Anda di halaman 1dari 4

Nama : Meli Ismaya

Nim : 2030921001
Mata Kuliah : Tajwidz

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Teruntuk kaum muslim,
membaca Al-Quran menjadi salah satu ibadah wajib. Bukan hanya sekadar
membacanya saja, tetapi juga mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari
juga patut dilakukan bersamaan.

Tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk atau pedoman


hidup bagi orang-orang yang bertakwa, menjadi kabar gembira sekaligus
peringatan, dan sebagai penyembuh dalam kehidupan para umat umatnya.

Syekhul Islam Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi


dalam kitabnya, Riyaadhus-Shaalihiin, membuat bab khusus tentang Keutamaan
Membaca Al-Qur'an, di antaranya:

Pertama, Al-Qur’an akan menjadi syafaat atau penolong di hari kiamat


untuk para pembacanya.

‫ « اْق َر ُؤا الُق ْر آَن‬: ‫ سِم عُت رسوَل ِهَّللا َص ّلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلم يقوُل‬: ‫عن َأبي ُأماَم َة رضي هَّللا عنُه قال‬ .1
‫فِإَّنُه َيْأتي َيْو م القيامِة َش ِفيعًا ألْص حاِبِه » رواه مسلم‬

Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-
Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya
di hari kiamat.” (HR. Muslim);

2. Kedua, orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an merupakan


sebaik-baik manusia.

‫ « َخ يرُك م َم ْن َتَع َّلَم‬: ‫ قاَل رسوُل ِهَّللا َص ّلى ُهللا َع َلْي ِه وَس َّلم‬: ‫عن عثماَن بن عفاَن رضَي هَّللا عنُه قال‬
‫الُقْر آَن َو عَّلمُه » رواه البخاري‬

Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian
adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi);

3. Ketiga, untuk orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kelak ia


akan bersama para malaikat-Nya;
‫ « اَّل ِذ ي َيقَر ُأ الُق ْر آَن َو ُه و‬: ‫ قال رسوُل ِهَّللا َص ّلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلم‬: ‫عن عائشة رضي هَّللا عنها قالْت‬
. ‫ماِه ٌر ِبِه مَع الَّس َفرِة الكَر اِم البرَرِة » متفٌق عليه‬

Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang
membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama
para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim);

4. Keempat, untuk mereka yang belum lancar dalam membaca dan


mengkhatamkan Al-Qur’an, tidak boleh bersedih, sebab Allah tetap
berikan dua pahala.

‫« َو ٌاَلِذ ي َيُقرٌا الُقراَن َو َيَتَتعَتُع ِفيه َو ُهَو َع َليِه َش اٌق َله َاَج ران » متفٌق عليه‬

Rasulullah bersabda, “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia


masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan
mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim);

5. Kelima, Al-Qur’an dapat meningkatkan derajat kita di mata Allah.

‫ « ِإَّن هَّللا يرَفُع ِبهَذ ا الكتاب‬: ‫عن عمَر بن الخطاِب رضي هَّللا عنُه َأَّن الَّنِبَّي َص ّلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلم قال‬
‫َأقوامًا ويَض ُع ِبِه آَخرين » َر َو اُه ُم ْس ِلُم‬

Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya


Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-
Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang
lain.” (HR. Muslim);

Dalam literatur hadis lain, dijelaskan juga tentang keutamaan membaca


Al-Qur'an. Antara lain, bahwa Allah akan menurunkan ketenangan, rahmat
dan memuji suatu kaum yang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, serta
malaikat akan melingkarinya.

‫ « َو َم ا اْج َتَم َع َقْو ٌم ِفي َبْيٍت ِم ْن ُبُيوِت ِهللا َيْتُل وَن‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل هللا‬: ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َو َذ َك َر ُهُم‬،‫ َو َح َّفْتُهُم اْلَم َالِئَك ُة‬،‫ إَّال َنَز َلْت َع َلْيِهُم الَّس ِكيَنُة َو َغ ِشَيْتُهُم الَّرْح َم ُة‬، ‫ َو َيَتَداَر ُسوَنُه َبْيَنُهْم‬،‫ِكَتاَب ِهللا‬
. ‫ُهللا ِفيَم ْن ِع ْنَد ُه » َر َو اُه ُم ْس ِلُم‬

6. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Tidaklah


suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah
(masjid), untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali akan
diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat
Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-
nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para
malaikat).” (HR. Muslim)
7. Selain itu, mengkhatamkan Al-Qur’an adalah amal yang paling dicintai
Allah. Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi dijelaskan:

‫ َو َم ا‬: ‫ َق اَل‬- ‫ اْلَح اُّل اْلُم ْر َتِح ُل‬: ‫ َقاَل َر ُجٌل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأُّي اْلَع َمِل َأَح ُّب ِإَلى ِهَّللا؟ َقاَل‬: ‫َع ْن اْبِن َعَّباٍس َقاَل‬
– 2872 : ‫(رواه الترمذي‬. ‫اْلَح اُّل اْلُم ْر َتِح ُل؟ َقاَل اَّلِذ ي َيْض ِر ُب ِم ْن َأَّو ِل اْلُقْر آِن ِإَلى آِخ ِر ِه ُك َّلَم ا َح َّل اْر َتَحَل‬
)202 : ‫ – صفحة‬10 : ‫ َباب َم ا َج اَء َأَّن اْلُقْر آَن ُأْنِز َل َع َلى َس ْبَعِة َأْح ُر ٍف – الجزء‬- ‫سنن الترمذي‬

8. Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya
kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling
dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini
bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir.
Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi:2872,
Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a annal-Qur’an unzila ‘alaa sab’ati ahruf, juz
10, hal.202)

Al-Qur‟an juga dinamakan dengan cahaya karena ia menerangi


manusia dengan kebenaran dan mengeluarkan mereka dari kegelapan
jahiliyah, keraguan, kesyirikan, kekufuran, akhlak yang tercela dan segala
bentuk maksiat, menuju cahaya ilmu, iman dan akhlak yang terpuji.

Dengan demikian maka tujuan diturunkannya Al-Qur‟an Al-Karim


adalah untuk mengeluarkan manusia dari gelapnya keragu-raguan,
khurafat, taklid, kebodohan dan kesesatan, menuju kepada cahaya tauhid,
kebenaran dan istiqamah di jalan-Nya. Dan Anda jangan heran sekiranya
terjadi dalam kehidupan manusia kerusakan dan kehancuran, jika mereka
memperturutkan hawa nafsu dan tersesat jalannya.

Dengan maksud menyelamatkan manusia dan memberikan hidayah


(petunjuk) kepada mereka, maka Allah Subhanahu wa Ta‟ala
mendatangkan kepada mereka cahaya dan kitab yang terang demi
kemaslahatan mereka di dunia dan di akhirat. Dan Allah Subhanahu wa
Ta‟ala Mahakaya dari (memerlukan) semesta alam. Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Maaidah : 15-16).

Makna Mempelajari dan Mengajarkan Al-Qur’an Mempelajari dan


mengajarkan Al-Qur‟an itu meliputi: (1) mempelajari dan mengajarkan makhraj
(tempat keluarnya) huruf dan (2) mempelajari dan mengajarkan maknanya, dan
inilah yang paling baik dari dua macam pembelajaran dan pengajaran Al-Qur‟an
tersebut, karena sebenarnya kandungan makna itulah yang menjadi tujuan asasi
dari pembelajaran dan pengajaran Al-Qur‟an. Adapun mempelajari dan
mengajarkan makhraj huruf (ilmu tajwid) merupakan sarana untuk mencapai
tujuan tersebut.
Para pendahulu kita dari generasi salaf mengetahui benar kebaikan dan
keutamaan yang menjadi keistimewaan sang pengajar dan pelajar Al-Qur’an,
sehingga mereka berusaha untuk mencapainya: .
Diriwayatkan dari Sa‟ad bin Ubadah Radhiyallahu „anhu, ia berkata:
“Abu Abdurahman mengajarkan (Al-Qur‟an) pada masa Utsman bin Affan hingga
sampai masa Al-Hajjaj.” Abu Abdurrahman As-Sulami mengatakan: “Utsman
itulah yang telah mendudukan aku di kursiku ini.” Abu Abdurahman Abdullah bin
Habib As-Sulami mengajarkan Al-Qur‟an kepada orang banyak di Masjid Kufah
selama 40 tahun, sejak pemerintahan Utsman bin Affan hingga pada pemerintahan
Al-Hajjaj.
Dia pulalah yang meriwayatkan dari Utsman hadits: “Sebaik-baik kalian
adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” Dan makna perkataan
Abu Abdurahman Abdullah bin Habib As-Sulami: “Utsman itulah yang
mendudukan aku di kursiku ini” adalah bahwa hadits Rasulullah Shalallahu `alaihi
wasallam, yang diriwayatkan oleh Utsman Radhiyallahu „anhu yang berbicara
mengenai keutamaan Al-Qur‟an itulah, yang membawa Abu Abdurahman
menduduki kursi sebagai guru Al-Qur‟an, dalam rangka untuk menggapai
kemuliaan itu.
Demikian pula dengan Imam Nafi‟ bin Abdurahman bin Abu Nu‟aim
AlMadani 39 , salah seorang dari tujuh ahli qira‟at yang termasyhur. Dia telah
mengajarkan Al-Qur‟an kepada manusia dalam rentang waktu yang sangat lama,
yaitu lebih dari 70 tahun, karena ia termasuk dalam kelompok ulama yang diberi
usia panjang.
Demikian pula dengan Imam Abu Manshur Al-Khayyath Al-Bagdadi41. Ia
telah banyak mencetak ulama terkemuka di bidang qira‟at. Imam Al-Dzahabi
menggambarkan ulama besar ini dengan ucapannya: “Dia duduk untuk
mengajarkan Al-Qur‟an dalam rentang waktu yang panjang, banyak sekali orang
telah membaca Al-Qur‟an di hadapannya.” Dia juga mengajarkan Al-Qur‟an
kepada 70 orang tuna netra semasa hidupnya karena ridha Allah Subhanahu wa
Ta‟ala, dan dia pula yang membiayai hidup mereka.
Imam Al-Dzahabi berkata: “Barangsiapa yang telah menuntun 70 orang
tuna netra untuk belajar AlQur‟an, maka dia telah mengukir amal baik yang tak
terhitung jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai