qur’an al mubîn
Judul Indonesia: 40 Keutamaan Al Qur’an
Karya: Ali bin Sulthan Muhammad al Qari
Penerjemah: M. Habiburrahim
1
Salah satu kota terkenal di Khurasan.
2
Nama aslinya: Ali bin Muhammad Al Bakri, putera al qadhi
Jalaluddin Al Bakri. Belajar fikih dan ilmu-ilmu lainnya
dari qadhi Zakariya, Burhan bin Abi Syarif dan yang lain.
Di antara bukunya al kanzu fî syarhil minhaj li an
nawawi. Meninggal tahun 952 H. (lihat Mu’jamul
mu`allifîn: 7/208, al kawâkib: 2/194)
2. Asy Syihab Ahmad bin Hajar Al Haitami.3
3. Syeikh Abdullah As Sindi.4
Dan masih banyak yang lain.
Sifatnya:
Al Muhyi mengatakan dalam kitab Khulashatul Astar,
“Dia adalah salah seorang gudangnya ilmu, tokoh pada
masanya dan tersohor namanya.” Al Ishami berkata, “Dia
mengumpulkan ilmu-ilmu naqli dan aqli, mendalami sunnah
nabawiyah, salah satu ulama terkemuka dan di antara
orang-orang yang kuat hafalan dan cerdas.”
Kemudian Al Ishami melanjutkan perkataannya, “Namun
ada yang kurang darinya, yaitu dia berpaling dari imam-
imam terkemuka, terutama imam Asy Syafi’i dan murid-
muridnya. Menentang imam Malik dalam bolehnya tidak
menggenggam tangan (bersedekap) ketika berdiri dalam
shalat. Karena itu karya-karyanya tidak memancarkan
cahaya ilmu dan karena itu pula banyak di antara para
ulama yang melarang mempelajari buku-bukunya.” Selesai.
Imam Asy Syaukani menjawab perkataan Al Ishami ini
dengan mengatakan dalam Al Badru ath thâli’, “Ini adalah
bukti kedudukannya yang tidak bisa diremehkan. Karena
sifat seorang mujtahid adalah menjelaskan apa yang
bertentangan dengan dalil-dalil yang benar dan
mengungkapkannya, baik yang ditentangnya itu lebih mulia
atau hina. Ini adalah alasan yang jelas.” Selesai.
Karyanya:
Ismail Pasha Al Baghdadi dalam kitabnya yang
berjudul “Hadiyyatul ‘arifîn” menyebutkan nama-nama buku
3
Lahir tahun 909 H. di Mesir, meninggal di Madinah pada
tahun 973 atau 974 H. (lihat sejarahnya di al kawâkib:
3/111, Syadzarât: 8/370, Al Badru: 1/109)
4
Abdullah bin Sa’ad As Sindi Al Madani, salah seorang
ulama terkenal, meninggal di Makkah pada tahun 983 H.
(lihat Mu’jamul mu`allifîn: 6/57, Syadzarât: 8/403)
dan hasil karyanya yang mencapai seratus buah dalam
berbagai bidang ilmu, di antaranya:
1. Mirqâtul mafâtih li misykâtil mashâbih.
2. An Nâmus, Talkhîshul Qâmus.
3. Anwârul Qur’an, wa asrârul furqân.
4. Syarhu Asy Syifâ.
5. Syarhu Asy Syamâ`il.
6. Syarhu Nukhbatul Atsar.
7. Syarkhu Tsulâtsiyâtil Bukhari.
8. Al Astsmâr al janiyyah fi asma`l Hanafiyah.
9. Jam’ul Arba’îna fî fadhâ`ilil Qur’an Al mubin, yang
ada dihadapan kita ini.
Wafatnya:
Meninggal pada tahun 1014 H. Dimakamkan di Ma’la. Ketika
berita wafatnya sampai ke Mesir, diadakanlah shalat ghaib
di masjid Al Azhar yang diikuti oleh lebih dari 4 ribu
orang.
5
Kata al furqân adalah salah satu nama dari nama-nama
kitab samawi, karena ia adalah pemisah antara yang hak
dengan yang batil. Ada yang berpendapat, bahwa maksudnya
adalah Al Qur’an. Disebutkan berulang kali sebagai sifat
bagi Al Qur’an dan pujian. Ada pula pendapat yang
mengatakan selain itu.
(lihat Al Bahru al muhîth: 2/378)
Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna semoga
tetap tercurah kepada pemimpin makhluk, penjunjung
kebenaran, Muhammad bin Abdullah dari Bani Adnan, beserta
keluarga beliau yang mulia dan para sahabat yang agung
sepanjang masa dan di semua tempat. Amma ba’du...
Pelayan Kitabullah dan hadits Nabi-Nya yang mulia,
yang butuh kepada anugerah Tuhannya, Ali bin Sulthan
Muhammad Al Qari, berkata, “Ini adalah empat puluh hadits
tentang keutamaan Al Qur’an dan keutamaan orang yang
membacanya.”
HADITS PERTAMA
6
Musnad Imam Ahmad (1/69), Imam Ahmad meriwayatkan hadits
ini dari hadits Ali RA. Dia juga menyebutkan hadits ini
pada (1/153). Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini dalam
FathulBari (9/74) dengan redaksi yang sama, sebagaimana
dia juga meriwayatkan dari Ustman dengan redaksi awalnya
berbunyi: “inna afdhalakum man…” (artinya: “Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian…”. Abu Dawud
meriwayatkan hadits ini dalam Mukhtashar Sunannya hadits
nomer: 1402. Imam At Tirmidzi juga meriwayatkan hadits
ini dari Ustman dan Ali, dan dia memberikan komentar,
“Kami tidak mengetahui hadits ini diriwayatkan dari Ali
dari Rasulullah SAW kecuali dari Abdurrahman bin Ishaq.”
Penyusun buku ini berkata, “Hadits Ali ini adalah hadits
Dalam riwayat Ibnu Majah dari Sa’ad dengan lafadz:
ْ ُ خَياُرك
khiyârukum (م ِ )7.
Ibnu Abu Dawud8 meriwayatakan dari Ibnu Mas’ud dengan
lafadz:
َ َ َ
9
َ ن قََرأ ال ُْقْرآ
ُ ن وَأقَْرأ
.ه ْ م ْ ُ خَياُرك
َ م ِ
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang membaca Al
Qur’an dan membacakannya untuk orang lain.”
عن أبي سعيد رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى
ُ ه ال ُْقْرآ
ن ُ َ شغَل
َ ن ْ م َ :ل الرب عز وجل ُ يقو:الله عليه وسلم
.ن يِ لِ ئسا ال طي ْ ع ُ ل ما أ
َ ض ْ فأ ته يَ ط ْ عَ عَن ذك ْري و مسأ ََلتي أ
َ ْ ّ ِ َ َ ُ ْ ْ َ َ ِ ِ ْ
ل الله ت َعََلى ِ ض ْ كلم ِ ك ََف َ ْ سائ ِرِ ال
َ ى َ َ ل
َ كلم ِ الله ت ََعالىَعل ْ َوَف
ُ ض
ِ خل ِْق
.ه َ ى
َ عل
َ
Dari Abu Sa’id Al Khudri RA, Rasulullah SAW
bersabda, “Rabb13 berfirman, “Barangsiapa yang disibukkan
dengan (membaca) Al Quran dari dzikir dan meminta-Ku
(berdo’a), niscaya Aku akan memberinya apa yang lebih
14
Tuhfatul Ahwadzi (8/244-245). Al hafizh Ibnu Hajar
berkata dalam Fathul Bari (9/66), “Para perawinya tsiqat
kecuali ‘Athiyah Al Aufi, dia agak lemah. Ia menyebutkan
hadits-hadits lain tentang keutamaan Kalamullah dan
semuanya lemah.”
Berkata Al Mubarakfuri, “Di dalam sanadnya ada Muhammad
bin Hasan bin Abu Yazid Al Hamdani, ia juga lemah.” Al
Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan dalam Tahdzib at-Tahdzib
(9/120-121) dalam biografi Muhammad bin Hasan bin Abu
Yazid Al Hamdani: “Berkata Adz Dzahabi, ‘Menurut At
Tirmidzi haditsnya hasan. Namun pendapatnya ini kurang
valid.’ Selesai.’” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad
Darami (2/317) dan Al Baihaqi dalam Syi’ab al-Iman.
Makna Hadits: Barangsiapa menyibukkan diri dengan membaca
Al Qur’an, sehingga tidak sempat untuk berdzikir atau
berdoa, niscaya Allah SWT akan memberikan maksud serta
keinginannya yang lebih baik daripada yang telah Ia
berikan kepada orang-orang yang meminta-Nya. Hal itu
karena keutamaan Kalamullah melebihi segala kalam
(ucapan), dan pahala orang yang menyibukkan diri
dengannya melebihi pahala yang ada.
Berkata Imam Asy Syaukani dalam Tuhfatu adz-Dzâkirin
(325-326): “Kalaulah hadits ini tidak ada kelemahan di
dalamnya, niscaya menjadi sebuah dalil bahwa orang yang
menyibukkan diri dengan membaca Al Qur’an sehingga tidak
sempat melakukan dzikir atau do’a, maka akan mendapatkan
pahala yang besar. Selesai.”
HADITS KELIMA
15
Di dalam kamus kata: al-Atruj – al-Atrujah – at-
Turnujah – at-Turnuj sudah terkenal, yaitu buah-buahan
yang paling bagus dan paling berharga bagi bangsa Arab.
Selesai.
16
Dalam riwayat Syu’bah menggunakan kata “munafik’,
sedangkan dalam riwayat Hammam dengan kata “fâjir”.
17
Al Musnad (4/397), Fath al Bari (9/66), Shahih Muslim
(2/194), Mukhtashar Sunan Abu Dawud nomor (4663), Tuhfatu
al-Ahwadzi (8/164-166), Sunan Ibnu Majah nomor (214),
HADITS KEENAM
قال رسول الله صلى الله:عن أنس رضي الله عنه قال
ُ
ة
ِ جّ ل ال ُت ُْر َ َن ك
ِ َ مث َ ذي ي َْقَرأ ال ُْقْرآ ِ ّ ن ال ِ م ِ ْ مؤ ُ ْ ل ال ُ َ مث
َ :عليه وسلم
ُ ل ال ْمؤْمن ال ّذي ل َ يْقرأ
َ َ ِ ِ ِ ُ ُ َ مثَ َ و،ب ٌ ّ مَها ط َي ُ ْب وَط َع ٌ ّ حَها ط َي
ُ ْ رِي
ر
ِ جِ ل ال َْفا ُ َ مثَ َ و،ب ٌ ّ مَها ط َيُ ْح ل ََها وَط َع َ ْ مَرةِ ل َرِي ْ ّ ل الت َ َن ك
ِ َ مث َ ال ُْقْرآ
ُ
،مّرُ مَها ُ ْب وَط َع ٌ ّ حَها ط َيُ ْ حان َةِ رِيَ ْ ل الّري َ َن ك
ِ َ مث َ ذي ي َْقَرأ ال ُْقْرآ ِ ّ ال
Sunan an-Nasai (8/124-125), Ath Thayalisi sebagaimana
dalam Minhatu al-Ma’bud (2/1883), dan Sunan Ad Darami
(2/318).
Makna Hadits: Perumpamaan orang mukmin yang kontinyu
membaca Al Qur’an, melaksanakan hukum-hukumnya dan
mengajarkannya kepada orang lain, bagaikan al-atrujah,
sedap dipandang dan baunya wangi. Sehingga seorang mukmin
yang seperti itu ia takkan berbicara kecuali yang baik
dan jika anda bergaul dengannya ia akan membalas dengan
lebih baik.
Adapun orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan
mengamalkannya, maka perumpamaannya bagaikan kurma; anda
takkan mencium wanginya, tapi meskipun demikian ia terasa
manis karena amalannya sesuai dengan tuntunan Al Qur’an.
Orang munafik yang membaca Al Qur’an bagaikan daun
kemangi yang membuat manusia hanyut dalam wanginya.
Apabila dimakan, maka akan terasa pahit. Begitulah orang
munafik: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.”
Sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al
Qur’an bagaikan hanzhalah, tak berbau dan terasa pahit.
Semoga Allah memberi kita keselamatan, kesehatan, serta
menjauhkan kita dari perpecahan, kemunafikan, dan akhlak
yang buruk.
ُ
مَهاُ ْحن ْظ َل َةِ ط َع َ ْ ل ال ِ َ مثَ َن ك َ ذي ل َ ي َْقَرأ ال ُْقْرآ ِ ّ جرِ ال ِ ل ال َْفا ُ َ مث َ َو
بِ ح ِ صا َ ل ِ َ مث َ َح ك ِ ِ صال
ّ س ال ِ ْ جل ِي َ ْ ل ال ُ َ مث َ َ و،ح ل ََها َ ْ مّر وَل َ رِي ُ
َ
ُ َ مث
ل َ َ و،هِ ح ِ ْ ن رِيْ م ِ ك َ َ صاب َ يٌء أ ْ شَ ه ُ ْ منِ ك َ ْ صب ِ ُم ي ْ َن ل ْ إ،ك ِ س ْ م ِ ْ ال
ن
ْ مِ ك َ ْ صب ِ َم ي ْ َن ل ْ ب ال ْك ِي ْرِ إ
ِ ح ِ صا َ ل ِ َ مث َ َ سوِْء ك ّ س ال ِ ْ جل ِيَ ْ ال
.ه َ َ صاب َ
ِ ِ خان
َ ُن د ْ م ِ ك َ وادِهِ أ َ س َ
Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan
orang mukmin yang membaca Al Qur’an bagaikan atrujah,
baunya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin
yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan kurma, tak berbau
dan rasanya enak. Perumpamaan orang fajir (jahat) yang
membaca Al Qur’an bagaikan kemangi, baunya wangi dan
rasanya pahit. Perumpamaan orang fajir yang tidak membaca
Al Qur’an bagaikan hanzhalah, rasanya pahit dan tak
berbau. Perumpamaan teman yang shaleh bagaikan penjual
wewangian, jika kau tidak membeli darinya kau akan
mendapatkan wanginya. Perumpamaan teman yang jahat,
seperti tukang besi, jika kau tak terkena jelaganya maka
kau akan terkena asapnya.
(H.R. Abu Dawud)18
18
Mukhtashar Sunan Abu Dawud nomor (4662). Berkata Al
Mundziri: “An Nasai juga meriwayatkan hadits ini.” Aku
berkata: “Sanadnya shahih.”
Makna Hadits: Seperti hadits sebelumnya. Namun di sini
ada tambahan, yaitu teman yang baik dan shaleh
diumpamakan seperti penjual wewangian yang tak pernah
sepi dari manfaat, setidaknya kamu akan mencium darinya
bau wewangian. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar.” Sedangkan teman yang jahat diumpamakan seperti
tukang besi yang sedang meniup api. Kamu takkan
mendapatkan apa-apa darinya kecuali kejelekan. Jika kamu
HADITS KETUJUH
HADITS KEDELAPAN
ه
ِ ل الل َ ْ سو ُ َيا َر:ت ُ ْ قُل:عن أبي ذر رضي الله عنه قال
.وى الله َ ْ عَل َي: قال صلى الله عليه وسلم.صِني َ
َ ك ب ِت َْق ِ ْ أو
َ ْ
: قال. يا رسول الله زِد ِْني:ت ُ ْ قُل.ه ِ ّ مرِ ك ُل
ْ س اْل
ُ َفإن َّها َرأ
ك ِفيَ َ ض ون ُوٌْر ل ِ ك ِفي الْر َ َ ه ن ُوٌْر ل
ُ ّ فَإ ِن،ك ب ِت ََلوَةِ ال ُْقْرآن
َ ْ عَل َي
.ماِء
َ س
ّ ال
Kata “yatata’ta’” artinya ragu-ragu, maksudnya
mengucapkan atau membaca dengan tidak lancar, karena
tidak pandai.
20
Riwayat ini ada pada Muslim.
21
Fath al-Bari (8/691), Shahih Muslim (2/195), Tuhfatu al
Ahwadzi (8/216), Mukhtashar Sunan Abu Dawud (1404), dan
Sunan Ibnu Majah (3779).
Aku berkata: Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini dalam
Musnad-nya (6/48,94,98, dan yang lainnya), juga
diriwayatkan oleh Ath Thayalisi dalam Minhatu al Ma’bud
(2/1884), dan Ad Darami (2/319).
Makna Hadits: Bahwa barangsiapa yang menjaga Al Qur’an
hingga menjadi mahir membacanya, niscaya Allah akan
menempatkannya bersama para malaikat yang mulia lagi
patuh, juga bersama para rasul. Sedangkan orang yang
bersusah payah dalam membacanya dan bersabar dengannya,
maka baginya dua pahala: pahala membaca dan pahala
kesulitan. Karena pahala itu sesuai dengan tingkat
kesukaran. Dan, sebaik-baik ibadah adalah yang kontinyu.
Tapi kami tidak bermaksud kalau pahalanya melebihi pahala
orang yang mahir tadi. Wallahu a’lam.
Dari Abu Dzar RA berkata: “Kataku, ‘Wahai Rasulullah
SAW, berilah aku wasiat!’ Beliau bersabda, ‘Bertakwalah
kepada Allah karena itu adalah pangkal segala urusan.’
Kukatakan: ‘Wahai Rasulullah SAW, tambahkan lagi!’ Beliau
bersabda, ‘Bacalah Al Qur’an karena itu adalah cahayamu
di bumi dan di langit.’”
(H.R. Ibnu Hibban, dia menghukuminya shahih dalam
sebuah hasits yang panjang22, juga diriwayatkan oleh Ibnu
Adl Dlaris dan Abu Ya’la)
،ر
ٍ خي ْل ّ مللاعُ ك ُل
َ ل ِ وى الللهِ فَا ِن ّهَللا
َ ج َ عَل َي ْل:عن أبي سعيد
َ ك ب ِت َْقل
ض
ِ ك ِفللي الْر َ ه ن ُوٌْر َللل ُ ّ فَإ ِن، وَت ِل َوَةِ ال ُْقْرآن،ك ب ِذِك ْرِ الله
َ ْ وَعَل َي
َ فَا ِن ّل،ر
ك ٍ خي ْل
َ ن ِ ّ ك إل
ْ مل َ َ سللان
َ ِن ل
ْ ِخلز
ْ َوا،ماِء
َ سّ ك ِفي ال َ َ وذِك ٌْر ل
.ن
َ طاَ ْ شي
ّ ب ال َ ِ ب ِذ َل
ُ ِ ك ت َغْل
Dari riwayat Abu Sa’id, “Kamu harus bertakwa pada
Allah karena itu adalah pokok segala kebaikan. Kamu harus
berdzikir pada Allah dan membaca Al Qur’an karena itulah
cahayamu di dunia serta dzikirmu di akhirat. Jagalah
lisanmu demi kebaikan karena dengannya kau mengalahkan
setan.”23
22
Berkata Al Mundziri dalam At Targhib wa at Tarhib
(3/513), “Diriwayatkan oleh Ahmad, Ath Thabrani, Ibnu
Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim. Redaksi hadits ini
adalah milik Al Hakim dan dia berkata, ‘Sanadnya
shahih.’”
Lihat: Al Mu’jam al kabir karya Ath Thabrani (2/ nomor
1651). Berkata Al Haitsami, “Diriwayatkan oleh Ath
Thabrani. Di dalam sanadnya ada Ibrahim bin Hisyam bin
Yahya Al Ghassani yang dianggap tsiqah oleh Ibnu Hibban
dan dianggap dla’if (lemah) oleh Abu Hatim dan Abu
Zar’ah. Lihat: Majma’ az-Zawaid (4/216).
23
Al Haitsami berkata dalam Majma’uz Zawa’id (2/ 215),
“Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la. Para perawi Ahmad
HADITS KESEMBILAN
عن جابر رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم
َ َ من جعل،ق
ه
ُ م
َ ما
َ هأ ُ َ َ ْ َ ٌ ّ صد َ م ُ لٌ حِ ما
َ َشّفعٌ و َ مُ ٌشافع َ ن ُ ا َل ُْقْرآ:قال
.ه إَلى الّناِر َ ِف ظ َهْرِه
ُ َساق َ ْ خل
َ هُ َ جعَلَ نْ م َ ْ َقاد َهُ إَلى ال
َ َجن ّةِ و
26
Selengkapnya adalah:
َو
م ْي
َ ن
ِيا
َتِتأ
َ ما
َنُفإ
ّ َ ،ران
َمْع
ِ ل
ِة آ
ُرَو
ْسُو
َ ة
ُرَق
َبَل
ْاَ :ن
ِيْو
َرا
َهْز
ّوا ال
ْرأ
َقْا
ِ
ْممم
ن ِ قان
َرْف
ِ ما
َنُكأ
ّ َ و
ْن أ
ِتا
َيَيا
َغَ ما
َنُكأ
ّ َ و
ْن أ
ِمتا
َما
َغَ ما
َنُكأ
ّ َ ة
ِمَيا
َقِل
ْا
ذها
َخمم
ْن أ
ّفممإ
َ رة
َقمم
َبَل
ْة ا
َرَو
ْسُ وا
ْرأ
َقْا
ِ ،بما
ِحا
َصْن أ
ْعَ ن
ِجا
َتا
َ ف
ّوا
َصَ ي
ٍط
ْ َ
نمم
ِغَل
ََ ب: قال معاويممة.ة
ِلَط
ْبُل
ْعها ا
َطي
ِتَس
ْتَ ل
َوَ ،ة
ٌرَس
ْحَ كها
َرْت
َوَ ،ة
ٌكَر
َبَ
.رة
َحْس
ّلة ال
َطْب
ُلْن ا
ّأ
“…bacalah kedua bunga, yaitu Surat Al Baqarah dan Surat
Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat
bagai awan yang melindungi kedua pemiliknya atau keduanya
bagaikan dua kelompok burung yang berbaris melindungi
pemiliknya; bacalah Surat Al Baqarah karena mengambilnya
itu berkah dan meninggalkannya rugi, serta takkan terkena
sihir.”
27
Shahih Muslim (2/197).
Aku berkata: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya
(5/249, 251, dan lainnya).
Makna Hadits: Bahwa Al Qur’an akan menampakkan wujud pada
hari kiamat sehingga manusia dapat melihatnya. Ia akan
memohon izin kepada Tuhan untuk memberi syafaat kepada
pemiliknya yang telah begadang malam dan tak tidur
karenanya.
HADITS KESEBELAS
:جَهني عن أبيه رضي الله عنه قال ُ عن سهل بن معاذ ال
َ
َ ن قََرأ ال ُْقْرآ
ن ْ م
َ :ن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ّ إ
ُ
ُضوْؤُه
َ ،ة َ م ال ِْقَيا
ِ م َ ْجا ي َو
ً داهُ َتا َ ِ ما فِي ْهِ أل ْب
َ س وَِال َ م
َ ِل ب ِ َوَع
ْ ُ ت فِي ْك
م َ ْ ل َو،ت الد ّن َْيا
ْ َ كان ِ ْس ِفي ب ُي ُوِ م ْ شّ ضوِْء الَ ن ْ م ِ ن َ س
َ حْ أ
ذا؟ َ م
َ َل ه ِ َذي ع ِ ّ م ِبالْ ُ ما ظ َن ّكَ َف
Dari Sahal bin Muadz Al Juhani28 dari bapaknya RA
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
‘Barangsiapa29 yang membaca Al Qur’an dan mengerjakan
kandungannya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan
mahkota pada hari kiamat, cahayanya lebih baik daripada
cahaya matahari dalam kehidupan dunia. Kalau hal itu ada
pada kalian,30 maka bagaimana menurut kalian dengan orang
yang mengerjakannya?’”
(H.R. Abu Dawud dan Al Hakim. Al Hakim berkata,
“Silsilah perawinya shahih.”)31
28
Berkata Al Mundziri, “Sahal bin Muadz dlaif (lemah),
diriwayatkan darinya Zabban bin Faid yang juga dlaif.”
29
Kata “man” (barangsiapa) tidak ada dalam manuskrip
aslinya.
30
Kalimat “lau kânat fîkum” (jikalau hal itu ada pada
kalian) tidak ada dalam manuskrip aslinya. Kami
mengambilnya dari teks hadits ini dalam kitab-kitab
hadits.
31
Lihat: Mukhtashar Sunan Abu Dawud nomor (1403) dan al
Mustadrak (1/568). Adz Dzahabi mengomentari dengan
perkataannya: “Zabban bukan orang yang kuat hafalannya .”
Aku berkata: “Ibnu Hajar berkata tentang Zabban bin Faid
dalam at-Taqrib: “Dia dha’if (lemah) dalam hadits,
meskipun ia shaleh dan taat beribadah. Adapun Sahal bin
Muadz bin Anas Al Juhani, tak apa-apa menggunakan
HADITS KEDUA BELAS
قال رسول الله صلى:عن أبي بريدة رضي الله عنه قال
ُ َ
َ ِ ل ب ِهِ أل ْب
س َ مِ َه وَع َ ّ ن وَت َعَل
ُ م َ ن قََرأ ال ُْقْرآْ مَ :الله عليه وسلم
س
ِ مْ شّ ضوِْء ال َ ل َ ْ مث
ِ ُضوْؤُه َ ٍن ن ُوْرْ م ِ جا َ م ال ِْقَيا
ً مةِ تا َ ْداهُ ي َو
َ ِ َوال
ما ِ َ فَي َُقوْل،ما الد ّن َْيا
َ ِ ل:ن َ ِم ب ِهَ ْن ل َ ت َُقو ِ حل َّتا
ُ ُداه
َ ِ سى َوالَ ْ وَي ُك
َ ُ ك ُسينا هذا؟ فَيَقا
.ن َ ما ال ُْقْرآ َ ُ خذِ وَل َدِك ْ ب ِأ:ل ُ َ َْ ِ
Dari Abu Baridah RA Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa membaca Al Qur’an, mempelajarinya dan
mengamalkannya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan
mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya bagaikan
cahaya matahari. Lalu kedua orang tuanya akan dipakaikan
dua pakaian yang tak ada di dunia. Maka mereka berdua
bertanya, ‘Mengapa kami diberi pakaian ini?’ Dikatakan
pada mereka, ‘Karena anak kalian menjaga Al Qur’an.’”
ن النللبي صلللى الللله ّ إ:عن أبي هريرة رضي الله عنه قال
،ة َ م ال ِْقَيا
ِ مل ِ ب ال ُْق لْرآ
َ ْن ي َلو ُ ح
ِ صللا
َ جي لُء
ِ َ ي:عليلله وسلللم قللال
:لُ ْم ي َُقلو
ّ ُ ث.ةِ مَ ج ال ْك ََرا
ُ س َتا ُ َ فَي ُل ْب،هِ ّ حلَ ب ّ َيا َر:ن ُ ل ال ُْقْرآُ ْفَي َُقو
ضَ ب اْر ّ ي َللا َر:ل ُ ْ وَي َُق لو.ة ِ مل َ ة ال ْك ََرا ُ حل ّل
ُ س ُ فَي ُل ْب َل،ه
ُ ْ ب زِدّ ي َللا َر
ْ
ة ّ داد ُ ب ِك ُل
ٍ ل آي َل َ ا ِقْ لَرأ َواْرقَ وَي ُلْز:ه ُ َل ل ُ فَي َُقا.ه
ُ ْ ضى عَن َ فَي َْر،ه ُ ْ عَن
.ة
ٌ َ سن
َ ح
َ
Dari Abu Hurairah RA berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda, ‘Didatangkan pemilik (orang yang
senantiasa membaca) Al Qur’an pada hari kiamat, maka Al
Qur’an berkata, ‘Tuhanku hiasilah ia,’ maka ia pun
dipakaikan mahkota kemuliaan. Al Qur’an kembali berkata,
‘Tuhanku tambahkan lagi,’ maka dipakaikanlah perhiasan
kemuliaan. Al Qur’an berkata, ‘Tuhanku ridlailah ia,’
maka Allah pun meridlainya. Dikatakan padanya, ‘Baca dan
naiklah, niscaya akan ditambahkan pada setiap ayat dengan
kebaikan.’”
(H.R. At Tirmidzi -ia menghukumi hadits ini hasan-,
Ibnu Khuzaimah, dan Al Hakim. Al Hakim berkata, “Silsilah
periwayatannya shahih.”)34
32
Di dalam manuskrip berbunyi, “H.R. Muslim.” adalah
salah.
33
Al Mustadrak (1/568), dan disepakati oleh Adz Dzahabi.
Dalam hadits ini ada tambahan pahala bagi kedua orang
tua, yaitu mereka diberi dua pakian yang tak pernah ada
di dunia.
34
Tuhfatu al Ahwadzi (8/227-228), Al Mustadrak (1/552),
dan Al Mundziri menasabkan hadits ini kepada Ibnu
HADITS KEEMPAT BELAS
قال النبي صلى الله:عن ابن عمر رضي الله عنهما قال
َ ّ َ َ ل:عليه وسلم
َ َه ه
ذا ُ ل آَتاهُ الل ٍ ج
ُ َر:ن ِ ْ سد َ إل عَلى اث ْن َت َي َ ح
ه َ ْل أ َع
ُ طاهُ الل ٍ ج ُ وََر.ل َوآَناَء الن َّهاِر ِ ْ م ب ِهِ آَناَء الل ّيَ فََقا،ب َ ال ْك َِتا
.ل َوآَناَء الن َّهاِر ِ ْ صد ّقَ ب ِهِ آَناَء الل ّي
َ َ مال ً فَت َ
Dari Ibn Umar RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
‘Dilarang iri kecuali kepada dua orang: seseorang yang
Allah berikan Kitab Suci ini (Al Qur’an) sehingga ia
mengamalkannya siang dan malam. Dan, seseorang yang Allah
berikan harta sehingga ia menginfakkannya siang dan
malam.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)38
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الللله صلللى الللله
َ ه ال ُْقْرآ
ن ُ م َ ّ ل عَلٍ َرج:ن ِ ْ سد َ إ ِل ّ ِفي اث ْن َت َي َ ح َ َ ل:عليه وسلم قال
:ل َ ه فََقللا ُ جللاٌر ل َل َ ه ُ َ مع ِ سل َ َ ف،ل َوآَناَِء الن ّهَللاِر ِ ْ فَهُوَ ي َت ْل ُوْهُ آَناَء الل ّي
ُ ُ
ُ مل
.ل َ ْمللا ي َع َ ل َ مث ْلِ ت ُ مل ْل ِ َن فَع ٌ َ ي فُل َ مللا أوْت ِل َ ل َ ْ مث ِ تُ ْ ل َي ْت َِني أوْت ِي
:لٌ جل ُ ل َر َ فََقللا،ل ّ حل ِ ْ ه فِللي ال ُ مللال ً فَهُلوَ ي َهْل ِك ُل َ ه ُ ل آَتاهُ الل ٍ ج
ُ وََر
ُ ُ
.ل ُ م َ ْما ي َعَ ل َ ْ مث ِ ت ُ ْ مل ِ َن فَع ٌ ي فَل َ ِ ما أوْت َ ل َ ْ مث ِ تُ ْ ل َي ْت َِني أوْت ِي
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Dilarang iri kecuali kepada dua orang: seseorang yang
diberi kepandaian Al Qur’an sehingga ia membacanya pagi
dan petang. Maka tetangganya mendengar dan berkata,
‘Andaikan saja aku diberikan seperti yang didapatkan si
Fulan, maka aku akan melakukan seperti yang ia lakukan.’
Dan seseorang yang Allah SWT berikan harta sehingga ia
menghabiskannya dalam kehalalan,39 maka seorang lelaki
قال رسول الله صلى:عن ابن عمر رضي الله عنهما قال
مُ ُ وَل َ ي ََنال ُه،م ال َْفَزعُ الك ْب َُر ُ ُة ل َ ي َهُوْل ُه ٌ َ ث َل َث:الله عليه وسلم
بِ سا َ ح ِ ن ْ م ِ َحّتى ي َْفُرغ َ ك ٍ س ْ م ِ ن ْ مِ ب ٍ ْ م عََلى ك َث ِي ْ ُ ه،ب ُ ساَ ح ِ ْ ال
َ
ً ْم ب ِهِ قَو
،ما ّ جهِ اللهِ َوأ ْ َن ا ِب ْت َِغاَء و َ ل قََرأ ال ُْقْرآ ٌ ج ُ َر:خل َِئق َ ْ ال
ٌ وَعَب ْد.ه ِ جهِ الل ْ َصل َةِ ا ِب ْت َِغاَء و ّ عو إ َِلى ال ُ ْ داٍع ي َد َ َ و.ن َ ْ ضو ُ م َرا ْ ُوَه
.ه ً
ِ ْ وال ِي
َ م
َ ن َ ْ ه وَب َيُ َ ما ب َي ْن
َ ْ وَفِي،ه ِ ّ ن َربَ ْ ه وَب َي ُ َ ن ب َي ْن
َ سَ ح ْ أ
Dari Ibn Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga
orang yang takkan terkejut dengan hari kiamat dan takkan
(takut) pada hari perhitungan41, mereka berada di atas
bukit kesturi hingga tuntas penghitungan seluruh makhluk:
seseorang yang membaca Al Qur’an demi mengharap ridla
Allah dan dengannya ia memimpin suatu kaum serta mereka
ridla dengannya; seorang dai yang menyerukan shalat demi
mengharap ridla Allah, serta seorang hamba yang berlaku
baik antara dirinya dengan Tuhannya, juga antara dirinya
dengan pembantu-pembantunya.’”
40
Fath al-Bari (9/73).
Dalam hadits ini terdapat pembatasan yang ditekankan,
yaitu pada sabda beliau SAW, “Sehingga ia menghabiskannya
dalam kebenaran”, seolah-olah ketika seseorang hendak
menghabiskan hartanya dalam kemubadziran dari segi
umumnya kata membelanjakan harta, maka di sini dibatasi
dengan kata “dalam kebenaran”. wallahu a’lam.
41
Di dalam manuskrip dengan kata “alhasanât” (kebaikan),
dan itu salah.
(H.R. Ath Thabrani dalam al Awsath dan ash Shaghir
dengan silsilah periwayatan cukup bagus.42 Begitu pula
dalam al Kabir, dengan ditambah di awalnya: “Berkata Ibnu
Umar RA, ‘Kalaulah aku tidak mendengarnya dari Rasulullah
SAW berkali-kali -hingga ia menghitungnya sampai tujuh
kali-, niscaya takkan kuberitahukan.” Adapun lafal di al-
Kabir yang seperti di ash-Shaghir adalah: “Tiga (orang)
yang berada di atas bukit kesturi pada hari kiamat,
mereka takkan gempar dengan kegoncangan hari itu dan
mereka tidak takut sampai selesai perhitungan semua
manusia: seseorang yang mempelajari Al Qur’an, lalu ia
melaksanakannya demi mencari keridlaan Allah; seseorang
yang menyerukan shalat setiap hari lima kali demi
mengharap keridlaan Allah; serta seorang hamba sahaya
yang mana perbudakan di dunia tak menghalanginya dari
mentaati Tuhannya.”)43
42
Berkata Al Haitsami dalam Majma’uz Zawa’id (1/328):
“Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dengan ringkas, dan telah
diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam al-Awsath dan ash-
Shaghir. Di dalam sanadnya ada Abdus Shamad bin Abdul
Aziz Al Muqri yang disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam
kitab ats-Tsiqat.
43
Al Mu’jam al Kabir (12/ nomor:13584) dengan redaksi
yang disebutkan di sini, dan dalam Al Jami’ ash Shaghir
nomor (3499). Berkata Al Haitsami dalam Majma’uz Zawa’id
(1/327): “Aku katakan: ‘-Diriwayatkan oleh At Tirmidzi
dengan selain redaksi ini- diriwayatkan oleh Ath Thabari
dalam al-Kabir, dan di dalam sanadnya terdapat Bahr bin
Katsir As Saqa’, dia dlaif.” Berkata Al Munawi, “Bahkan
dia matruk”. Berkata Al Albani dalam Dlaif al-Jami’
(3577), “Dlaif.”
Jadi, sebagaimana mereka di dunia takut kepada Allah,
lalu dengan berdzikir hati mereka tenang, maka balasan
mereka di akhirat adalah ketenangan ketika semua orang
HADITS KEDELAPAN BELAS
ث رسول الله صلى َ َ ب َع:عن أبي هريرة رضي الله عنه قال
َ َفاس لتْقرأ، َفاستْقرأ َهُم، وهُم ذ ُو عَدد،الله عليه وسلم بعًثا
َ َ ْ ْ َ َ ْ ٍ َ ْ ْ َ َْ
ىَ علل َ فَللاَتى- ن ال ُْقلْرَأن َ مل ِ ه ُ مع َ ل َ مللا َ ي َْعني- م ْ ُمن ْهِ ل ٍ ج ُ ل َر ّ ُك
َ رجل م
مِعللي َ :ن؟ قال ُ َ ك َيا فُل َ َ مع َ ما َ :ل َ فََقا،سّنا ِ م ْ ُحد َث َه ْ نأ ْ َ ٍ ُ َ
َ
:ة؟ قللال ِ سوَْرة ال ْب ََق لَر ُ ك َ َ مع َ أ: قال.ة ِ سوَْرةَ ال ْب ََقَر ُ َذا و َ َ ذا وَك َ َك
َ فََقللا.م َ َ
ن ْ ملل ِ ل ٌ جلل ُ ل َر ْ هلل ُ مي ُْر ِ تأ َ ْ َفللأن،ب ْ هلل َ ْ ا ِذ: َفقللال.م ْ ن ََعلل
َ َ شلي َ ّ م ال ْب ََقَرةَ إل َ والله ما منعِني أ:شرافهم َ
َن ل ْ ةأ َ ْ خ َ ّ ن أت َعَل ْ ََ َ َ ِ ْ ِ ِ َ ْ أ
َ
وا ْ ملل ُ ّ ت َعَل: َفقال رسول الله صلى الله عليه وسلم.م ب َِها َ ْأقُو
َ ُ
م َ ه فََقلَرأهُ وَقَللا ُ م َ ّ ن ت َعَل ْ مَ ِن ل ِ ل ال ُْقْرآ َ َ مثَ ن ّ َفإ،ه ُ ْن َواقَْرأو َ ال ُْقْرآ
،ن ٍ كللا َ م َ ل ّ كللُ ه ِفي ُ ح ُ ْ ح رِي ُ ْكا ي َُفو ً س ْ م ِ ٍ شو ُ ح ْ م َ ب ٍ جَرا ِ ل ِ ب ِهِ كمث
ُ
ي َ ب أوْك ِل ٍ ج لَرا ِ ل ِ َ مث َ َ جوْفِهِ ك َ ه فَي َْرقُد ُ وَهُوَ ِفي ُ م َ ّ ن ت َعَل ْ م َ ل ُ ْ مث ِ َو
.ك ٍ س ْ م ِ عََلى
Dari Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW
mengutus utusan berjumlah beberapa orang. Maka beliau
meminta mereka untuk membaca hafalannya. Beliau meminta
setiap orang untuk membaca –yakni membaca hafalan Al
Qur’annya-, maka beliau mendatangi seorang lelaki yang
paling muda di antara mereka. Beliau bertanya, ‘Apa yang
kamu hafal, hai anak muda?’ Jawabnya, ‘Aku hafal ini,
ini, dan Surat Al Baqarah.’ Beliau bersabda, ‘Benarkah
kamu hafal Surat Al Baqarah?’ jawabnya, ‘Iya.’ Beliau
bersabda, ‘Pergilah! Kamu menjadi pemimpin rombongan
ini.’ Maka berkata seorang lelaki dari pembesar mereka,
‘Demi Allah, tak ada yang menghalangiku untuk mempelajari
Al Baqarah, kecuali karena aku takut tak dapat
takut dan gentar.
melaksanakannya.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Pelajarilah
Al Qur’an dan bacalah, karena perumpamaan Al Qur’an bagi
orang yang mempelajarinya, membacanya, dan
melaksanakannya bagaikan sebuah kantung yang berisi
kasturi yang wanginya semerbak menyebar. Dan, perumpamaan
orang yang mempelajarinya kemudian ia tidur (tidak
melaksanakannya) sedangkan ia menghafalnya, bagaikan
kantung kasturi yang terikat.’”
(H.R. At Tirmidzi dan lafal hadits ini miliknya, ia
berkata, “Hadits hasan.” Juga Ibnu Majah secara ringkas
dan Ibnu Hibban dalam shahihnya).44
ِ ْ م ِبالل ّي
،ل َ ْه الن ّو
ُ ُ من َعْت ُ ل ال ُْقْرآ
َ :ن ُ ْ وَي َُقو- ِشّفعِْني فِي ْه َ َ ف،ِبالن َّهاِر
.ن ِ شَفَعا ْ َ شّفعِْني فِي ْهِ – فَي َ َف
Dari Abdullah bin ‘Amru RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Puasa dan Al Qur’an memberi syafaat kepada seorang
hamba. Berkata puasa, ‘Tuhanku aku telah melarangnya dari
makanan dan minuman pada siang hari, maka jadikanlah aku
syafaat untuknya.’ Dan, berkata Al Qur’an, ‘Aku telah
melarangnya dari tidur pada malam hari, maka jadikanlah
aku syafaat untuknya.’ Sehingga mereka berdua memberikan
syafaat.’”46
45
Al-Mustadrak (1/552) dan Adz Dzahabi menyepakatinya.
46
Makna “memberikan syafa’at” adalah memohonkan untuknya
pahala.
(H.R. Ahmad, Ibnu Abi Ad Dunya dalam Kitab Al Jû’,
Ath Thabrani dalam al-Kabir, dan Al Hakim. Lafal ini
miliknya dan ia berkata, “Shahih dengan syarat Muslim”)47
قال رسول الله صلى الله:عن أنس رضي الله عنه قال
َ
م َياْ ُن هْ م َ :واْ ُ َقال.سِ ن الّنا َ م
ِ ن َ ْ ن للهِ أهْل ِيّ إ:عليه وسلم
.ه
ُ ُ صت
ّ خاَ َل اللهِ و ُ ْم أ َه ِ ل ال ُْقْرآ
ْ ُن ه ُ ْ أ َه:ل الله؟ قال
َ ْ سو
ُ َر
Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah mempunyai para ahli dari manusia. Para sahabat
bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah SAW?’ Beliau
bersabda, ‘Pemilik Al Qur’an itulah para ahli Allah dan
orang-orang terdekatnya.’”
50
Al-Mustadrak (2/528-529) dan Adz Dzahabi
menyepakatinya.
Makna “takkan di kembalikan ke sehina-hinanya umur”
adalah takkan sampai pada ketuaan, pikun dan lemah. Tapi
Allah SWT akan memuliakannya dengan kesehatan, kekuatan
dan tidak pikun.
51
Dalam Al-Jami’ ash-Shaghir nomor (1063) dinasabkan
kepada Ath Thabrani dalam al-Kabir, dan kutemukan dengan
nomor (12662). Berkata Al Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid
(7/161), “Di dalam sanadnya ada Sa’ad bin Sa’id Al
Jurjani, seorang yang dlaif.” Aku berkata, “Di dalam
sanadnya juga ada Nahsyal, seorang yang matruk. As
Suyuthi mengisyaratkan bahwa ia dlaif.”
Begitu pula hadits ini diriwayatkan oleh Al Khatib Al
Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (4/124) dan (8/80). Al
HADITS KEDUA PULUH LIMA
ن
ّ عن عبد الرحمن بلن شلبل الْنصلارى رضلي اللله عنله ا
ْ مُللل
وا َ ْن َواع َ اقَْرؤُْوا ال ُْقللْرآ:ل َ صّلى الله عليه وسلم َقا َ الن ِّبي
س لت َك ْث ُِرْوا ُْ وا فِي ْهِ وَل َ ت َلأ ْك ُل
ْ َ وا ب ِلهِ وَل َ ت ْ ُ ه وَل َ ت َغْل
ُ ْ وا عَن ْ َ ب ِهِ وَل َ ت
ْ جُف
.ه
ِ ِب
Dari Abdurrahman bin Syabal Al Anshari RA bahwa Nabi
SAW bersabda, “Bacalah Al Qur’an dan berbuatlah (sesuai)
dengannya. Jangan kalian jauh darinya, jangan berlebihan
di dalamnya, jangan kalian makan dengannya, dan jangan
kalian memperbanyak dengannya.”52
قال رسول الله صلى:عن أبي هريرة رضي الله عنه قال
ِ ن ِبال ُْقْرآ
.ن ْ َن ل
ّ َم ي َت َغ ْ م
َ مّنا َ ْ ل َي:الله عليه وسلم
ِ س
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan
Al Qur’an.”
(H.R. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al
Hakim dari Sa’ad).56
Mayoritas ulama berpendapat: “Yaitu mereka yang
tidak membaguskan suaranya.” Sedangkan sebagian yang lain
mengatakan: “Tidak mencukupkan diri dengannya dan
mengambil (kitab-kitab) selainnya.”57
55
Tuhfatu al-Ahwadzi (8/234-235) dan Imam Ahmad
meriwayatkannya dalam al-Musnad (4/432-433).
56
Lihat: Fath al-Bari (13/501) sebagaimana disebutkan
juga dalam (9/68) dengan redaksi, “Allah tidak
mengizinkan sesuatu yang diizinkan untuk seorang nabi,
yaitu agar melagukan Al Qur’an. Berkata sahabatnya,
‘Maksudnya menjaharkannya (membacanya keras).” Juga dalam
Al Musnad (1/172 dan lainnya), di dalamnya “berkata
Waqi’, ‘Yakni mencukupkan diri.’” Serta Mukhtashar Sunan
Abu Dawud nomor (1419 dan 1420), dan Al Mustadrak (1/570)
dari Sa’ad dan dari Ibnu Abbas. Al Baihaqi
meriwayatkannya dalam As-Sunan (10/230) dari hadits
Sa’ad, Abu Huraira, dan Abu Lubabah.
57
Maksudnya adalah bukan termasuk orang yang melaksanakan
sunnah kami atau berjalan di jalan kami, orang yang tidak
HADITS KEDUA PULUH DELAPAN
قال رسول الله صلى الله:عن بريدة رضي الله عنه قال
مَ ْجاَء ي َو
َ س ُ ّ ن ي َت َأ َك
َ ل ب ِهِ الّنا
َ
َ ن قََرأ ال ُْقْرآ ْ مَ :عليه وسلم
.م
ٌ حْ َ س عَل َي ْهِ ل
َ ْ م ل َي ٌ ْ ه عَظ
ُ ُ جه َ ال ِْقَيا
ْ َمةِ وَو
عن عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم
َ
نِ ن قَِراَءةِ ال ُْقْرآ ْ م
ِ ل ُ ض َ ْصل َةِ أف ّ ن ِفي ال ِ قَِراَءةُ ال ُْقْرآ:قال
ن
َ مِ ل ُ ضَ ْصلة أف ّ وَقَِراَءةُ ال ُْقْرآن ِفى غَي ْرِ ال،ة ِ َ صل
ّ ِفى غَي ْرِ ال
ُ َصد َق َ والتسبي،التسبيح والتك ْبير
ة ّ َوال،ة ِ َصد َق
ّ ن ال َ مِ ل ُ ض َ ْح أف ُ ِْ ْ ّ َ ِ ِْ ّ َ ِ ِْ ْ ّ
َ
.ن الّناِرَ مِ ة ٌ ّ جن
ُ مُ ْ صوّ َوال،م
ِ ْ صوّ ن ال َ م
ِ ل َ ْأف
ُ ض
Dari ‘Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Membaca Al Qur’an di dalam shalat lebih baik daripada di
ل
ِ ج
ُ قَِراَءةُ الّر: عا ً ْمْرفُوَ عن أوس بن أبي أوس الثقفي
ه ِفي ُ ُ وَقَِراَءت،ةٍ ج ُ ْ ف أ َل
َ ف د ََر ِ ح
َ ص ُ ْ ن ِفي غَي ْرِ ال
ْ م َ ال ُْقْرآ
.ة
ٍ ج ْ ك إَلى أل َْف
َ ي د ََر َ ِ ف عََلى ذ َل
ُ َضاع
َ ُف ت
ِ ح
َ ص ُ ْ ال
ْ م
Dari Aus bin Abi Aus secara marfu’, “Bacaan Al
Qur’an seseorang tanpa melihat mushhaf pahalanya sebanyak
seribu derajat, dan bacaannya dengan melihat mushhaf
dilipat gandakan menjadi dua ribu derajat.
(H.R. Ath Thabari dan Al Baihaqi).61
59
Kata ‘Tasbih’ tak ada dalam manuskrip, kami
menambahkannya dari al-Jami’ ash-Shaghir.
60
As Suyuthi dalam al-Jami’ al-Kabir (6112)
mengisyaratkan akan kedlaifannya. Berkata Al Munawi, “Di
dalamnya ada Muhammad bin Salam,” berkata Ibnu Manduh,
“Muhammad bin Salam memiliki riwayat-riwayat yang gharib
dari Al Fadl bin Sulaiman dan di dalam sanadnya ada
seorang lelaki dari Bani Khazimah yang tidak dikenal.”
Berkata syaikh Al Albani dalam Dla’if al-Jami’ nomor
(4086), “Dlaif.”
61
Al-Mu’jam al-Kabir (1/601) dan Al Haitsami berkata
dalam al-Majma’ (7/165), “Di dalam sanadnya ada Abu Sa’id
bin ‘Auf yang dianggap tsiqah oleh Ibnu Mu’in dalam suatu
riwayat dan dilemahkan dalam riwayat yang lain, sedangkan
perawi lainnya tsiqat (dipercaya).”
HADITS KETIGA PULUH SATU
ِ ا ِقَْرإ:عا
ً ْمْرفُو َ عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما
ا ِقَْرأ ْهُ ِفي،ة
ٍ َ ن ل َي ْل
َ ْ شرِي ْ عِ ا ِقَْرأ ْهُ ِفي،ر ٍ ْشه ّ ُ ن ِفي ك
َ ل َ ال ُْقْرآ
َ ِ ى ذ َل َ ْ وَل َ ت َزِد،سب ٍْع ْ
.ك َ عل َ ا ِقَْرأهُ ِفي،ر ْ َع
ٍ ش
Dari Ibn Umar RA secara marfu’, “Bacalah Al Qur’an
setiap bulan, bacalah selama dua puluh malam, bacalah
selama sepuluh hari, bacalah selama tujuh hari, dan
jangan lebih dari itu.62
(H.R. Syaikhan (Bukkhari dan Muslim) dan Abu
Dawud).63
قال رسول الله صلى:عن ابن عمروا رضي الله عنه قال
َ
ك ْ َ ذا ل
َ َم ي َن ْه َ ما ن ََها
َ ِ فَإ,ك َ إقَْرإ ِ ال ُْقْرأ:الله عليه وسلم
َ ن
ُ
.ه
ُ ت ت َْقَرأ ْ َ فَل
َ س
قال رسول الله صلى الله:عن ب َُرْيدة رضي الله عنه قال
ُ
.ن َ ْ ل ِبال
ِ حَز ُ ّ َفإن،ن
َ ه ن ََز َ ْ ن ِبال
ِ حَز َ ا ِقَْرأْوا ال ُْقْرآ:عليه وسلم
Dari Buraidah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah
Al Qur’an dengan sedih, karena ia diturunkan demikian.”
(H.R. Abu Ya’la, Ath Thabrani dalam al-Awsath, dan
Abu Nua’im dalam Al Hilyah).65
memahaminya.”
64
Di sebutkan dalam al-Faidl (2/62) berkata Az Zain Al
Iraqi, “Sanadnya dlaif.”
Berkata Syaikh Al Albani dalam Dla’if al-Jâmi’ nomor
(1164), “Dla’if.”
Makna Hadits: Barangsiapa yang belum menerima Al Qur’an
dengan seluruh jiwa raganya, secara lahir dangan
membaguskan bacaannya dan secara batin dengan cara
mentadabburinya, memikirkannya, mengamalkan hukum-
hukumnya, dan meninggalkan larangan-larangannya, maka ia
belum membaca Al Qur’an dengan sesungguhnya.
Adapun hadits Ath Thabrani berbunyi: “Bisa jadi pembawa
fikih itu bukanlah seorang yang fakih (mengerti dan
paham), dan barangsiapa yang belum bisa memanfaatkan
ilmunya niscaya kebodohannya akan menyusahkannya. Bacalah
Al Qur’an….”(hadits). Berkata As Suyuthi, “Dla’if.”
Berkata Al Munawi, “Berkata Al Mundziri, ‘Di dalam
sanadnya ada Syahar bin Hausyab.” Syaikh Al Albani
berkata dalam Dla’if al-Jâmi’ nomor (3089), “Dla’if.”
65
Al-Jâmi’ ash-Shâghir (1335), hadits ini menurut As
Suyuthi dla’if. Al Munawi berkata dalam al Faidl (2/63),
HADITS KETIGA PULUH EMPAT
قال رسول الله صلىاالله:ب رضي الله عنه قال َ ُ جن ْد
ُ عن
َ ُ
ْ ُ ت عَل َي ْهِ قُل ُوْب ُك
َ َفإ،م
ذا ْ ما أت ْل ََف َ ا ِقَْرأْوا ال ُْقْرآ:عليه وسلم
َ ن
.وا ُ م فِي ْهِ َفقو
ْ م ْ ُ خت َل َْفت
ْ ِا
عن أبي أمامة رضي الله عنه عن النللبى صلللى الللله عليلله
ب قَل ْب ًللا وَعَللى ُ
ُ ّ ه ت ََعالى ل َ ي ُعَلذ َ ا ِقَْرأْوا ال ُْقْرآ:وسلم
ّ َفإ،ن
َ ن الل
َ ال ُْقْرآ
.ن
Dari Abu Umamah RA, dari Nabi SAW, “Bacalah Al
Qur’an, sesungguhnya Allah takkan menyiksa hati yang
menyimpan Al Qur’an.”
(H.R. Tamam).67
عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه
ُ ا َل ُْقْرآ:وسلم قال
ُ َ ن ِغًنى ل َ فَْقَر ب َعْد َهُ وَل َ ِغًنى د ُوْن
.ه
Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Al Qur’an
itu kekayaan yang takkan miskin setelahnya dan tak ada
kekayaan selainnya.
(H.R. Abu Ya’la).68
قال رسول الله صلى الله:عن علي رضي الله عنه قال
ُ ا َل ُْقْرآ:عليه وسلم
.ن هُوَ الد ًّواُء
69
Berkata Al
ِ Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid (7/163),
“Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam al-Awsath dari
gurunya, Muhammad bin Abid bin Adam bin Abi Iyyas. Adz
Dzahabi menyebutkannya dalam al-Mizan dan aku tidak
menemukan pendapat yang lain di dalamnya, dan sisa
perawinya tsiqat.
Aku berkata: Disebutkan dalam al-Mizan: “Muhammad bin
Abid bin Adam bin Abi Iyyas sering meriwayatkan berita
yang batil tanpa ada yang mendukungnya. Dan, ia
menyampaikan hadits ini. Berkata Ath Thabrani, “Ia tidak
meriwayatkan selain dengan isnad (silsilah periwayatan)
ini.” Menurut As Suyuthi hadits ini dla’if. Bahkan Syaikh
Al Albani mengatakan dalam Dlaif al-Jami’ (4317),
“Maudlu’.”
70
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman.
Menurut As-Suyuthi dla’if. Al Munawi tidak memberikan
komentar. Lihat: Al Faidl (4/536).
Berkata Syaikh Al Albani dalam Dlaif al-Jami’ (4140),
“Dla’if.”
Dari Ali RA, Rasulullah SAW bersabda, “Al Qur’an itu
obat.”
(H.R. Al Qudla’i).71
عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه
َ ُ ْ أ َه:وسلم قال
.ة َ ْ ل ال
ِ ّ جن ِ ْعرَفاُء أه ِ ل ال ُْقْرآ
ُ ن
Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Pemilik Al
Qur’an adalah pemimpin penghuni surga.”
(H.R. Adl Dliyâ’).72
71
As Suyuthi berkata dalam al-Jami’ (6287), “Diriwayatkan
oleh As Sijziy dalam al-Ibanah dan Al Qudla’i dari Ali.
Menurut As-Suyuthi dla’if.
Berkata Syaikh Al Albani dalam Dlaif al-Jami’, “Dla’if.”
Lihat: Musnad Asy-Syihab (1/28). Di dalam sanadnya ada Al
Hasan bin Rasyiq yang disebutkan Adz Dzahabi dalam Adl
Dlu’afâ’ (kumpulan orang-orang dla’if). Adz Dzahabi
berkata, “Tsiqah (kuat hafalannya). Namun, Abdul Ghani
menganggapnya lemah.” Di dalam sanadnya juga ada Su’ad
yang disebutkan Adz Dzahabi dalam Dzail adl-Dlu’afa, dan
ia berkata, “Berkata Abu Hatim, ‘Su’ad itu syiah, dan
tidak kuat hafalannya.’” Aku mengatakan: Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Ibnu Majah nomor (3501 dan 3533) dengan
lafal: ‘Sebaik-baik obat adalah Al Qur’an’. Di dalam
sanadnya ada Al Harits Al A’war, seorang yang dla’if.
Makna Hadits: Al Qur’an adalah obat yang manjur untuk
segala penyakit hati, seperti keyakinan-keyakinan yang
buruk dan keragu-raguan yang mematikan “Dan tidakkah
dengan berdzikir kepada Allah niscaya hatimu tenteram.”
Begitu pula, bisa menjadi obat untuk penyakit badan
dengan cara “Ruqyah”. “Dan Kami turunkan dari Al Qur'an
suatu yang menjadi penawar.”
Penulis berkata:
“Selesai penulisan empat puluh hadits, dan hanya Allah-
lah satu-satunya penolongku.”
DAFTAR ISI:
Pendahuluan
Biografi penulis
Tuhanku tambahlah aku ilmu
HADITS pertama s/d
HADITS keempat puluh
72
Demikian yang terdapat dalam manuskrip. Sedangkan yang
di al-Jami’ ash-Shaghir nomor (2767): “Diriwayatkan oleh
Al Hakim dan At Tirmidzi dari Abu Umamah al-Bahili.
Menurut As Suyuthi dla’if. Begitu pula yang dikatakan
oleh Syaikh Al Albani dalam Dla’if al-Jami’ nomor
(2106).
Pemilik Al Qur’an adalah para penghafalnya yang
melaksanakan hukum-hukumnya.
Berkata Al Munawi, “Di dalam hadits ini terdapat
pengertian, bahwa di surga terdapat pemimpin dan
panglima. Maka pemimpian penduduk surga adalah para nabi,
sedangkan panglimanya adalah para Qari’.”