Anda di halaman 1dari 9

AKBAR MAS ARIYAFI

T20181365

BAB I
A. Pengertian Tilawah Al-Qur‟an
Tilawah Al-Qur‟an berasal dari kata Tilawaħ dan Al-Qur‟an. Tilawaħ menurut
kamus besar bahasa indonesia memiliki arti pembacaan (ayat AlQur‟an) dengan baik dan
indah.Tilawaħ menurut istilah seperti yang diungkapkan Ziad Khaled Moh alDaghameen
dalam tulisannya “Al-Qur‟an: Between The Horizons of Reading and Recititation”, yang
dikutip oleh Harun, menyebutkan bahwa tilawaħ adalah mengikuti petunjuk dan aturan-
aturan kitab suci.1
B. Keutamaan Tilawah Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan mukjizat yang diturunkan oleh Allah swt kepadaNabi
Muhammad saw lengkap dengan lafal dan maknanya dari Allah swt. Di antara keutamaan
Tilawah dan mempelajari Al-Qur‟an ialah sebagai berikut:
1. Membaca Al-Qur‟an baik ketika menjalankan sholat maupun di luar menjalankan sholat
tetap mendapat pahala karena membaca Al-Qur‟an merupakan ibadah kepada Allah swt.44
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt di dalam surat Fathir ayat 29-30
2. Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur`an termasuk insan
yang terbaik, bahkan ia akan menjadi Ahlullah (keluarga Allah).10 Rasulullah saw bersabda
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkanya”. (HR
Bukhari).
3. Orang yang bertilawah Al-Qur‟an akan mendapatkan syafaat dari AlQur`an pada hari
kiamat. Seperti dalam sabda Nabi saw, “Bacalah AlQur`an, sesungguhnya ia akan datang
pada hari kiamat memberikan syafaat bagi pembacanya”. (HR. Muslim, dari Abu Umamah
Al-Bahili).2
C. Konsep Tilawah dalam Al-Qur‟an

1
Munawwir, ahmadwarson. Al munawwir kamus arab-indonesa, (Surabaya: pustaka progresif,1997)h.138
2
Gus arifin, membuka pintu rahmat dengan membaca alquran, (Jakarta:zikrul hakim ,2009) h.81
Kata tilawah dengan berbagai derivasi dan variasi maknanya dalam AlQur‟an
terulang/disebutkan sebanyak 63 kali dalam Al-Qur‟an. Kata tilawah ini dalam beberapa
kitab seperti dalam Al-Mishbah Al-Munir fi Gharib AsySyarh Al-Kabir, Al-Shahib Ibn
„Ibad dalam Al-Muhith fi Al-Lughah, Ibnu Mandhur dalam Lisanul-„Arab,dan dalam
Mukhtar Al-Shihah, secara
leksikal/harfiah mengandung makna "bukan sekedar” membaca (qira‟ah).Kalau kita
cermati kata yatluu atau sebagai kata kerja tilawah dalam AlQur‟an, maka obyek bacaannya
adalah ayat-ayat atau kitab suci Al-Qur‟an yang pasti terjamin kebenarannya.
1. Tilawah dalam Surah al-Baqarah ayat 121
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”
Maksud dari ayat ini adalah, ketika orang-orang yang telah Allah berikan kepada
mereka mereka Al-kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, mereka membacanya dengan
sebaik-baiknya dan mengikuti kandungannya dengan sebenar-benarnya, mengimani semua
yang terkandung di dalamnya, dan juga beriman kepada para utusan Allah, termasuk
beriman kepada penutup mereka yaitu rasul dan nabi kita Muhammad saw, tidak mengganti
dan mengubah-ubah apa yang ada di dalamnya. Mereka itulah orang-orang yang beriman
kepada Nabi Muhammad saw dan kepada apa yang diturunkan kepadanya.
Dalam tafsir Al-Muyassar, ayat ini berbicara tentang sebagian ahli kitab yang
mengetahui isi kandungan kitab-kitab suci yang diturunkan kepada mereka dan diikuti
dengan sungguh-sungguh, sesungguhnya mereka itu menemukan tanda-tanda di dalam
kitab suci tersebut yang menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad saw.Oleh karena itulah
mereka bergegas menyatakan iman kepadanya. Sedangkan sebagian ahli kitab lainnya
bersikeras untuk mempertahankan kekafiran sehingga mereka menjadi orang-orang yang
merugi. Dalam Tafsir Al-Mukhtashar asuhan Shalih bin Abdullah bin Humaid,
Imam Masjidil Haram kalimat‫ لَ ِح ِهتَ َىالِت ُُهَىًُ ْلتَي‬yaitu mereka yang membaca alKitab
dengan bacaan yang sebenarnya) Yakni dengan mengikuti dan mengamalkannya, mereka
menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya, serta tidak mengubah dan menggantinya.
Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir al-Wajiz, menafsirkan kata “tilaawah(disini) dengan
makna mengikuti. Mereka menghalalkan yang halalnya dan mengharamkan yang
haramnya, mereka melaksanakan ayat yang jelas (muhkam) dan beriman kepada ayat yang
tidak jelas (mutasyabih).
D. Hubungan Konsep Tilawah dalam Pendidikan Islam
hubungan konsep tilawah terhadap pendidikan: Pertama, terkait pendidikan Islam,
ayat pada surah al-Anfal ayat 2 ini memiliki hubungan kegiatan tilawah al-qur‟an dengan
ketenangan jiwa. Kedua, dalam membaca, tidak bisa lepas dari metode membaca Al-Qur‟an
yang berbeda, namun memiliki korelasi satu sama lain, sehingga tidak bisa dilepaskan atau
dipergunakan secara parsial tanpa melibatkan lainnya. Ketiga, semua kata tilawah dalam
ayat Al-Qur‟an dibarengi dengan penyebutan kitab, ayat yang sudah pasti. Bisa dilihat dari
empat ayat yang sudah diuraikan sebelumnya.
BAB II
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj
bin Minhal dari Syu‟bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa‟ad bin Ubaidah dari Abu
Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ْْ ‫ َو َعلَّ َو ْهُ ْالمُزْ آىَْ تَ َعلَّ َْن َه‬.
ْ‫ي َخ ْي ُز ُك ْن‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi
yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
َ ْ‫ي أَف‬
ْ‫ضلَ ُك ْْن إِ َّى‬ ْْ ‫ َوعَلَّ َو ْه ُ ْالمُزْ آىَْ تَ َعلَّ َْن َه‬.
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an
dan mengajarkannya.”
Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim
menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar
Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat
membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an
itu sendiri. Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan kepada
Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an adalah sumber pertama
dan acuan utama dalam ajaran Islam. Karena keutamaan yang tinggi inilah, yang membuat
Abu Abdirrahman As-Sulami –salah seorang yang meriwayatkan hadits ini– rela belajar
dan mengajarkan Al-Qur`an sejak zaman Utsman bin Affan hingga masa Al-Hajjaj bin
Yusuf Ats-Tsaqafi.3
Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an.
Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya,
atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting
dipelajari, namun hadits ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih
utama. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum

3
https://sitbinainsani.sch.id/20177/07/15/keutamaan-belajar-dan-mengajar-al-quran/
tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an
diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai
membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
‫ى ْال َوا ِه ُْز‬ ِْ ‫ى لَ ْهُ شَاقْ َعلَ ْي ِْه َوهُ َْى فِي ِْه َويَتَتَ ْعتَ ُْع ْالمُزْ آىَْ يَ ْم َزْأُ َوالَّ ِذي ْالبَ َز َرِْة ْال ِك َز‬
ِْ ‫ام ال َّسفَ َزِْة َه َْع بِ ْالمُزْ آ‬ ِْ ‫ أَجْ َزا‬. (‫)عليه هتفك‬
“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan
patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat
melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq Alaih)
Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa Ta‟ala untuk membaca Al-
Qur`an dengan tartil,
‫ تزتيال المزءاى ورتل‬. (‫ الوزهل‬: (4)
“Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.” (Al-Muzzammil: 4)
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara
membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-
ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain
adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an
lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara
berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan
Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini.
BAB III
Keutaman membaca alquran Sebelum membaca Al-Qur'an kamu perlu mengetahui
terlebih dahulu keutamaan yang akan kamu peroleh ketika membaca Al-Qur'an, berikut
adalah keutamaannya:
 Al-Quran adalah dzikir yang utama,
 Al-Quran akan memberikan syafaat bagi pembacanya di hari kiamat,
 Membaca 1 huruf Al-Quran akan memperoleh 10 kebaikan,
 Orang yang mahir membaca Al-Quran akan bersama para malaikat,
 Pembaca Al-Quran seperti orang yang bersedekah,
 Rahmat dan ketentraman akan turun ketika berkumpul membaca Al-Quran,
 Pembaca Al-Quran diibaratkan seperti buah utrujah yang luarnya wangi dan
dalamnya manis,
 Membaca satu dua ayat Al-Quran lebih baik daripada memperoleh satu atau dua
ekor unta yang besar,
 Tanda cinta kepada Allah SWT adalah dengan mencintai Al-Quran.
Adab membaca alquran. Setelah mengetahui keutamaannya, hal selanjutnya yang perlu
kamu ketahui adalah adab dalam membaca Al-Qur'an agar tidak salah saat melakukannya.
Dilansir dari kanal YouTube Yufid.TV - Pengajian & Ceramah Islam, berikut adab-
adabnya:4
 Dianjurkan untuk bersuci dari hadats, memakai pakaian yang sopan, dan
membersihkan gigi sebelum membaca Al-Quran
 Sebelum mulai membaca Al-Qur;an, penting untuk bersuci terlebih dahulu agar
bebas dari hadats yang sedang menempel di badan kita. Jangan lupa untuk
menggunakan pakaian yang sopan serta membersihkan gigi sebelum memulai.
Seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini:

4
https://www.popmama.com/life/health/anisyah-hani-safitri/berikut-keutamaan-dan-adab-membaca-al-
quran
“Aku tidak menyukai menyebut nama Allah, kecuali dalam keadaa suci.” (HR. Ahmad, Abu
Daud)
 Dianjurkan menghadap kiblat
 Untuk posisi membaca Al-Qur'an, posisi yang bagus untuk membaca Al-Qur'an
adalah dengan menghadap kiblat. Seperti hadist berikut ini:
“Majlis (posisi duduk) yang paling mulia adalah majlis yang menghadap kiblat.” (HR.
Thabrani)
Membaca ta‟awudz ketika memulai membaca Al-Qur‟an. Untuk menandai
mulainya membaca Al-Qur'an, baiknya membaca ta'awudz sebagai bentuk perlindungan
kepada Allah dari segala godaan setan saat membaca Al-Qur'an. Seperti yang dijelaskan
dalam ayat Al-Qur'an berikut ini:
“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
 Hendaknya konsentrasi dan berusaha merenungi setiap apa yang dibaca
 Saat membaca Al-Qur'an, penting untuk memfokuskan pikiran agar kita
berkonsentrasi dengan apa yang sedang kita baca dan dapat merenungi segala
maknanya. Seperti yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur'an berikut ini:
“Mengapa mereka tidak merenungkan kandungan makna Al-Qur’an ataukah hati mereka
terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
 Berusaha khusyuk memusatkan hati hingga perasaan terbawa sesuai dengan apa
yang kita baca. Jika kita membaca Al-Qur'an dalam kondisi khusyuk, kita dapat
memaknai segala apa yang kita baca sehingga dapat membawa suana hati menjadi
tenang. Seperti yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur'an berikut ini:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman iadalah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman merek.”
(QS. Al-Anfal: 2)
 Boleh membaca Al-Qur‟an sambil berdiri, di atas kendaraan, atau berbaring. Dalam
membaca Al-Qur'an, kamu dapat membacanya dalam posisi duduk, berdiri, atau
berbaring sekalipun asalkan dengan kondisi yang suci. Seperti yang dijelaskan
dalam ayat Al-Qur'an berikut ini:
“Yaitu mereka yang selalu mengingat Allah ketika berdiri, duduk, dan ketika berbaring.
Mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi.” (QS. Ali Imran: 191)
 Berusaha membaca dengan benar, jelas, dan dengan suara bagus. Dalam membaca
Al-Qur'an, jangan terburu-buru. Kamu harus membacanya dengan suara yang pelan
dan jelas pada setiap hurufnya. Jika kamu masih terbata-bata, kamu tak perlu
menggunakan irama yang bagus saat membacanya, yang penting bacaan kamu
masih terdengar jelas dan benar. Seperti yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur'an
berikut ini:
“Bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (QS. Al-Muzammil: 4)
“Yang dimaksud membaca dengan tartil adalah membacanya dengan pelan, jelas setiap
hurufnya.” (Tafsir Ibu Katsir, 8/250)
 Tidak membaca terlalu keras sehingga mengganggu orang lain yang sedang salat
atau yang sedang tidur. Jangan pernah membaca Al-Qur'an dengan suara yang
terlalu keras apalagi hal tersebut dapat mengganggu orang yang sedang salat atau
berisirahat. Sebagai manusia, kita harus saling menghargai satu sama lain di hidup
ini. Seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini:
“Orang yang salat itu bermunajat dengan Tuhannya, maka perhatikanlah bacaan yang dia
gunakan untuk bermunajat. Dan janganlah saling berlomba mengeraskan bacaan.” (HR.
Malik)
Rasulullah SAW telah melarang mengkhatamkan Al-Qur‟an kurang dari tiga hari.
Untuk kamu yang masih belajar, jangan khatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari karena
kamu akan sulit untuk memahaminya. Bacalah pelan-pelan sambil memahami arti yang
kamu baca agar menambah ilmu dalam kehidupan. Seperti yang dijelaskan dalam hadist
berikut ini:
“Orang yang membaca Al-Qur’an kurang dari tiga hari maka tidak akan dapat
memahaminya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)
 Melakukan sujud tilawah ketika melewati ayat sajadah. Jika melewati ayat sajadah,
jangan lupa untuk melakukan sujud tilawah. Seperti yang dijelaskan dalam hadist
berikut ini:
“Wajahku bersujud kepada Tuhan yang telah menciptakanku, yang memberi pendengaran
dan penglihatanku, dengan daya dan upaya-Nya.” (HR. Nasai, Abu Daud)
Demikian keutamaan dan adab saat membaca Al-Qur'an.

Anda mungkin juga menyukai