiq (tipis). Hanya saja perbedaan terjadi dalam segi bentuk-
bentuk ra yang dibaca tafkhim dan yang dibaca tarqiq. Misalnya Warsy yang
berbeda dengan Hafs dalam menebalkan bacaan ra. Warsy membaca ra yang
berharakat fathah dan dammah dengan tipis, apabila sebelumnya berupa
ِ َ‫ ث‬dan ‫ َخْٕسىَ ُن ْم‬, atau huruf yang berharakat
huruf ya’ sakin, seperti ‫شٕ ًْساَوَ ِرٔ ًْسا‬
ّ َ‫ِظ َسا ًجب – ُمج‬
kasrah yang berhubungan langsung dengan ra’ , seperti – ‫ش ًِسا‬

َ‫ْظ ُس َْن‬
ِ ‫ُٔج‬, dan apabila sebelum ra’ berupa huruf sakin yang bukan huruf
isti’la, seperti ‫وَص ْىىَباى ِر ّ ْم َس‬, kecuali huruf kha seperti ‫ج ٍُ ْم‬
ُ ‫ اِ ْخ َسا‬maka yang
terakhir inipun dibaca tipis25

Secara lebih jelasnya menurut Warsy, huruf ra mempunyai tiga


hukum yaitu tarqiq, tafkhim dan jawazul wajhaini:

1. Tarqiq
Tarqiq adalah mengucapkan huruf dengan tipis (ringan) sehingga
tidak sampai memenuhi mulut ketika pengucapannya. Imam Warsy
membaca tarqiq ra apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
ْ ‫ع‬
a. Jika ra berbaris kasrah / kasrahtain. Contoh: ٍۜ ‫شس‬ َ , ‫ََ َثش ِس‬
b. Apabila sebelum ra sukun terdapat huruf yang berbaris kasrah / ya
َ , ‫ قَ ِدْٔس‬, َ‫ع ُْن‬
sukun. Contoh: ‫خ ِجٕ ًْسا‬ َ ‫ِف ْس‬

25
Masna Hikmawati, Perbedaab Qira’at Dan Pemaknaan (Tangerang Selatan: Young
Progressive Muslim, 2017).hal.77

20
c. Huruf ra yang terletak sebelum atau sesudah alif muqallal. Contoh:

ِ ‫ََقُُداىى‬
ُ‫ ا ْشز ََساي‬, ‫بز‬
d. Sebelum ra yang berbaris terdapat huruf yang berharakat kasrah.
Contoh: ‫جب‬
ً ‫ِظ َسا‬
2. Tafkhim
Tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai
memenuhi mulut keika pengucapannya. Beberapa ketentuan riwayat
Warsy tentang tafkhim ra sebagai berikut:
ِ َ‫ا ْقز ََسث‬
a. Ra yang berbaris fathah atau dhommah. Contoh: ‫ ظِذْ س‬, ‫ذ‬
b. Ra mati yang sebelumnya terdapat huruf yang berharakat fathah atau
dhommah. Contoh: ‫ فَال ر َ ْنفُ ْس‬, ‫عيَّ ْاى َع ْس ِغ‬
َ
c. Sebelum ra sukun terdapat hamzah washal. Contoh: ‫ازر َ ْجز ُ ْم‬
ْ ‫ِا ِن‬
d. Sesudah ra yang sukun terdapat huruf isti‘la yang berbaris fathah.
Contoh: ‫طب ِد‬ ْ ِ‫اِن َزثلَ ىَج‬
َ ‫باى ِم ْس‬
e. Tiap-tiap nama orang. Contoh: َۜ‫ع ْم َسان‬
ِ , ‫اِث َْسا ٌِٕ َْم‬
f. Tiap-tiap ra yang berulang-ulang. Contoh: ‫ازا‬
ً ‫ض َس‬
ِ
3. Jawazul Wajhain
Jawazul Wajhain adalah hukum bacaan ra yang boleh dibaca
dengan dua cara, yaitu boleh tebal dan juga tipis. Beberapa ketentuan ra
yang boleh dibaca dua wajah menurut Imam Warsy adalah sebagai
berikut:
َ
a. Setiap ra pada kalimat َۜ‫خٕ َْسان‬

b. Setiap ra yang berbaris fathatain dan sebelumnya terdapat huruf yang


ِ , ‫ ِا ْم ًسا‬, ‫ ِظزْ ًسا‬, ‫ِذ ْم ًسا‬
sukun atau mati. Terdapat pada enam kata : ‫ط ٍْ ًسا‬

‫ ِدجْ ًسا‬, ‫ َِ ْش ًزا‬,

21
B. Hukum Lam

Lam yang dimaksud disini adalah lam yang bukan merupakan lam
lafzhul jalalah atau lafaz Allah. Imam Warsy mempunyai banyak perbedaan
bacaan dengan Imam Hafsh dalam hukum lam. Menurut Hafsh, setiap lam
yang bukan kalimat Allah selalu dibaca dengan tarqiq (tipis) dimana saja
letaknya. Sedangkan menurut Imam Warsy, lam yang bukan kalimat Allah
bisa juga dibaca dengan taghlizh atau tafkhim jika sudah sesuai dengan syarat
dan ketentuannya. Warsy membaca tafkhim/taglizh lam dengan ketentuan
sebagai berikut :

1. Jika sebelum lam terdapat huruf ( ‫ )ص‬yang berbaris diatas atau sukun.

َ َ‫طي‬
Contohnya )‫خ‬ ْ َ ‫ ا‬,‫)اىظ َالح‬
2. Jika sebelum lam terdapat huruf ( ‫ ) ظ‬yang berbaris di atas (fathah) atau
sukun.
ْ َ ‫ ََ َم ْه ا‬,‫ظيَ َم‬
Contohnya )‫ظيَ َم‬ َ ‫)فَقَ ْد‬
3. Jika sebelumnya terdapat huruf ( ‫ )ط‬yang berbaris fathah dan sukun
(mati).
ْ ‫ َم‬,‫)اَىط َال ُُق‬
Contohnya )َِِ‫طي‬

Jika sesudah lam terdapat dzatul ya yang bukan ra‘sul ayat (akhir
ayat) dan dibaca berhenti padanya, maka cara membacanya ada dua yaitu
(1) fathah disertai taglizh (2) tarqiq disertai taqlil. Contohnya: ,َّ‫ظي‬
ْ َٔ
26
ّ‫ظي‬
َ ‫ُم‬

26
Ahmad Mujahid, PESOMAN QIRAAT Riwayat WARSY (Amuntai: CV. HEMAT
Publishing, 2014), h. 7.

22
DAFTAR PUSTAKA

.., n.d. https://www.google.co.id/amp/s/www.sarkub.com/haid-nifas-wiladah-dan-


istihadhah-menurut-imam-syafii/amp/.

Abdul Rokhim Hasan. Qira’at Al-Qur’an Dan Tafsirnya. Jakarta: Yayasan


Alumni PTIQ, 2020.

Abdurrohim Hasan. Qiraat Al-Quran Dan Tafsir. Yayasan Alumni Perguruan


Tinggi Ilmu Quran, 2020.

Ahmad Mujahid. Pedoman Qiraat Riwayat Warsy. Amuntai: CV HEMAT


Publishing, 2014.

———. Pedoman Qira’at Riwayat Warsy. Amuntai: Hemat Publishing, n.d.

Fathoni, Ahmad. Kaidah Qiraat Tujuh. Jakarta: Darul Ulum Press, 1996.

Hasan, Abdur Rokhim. Qiraat Al-Quran & Tafsirnya. Qiramedia, 2020.

Masna Hikmawati. Perbedaab Qira’at Dan Pemaknaan. Tangerang Selatan:


Young Progressive Muslim, 2017.

Muh. Jabir. ―Kaedah Bacaan Riwayat Warsy,‖ 2007.

Mujahid, Ahmad. Pedoman Qira’at Riwayat Warasy. Amuntai Kalimantan


Selatan: CV. HEMAT Publishing, 2014.

———. Pedoman Qira’at Riwayat Warsy. Amuntai: CV. HEMAT Publishing,


2014.

———. Pedoman Qira’at Riwayat Warsy. Amuntai: CV. Hemat Publishing,


2014.

———. Pedoman Qiraat Riwayat Warsy. Amuntai: percatakan HEMAT, 2014.

———. PEDOMAN QIRAAT WARASY Dilengkapi Dengan Ushul Riwayat Serta


Farsyul Huruf Juz 1-30. Amuntai, Kalimantan Selatan: CV. Hemat
Publishing, n.d.

———. PESOMAN QIRAAT Riwayat WARSY. Amuntai: CV. HEMAT


Publishing, 2014.

Nasr, Muhammad Maki. Nihayah Al-Qaul Al-Mufid. Surabaya: Darul Ulum, n.d.

Rozi, Fahrur. ―Majalah Madrasatul Qur‘an Times Edisi 4 : Aku, Tentang
Pahlawanku,‖ 2019.

23
Sunarsa, Sasa. Penelusuran Kualitas Dan Kuantitas Qira’at Sab’ (Kajian Takhrij
Sanad Qiraat Sab’). Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media, 2020.

Wafi, Muhammad Syukri. ―Penerapan Qiraat Tujuh Di Darul Quran Jabatan


Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), Kuala Kubu Bharu, Selangor,
Malaysia,‖ 2018.

24
TENTANG KAMI

Buku ini merupakan sebuah dedikasi dari kami, mahasiswi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2018 generasi ke-4 sebagai pengalaman tanpa batas
dan motivasi untuk melanjutkan serta mengembangkannya lagi for next
generation. Ucapan syukur dan terima kasih kepada kakak Hamidah, S.Pd yang
senantiasa membimbing kami dengan mengemas pelajaran bermakna dalam setiap
pertemuannya. Harapan kami semoga buku ini bisa bermanfaat dan membawa kita
pada semangat perjuangan dalam mempelajari ilmu-ilmu Alquran. Salam
semangat dari kami Akhwat PGMI VIC Generasi ke-4.

Alfina Rachel Fitrianie; Ayunda Fitriani; Diana; Elka Mawati; Hasanah;


Hijratun Nisa; Hj. Salamah; Jarinah Elsa Budiarti; Maria Ulfah; Maryam Nur
Hafidzah; Maulida; Maulida Rahmah; Milawati; Mira; Mona; Mukarramah;
Muzalifah; Nadillah; Nani Sapitri; Nidaurrahmah; Norfah; Nur Hidayati;
Pujawati; Rabiatul Adawiyah; Rahmawati; Rina Helmina; Rofi’atin; Rusmiati;
Saidah Husna; Saniya Jauhar; Santi; Sari Rafi’ah; Silvi Setyawati; Siti Asihatul
Khoiriah; Siti Azizah Riska; Siti Parida; Wati; Winda; Zaina Mawaddah.

25

Anda mungkin juga menyukai