Anda di halaman 1dari 10

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER UTAMA

AJARAN ISLAM

NAMA: ALVIRA KUMALA PUTRI


NIM: 1941010001
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Secara etimologis, al-Qur’an dalam Bahasa Arab diambil
dari kata ‫( قــرـا‬qara-a) artinya membaca. Seperti yang
tertuang dalam firman Allah: ‫ـعل َيْنَاـ َجـ ْم َع ُهـ‬ َ ‫اِنَّا‬
‫ َفــاـِذَاقَ َرـْأ َن ُﻩ َفــاتّـَ ِب ْعـ ُقـ ْرـآن َ ُهـ‬٬‫ َوـقُ ْرـاـۤن َ ُهـ‬. Sesungguhnya atas
tanggungan Kami-lah mengumpulkannya di dadamu dan
membuatmu pandai membaca. Apabila Kami telah selesai
membacanya ikutilah bacaannya itu. (QS. al Qiyamah:17-
18).
 Menurut Syaltut, al-Qur’an adalah lafaz Arabi yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, dinukilkan kepada kita secara
mutawatir.
 Al-Syaukani mengartikan al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tertulis dalam
mushaf, dinukilkan secara mutawatir. Menurut Ibn Subku
mendefinisikan al-Qur’an adalah  lafaz yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, mengandung mu’jizat setiap
suratnya, yang beribadah membacanya.
 Dari definisi di atas dapat ditarik suatu rumusan mengenai
definisi al-Qur’an, yaitu lafaz berbahasa Arab yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, yang dinukilkan secara
mutawatir.
PENTINGNYA ASBABUN NUZUL AL-
QUR’AN
Begitu pentingnya asbabun nuzul dalam memahami ayat
Al-Qur’an ditegaskan oleh Imam al-Wahidi:
‫ال يمكن معرفة تفسير األية دون الوقوف على قصتها وبيان نزولها‬
“Seorang tidak akan mengetahui tafsir (maksud) dari suatu
ayat tanpa berpegang pada peristiwa dan konteks turunnya
ayat. (Jalalud Din as-Syuyuti, Lubâb an-Nuqûl fî Asbâbin
Nuzûl, Beirut: Darl al-Kutub al Ilmiah, 1971, hal. 3)
Pandangan al-Wahidi memberikan pengertian bahwa asbabun nuzul yang melatar belakangi
turunnya ayat adalah salah satu komponen penting yang harus diperhatikan bagi orang yang
ingin memahami maksud Al-Qur’an, dan peringatan bahwa belajar Al-Qur’an tidak cukup
hanya membaca terjemahan atau belajar sendiri dari teks-teks terjemahan. Karena tidak
semua terjamahan atau kitab tafsir memuat asbabun nuzul secara keseluruhan, sehingga
potensi untuk salah paham akan besar.

Lantas bagaimana cara mengetahui asbabun nuzul dari suatu ayat, dan
kepada siapa kita bisa merujuknya?
Para ulama bersepakat ada dua metode untuk mengetahui asbabun nuzul; pertama, melalui jalur riwayat
(transmisi). Kedua, melalui jalur mendengarkan riwayat langsung dari para sahabat yang menyaksikan
peristiwa turunnya wahyu (Jalalud Din as-Syuyuti, Lubâb an-Nuqûl fî Asbâbin Nuzûl, Beirut: Darl al
Kutub al Ilmiah, 1971, hal. 4). Metode pertama menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengetahui
peristiwa konteks turunnya Al-Qur’an tetapi dengan periwayatan yang panjang, dan hanya bisa
didapatkan dari orang yang tsiqah, dlabith dan ‘adil. 
Sedangkan metode kedua, hanya orang tertentu yang bisa mengetahui, karena berkaitan
dengan masa sahabat. Sehingga dapat dipastikan hanya sahabat awal yang mengetahui
peristiwa wahyu, seperti turunnya QS al-Baqarah 120 yang menjelaskan tentang jima’.
Sahabat Jabir meriwayatkan bahwa orang Yahudi mempunyai anggapan bahwa laki-laki
yang mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya dari belakang akan mendapatkan anak cacat
(mata juling), sehingga turun ayat tersebut. Wallahu A’lam bi al Shawab
ISI AL-QUR’AN
 ISI
Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum, Sejarah & Dorongan
Untuk Berfikir – Garis Besar / Inti Sari Al-Quran
 Tujuan
 Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh
manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan
dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
 Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan
menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus
diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual
atau kolektif.
 petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan
menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “Al-Quran adalah
petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus ditempuh
demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”
FUNGSI AL-QUR’AN

 Sebagai sumber ajaran Islam.


 Sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam menjalani
kehidupan yang lebih baik.
 Sebagai rahmat bagi seluruh semesta alam.
 Sebagai pembaca antara yang baik dan yang batil.
 Sebagai peringatan dan penyejuk.
 Sebagai panduan dalam menyelesaikan sesuatu yang timbul
ditengah masyarakat.
 Sebagai mu’jizat terbesar dari Nabi Muhammad saw.
 Sebagai penutup wahyu-wahyu yang diturunkan Allah swt
kepada para Nabi dan Rasulnya.
AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER UTAMA
HUKUM
Allah menurnkan Al-qur’an kepada umat islam manusia
melalui Nabi Muhammad saw sebagai kitab suci terakhir
untuk dijadikan pedoman hidup. Al-qur’an yang tidak ada
keraguan sedikit pun didalamnya mengandung petunjuk-
petunjuk yand dapat menyinari seluruh isi alam ini.
Sebagi kitab suci sepanjang zaman, Al-qur’an memuat
informasi mengenai
hukum,etika,science,antariksa,kedokteran, dan sebaginya.
Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa kandungan Al-
qur’an bersifat luas dan luwes.
Pada zaman Rasulullah, sumber hukum islam ada dua yaitu
Al-qur’an dan As-Sunnah. Rasulullah selalu menunggu
wahyu untuk menjelaskan sebuah kasus tertentu, namun
apabila wahyu tidk turun, maka beliau menetapkan hukum
tersebut melalui sabdnya, yang kemudian dikenal sebagai
Hadist.
Sebagi sumber hukum pertama dan utama, Al-Qur’an
berperan penting dalam rangka penetapan hukum islam
terutama setelah meninggalnya Rasulullah SAW

Anda mungkin juga menyukai