A. HAKIKAT ADAB
1. Hakikat adab
Acap kali kata adab terlintas di beragam referensi atau terucap dari
petuah bijak seseorang, tetapi apa sebenarnya definisi dan makna dari
adab itu sendiri?
Dalam bahasa Arab, kata adab merupakan bentuk kata benda dari kata
kerja adaba yang berarti kesopanan, sopan santun, tata krama, moral,
nilai-nilai, yang dianggap baik oleh masyarakat.
Untuk dicintai oleh Allah, segala sesuatu dilakukan harus bersih dan
terpuji. Sebab itu, adab merupakan bagian dari keseluruhan kegiatan
ibadah.
Dalam kasus berdoa sebagai contoh, ada beberapa adab yang mesti
diperhatikan oleh Muslim. Ini dengan tujuan agar doa tersebut
dikabulkan oleh Tuhan.
2. Hakikat Al-Qur`ân
Menurut peneliti bahasa Al-Qur`an, lafal “al-Qur`ân” dapat bermakna
menggabungkan/kompilasi (qarana), bacaan (qirâ`atan), atau “pasangan-
pasangan” dan “konteks” (kata benda plural dari qarînat;qarâin) karena
ayat-ayatnya saling amengkonfirmasi atau menyerupai satu sama lain.(3)
Menurut Muhammad Ibrahim al-Juyûsyî, lafal “al-Qur’ân” secara morfologis
merupakan bentuk kata “fu’lân” (seperti lafal “gufrân”) adalah bentuk
mashdar (hasil derivasi kata kerja menjadi kata benda yang tidak terikat
waktu) bermakna al-jam’u (kumpulan) karena ia mengandung berbagai
kumpulan ayat dan surat, juga ~berdasarkan riwayat Ibnu al-Jarîr al-
Thabarî (310 H) bahwa Al-Qur’an juga mengumpulkan berbagai ayat yang
telah diturunkan sebelumnya dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil, bahkan
melengkapinya dengan “al-mufasshal”(4). Cukup banyak teks Al-Qur`an
yang menunjukan kedua makna tersebut, diantaranya lafal Al-Qur`an
dengan makna “bacaan” juga tertulis dalam Q.S. al-Qiyâmah/75:18,9(5)
dan lafal Al-Qur`an (atau Qur`ân) sebagai “kumpulan” terdapat dalam Q.S.
al-Isrâ`:
1. Meyakini bahwa Al-Qur’an itu benar dan tidak ada keraguan di dalamnya.
Allah berfirman,
Keyakinan dan tidak adanya keraguan adalah adab pertama bagi setiap Muslim
kepada Al-Qur’an.
2. Mempelajari Al-Qur’an
Setelah kita mampu membaca Al-Qur’an, maka adab kita selanjutnya adalah
mempelajari apa yang ada di dalamnya. Belum sempurna jika kita hanya membaca
Al-Qur’an tetapi tidak tahu makna yang terkandung didalamnya.
Al-Qur’an masih berisi syariat Islam yang global. Belum ada perincian yang
membahas detail dalam masalah tata cara beribadah. Untuk memperjelas syariat
yang global tersebut, maka Rasulullah dengan hadist yang beliau sabdakan
memperjelas dan memperinci segala hal yang masih terkesan global dalam Al-
Qur’an.
Sungguh naif jika ada seseorang yang mengaku Muslim dan mengaku Al-Qur’an
adalah pedoman hidupnya tetapi tidak mampu membaca Al-Qur’an. Apakah jadinya
jika seseorang tidak mampu membaca kitab pedoman hidupnya? Sudah dapat
dipastikan, hidupnya akan terombang-ambing dan orientasi hidupnya tidak jelas
untuk apa dan siapa. Padahal Allah –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
Al-Qur’an berisi petunjuk yang menunjukkan perbedaan antara yang hak dengan
yang batil. Apa jadinya jika kita tidak mampu membaca Al-Qur’an?
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah sarat pahala yang paling mudah dilakukan.
Rasulullah mengabarkan bagaimana pahala seseorang yang membaca Al-Qur’an.
Bahkan, Al-Qur’an nanti akan datang pada hari kiamat dan memberi syafaat bagi
pembacanya
Jadi, sangatlah merugi seorang Muslim yang tidak mampu membaca Al-Qur’an.
Padahal Allah telah menjamin mudahnya belajar membaca Al-Qur’an
Pengamalan ilmu adalah sebuah apresiasi yang harus dilakukan seseorang yang
telah berilmu. Tidak berguna jika ada orang yang telah mempelajari Al-Qur’an tetapi
tidak pernah mengamalkannya.
Allah berfirman:
ان َخ ْيرًا لَّهُ ْم َوأَ َش َّد تَ ْثبِيتًا َ َُولَ ْو أَنَّهُ ْم فَ َعلُوا َما يُو َعظ
َ ون بِ ِه لَ َك
“Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada
mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih
menguatkan (iman mereka).” (QS. An-Nisaa: 66)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pun menambahkan ancaman bagi yang tidak
mengamalkan ilmunya.
Jadi, telah jelas bahwa mengamalkan ilmu yang telah dipelajari menjadi sebuah
keharusan dan kewajiban.
Adab yang terakhir adalah mengajarkan dan mendakwahkan apa yang ada di dalam
Al-Qur’an. Inilah tugas utama setiap Muslim untuk mendakwahkan syariat Islam.
Mengajarkan Al-Qur’anul Karim serta menjelaskan (maknanya) kepada manusia
adalah termasuk di antara amalan-amalan yang paling utama. Juga, sebaik-baik
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang mana, orang
yang mengajarkan dan mempelajarinya akan mendapatkan kebaikan Dunia dan
Akhirat.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyAllahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
Dan pengajaran (mengajarkan) Al-Qur’an adalah salah satu pintu yang agung di
antara pintu-pintu dan bidang-bidang dakwah ke jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Bahkan para pengajar Al-Qur’an dan orang yang mengamalkannya adalah termasuk
manusia pilihan dari umat ini, sehingga ia menjadi manusia pilihan di antara pilihan,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
BAB lll
Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian
begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu hafal Al Quran.”
” Dari Abdullah Bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari Nabi Shallallahu ‘alayhi
wasallam Baginda bersabda: ” bacalah Al Qur’an kerana Allah tidak akan menyiksa
hati orang yang hafal Al Qur’an. Sesungguhanya Al Qur’an ini adalah hidangan
Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai
Al Qur’an maka hendaklah ia bergembira.”
“Dari Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu Bahawa Nabi Shallallahu ‘alayhi
wasallam menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam perang uhud
dalam satu liang lahad. Kemudian nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam bertanya, “dari
mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Qur’an?” apabila ada orang yang
dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam
memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad.”
َۙوالضُّ ٰحى
1. Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah),
ٰ ك فَتَ ۡر
ؕضى َ َولَ َس ۡو
Rَ ف ي ُۡع ِط ۡي
َ ُّك َرب
5. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi
puas.
ك فَ َح ِّد ۡث
َ َِّواَ َّما بِنِ ۡع َم ِة َرب
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).
َ ۙ ص ۡد َر
ك َ اَلَمۡ نَ ۡش َر ۡح لَـ
َ ك
1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
َ ۙ ك ِو ۡز َر
ك َ ض ۡعنَا َع ۡن
َ َو َو
2. dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,
َ ك ِذ ۡك َر
ؕك َ َو َرفَ ۡعنَا لَـ
4. dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.
ص ۡ ۙب
َ ت فَ ۡان
َ فَاِ َذا فَ َر ۡغ
7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain),
َ ُّاِ ۡق َر ۡا َو َرب
ك ااۡل َ ۡك َر ۙ ُم
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
ؕص ٰلّى
َ َع ۡب ًدا اِ َذا
10. seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat
ُ َسنَ ۡد
َع ال َّزبَانِيَة
18. Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, (penyiksa orang-orang yang berdosa),
َ َو َم ۤا اَ ۡد ٰرٮ
ؕك َما لَ ۡيلَةُ ۡالقَ ۡد ِر
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
ِ لَ ۡيلَةُ ۡالقَ ۡد ِر ۙ َخ ۡي ٌر ِّم ۡن اَ ۡل
ؕف َش ۡه ٍر
3. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
َكةُ َوالرُّ ۡو ُح فِ ۡيهَا بِا ِ ۡذ ِن َربِّ ِه ۚمۡ ِّم ۡن ُك ِّلRِتَنَ َّز ُل ۡال َم ٰلٓ ِٕٕٮ
اَمۡ ٍر
4. Pada malam itu turun para malaikat dan Rµh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua
urusan.
ۙ ص ۡي َن لَـهُ ال ِّد ۡي َن لخۡ م وم ۤا اُمر ُۡۤوا ااَّل لي ۡعبُ ُدوا هّٰللا
ِ ِ ُ َ َِ ِ ِ َ َ
ك ِد ۡي ُن َ ُِحنَفَٓا َء َويُقِ ۡي ُموا الص َّٰلوةَ َوي ُۡؤتُوا ال َّز ٰكو ةَ َو ٰذل
ۡالقَيِّ َم ِة
5. Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus (benar).
ث اَ ۡخبَا َرهَا
ُ ٍذ تُ َح ِّدRِيَ ۡو َم ِٕٕٮ
4. Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,
ك اَ ۡو ٰحى لَهَا
َ َّبِا َ َّن َرب
5. karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya.
فَاَثَ ۡر َن بِ ٖه نَ ۡق ًعا
4. sehingga menerbangkan debu,
ِ فَهُ َو فِ ۡى ِع ۡي َش ٍة ر
َّاضيَ ٍة
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang).
ِ َفَا ُ ُّم ٗه ه
ٌاويَة
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
َ َو َم ۤا اَ ۡد ٰرٮ
ك َما ِهيَ ۡه
10. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
ٌنَا ٌر َحا ِميَة
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
ف تَ ۡعلَ ُم ۡو ۙ َن
َ َكاَّل َس ۡو
3. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
َ َو َم ۤا اَ ۡد ٰرٮ
ُك َما ۡال ُحطَ َمة
5. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hu¯amah itu?
ۡ َاَلَمۡ يَ ۡج َع ۡل َك ۡي َدهُمۡ فِ ۡى ت
ضلِ ۡي ۙ ٍل
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
َ ِفَ ٰذل
ك الَّ ِذيْ يَ ُد ُّع ْاليَتِ ْي َم
2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
ۡ هّٰللا
اس يَ ۡد ُخلُ ۡو َن فِ ۡى ِد ۡي ِن ِ اف َوا ًجا
َ َ َّت الن
َ َو َراَ ۡي
2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
َّ هّٰللَا ُ ال
ُص َمد
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
ِۙ َب ۡالفَل
ق ِّ قُ ۡل اَ ُع ۡو ُذ بِ َر
1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
ِ ۙ ََّملِ ِك الن
اس
2. Raja manusia,
ِۙ َّاِ ٰل ِه الن
اس
3. sembahan manusia,