Anda di halaman 1dari 80

1 dari 80

BAB I
KEUTAMAAN AL QUR’AN & ADAB MEMBAWANYA

1.1. Keutamaan Membaca Al Qur’an


Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang bernilai ibadah bagi
pembacanya. Yang dimaksud membaca dalam hal ini adalah melafalkan/melantukan
kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al Qur’an. Belum termasuk membaca dalam arti
mengkaji kandungan-kandungan ajaran Al Qur’an. Berikut ini sebagian dalil dari
beberapa dalil tentang keutamaan membaca/melantunkan Al Qur’an yang bersumber
dari kitab suci Al Qur’an maupun hadist, antara lain:
a. Termaktub dalam Q.S. Al-Faathir: 30-31.

‫ذين يتلون كتاب ال وأقاموا الصلة وأنفقوا مما رزقناهم سرا وعلنية‬-‫ ال‬-‫ا ن‬
‫( ليوف@يهم أجورهم ويزيدهم من فضله إنهو غفور‬٢٩) .‫ لن تبور‬1‫يرجون تجارة‬
(٣٠) C‫شكور‬
Artinya:
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami
anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
30. agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri[1259].
b. Hadist nabi riwayat Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim Al-Bukhari
(imam Bukhori) dalam kitab shahihnya.

‫ عليه‬I‫ قال رسول ال صلى ا ل‬:‫ عنه قال‬I‫ رضي ا ل‬P‫ا ن‬-‫وروينا عن عثمان بن عف‬
‫مه (( رواه أبو عبد ال ممد بن إساعيل‬-‫م القرآن وعل‬-‫ )) خيركم من تعل‬:‫م‬-‫وسل‬
.‫بن إبراهيم البخاري ف صحيحه الذي هو أصح الكتاب بعد القران‬
Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil
(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
2 dari 80

Artinya: Dan kami (pengarang kitab Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an)
meriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a berkata: telah bersabda rasul
S.A.W: ((Sebaik-baiknya kamu sekalian adalah orang yang belajar Al
Qur’an dan mengajarkannya)). Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin
Ibrahim Al-Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab shahihnya yang
merupakan paling shahihnya kitab setelah Al Qur’an.

b. Hadist nabi riwayat imam Bukhori dan Qusyairi (Abul Husain Muslim bin Alhujjaj
bin Muslim Annaisaburi) dalam kitab shahih keduanya.

‫ذي‬-‫)) ال‬:‫ قال رسول ال صلى ال عليه وسلم‬: ‫عن عائشة رضي ال عنها قالت‬
‫ذي يقرأ القرآن وهو يتتعتع‬-‫ به مع السفرة الكرام البررة وال‬C‫يقرأ القرآن وهو ماهر‬
‫ له أجران (( رواه البخاري وأبو السي مسام بن الجاج بن‬C‫فيه وهو عليه شاق‬
.‫مسلم )القشيي( النيسابوري ف صحيحهما‬
Artinya: Dari Aisyah, semoga Allah S.W.T meridloinya telah berkata: telah
bersabda Rosul S.A.W: Adapun orang yang membaca Al Qur’an dan mahir
(membacanya) beserta golongan orang-orang yang mulya lagi baik-baik,
dan orang yang membaca Al Qur’an dan terbata-bata (membacanya) karena
kesulitan mendapat dua pahala)).

c. Hadist Qudsi (firman Allah kepada malaikat Isrofil) dalam kitab Mafaatihul Jinaan
(Syaikh Ya'qub bin Sayyid Ali r.a) dengan sanad yang shahih.

‫ل تعالى يا اسرافيل بعزتي وجللي وجودي وكرمي )من قرأ بسم ال الرحن الرحيم‬
I ‫قال ا‬
‫ي قد غفرت له وقبلت منه السنات س‬m‫ واحدة اشهدوا على ان‬1‫ بفاتحة الكتاب مرة‬1‫متصلة‬
‫ئات ول احرق لسانه بالنار واجيره من عذاب القبر والنار وعذاب القيامة‬m‫وتجاوزت عنه السي‬
‫كبر ويلقاني قبل النبياء والولياء اجمعين‬s‫والفزع ال‬
Artinya: Allah SWT berfirman, wahai Isrofil “demi kejayaan, keagungan,
kemurahan dan kemulyaanKu, barang siapa yang membaca

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
3 dari 80

‫ب سم ال الر حن الرح يم‬ disambung dengan Al Fatihah satu kali saja,

saksikanlah bahwa Aku sungguh telah mengampuninya, Aku terima amal-


amal baiknya, aku ampuni dosa-dosanya dan Aku tidak akan membakar
lisannya dengan api neraka, akan Aku selamatkan dia dari siksa kubur,
neraka dan siksa hari kiamat serta bencana yang besar, dia akan bertemu
denganKu lebih dulu sebelum para nabi dan wali.

d. Hadist nabi riwayat imam Muslim berikut ini.

‫ عن رسول ال صلى ال‬,‫ثبت عن أب مسعود النصارى البدري رضي ال عنه‬


.‫ )) يئم| القوم أقرؤهم لكتاب ال تعال (( رواه مسلم‬:‫عليه وسلم قال‬
Artinya: Telah tetap riwayat dari Abi Mas’ud golongan Anshar dan pasukan perang
badar, semoga Allah S.W.T meridloinya, dari rosulullah S.A.W, beliau
bersabda: ((Orang yang paling (fashih) bacaan Al Qur’annya yang
mengimami suatu kaum)). Imam Muslim telah meriwayatkan.

e. Hadist nabi riwayat Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa At-Tirmidzi berikut ini.

‫ قال ر سول ال صلى ال عل يه‬:‫و عن ع بد ال بن م سعود ر ضي ال ع نه قال‬


‫ا من كتاب ال تعال فله] به[ حسنة} والسنة بعشر أمثالها‬1‫ )) من قرأ حرف‬:‫وسلم‬
‫ (( رواه أبو عيسى‬C‫ حرف‬C‫ وميم‬C‫ حرف‬C‫ ولم‬C‫ حرف‬C‫ ولكن ألف‬C‫ل أقول ال حرف‬
.‫ حديث حسن صحيح‬:‫ وقال‬,‫ممد بن عيسى الترميذى‬

Artinya: Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud semoga Allah S.W.T
meridloinya, berkata dia: telah bersabda rasul S.A.W: ((barang siapa yang
membaca satu huruf sebagian dari kitab Allah ta’ala (Al Qur’an), maka
baginya satu kebaikan yang ukurannya sepadan sepuluh kebaikan, aku
tidak mengatakan ‫ الم‬satu huruf, dan akan tetapi alif satu huruf, lam satu

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
4 dari 80

huruf dan mim satu huruf )). Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa At-Tirmidzi
dan berkata adalah hadist baik dan shahih.

f. Hadist nabi riwayat Abu Daud berikut ini.

:‫وعن أ ب معاذ بن أنس ر ضي ال عنه أن رسول ال صلى ال عليه وسلم قال‬


‫ والديه تاج‡ا يوم القيامة ضوؤه أحسن‬I‫)) من قرأ القرآن وعمل بما فيه ألبس ال‬
.‫ذا (( رواه أبو داود‬s‫ذي عمل ب‬-‫من ضوء الشمس في بيوت الد|نيا فما ظن|كم بال‬
Artinya: Dan diriwayatkan dari Abi Mu’adz bin Anas r.a, sesungguhnya rasul S.A.W
bersabda: (( barang siapa yang membaca Al Qur’an dan mengamalkan
terhadap yang dibacanya, maka Allah S.W.T akan memakaikan mutiara
kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat, sinarnya lebih baik dari sinar
matahari dalam kehidupan dunia, maka apa penilaian kamu sekalian
terhadap orang melakukan (seperti) ini (membaca Al Qur’an dan
mengamalkannya)). Riwayat Abu Daud.

Setelah mengetahui tentang keutamaan membaca Al Qur’an sepantasnya umat


islam berusaha meningkatkan kecintaannya untuk membaca Al Qur’an. Hanya saja
bukan asal membaca tanpa menggunakan aturan mainnya, tapi harus membaca sesuai
dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid. Ilmu Tajwid haruslah dikuasai dan diterapkan
dengan baik agar tidak tergolong pembaca yang mendapatkan laknat dari Al Qur’an
sebagaimana fatwa shahabat Anas bin Malik:

(‫ل للقرآن والقرآن يلعنه )الديث‬P ‫رب تا‬


Artinya: “Banyak pembaca Al Qur’an, sedang Al Qur’an melaknatnya”.

Termasuk pembaca Al Qur’an yang mendapat laknat dari Al Qur’an adalah dia
yang mengubah (dengan sengaja) bacaan panjang menjadi pendek, mengubah huruf ‫ح‬
menjadi ‫ خ‬dan sejenisnya yang merupakan kategori mengubah bacaan huruf. Hal ini
sering terjadi ketika membaca dengan kecepatan tinggi. Sehingga terkesan sembrono

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
5 dari 80

dan tidak mau peduli dengan hak-hak huruf dan atau panjang pendek. Kesalahan
membaca panjang pendek dan mengubah bacaan huruf merupakan kesalahan yang
menyebabkan berubahnya arti. Kalau seperti itu fakta yang terjadi, maka patutlah
pembaca Al Qur’an tersebut mendapat laknat dari Al Qur’an.

1.2. Keutamaan Mengajarkan Al Qur’an


Mengajarkan Al Qur’an adalah amalan paling mulia dibanding mengajar ilmu-
ilmu selain Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan sumber ilmu dari berbagai ilmu,
baik berupa ilmu syariat islam maupun lainnya seperti yang disebutkan dalam
pendahuluan kitab “Faidhal Barokat Fii Sab’il Qiraat” (kitab qiroah sab’ah kebanggaan
umat islam Indonesia) karangan K.H. Muhammad Arwani Amin, Kudus, yang berbunyi:

...‫ فضل القرآن على سائر الكلم كفضل ال على خلقه‬-‫فإن‬...


Artinya: ...Sesungguhnya keutamaan Al Qur’an atas kalam-kalam/ilmu-ilmu yang lain
seperti keutamaan Allah atas makhluknya...
Selain itu, berikut ini termasuk dalil-dalil yang menerangkan keutamaan
mengajarkan Al Qur’an, antara lain:

‫ قال ر سول ال صلى ال عل يه‬:‫وروي نا عن عثمان بن عفان ر ضي ال ع نه قال‬


‫مه (( رواه أبو عبد ال ممد بن إساعيل‬-‫م القرآن وعل‬-‫ )) خيركم من تعل‬:‫وسلم‬
.‫بن إبراهيم البخاري ف صحيحه الذي هو أصح الكتاب بعد القران‬
Artinya: Dan kami (pengarang kitab Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an) meriwayatkan
dari Utsman bin Affan semoga Allah S.W.T meridloinya berkata: telah
bersabda rasul S.A.W: ((Sebaik-baiknya kamu sekalian adalah orang yang
belajar Al Qur’an dan mengajarkannya)). Abu Abdullah Muhammad bin
Isma’il bin Ibrahim Al-Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab shahihnya
yang merupakan paling shahihnya kitab setelah Al Qur’an.

‫م قال ))يقول‬-‫ عليه وسل‬I‫ صلى ال‬m‫ عنه عن النبي‬I‫عن ابي سعيد الذري رضي ال‬
‫ من شغله القران وذكري عن مسئلتي أعطيته أفضل ما‬:‫الر ب| سبحانه وتعالى‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
6 dari 80

‫ وفضل كلم ال سبحانه وتعالى على سائر الكلم كفضل ال‬،‫أعطي السائلين‬
.C‫ حديث} حسن‬:‫تعال على خلقه(( رواه الترمذي وقال‬
Artinya: Diriwayatkan dari shahabat Abu Sa'id Al Khudzri r.a, dari Nabi SAW beliau
bersabda ((Allah SWT berfirman: barang siapa yang sibuk dengan Al Qur'an
(berjuang di bidang Al Qur'an) dan mengingat tentang masalah-masalah yang
berkaitan denganKu (kekuasaanNya & mengambil hikmah dari semua
ciptaanNya), tentu Aku memberinya sesuatu (tanpa diminta) yang lebih utama
dari apa-apa yang diberikan kepada yang meminta, sedangkan keutamaan
firman Allah atas kalam lainnya seperti keutamaan Allah atas makhlukNya))
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadist tersebut dan ia berkata adalah hadist yang
yang hasan/baik.

1.3. Adab Membawa Al Qur'an


Al Qur'an merupakan kitab suci yang harus dimulyakan dan bernilai tinggi
keutamaannya. Maka sudah sepantasnya, umat islam yang mau berhubungan dengan Al
Qur'an harus memahami tatakrama/ adab dengan Al Qur'an. Adapun yang dimaksud
adab membawa Al Qur'an meliputi adab membawa dan membacanya. Berikut ini uraian
adab-adabnya:
1. Suci dari hadas besar atau kecil
Termasuk kategori hadas besar adalah junub, haid dan nifas. Bagi yang hadas
besar hukum membawa mushaf murni (tidak ada tafsir/terjemahannya) dan
melafalkan ayat Al Qur'an meskipun satu ayat atau kurang adalah haram menurut
jumhur/mayoritas ulama. Tapi jika membawa mushaf murni bercampur dengan
barang-barang lain yang ada dalam sebuah misalnya dan kadarnya lebih banyak
dari pada mushaf tersebut, maka hukumnya boleh. Termasuk boleh pula adalah
menyelamatkan mushaf yang berserakan di jalan-jalan. Selain membawa, orang
yang hadas besar juga diharamkan melafalkan ayat Al Qur'an dengan niat
membaca Al Qur'an meskipun satu ayat atau kurang dari satu ayat. Jika
membacanya dalam hati atau hanya memandang Al Qur'an diperbolehkan.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
7 dari 80

Tapi jika niat dzikir, para ulama membolehkannya asalkan tidak lebih dari
seukuran ayat kursi atau surat Al Ikhlas.
Sedangkan bagi yang hadas kecil (batal wudlu atau istihadlah (perempuan yang
keluar darah penyakit)), para ulama membolehkan membawa maupun
melafalkan ayat Al Qur'an meskipun lebih dari satu ayat, baik niat membaca Al
Qur'an atau niat dzikir. Hanya saja jika melafalkan Al Qur'an dalam kondisi
hadas kecil mengurangi nilai keutamaannya.
2. Badan dan pakaian dalam keadaan suci dan bersih. Diusahakan menghilangkan
bau badan yang tidak sedap dan berpakaian yang terbaik dan berwarna putih,
karena warna putih adalah warna kesukaan Allah SWT.
3. Memakai siwak (kayu siwak) atau sikat gigi, berwangi-wangian, menghadap
kiblat dan memilih tempat yang bersih dan suci (masjid, mushallah atau tempat
lainnya yang bersih dan suci) ketika akan membaca Al Qur'an.
4. Selalu memulai dengan basmalah atau ta'awudz ketika akan memulai membaca
Al Qur'an dan ketika menyela bacaan Al Qur'an dengan pembicaraan.
5. Dalam membaca Al Qur'an harus dengan niat yang ikhlas dan tidak ada tendensi-
tendensi atau tujuan keduniaan. Menurut imam Hudzaifah Al Mar'asyi r.a, ikhlas
adalah setaranya bentuk amalan hamba ketika terlihat maupun tidak terlihat
dalam beramal. Dan menurut imam Abu Qasim Al Qusyairi, amalan ikhlas
adalah amalan yang hanya diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan mengharap ridlaNya semata, bukan yang lain. Akan tetapi, setelah
membacakan atau mengajarkan Al Qur'an diberi upah dan diterima serta bukan
tujuan awal, hal seperti ini bukan berarti tidak ikhlas. Menerima upah dalam hal
membacakan atau mengajarkan Al Qur'an diperbolehkan oleh imam Syafi'i
asalkan tidak disyaratkan sebelumnya dan bukan menjadi tujuan.
6. Menjauhi sifat riya (ingin dilahat orang lain), sum'ah (ingin didengar orang lain),
ujub (ingin dikagumi orang lain), takabur (sombong) dan penyakit-penyakit hati
lainnya.
7. Berusaha menggunakan kaidah-kaidah ilmu tajwid, konsentrasi, fokus, sedih dan
merenungkan makna-makna Al Qur'an ketika membaca.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
8 dari 80

BAB II
ILMU TAJWID DAN ULAMA QURRA

2.1 Pengertian Ilmu Tajwid


Pengertian Tajwid menurut bahasa (etimologi) adalah memperindah sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-
cara melafalkan atau mengucapkan kata/kalimat Al-Quran dengan sebaik-baiknya sesuai
pelafalan Rosulullah SAW.

2.2 Hakikat Ilmu Tajwid


Hakikat Ilmu Tajwid adalah memberikan hak-hak huruf/membaca huruf-huruf
Al Qur'an sesuai haknya, memperbagus bacaan huruf dan menghindari penambahan,
pengurangan maupun memutarbalikkan bacaan huruf. Contoh memutarbalikkan bacaan
huruf, membaca huruf shad sama seperti huruf sin dan sejenisnya.

2.3 Puncak Ilmu Tajwid


Puncak belajar Ilmu Tajwid adalah ketika telah tidak ditemukan lagi kesalahan
dalam melantunkan Al Qur'an, kesalahan remeh maupun tidak remeh.

2.4 Hukum Ilmu Tajwid


Hukum belajar Ilmu Tajwid adalah Fardlu Kifayah atas semua umat islam,
sedang hukum mengamalkannya ketika membaca Al Qur'an adalah Fardlu ‘Ain.

2.5 Cara Belajar Ilmu Tajwid


Ada dua cara dalam belajar Ilmu Tajwid, yakni mendengarkan saja dari seorang
guru yang mutawatir (sanadnya sampaik ke Rasulullah SAW) dan membaca di hadapan
guru yang mampu mendengarkan dan memperbaiki bacaan qari. Cara yang terbaik
adalah menempuh kedua cara tersebut.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
9 dari 80

2.6 Dalil-dalil yang Mewajibkan Menerapkan Ilmu Tajwid


Dalil-dalil tentang wajibnya mempraktekkan tajwid, antara lain:

1. Dalil dari Al-Qur’an


Firman Allah s.w.t.:

Artinya: Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)


[Q.S. Al-Muzzammil (73): 4].
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah s.w.t. memerintahkan Nabi SAW untuk
membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah
pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

Firman Allah s.w.t. yang lain:

Artinya: Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad
SAW) secara tartil (bertajwid) [Q.S. Al-Furqaan (25): 32].

2. Dalil dari As-Sunnah


Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi SAW), ketika
beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau
menjawab:

‫ى ثم يصل@ى قدر ما نام ثم‬-‫فقالت ما لكم وصلته كان يصل@ى ثم ينام قدر ما صل‬
‫ا‬1‫ حرف‬1‫ مفسرة‬1‫ة‬s‫ته فإذا هي تنعت قراء‬s‫ى حت يصبح ثم نعتت قراء‬-‫ينام قدر ما صل‬
‫ا‬1‫حرف‬
Artinya: "Ketahuilah bahwa Baginda SAW sholat kemudian tidur yang lamanya
sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat
yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
10 dari 80

yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang
shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara membacaan
Rasulullah SAW dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan
(ucapan) huruf-hurufnya satu persatu." (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah SAW
bersabda:

P‫ بن كعب‬m‫ وأبي‬P‫ ومعاذ بن جبل‬P‫د وسال‬P ‫ من عبد ال بن مسعو‬P‫خذوا القران من اربعة‬


Artinya: "Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu
Mas’ud, Salim, Mu’az bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad." (Hadits ke 4615 dari
Sahih Al-Bukhari).
Pada hadist ini jelas bahwa membaca Al Qur'an harus berdasarkan riwayat dan
thariqah (cara) dari seorang guru yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

3. Dalil dari Ijma Ulama


Telah sepakat para ulama sepanjang zaman sejak dari zaman Rasulullah SAW
sampai dengan sekarang dalam menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an secara
bertajwid adalah suatu yang fardhu dan wajib. Pengarang kitab Nihayah
menyatakan: "Sesungguhnya telah ijma (sepakat) semua imam dari kalangan ulama
yang dipercaya bahwa tajwid adalah suatu hal yang wajib sejak zaman Nabi SAW
sampai dengan sekarang dan tiada seorangpun yang mempertikaikan kewajiban ini."

2.7 Mengenal Ulama-ulama Qurra (Ahli Ilmu Tajwid)


Perlu diketahui, terdapat tujuh (7) imam qurra yang meriwayatkan bentuk-
bentuk bacaan Al Qur'an yang mutawatir (sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad
SAW), antara lain:
1. Imam Nafi' bin Abdur Rahman bin Abu Na'im (Madinah), wafat 169 H. Murid
utamanya adalah Imam Qolun (w. 205H) dan Warasy (w. 197 H).
Imam Nafi' belajar kepada 70 dari golongan tabi'in termasuk Yazid bin Al Qa'qa',
Syaibah bin Nashah, Abdur Rahman bin Harmaz Al A'raj, Muslim bin Jundub.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
11 dari 80

Keempatnya belajar kepada shahabat Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, keduanya
belajar kepada shahabat Ubay bin Ka'b, beliau belajar kepada Rasulullah SAW.
2. Imam Abdullah bin Katsir (Ibnu Katsir) Ad Dary (Makkah), wafat 120 H. Murid
utamanya adalah Imam Al Bazy (w. 250 H) dan Qonbul (w. 291 H).
Imam Ibnu Katsir belajar kepada Abdullah bin Saib Al Makhzumi, Ibnu Saib belajar
kepada Abdullah bin Abbas, beliau belajar kepada Ubay bin Ka'b, Umar bin
Khattab, Zaid bin Tsabit, ketiganya belajar kepada Rasulullah SAW.
3. Imam Abu Amr bin Al 'Ula (Bashrah, Iraq), wafat 154 H). Murid utamanya adalah
Imam Ad Dury (w. 246 H) dan As Susy (261 H).
Imam Abu Amr belajar kepada beberapa tabi'in termasuk Mujahid, Sa'id bin Jubair,
keduanya belajar kepada Abdullah bin Abbas, beliau belajar kepada Ubay bin Ka'b,
Ubay belajar kepada Rasulullah SAW.
4. Imam Abdullah bin Amir (Syam/Syiria), wafat 118 H). Murid utamanya adalah
Imam Hisyam (w. 245 H) dan Ibnu Dzakwan (w. 242 H).
Imam Ibnu Amir belajar kepada Mughiroh bin Abu Syihab Al Makhzumi, Mughiroh
belajar kepada shahabat Utsman bin Affan, beliau kepada Rasulullah SAW. Ada
yang berpendapat bahwa Ibnu Amir belajar langsung kepada shahabat Utsman bin
Affan tanpa perantara dari keduanya.
5. Imam 'Ashim bin Abu An Najwad Al Asady (Kufah, Iraq), wafat 127 H. Murid
utamanya adalah Imam Syu'bah (w. 193 H) dan Hafsh (w. 180 H). Bacaan Imam
Hafsh inilah yang dibahas pada panduan ini.
Imam 'Ashim belajar kepada Abdullah bin Habib As Salimi, Abdullah belajar
kepada shahabat Ustman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Ubay bin Ka'b, Abdullah
bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, mereka belajar kepada Rasulullah SAW.
6. Imam Hamzah bin Habin Az Ziyad (Kufah, Iraq), wafat 154 H. Murid utamanya
adalah Imam Khalaf (w. 229 H) dan Khalad (w. 220 H).
Imam Hamzah belajar kepada Abu Muhammad Sulaiman bin Mihran Al A'masy,
Abu Muhammad kepada Yahya bin Watsab Al Asad, Yahya kepada 'Alqamah
kepada Abdullah bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, keduanya kepada Rasulullah SAW.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
12 dari 80

7. Imam Abu Hasan Ali bin Hamzah Al Kisa-i An Nahwi (Kufah, Iraq), wafat tahun
189 H. Murid utamanya adalah Imam Abu Harist (w. 240 H), Hafsh dan Ad Dury
(wafat tersebut di atas).
Imam Ali Al Kisa-i belajar kepada Hamzah Az Ziyat seperti pada nomor 6. Beliau
juga belajar kepada Isa bin Umar kepada Thalhah bin Mushrif kepada An Nakho'i
kepada Abdullah bin Mas'ud kepada Rasulullah SAW.

2.8 Derajat Bacaan Al Qur'an


Dalam membaca Al Qur’an sesuai standar tajwid dapat memilih jenis-jenis
bacaan yang tergolong dalam derajat-derajat membaca Al Qur’an sebagaimana uraian di
bawah ini:
1. Tahqiq
Bacaannya lambat atau perlahan yang lebih fokus dalam membetulkan bacaan huruf
dari makhraj atau sifatnya, menepatkan kadar bacaan mad dan dengung. Tingkatan
bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru belajar membaca Al Quran
supaya dapat melatih lidah menyebut huruf dan sifat huruf dengan tepat dan betul.
2. Hadr
Bacaan yang cepat seraya memelihara hukum-hukum bacaan tajwid. Tingkatan
bacaan hadar ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran, supaya
mereka dapat mengulang bacaannya dalam waktu yang singkat atau bagi qori yang
sedang mengkhatamkan Al Qur’an.
3. Tadwir
Bacaan yang tidak terlalu pelan dan tidak terlalu cepat (antara tingkatan bacaan
tahqiq dan hadar) serta memelihara hukum-hukum tajwid.
4. Tartil
Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafalkan setiap huruf dari makhrajnya
secara tepat, menerapkan hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna,
merenungkan maknanya dan disertai ghayah/lagu yang bagus.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
13 dari 80

PANDUAN UNTUK LEVEL DASAR


(MAKHORIJUL HURUF ( M ))

Saudaraku, belajarlah dengan penuh kesungguhan, sabar dan istiqamah/rutin


meskipun terkesan sulit, agar menjadi umat terpuji. Jangan lupa selalu
berdo'a supaya Allah SWT memudahkan dan mencerdaskan.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
14 dari 80

BAB III
HURUF-HURUF HIJAIYAH

3.1. Jenis-jenis Huruf Hijaiyah


Terdapat 28 huruf asli di dalam Al-Quran dan 2 huruf pengganti (‫=ل‬lam alif)
yang dikenal juga dengan nama huruf-huruf Hijaiyah, yaitu:
Huruf Ejaan Huruf Ejaan

‫ا‬ Alif ‫ط‬ Thaa

‫ب‬ Baa ‫ظ‬ Zhaa

‫ت‬ Taa ‫ع نعي‬ 'Ain

‫ث‬ Tsaa ‫غ بغي‬ Ghain

‫ج‬ Jim ‫ف‬ Faa

‫ح‬ Haa ‫ق‬ Qaaf

‫خ‬ khaa ‫كيييك‬ Kaaf

‫د‬ Daal ‫ل‬ Laam

‫ذ‬ Dzaal ‫م‬ Miim

‫ر‬ Raa ‫ن‬ Nuun

‫ز‬ Zai ‫و‬ Wawu

‫س‬ Siin ‫هييهببه ي‬ Ha

‫ش‬ Syiin ‫ء‬ hamzah

‫ص‬ Shaad ‫ي‬ Yaa

‫ض‬ dhaad ‫ل‬ Lam Alif

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
15 dari 80

Ejaannya yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga
fasih..!
Catatan:
Jika alif diharokati, maka bukan sebagai alif melainkan sebagai hamzah. Alif asli
hanya sebagai tanda panjang/mad (untuk harokat fat-hah). Maka huruf alif dalam
huruf hijaiyah tidak dihitung karena sudah satu kesatuan pada ‫ل‬.

3.2. Makhroj (Tempat Keluar) Huruf


tingkatan huruf-huruf Halqiyah (Tenggorokan)
Huruf-hurufnya adalah hamzah, ha', 'ain, ha, ghain dan kha. Huruf hamzah
dan ha’ makhrajnya di tenggorokan bagian dalam. Huruf ‘ain dan ha makhrajnya
di tenggorokan bagian tengah. Huruf ghain dan kha makhrajnya di tenggorokan
bagian luar. Bunyi huruf, dengarkan dengan seksama contoh bacaan dari guru!

tingkatan huruf-huruf Lahawiyah (Tekak)

Huruf-hurufnya adalah: qaf ( ‫)ق‬ dan kaf ( ‫) ك‬. Huruf qaf makhrajnya di
pangkal lidah dekat tenggorokan, sejajar dengan langit-langit lunak. Huruf kaf
makhrajnya di pangkal lidah, sejajar dengan langit-langit lunak, sedikit di bawah
makhraj qaf. Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga
fasih!

tingkatan huruf-huruf Syajariah (Tengah Lidah)

Huruf-hurufnya adalah: jim ( ‫) ج‬, syin ( ‫) ش‬, ya ( ‫) ي‬. Huruf jim, syin dan ya
makhrajnya di lidah bagian tengah, sejajar dengan langit-langit keras bagian
atas. Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

tingkatan huruf-huruf Asaliyah (Ujung Lidah)

Huruf-hurufnya adalah: zai (‫ ) ز‬, sin ( ‫ ) س‬dan shad ( ‫) ص‬. Huruf zay, sin dan
shad makhrajnya di ujung lidah lewat gigi seri atas, yaitu di atas gigi seri bawah

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
16 dari 80

dengan sedikit kelonggaran. Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca
berulang-ulang hingga fasih!

tingkatan huruf-huruf Dzalqiyah (Pinggir Lidah)

Huruf-hurufnya adalah: lam ( ‫) ل‬, nun ( ‫ ) ن‬dan ra ( ‫) ر‬. Huruf lam makhrajnya
adalah di ujung lidah sejajar dengan gusi atas. Huruf nun makhrajnya adalah di
ujung lidah, sedikit di bawah makhraj lam. Huruf ra makhrajnya adalah di ujung
lidah, sedikit di bawah makhraj nun. Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca
berulang-ulang hingga fasih!

tingkatan huruf-huruf Nath'iyah (Langit-langit Mulut)

Huruf-hurufnya adalah: dhad ( ‫) ض‬, tha ( ‫) ط‬, dal ( ‫ ) د‬dan ta ( ‫) ت‬. Huruf tha,
dal dan ta makhrajnya di ujung lidah lewat pangkal gigi seri atas. Huruf dhad
makhrajnya di sisi lidah, sejajar dengan geraham bagian atas dan pipi (salah satu
atau dua-duanya) harus bergetar ketika membaca. Bunyi Huruf, ikuti petunjuk
guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

tingkatan huruf-huruf Litsawiyah (Gusi)

Huruf-hurufnya adalah: zha ( ‫) ظ‬, dzal ( ‫ ) ذ‬dan tsa ( ‫) ث‬. Huruf zha, dzal dan
tsa keluar dengan menempelkan ujung lidah di ujung gigi seri atas. Bunyi Huruf,
ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!
tingkatan huruf-huruf Syafawiyah (Bibir)

Huruf-hurufnya adalah: ba ( ‫) ب‬, wawu ( ‫) و‬, mim ( ‫ ) م‬dan fa ( ‫) ف‬. Huruf ba,
Wawu dan mim makhrajnya di antara dua bibir. Huruf fa makhrajnya di bagian
dalam bibir bawah serta ujung gigi seri atas. Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru
dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
17 dari 80

BAB IV
SIFAT-SIFAT HURUF

4.1. Sifat-sifat Huruf yang Berlawanan


Jahr (nyaring) dan Hams (suara bisikan)
- Jahr, yaitu:
Tertahannya nafas di tempat makhraj ketika melafalkan huruf karena
persentuhan/tempelan antara dua organ penutur sangat kuat di tempat makhraj
tersebut dan suara yang keluar keras/sangat jelas. Sifatnya kuat, lawannya Hams.
Hurufnya ada 18, yaitu selain huruf-huruf Hams.

‫أ‬ ‫ض‬ ‫م‬


‫ب‬ ‫ط‬ ‫ن‬
‫ج‬ ‫ظ‬ ‫و‬
‫د‬ ‫ع‬ ‫هي‬
‫ذ‬ ‫غ‬ ‫ء‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ي‬
‫ز‬ ‫ل‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

- Hams, yaitu:
Meluncurnya nafas ketika melafalkan huruf tanpa ada hambatan, karena
persentuhan antara dua organ penutur di tempat makhraj sangat lemah. Sifatnya
lemah, lawannya Jahr. Hurufnya ada 10, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
18 dari 80

Ithbaq (melipat)
Mengangkat lidah ke arah langit-langit lunak ketika melafalkan huruf. Sifatnya
kuat, lawannya Infitah. Hurufnya ada 4, yaitu: Shad, Dhad, Tha dan Zha.

‫ص ض ط ظ‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Infitah (membuka)
Merenggangkan lidah dari langit-langit lunak ketika melafalkan huruf. Sifatnya
lemah, lawannya Ithbaq. Hurufnya ada 24, semua huruf hijaiyah selain Shad,
Dhad, Tha dan Zha.

‫أ ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ع غ ف ق ك ل م ن و هب ي‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Ishmat (mendiamkan)
Huruf yang agak berat dan tidak dapat dilafalkan dengan cepat karena
makhrajnya jauh dari ujung lidah. Sifatnya kuat, lawannya Idzlaq. Hurufnya ada
22, yaitu selain huruf Idzlaq. Berikut ini huruf-hurufnya.

‫ز غ س ش خ ط ص د ث ق ت أ ذ و ع ظ هب ي ح ض ك‬ ‫ج‬

Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Idzlaq (melancarkan)
Huruf yang dapat diucapkan dengan ringan dan cepat karena makhrajnya di ujung
lidah. Sifatnya lemah, lawannya Ishmat. Hurufnya ada 6, yaitu:

‫ب ل ن م ر ف‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
19 dari 80

Syiddah (kesempitan/kesusahan/kemelaratan)
Menahan suara sejenak di tempat makhraj, kemudian melepaskannya secara tiba-
tiba bersama udara. Sifatnya kuat, lawannya Rakhawah. Hurufnya ada 8, yaitu:

‫أ ج د ق ط ب ك ت‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Rikhwah (lembut/mudah/longgar/lembek)
Meluncurnya suara ketika melafalkan huruf tanpa ada hambatan karena
pertemuan dua organ penutur di tempat makhraj lemah. Sifatnya lemah,
lawannya Syiddah. Hurufnya ada 15, yaitu:

‫خ ذ غ ح ث ظ ف ض ش و ص س هي ز ي‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

4.2. Sifat-sifat Huruf yang Tidak Berlawanan/tunggal


Mutawassith (Pertengahan), yaitu:
Menyederhanakan suara ketika melafalkan huruf. Sifatnya antara Syiddah dan
Rikhwah. Hurufnya ada 5, yaitu:

‫ل ن ع م ر‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Shafir (siulan), yaitu:


Suara tambahan yang mirip suara siulan. Sifatnya kuat. Hurufnya ada 3, yaitu:

‫ز ص س‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
20 dari 80

Qalqalah (bergerak/berkocak), yaitu:


Terjadinya getaran sewaktu menuturkan huruf yang sukun, sehingga terdengar
semacam aspirasi suara yang kuat dan terdengar pantulan suara. Sifatnya kuat.
Hurufnya ada 5, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

6‫د‬8‫ج‬:‫ق=ط;ب‬
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Layin (lembut), yaitu:


Keluarnya suara dengan mudah dan memanjang. Sifatnya lemah. Hurufnya ada 2,
yaitu: Wawu (‫ )و‬dan Ya (‫)ي‬.
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Inhiraf (condong/miring), yaitu:


Beralihnya suatu huruf setelah keluar dari makhrajnya kepada makhraj huruf lain.
Sifatnya kuat. Hurufnya ada 2, yaitu: Lam (‫ )ل‬dan Ra (‫)ر‬.
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Takrir (mengulangi), yaitu:


Bergetarnya ujung lidah ketika melafalkan huruf. Sifatnya kuat. Hurufnya ada 1,
yaitu: Ra (‫)ر‬.
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tafasyi (berhamburan), yaitu:


Tersebarnya udara dalam mulut ketika melafalkan huruf. Sifatnya kuat. Hurufnya
ada 1, yaitu: Syin (‫)ش‬.
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
21 dari 80

Istithalah (panjang), yaitu:


Memanjangnya suara pada makhraj huruf. Sifatnya kuat. Hurufnya ada 1, yaitu:
Dhad (‫)ض‬.
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Ghunnah (dengung), yaitu:


Hilangnya sebagian suara huruf ketika melafalkannya. Sifatnya lemah. Hurufnya
ada 3, yaitu: mim (‫)م‬, nun (‫)ن‬.
Bunyi Huruf, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
22 dari 80

BAB V
TANDA-TANDA BARIS/HAROKAT

Macam-macam tanda baris/harokat sebagai berikut:

1. Baris di atas (Fat-hah)

Memberikan bunyi vokal 'a', contoh: (ba)

2. Baris di bawah (Kasrah)

Memberikan bunyi vocal 'i', contoh: (bi)

3. Baris di hadapan (Dhammah)

Memberikan bunyi vokal 'u', contoh: (bu)

4. Tanda mati (Sukun)

Tanda sukun di atas sebuah huruf berarti huruf itu mati, contoh: (ab)

5. Baris dua di atas (Fathatain)

Memberikan bunyi 'an', contoh: (ban).

6. Baris dua di bawah (Kasratain)

Memberikan bunyi 'in', contoh: (bin).

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
23 dari 80

7. Baris dua di hadapan (Dhammatain)

Memberikan bunyi 'un', contoh: (bun).

8. Sabdu di atas (Syaddah Fat-hah)

Contoh: (abba).

9. Sabdu di bawah (Syaddah Kasrah)

Contoh: (abbi).

10. Sabdu di hadapan (Syaddah Dhammah)

Contoh: (abbu).

11. Sabdu dua di atas (Syaddah Fathatain)

Contoh: (abban).

12. Sabdu dua di bawah (Syaddah Kasratain)

Contoh: (abbin).

13. Sabdu dua di hadapan (Syaddah Dhammatain)

Contoh: (abbun) ketika membaca tasydid.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
24 dari 80

14. Fat-hah-alif dibaca panjang 2 harokat (hitungan)

Contoh: (baa).

15. Kasrah-alif dibaca panjang 2 harokat (hitungan)

Contoh: (bii).

16. Dhammah terbalik dibaca panjang 2 harokat (hitungan)

Contoh: (buu).

17. Maddah dibaca panjang antara 3 sampai dengan 4 harokat (hitungan)

Contoh: (baaa) .
Praktik yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih. Lafalkan
bacaan huruf-huruf berikut berdasarkan bimbingan guru. Sesuaikan pelafalannya dengan
makhroj dan sifat hurufnya.

{‫ب‬
@ 6‫ ب‬A‫ ب‬B‫ أ=ب‬C‫ب‬:‫ ب‬C‫ب‬D‫ ب‬C‫ب‬8‫ ب‬:‫ ب‬D‫ ب‬8‫ { } ب‬F‫ ا‬6‫ ا‬G‫ ا‬H‫ء‬I‫ ا‬H‫ء‬D‫ ا‬H‫ ا=ء‬I‫ ا‬D‫} ا= ا‬

{F‫ ث‬6‫ ث‬G‫ ث‬J‫ث‬:‫ ب‬J‫ث‬D‫ث ب‬


J 8‫ ث=ث; ب‬I‫ ث‬D‫ ت@{ }ث= ث‬6‫ ت‬A‫ت ت‬
B :‫ ب‬B‫ت‬D‫ ب‬B‫ت‬8‫ت ب‬
C 8‫ ت‬:‫ ت‬D‫ ت‬8‫}ت‬

{ @‫ ح‬6‫ ح‬A‫ ح‬B‫ح‬:‫ ح‬B‫ح‬D‫ح ح‬


B 8‫ ح‬C‫ح‬8‫ ح‬:‫ ح‬D‫ ح‬8‫ج { }ح‬
@ 6‫ ج‬A‫ ج‬B‫ج‬:‫ س‬B‫ج‬D‫ج س‬
B 8‫ س‬C‫ج‬8‫ ج‬:‫ ج‬D‫ ج‬8‫} ج‬

{@‫ د‬6‫ د‬A‫ د‬B‫د‬:‫ ب‬B‫د‬D‫ ب‬B‫د‬8‫ ب‬C‫د‬8‫ د‬:‫ د‬D‫ د‬8‫خ خ@{ } د‬
6 A‫ خ‬B‫خ‬:‫ خ‬B‫خ‬D‫ خ‬B‫خ‬8‫ خ‬C‫خ‬8‫ خ‬:‫ خ‬D‫ خ‬8‫}خ‬

{@‫ ر‬6‫ ر‬A‫ ر‬B‫ر‬:‫ ب‬B‫ر‬D‫ ب‬B‫ر‬8‫ ب‬C‫رر‬8 :‫ ر‬D‫ ر‬8‫{ }ر‬F‫ ذ‬6‫ ذ‬G‫ ذ‬J‫ذ‬:‫ ب‬J‫ذ‬D‫ ب‬J‫ذ‬8‫ ذ=ذ; ب‬I‫ ذ‬D‫}ذ= ذ‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
25 dari 80

{ @‫ س‬6‫ س‬A‫س س‬
B :‫ ب‬B‫س‬D‫ ب‬B‫س‬8‫ ب‬C‫س‬8‫ س‬:‫ س‬D‫ س‬8‫ز ز@{ } س‬6 A‫ ز‬B‫ز‬:‫ ب‬B‫ز‬D‫ ب‬B‫ز‬8‫ ب‬C‫ز‬8‫ ز‬:‫ ز‬D‫ ز‬8‫}ز‬

{@‫ص‬6‫ص‬A‫ ص‬B‫ص‬:‫ ب‬B‫ص‬D‫ ب‬B‫ص‬8‫ص ب‬


C 8‫ ص‬:‫ ص‬D‫ ص‬8‫ش@{ }ص‬6‫ش‬A‫ ش‬B‫ش‬:‫ ب‬B‫ش‬D‫ ب‬B‫ش‬8‫ ب‬C‫ش‬8‫ ش‬:‫ ش‬D‫ ش‬8‫}ش‬

{F‫ ط‬6‫ ط‬G‫ ط‬J‫ط‬:‫ ب‬J‫ط‬D‫ط ب‬


J 8‫ =طط; ب‬I‫ ط‬D‫ض@{ }ط= ط‬6‫ض‬A‫ ض‬B‫ض‬:‫ ب‬B‫ض‬D‫ ب‬B‫ض‬8‫ ب‬C‫ض‬8‫ض ض‬
: D‫ ض‬8‫}ض‬

{@‫ ع‬6‫ ع‬A‫ ع‬B‫ع‬:‫ع ب‬B D‫ ب‬B‫ع‬8‫ع ب‬C 8‫ع ع‬


: D‫ ع‬8‫{ }ع‬F‫ ظ‬6‫ ظ‬G‫ظ ظ‬
J :‫ ب‬J‫ظ‬D‫ ب‬J‫ظ‬8‫ظ ب‬
; =‫ ظ‬I‫ ظ‬D‫}ظ= ظ‬

{@‫ ف‬6‫ف ف‬
A B‫ف‬:‫ ب‬B‫ف‬D‫ ب‬B‫ف‬8‫ ب‬C‫ ف=ف‬:‫ف ف‬
D 8‫{ }ف‬F‫غ غ‬
6 G‫غ غ‬J :‫ ب‬J‫غ‬D‫غ ب‬J 8‫غ غ= ;غ ب‬
I D‫}غ= غ‬

{@‫ك ك‬6 A‫ ك‬B‫ك‬:‫ ب‬B‫ك‬D‫ ب‬B‫ك‬8‫ ب‬C‫ ك=ك‬:‫ ك‬D‫ ك‬8‫ق ق@{ }ك‬
6 A‫ ق‬B‫ق‬:‫ ب‬B‫ق‬D‫ ب‬B‫ق‬8‫ ب‬C‫ق ق=ق‬
: D‫ ق‬8‫}ق‬

{@‫ م‬6‫ م‬A‫ م‬B‫م‬:‫ ب‬B‫م‬D‫ ب‬B‫م‬8‫ ب‬C‫م‬8‫ م‬:‫م م‬D 8‫{ }م‬F‫ ل‬6‫ ل‬G‫ ل‬J‫ل‬:‫ ب‬J‫ل‬D‫ ب‬J‫ل‬8‫ ل=ل; ب‬I‫ ل‬D‫}ل= ل‬

{@‫ و‬6‫ و‬A‫ و‬B‫و‬:‫ ب‬B‫و‬D‫ ب‬B‫و‬8‫ ب‬C‫و‬8‫ و‬:‫ و‬D‫ و‬8‫{ }و‬F‫ ن‬6‫ ن‬G‫ ن‬B‫ن‬:‫ ب‬B‫ن‬D‫ ب‬B‫ن‬8‫ ب‬C‫ن‬8‫ن ن‬I D‫}ن= ن‬

{@‫ ي‬6‫ ي‬A‫ ي‬B‫ي‬:‫ ب‬B‫ي‬D‫ ب‬B‫ي‬8‫ ب‬C‫ي‬8‫ ي‬:‫ ي‬D‫ ي‬8‫ ه@{ }ي‬6‫ ه‬A‫ ه‬B‫ه‬:‫ ب‬B‫ه‬D‫ ب‬B‫ه‬8‫ ب‬C‫ه‬8‫ ه‬:‫ ه‬D‫ ه‬8‫}ه‬
:Catatan

– Dalam membaca huruf-huruf Al Qur'an harus dibaca sesuai karakter hurufnya, tidak
boleh diserupakan dengan huruf lain (tasyabuh fil huruf). Misalnya membaca kha
(‫ )خ‬serupa dengan ha (‫ )ح‬atau lainnya. Kecuali pada kata ‫ط‬:‫ص‬C‫ب‬8‫ي‬ yang dibaca ‫ط‬:‫س‬C‫ب‬8‫ي‬,
karena di atas huruf shad (‫ )ص‬terdapat huruf sin (‫ )س‬kecil dan contoh lain yang
serupa.
– Belajarlah membaca semua huruf Al Qur'an pada guru yang benar-benar mampu
mengoreksi keshahihan bacaan. Karena kualitas bacaan huruf menentukan kebenaran
arti ayat Al Qur'an. Jika salah dalam membaca huruf Al Qur'an, maka salah pula
artinya. Dan jika dengan sengaja membaca dengan salah atau tidak mau belajar
membaca dengan benar/shahih, maka bisa mendapat laknat Al Qur'an. Belajarlah
dengan sungguh-sungguh dan sabar dalam membaca huruf-huruf Al Qur'an.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
26 dari 80

BAB VI
BACAAN PANJANG (MAD)

Mad, menurut bahasa, berarti tambahan. Menurut istilah tajwid,


memanjangkan/melamakan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika
bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wawu dan ya. Syarat
huruf dibaca panjang/mad adalah huruf sebelum wawu berbaris dhammah, sebelum ya
berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris Fat-hah. Contoh:

{ C‫و‬:‫ { } ب‬C‫ي‬D‫ا { } ب‬8‫} ب‬


Jika huruf yang sebelum ya atau Wawu sukun itu berbaris fat-hah, tidak disebut huruf
mad, akan tetapi disebut huruf layin dan cara membacanya harus pendek/cepat jika
diwashalkan/tidak berhenti. Contoh:

{ s‫ء‬C‫ي‬8‫ { } ش‬8‫ف‬C‫و‬8‫} خ‬
Jika berhenti/wakaf, maka harus dibaca panjang/lama. Cara membaca panjang yang
benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.
Pada kata-kata tertentu 3 tanda panjang tidak selalu digunakan, akan menggunakan
harokat tertentu yang bisa mewakili 3 tanda panjang tersebut, yakni untuk harokat fat-
hah menggunakan harokat berbentuk alif kecil di atas, harokat kasroh menggunakan
harokat berbentuk alif kecil di bawah, dan harokat dhammah menggunakan wawu kecil
terbalik. Hal ini bisa dilihat pada mushaf Al Qur'an cetakan Indonesia kecuali cetakan
dari Kudus. Adapun cetakan kudus dan cetakan dari negara Timur Tengah memiliki
kemiripan terkadang bacaan panjangnya harokat dhammah tetap menggunakan harokat
dhammah biasa, tapi setelahnya disisipi huruf wawu kecil dan ya kecil untuk kasroh.
Sedangkan untuk harokat fat-hah sama dengan cetakan Al Qur'an lainnya di Indonesia.
Untuk pemula, bisa menggunakan mushaf Al Qur'an cetakan Indonesia selain dari
Kudus dan cetakan dari Timur Tengah.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
27 dari 80

6.1. Mad Asli (thabi'i)


Bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun.
Dinamakan thabi'i karena mad tersebut merupakan sesuatu yang thabi'i (alami),
kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya panjang 2 harokat dengan
syarat, setelah mad thabi’i tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad
tersebut..

6.1.1. Mad Asli: Pada Wakaf


Huruf mad tetap ada disaat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di

tengah, seperti pada kata ‫م‬:‫ال=ه‬8‫ م‬-- C‫م‬I‫ك‬C‫ي‬D‫ص‬C‫و‬:‫ي‬ atau di akhir, seperti ‫ا‬8‫حا=ه‬:‫ض‬8‫و‬. Perhatikan

dan praktikkan contoh ayat berikut ini.

Al-Muthaffifiin (83): 26

6.1.2. Mad Asli: Pada Washal


Mad asli atau thabi'i bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf Wawu kecil
yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat
setelah ha dhamir yang berbaris kasrah. Agar ha dhamir bisa disambung dengan Wawu
atau ya, maka disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharokat

seperti . Dalam hal ini Wawu dan ya dibaca panjang 2 harokat


(dengan syarat tidak terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan
ketika wakaf tidak dibaca panjang.

'Abasa (80): 35

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
28 dari 80

Adapun untuk ha yang berharokat fat-hah dan setelah ada alif, maka pasti dibaca
panjang/lama. Jika tidak ada alif setelahnya, pasti dibaca pendek/cepat.

6.1.3. Mad Asli: Pada Wakaf


Mad asli atau thabi’i bisa juga terjadi pada huruf mad yang ada ketika wakaf dan
hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti

, jika berhenti pada huruf alif . Dalam hal ini mad akan
hilang jika disambung dengan kata sesudahnya.

Khusus untuk kata ‫نا‬ dan ‫لا‬, dibaca panjang ketika wakaf dan dibaca pendek

ketika washal. Sedangkan ada kata yang pada dasarnya menurut aturan mad dibaca
panjang, tapi dibaca pendek. Karena huruf alif setelah harokat fat-hahnya tidak dianggap
huruf mad, melainkan alif tambahan/zaidah (biasanya di atas alif ditandai bundaran
kecil). Atau secara tulisan berbentuk alif, tapi secara hukum bacaan adalah hamzah.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.

‫و‬:‫ا ه‬B‫كن‬D ‫ ل‬,‫ ال‬D‫ا‬8‫يش‬8 C‫ن‬8‫ م‬,‫ﭑ‬8‫و‬I‫ل‬C‫ت‬8‫ت‬D‫ ل‬,‫ﭑ‬8‫و‬:‫ب‬C‫ر‬8‫ي‬D‫ل‬


dan lainnya yang sejenis. Termasuk pengecualian pula, tanda panjang wawu yang dibaca
pendek pada huruf hamzah kata-kata berikut ini.

‫ي‬D‫ول‬I‫ ا‬,‫ا‬C‫و‬I‫ول‬I‫ ا‬,8‫ئك‬D=‫ول‬I‫ا‬

Sedangkan huruf hamzah untuk kata ‫ي‬D‫ت‬C‫او‬I ,‫وا‬:‫ت‬C‫و‬I‫ ا‬tetap dibaca panjang.

Praktik untuk tingkatan Makhroj (M), minimal QS. Al Fatihah dan An Nas hingga
Asy Syamsi dikuasai sesuai prinsip cara mengeluarkan huruf, sifat huruf dan
panjang pendek. Bagi wanita yang berhalangan, bisa menggunakan kitab Hadist/Al
Barzanji/kitab Diba' sebagai alternatif.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
29 dari 80

PANDUAN UNTUK LEVEL MENENGAH


(TAJWID ( T ))

Saudaraku, tingkatkan kesungguhan, sabar dan istiqamah/rutinmu dalam


belajar agar menjadi lebih baik lagi. Jangan lupa selalu berdo'a supaya Allah
SWT memudahkan dan mencerdaskan.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
30 dari 80

BAB VII
HUKUM NUN DAN MIM SYIDDAH/TASYDID

7.1. Mim Tasydid


Mim Tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama sukun dan yang kedua
berharokat. Mim yang pertama dimasukkan / berpadu ke dalam mim yang kedua, maka
terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum mim tasydid: Harus dibaca ghunnah, 2
harokat. Mim yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah. Contoh pada Q.S. Zumar
ayat 4.

﴾٤﴿‫ هو الله الواحد القهار‬% ‫لو اراد الله ان يتخذ ولدا لاصطفى مما يخلق ما يشاء * سبحانه‬
7.2. Nun Tasydid
Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharokat.
Nun yang pertama dimasukkan / berpadu ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu
huruf yang bertasydid. Hukum nun tasydid: Harus dibaca ghunnah, 2 harokat.
Nun yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.

﴾٦﴿‫لترون الجحيم‬
At-Takaatsur (102): 6

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
31 dari 80

BAB VIII
HUKUM LAM

8.1. Lam Sukun


Huruf Lam yang sukun dalam Al Qur’an terbagi dalam 3 macam: Lam Ta'rif,
Lam Fi'il dan Lam Huruf.

8.2. Lam Ta'rif


Yang dimaksudkan dengan Alif Lam Ta'rif adalah Alif Lam yang masuk pada
kata benda, merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik baik kata benda tersebut

berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata ‫ض‬Z‫ال\ر‬ ataupun tidak bisa berdiri sendiri

seperti kata [ ]. Penambahan alif dan lam pada adalah wajib


karena kedua huruf ini tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut. Bentuk seperti ini
hukum bacaannya wajib idgham (huruf pertama dileburkan pada huruf kedua), jika

terdapat setelahnya lam, seperti dan wajib Izh-har/jelas jika terdapat

setelahnya ya, seperti atau hamzah seperti . Lebih jelas dapat


dipelajari pada macam-macam lam ta'rif berikut ini.

8.2.1. Lam Qamariyah


Lam Qamariyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

‫ة‬8‫م‬C‫ي‬D‫عق‬8 C‫ف‬8‫خ‬8‫ و‬8‫ك‬B‫ج‬8‫ ح‬D‫غ‬C‫أ=ب‬


Hukum lam qamariyah adalah Izh-har, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj
huruf-huruf qamariyah tersebut berjauhan, seperti contoh pada Q.S. At-Takwir (81): 3.

‫رت‬m‫و إذا ا;لبال سي‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
32 dari 80

8.2.2. Lam Syamsiyah


Lam Syamsiyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat:

Hukum lam Syamsiyah adalah idgham, sebab makhraj kedua lam-nya sama, sedangkan
jarak antara makhraj lam syamsiyah dengan makhraj huruf-huruf syamsiyah lainnya
berdekatan. Contoh:

{ D‫ن‬C‫الت•ي‬8‫ن { } و‬C‫ال‚ي‬B‫ل= الض‬8‫} و‬


dan contoh-contoh lain yang sejenis.

8.3. Lam Fi'il


adalah Lam sukun yang terdapat pada kata kerja (fi'il), baik bentuk lampau (fi'il
madli), bentuk sekarang (mudlori') atau bentuk perintah (amar), baik di pertengahan atau
di akhir kata.

8.3.1. Lam Fi'il: Idgham


Jika setelah lam fi'il terdapat huruf ra atau lam, maka harus dibaca idgham.

‫ب زدني‬F ‫ وقل ر‬% ‫ليك وحيه‬7‫ق @ ولا تعجل بالقرا<ن من قبل ان يقضى ا‬A ‫فتعالى الله الملك الح‬
﴾١١٤﴿‫علما‬
Thaahaa (20): 114

8.3.2. Lam Fi'il: Izh-har


Sebaliknya, jika setelah lam fi'il terdapat selain huruf ra atau lam, maka harus dibaca
Izh-har.

‫ع من الليل ولا يلتفت منكم‬J ‫ فاسر باهلك بقط‬% ‫ليك‬7‫بك لن يصلوا ا‬F ‫نا رسل ر‬7‫قالوا يا لوط ا‬
﴾٨١﴿‫\̀ريب‬ A ‫الصبح * اليس‬
J ‫الصبح ̀بق‬ A ‫ن موعدهم‬7‫نه مصيبها ما اصابهم * ا‬7‫ ا‬% ‫لا امراتك‬7‫ ا‬S‫احد‬
Huud (11): 81
Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil
(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
33 dari 80

8.4. Lam Huruf


Yang dimaksud dengan Lam huruf adalah Lam sukun yang terdapat pada huruf.

Lam huruf ini hanya terdapat pada kata dan saja, tidak terdapat pada kata
lain dalam Al Qur’an.

8.4.1. Lam Huruf, Idgham


Jika setelah lam huruf terdapat huruf ra atau lam, maka harus dibaca idgham, kecuali

pada ayat ‫ ر\ان‬Z‫ب\ل‬ yang harus dibaca Izh-har karena adanya saktah yang merupakan
penghalang terjadinya perpaduan suara.

‫ء‬J ‫يقولون هل لنا من الامر من شي‬


Ali Imran (3): 154

8.4.2. Lam Huruf, Izh-har


Sebaliknya, jika setelah lam huruf terdapat selain huruf ra atau lam, maka harus dibaca
Izh-har.
Al-Maa’idah (5): 112

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
34 dari 80

BAB IX
PERTEMUAN DUA SUKUN

Sesuai dengan aturan bahasa Arab, jika 2 huruf yang sukun bertemu, harus
dilakukan salah satu dari 2 cara, yaitu membuang huruf yang pertama atau memberinya
harokat, dengan catatan pemberian harokat tersebut hanya dapat dilakukan ketika bacaan
tidak berhenti/washal saja.

9.1. Pertemuan Dua Sukun: Membuang Yang Pertama


Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan), bila bertemu dengan hamzah washal di saat
bacaan bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap ada.

Contoh membuang wawu pada kata ‫رت‬m‫كو‬: .

Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus.


Hal ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal, baik waktu washal atau

wakaf. Seperti ya yang dibuang pada kata ‫تحيي‬ dalam ayat

Ali Imran (3): 5

9.2. Pertemuan Dua Sukun: Mengharokati Yang Pertama


Alternatif yang kedua dalam menghindari bertemunya 2 huruf yang sukun, adalah
dengan memberi harokat: Fat-hah, kasrah atau dhammah kepada huruf yang pertama,
sesuai ketentuan yang berlaku.
9.2.1. Mengharokati Yang Pertama: Kasrah
Huruf sukun yang pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata
pertama, semetara yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini,

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
35 dari 80

huruf yang pertama diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan.

Contoh: ‫ال‬
‫ل‬ ‫قل ادعوا‬, tidak bisa diberi Fat-hah atau dhammah.
Catatan:
Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan bersambung), maka nun
tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat pada kata

dalam ayat ‫ولى‬I‫ عاد‡ا ال‬. maka harokat tanwinnya dal diganti nun berharokat

kasrah. Demikian juga dengan huruf lam yang terdapat pada kata yang
terdapat dalam surat Al-Hujarat, karena huruf tersebut terletak di antara 2 hamzah
washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari
bertemunya 2 sukun. Contoh lain:

An-Nisaa’ (4): 66

9.2.2. Mengharokati Yang Pertama: Fat-hah


Huruf sukun yang pertama diberi Fat-hah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:

Pertama: Nun pada huruf jar ‫ من‬jika bertemu dengan hamzah washal.

Contoh: .

Kedua: Ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama) pada kata ‫نعمتي‬, jika bertemu

dengan hamzah washal. Contoh: .

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
36 dari 80

9.2.3. Mengharokati Yang Pertama: Dhammah


Huruf sukun yang pertama diberi dhammah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-
masing:
Pertama: Wawu layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan

hamzah washal. Contoh: .


Kedua: Huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah

washal. Contoh:

Al-Baqarah (2): 94

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
37 dari 80

BAB X
LAM-ALIF, HAMZAH, TA MARBUTHAH & ALIF MAKSURAH

1. Lam-alif ( ). Huruf merupakan kombinasi dari 2 huruf yaitu: huruf

(lam) diikuti oleh huruf (alif).

2. Hamzah ( ). Huruf bisa ditulis secara:

a. Berdiri sendiri: (hamzah)

b. Di atas atau di bawah huruf (alif): (alif hamzah atas) atau (alif
hamzah bawah)

c. Di atas huruf (ya) tanpa dua titik di bawahnya: (ya hamzah)

d. Di atas huruf (Wawu): (Wawu hamzah).

e. Di atas atau di bawah huruf (lam-alif): (lam-alif hamzah atas) atau

(lam-alif hamzah bawah).

3. Ta marbuthah ( ).

Huruf hanya muncul di akhir kata. Jika bacaan berhenti pada kata itu maka

huruf tersebut dibaca seperti huruf (ha’). Jika bacaan tidak berhenti pada

kata itu maka huruf tersebut dibaca seperti huruf (ta).

Al-Israa’ (17): 39

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
38 dari 80

4. Alif Maksurah ( ).

Huruf yaitu huruf (alif) yang ditulis seperti huruf (ya) namun tanpa dua

titik di bawahnya. Huruf hanya muncul di akhir kata dan berfungsi sebagai

tanda baca panjang, sebagaimana huruf (alif) juga bisa berfungsi seperti itu.
Contoh kata ‫وح\ى‬Z \‫ا‬:

﴾٣٩﴿... @ ‫بك من الحكمة‬A ‫ليك ر‬7‫مما اوحى ا‬


Al-Israa’ (17): 39
Cara praktik yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
39 dari 80

BAB XI
WAKAF DAN IBTIDA

11.1. Pengertian dan Cara Wakaf


Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid, memutuskan
suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan kembali bacaan.
Cara wakaf adalah dengan membaca huruf terakhir dengan sukun/mati dan dipanjangkan
atau dilamakan seukuran minimal 2 harokat. Contoh:

,‫ ===< ولد‬C‫ ولد‬,‫ النسل===< النسل‬,Ÿ‫ ===< شيء‬P‫ شيء‬,‫===< خوف‬C‫خوف‬

.‫ خاسرين===< خاسرين‬,‫ يبصرون===< يبصرون‬,‫===< بالحق‬m‫بالحق‬


dan contoh kata lainnya yang serupa di atas, kecuali jenis-jenis kata berikut:

s‫ ماء¡ ===< ماء‬,‫ مسمى ===< مسما‬,‫ هد‡ى===< هدا‬,‫عليم‡ا===< عليما‬


dan contoh kata lainnya yang serupa di atas. Cara wakaf yang benar, ikuti petunjuk
guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

11.2. Macam-macam Wakaf


11.2.1. Wakaf Lazim (harus)
Yaitu menghentikan bacaan pada rangkaian kata yang sempurna makna serta lafalnya
(dari segi i'rab) dan maksudnya tidak tergantung dengan kata-kata berikutnya. Wakaf

lazim disebut juga wakaf taam (sempurna). Wakaf Lazim ini bertanda: [ ]

QS. Al Baqarah: 26

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
40 dari 80

11.2.2. Wakaf Ja'iz (boleh)


Yaitu bacaan yang boleh diwashal (disambung) atau diwakaf (berhenti). Kedudukan
hukum wakaf ja'iz ini kadangkala sama (berhenti atau disambung), kadangkala
disambung lebih baik dari berhenti dan kadangkala berhenti lebih baik dari disambung
(yaitu menghentikan bacaan pada rangkaian kata yang tidak merusakkan maknanya).
Wakaf ja'iz ini terbagi tiga, yaitu: yang terkadang disambung lebih baik (tandanya ‫ز‬, ‫صلى‬
‫)ص‬, berhenti atau disambung sama baiknya ( ‫ ) ج‬dan yang terkadang berhenti lebih
baik)‫ط‬.

11.2.3. Wakaf Kafi (cukup)


Yaitu bacaan yang boleh diwashal atau diwakaf, akan tetapi wakaf lebih baik daripada
washal.
Dinamakan kafi karena berhenti di tempat itu dianggap cukup (lafal sempurna) dan tidak
tergantung kepada kalimat sesudahnya sebab secara lafal tidak ada kaitannya.

Wakaf Kafi ini bertanda:

Al-Baqarah (2): 205

11.2.4. Wakaf Tasawi (sama)


Artinya tempat berhenti yang sama hukumnya antara wakaf dan washal. Wakaf Tasawi

ini bertanda: [ ].

An-Nisaa' (4): 12

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
41 dari 80

11.2.5. Wakaf Hasan (baik)


Yaitu bacaan yang boleh diwashal atau diwakaf, akan tetapi washal lebih baik daripada
wakaf. Dinamakan hasan karena berhenti di tempat itu lebih baik.

Wakaf Hasan ini bertanda:

Al-Maa'idah (5): 8

11.2.6. Wakaf Mu'anaqah (terkontrol)


Artinya terdapatnya 2 tempat wakaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh
berhenti pada salah satu tempat saja.

Al-Baqarah (2): 2

11.2.7. Wakaf Mamnuu' (dilarang)


Yaitu berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat
mengakibatkan perubahan pengertian, karena mempunyai kaitan yang sangat erat –
secara lafal dan makna- dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti
di tempat seperti ini.

Wakaf Mamnuu’ ini bertanda: [ ]

Al-Maa'idah (5): 53

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
42 dari 80

Cara wakaf yang baik, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

11.3. Ibtida
artinya memulai membaca setelah berhenti/wakaf. Pada prinsipnya, agar bisa
ibtida dengan baik terlebih dahulu harus mengerti arti/maksud ayat-ayat Al Qur'an agar
tidak menyalahi rangkaian arti ayat-ayat Al Qur'an. Akan tetapi, hal ini hanya berlaku
bagi mereka yang sudah paham Tata Bahasa Arab. Sedangkan untuk pencinta/pembaca
Al Qur'an yang masih awam, agar bisa ibtida dengan baik dapat memulai dari huruf-
huruf berikut ini:

‫ل=ى‬8‫ ب‬,;‫ل‬8‫ ب‬,;‫ل‬8‫ ه‬,‫ا‬8‫م‬B‫ ك=أ=ن‬,J‫ل‬D‫ إ‬,B‫ن‬D‫ ل=ك‬,C‫ن‬D‫ ل=ك‬,‫ا‬8‫م‬B‫ن‬D‫إ‬, J‫ أ=ن‬,J‫ن‬D‫ إ‬,8‫ ف‬,8‫ و‬,B‫م‬I‫ث‬
Jika memulai dari sebuah fi'il atau huruf jar, pembaca yang awam dikhawatirkan tidak
paham dengan istilah fi'il atau jar dan akhirnya ibtida qobih/memulai bacaan yang tidak
baik.
Untuk ibtida yang baik, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
43 dari 80

BAB XII
JENIS-JENIS HAMZAH

12.1. Hamzah Qath'i


Hamzah qath'i adalah hamzah yang tetap bisa diucapkan ketika terletak di awal,
di pertengahan maupun di akhir kalimat. Hamzah qath'i ini juga bisa terdapat pada kata
benda (isim), kata kerja (fi'il) dan huruf (harf). Aturan bacaannya, harus diucapkan

dengan jelas (Izh-har). Seperti, ‫رض‬s‫ا;ل‬ ‫ف‬. Contoh lainnya di awal ayat:

Al-Fath (48): 1

12.2. Hamzah Washal


Hamzah yang diucapkan bila terdapat dipermulaan bacaan dan digugurkan ketika
disambung dengan huruf sebelumnya. Dinamakan hamzah washal karena berfungsi
sebagai penyambung dalam membaca huruf yang sukun di awal kalimat.
Tandanya: huruf shad kecil di atas alif.

12.2.1. Hamzah Washal Dibaca Fat-hah


Jika hamzah washal terdapat di awal kata benda (isim ma'rifat) yang ditandai dengan
alif-lam di awal bacaan, maka hamzah tersebut dibaca Fat-hah. Contoh:

‫ الرحمن الرحيم‬--- ‫ العالمين‬m‫الحمد ل رب‬


12.2.2. Hamzah Washal Dibaca Kasrah
Biasanya hamzah yang berada di awal kata kerja fi'il madli (kata kerja lampau). Contoh:
‫ ارتبتم‬-- ‫ارتضى‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
44 dari 80

12.2.3. Hamzah Washal Dibaca Dhammah


Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja perintah (fi’il amr) yang huruf ketiganya
berbaris dhammah, maka hamzah tersebut dibaca dhammah. Contoh

....‫ اركض برجلك‬....‫ك بالكمة‬m‫ادع إلى سبيل رب‬

12.2.4. Hamzah Washal Tidak Dibaca


Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak dibaca karena huruf sukun berikutnya
berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan demikian hamzah washal tidak lagi
dibutuhkan, karena itu hamzah tersebut tidak dibaca pada saat disambung.
Hamzah washal dibaca Fat-hah, kasrah atau dhammah jika berada di permulaan bacaan.
Jika hamzah washal berada di tengah-tengah kalimat seperti:

‫ وال‬-- ‫ق‬m ‫بالح‬


dan contoh-contoh sejenis lainnya. Maka hamzah tersebut tidak dibaca sama sekali,
karena penyebutannya ketika itu tidak ada kebutuhannya.

Al-Baqarah (2): 169

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
45 dari 80

BAB XIII
TAFKHIM DAN TARQIQ

Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis)-nya huruf hijaiyah terbagi 3:
1. Huruf-huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti’la (huruf-huruf yang
terjadi dengan menaikkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya).
2. Huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang dibaca tipis, sesuai posisi huruf dalam
ayat, yaitu (lam pada lafal Allah (lam jalalah), ra).
3. Ketiga: Huruf-huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal (huruf-huruf
yang terjadi dengan menurunkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya),
selain dari huruf lam dan ra.

13.1. Pengertian dan Macam-macam Tafkhim dan Tarqiq


13.1.1. Pengertian dan Macam-macam Tafkhim
Menurut bahasa, berarti menebalkan atau menggemukkan. Menurut istilah
tajwid, gambaran tentang tebalnya bunyi huruf, seakan-akan bunyi tersebut bagaikan
memenuhi semua rongga mulut. Hurufnya ada 7, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

Ada beberapa jenis tafkhim, antara lain:


a) Tafkhim Huruf Lam Jalalah (lam pada kata ‫)ال‬
Yakni jika terdapat setelah huruf yang berbaris/berharokat fat-hah dan dhammah
atau terdapat di permulaan kata. Contoh:

.‫ ال‬-‫ ال‬,‫ عبد ال‬,‫قال ال‬


b) Tafkhim atau Tarqiq Huruf Ra, antara lain:
a.1. Apabila berharokat/berbaris fat-hah atau dhammah. Contoh:

.{‫زقنا‬:‫ }ر‬،{‫ر̂بنا‬8 }
Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil
(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
46 dari 80

a.2. Apabila berharokat/berbaris sukun dan sebelumnya huruf yang berbaris fat-hah atau
dhammah. Contoh:

.{‫ر‬C‫ }ال;ق=د‬،{=‫ل‬D‫س‬C‫ر‬I‫ }ا‬،{‫ر‬C‫و‬:‫ }الم‬،{‫ا‬8‫ ;لن‬8‫س‬C‫ }ا=ر‬،{‫ل‬8‫د‬C‫خر‬8 }


a.3. Apabila berharokat/berbaris sukun dan sebelumnya hamzah washal. Contoh:

.{‫ى‬8‫ض‬8‫ت‬C‫ ار‬D‫ن‬8‫م‬D‫ى{===<}ل‬8‫ض‬8‫ت‬C‫ ار‬C‫ن‬8‫م‬D‫ }ل‬،{‫وا‬:‫اب‬8‫ت‬C‫ ار‬D‫ا{===< }أم‬C‫و‬:‫اب‬8‫ت‬C‫ ار‬C‫ }أم‬،{‫وا‬:‫جع‬D C‫}ار‬


a.4. Apabila berharokat/berbaris sukun, sebelumnya huruf yang berbaris kasrah, tapi
setelah huruf yang berbaris kasroh ada huruf isti'la. Contoh:

.{‫ق=ة‬C‫ر‬D‫ }ف‬،{‫ط=اس‬C‫ر‬D‫ }ق‬،{‫ا‬A‫اد‬8‫ص‬C‫ر‬D‫}م‬

13.1.2. Pengertian dan Macam-macam Tarqiq


Menurut bahasa, berarti menipiskan. Menurut istilah tajwid, gambaran tentang
tipisnya bunyi huruf, sehingga bunyi tersebut tidak memenuhi semua rongga mulut.
Hurufnya selain huruf tafkhim. Huruf-huruf tarqiq disebut juga huruf istifal.
Ada beberapa jenis tarqiq, antara lain:
a. Tarqiq Huruf Lam Jalalah (lam pada kata ‫)ال‬
Yakni hanya lam jalalah yang sebelumnya didahului huruf yang berbaris kasroh.

‫ لرسول ال‬،‫لم يكن ال‬


b. Tarqiq huruf Ra
b. 1. Jika huruf ra berbaris kasroh. Contoh:

.{G‫قا‬C‫رز‬D }
b.2. Jika huruf ra diwaqafkan/diharokati sukun dan sebelumnya huruf ya yang berbaris
sukun. Contoh:

{C‫ر‬C‫ي‬D‫ }ق=د‬،{C‫ر‬C‫خي‬8 }
b.3. Jika huruf ra berbaris sukun, sebelumnya huruf berbaris kasroh dan tidak ada huruf
isti'la setelah huruf yang berbaris kasroh tersebut. Contoh:

.{‫ة‬8‫ي‬C‫ر‬D‫ }م‬،{‫ن‬C‫و‬8‫ع‬C‫فر‬D } ،{‫م‬:‫ه‬C‫ر‬D‫ذ‬C‫}أ=ن‬


Bolehnya tarqiq atau tafkhimnya huruf ra terdapat dalam 3 ketentuan, antara lain:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
47 dari 80

1. Ra yang diwaqafkan, sebelumnya huruf yang dibaca tebal/tafkhim. Contoh:

.{C‫ط;ر‬D‫{ }ق‬C‫ر‬C‫ص‬D‫}م‬

2. Ra yang berbaris sukun, sebelum huruf berbaris kasroh asli dan setelahnya huruf isti'la
yang berbaris kasroh. Contoh:

{6‫رق‬C D‫}ف‬
3. Ra berabaris kasroh yang diwaqafkan dan sebelumnya huruf berbaris fat-hah atau
dhammah. Contoh:

.{6‫ذ;ر‬:‫ن‬8‫ }و‬،{6‫ر‬C‫س‬8‫ }ي‬،{D‫ر‬C‫ }أ=ن; أ=س‬،{D‫سر‬C ‫}فأ‬


Cara membaca tafkhim/tarqiq, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.
Catatan:
Urutan huruf-huruf isti'la yang lebih kuat tafkhim/tebalnya adalah huruf-huruf di bawah
ini (diurut dari kanan):

‫طصظقغخ‬
Ketika berharokat, urutannya yang lebih kuat tafkhimnya adalah ketika berharokat fat-
hah, dhammah dan terakhir kasroh. Contoh:

{8‫ع‬8‫ }ط=ب‬،{‫ف=ة‬D‫}ط=ائ‬
{‫ا‬8‫ب‬C‫و‬I‫}ط‬
.{‫م‬:‫ت‬C‫ب‬D‫}ط‬

Untuk praktik, bacalah mulai QS. Al Fatihah dan An Nas hingga Asy Syamsi dengan
memperhatikan bab-bab panduan untuk tingkatan Fashoha (F) disertai bimbingan guru.
Bagi wanita yang berhalangan, bisa menggunakan kitab Hadist/Al Barzanji/kitab Diba'
sebagai alternatif.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
48 dari 80

PANDUAN UNTUK LEVEL ATAS


(FASHOHAH (F))

Saudaraku, Jangan merasa cukup dengan kemampuan yang telah dikuasai.


Karena di atas langit masih ada langit lagi.
Teruslah belajar ...!!!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
49 dari 80

BAB IV
HUKUM NUN MATI DAN TANWIN

14.1. Pengertian Nun Mati dan Tanwin


Nun mati adalah nun yang tidak berbaris, bacaannya tergantung dengan huruf
yang datang berikutnya. Tanwin (baris dua) adalah nun sukun tambahan yang terdapat di
akhir kata jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut

ditulis atau dijadikan tempat berhenti. Tandanya: dua dhammah atau dua Fat-hah

atau dua kasrah


Nun sukun yang terjadi dari tanwin ini diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara
membacanya.
Catatan: Apabila ada nun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah washal,
maka kedua-duanya tidak boleh dibaca dengan Izh-har, idgham, iqlab atau ikhfa, akan
tetapi harus dibaca kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, seperti
contoh di bawah ini.

‫لمن ارتضى===< لمن ارتضى‬

Kecuali huruf nun pada –anggota huruf jar (huruf bahasa Arab)-, maka huruf
nun tersebut harus dibaca Fat-hah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun,
karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris Fat-hah, seperti contoh di bawah ini.

‫من ال===< من ال‬


Catatan lain: Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nun sukun atau tanwin hanya
terjadi pada waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu wakaf (berhenti).

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
50 dari 80

14.2. Hukum-hukum Bacaan Nun Mati atau Tanwin

14.2.1. Izh-har (‫)الظ`ه^ار‬


Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf Izh-har dari makhrajnya tanpa disertai
dengung. Izh-har terbagi menjadi dua (2) macam, yakni Izh-har Muthlaq dan Izh-har
Halqi.
14.2.1.1. Izh-har Muthlaq
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah
tajwid, melafalkan huruf-huruf Izh-har dari makhrajnya tanpa disertai
dengung.
Dinamakan muthlaq karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau

bibir. Izh-har muthlaq terjadi apabila nun sukun bertemu dengan atau

dalam satu kata. Izh-har semacam ini dalam Al-Quran hanya terdapat pada
4 tempat, yaitu:

dan ,

Aturan bacaan kedua-duanya adalah Izh-har Muthlaq, walaupun berada dalam


2 kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Iman Hafsh.

Al-An'aam (6): 99.


Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

14.2.1.2. Izh-har Halqi


Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah
tajwid, melafalkan huruf-huruf Izh-har dari makhrajnya tanpa disertai
Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil
(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
51 dari 80

dengung.
Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan).

Hurufnya ada 6, yaitu: , , , , ,


Perhatikan contoh-contoh Izh-har Halqi berikut ini:

Izh-har Halqi - Huruf Hamzah ( )

Al-A’laa (87): 5
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Izh-har Halqi - Huruf Ha' ( )

At-Taubah (9): 109


Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Izh-har Halqi - Huruf 'Ain ( )

Al-Fatihaah (1): 7
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Izh-har Halqi - Huruf Ha ( )

Ali Imran (3): 20

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
52 dari 80

Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Izh-har Halqi - Huruf Ghain ( )

Huud (11): 46
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Izh-har Halqi - Huruf Kha ( )

Al-Maa’idah (5): 3
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

14.2.2. Iqlab
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya/membolak-balik.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan
memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin
menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya 1, yaitu
huruf ba.

." ‫ " ممبعد‬: ‫}من بعد{ تقرأ‬


." ‫ " بسلطنمبي‬:‫ تقرأ‬:{‫}بسلطان مبي‬
." ‫ " سيعمبصي‬:‫ تقرأ‬:{‫}سيع@ بصي‬
." ‫ " بشرمبي‬:‫ " تقرأ‬:{‫ مبي‬G‫}بشرا‬
." ª‫ " ليمبذن‬:‫ تقرأ‬:{‫}لينبذن‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
53 dari 80

." ‫ " أمباء‬:‫ تقرأ‬:{‫}أنبآء‬


Bunyi bacaan yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

14.2.3. Idgham
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu/meleburkan.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharokat,
sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham
Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata.

Huruf idgham ada 6, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

14.2.3.1. Idgham Bighunnah


Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

yaitu: , , dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan
syarat di dalam 2 kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada 2

tempat, yaitu: dan


yang harus dibaca Izh-har Muthlaq, berbeda dengan kaidah aslinya. Hal ini
sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh. Contoh-contoh
bacaan Idgham Bighunnah:

Idgham Bighunnah - Huruf Wawu ( )

Ar-Ra’d (13): 34
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
54 dari 80

Idgham Bighunnah - Huruf Mim ( )

Ar-Rahmaan (55): 15
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Idgham Bighunnah - Huruf Nun ( )

Al-Insaan (76): 2
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Idgham Bighunnah - Huruf Ya ( )

An-Nisaa’ (4): 13
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

14.2.3.2. Idgham Bila Ghunnah

Idgham bila ghunnah mempunyai 2 huruf, yaitu: dan . Apabila salah


satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam
2 kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunah kecuali nun yang terdapat

dalam ayat , karena disini harus di baca saktah (diam sebentar


tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
55 dari 80

Idgham Bila Ghunnah - Huruf Lam ( )

Muhammad (47): 8
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Idgham Bila Ghunnah - Huruf Ra ( )

An-Najm (53): 23
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

14.2.4. Ikhfa
Menurut bahasa, berarti menyamarkan. Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf
antara Izh-har dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan dengung. Disebut juga
ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang
disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya. Huruf ikhfa ada 15, yaitu awal kata dari
kalimat:

Contoh-contoh bacaan ikhfa:

.{F‫ان‬8‫و‬C‫ن‬D‫ ص‬F‫ل‬C‫ي‬D‫خ‬8‫ن‬8‫ }و‬،{6‫ر‬8‫ص‬C‫صر‬


8 6‫ح‬C‫ي‬D‫ر‬D‫ }ب‬،{8‫بر‬88‫ن ص‬C 8‫ل=م‬8‫ }و‬،{‫نا‬C‫ر‬:‫ص‬C‫ }ان‬:‫ص‬
.{C‫ي‬D‫ل• ذ‬D‫ }ظ‬،{G‫ة‬B‫ر•ي‬I‫ ذ‬G‫ل‬C‫ي‬D‫ك‬8‫ }و‬،{‫ ذ=ا‬C‫ن‬8‫ }م‬،{I‫ذ‬C‫ن‬:‫ }م‬:‫ذ‬
.{B‫م‬I‫ ث‬6‫ط;ف=ة‬:‫ }ن‬،{B‫م‬I‫ ث‬G‫دا‬C‫ي‬D‫شه‬8 } ،{8‫اك‬8‫ن‬C‫ت‬B‫ }أ=ن; ث=ب‬،{‫ث=ى‬C‫ }ال—ن‬:‫ث‬
.{‫ك‬D‫ ك=ذ=ال‬6‫ء‬C‫شي‬8 } ،{G‫را‬C‫ي‬D‫ ك=ب‬G‫̂وا‬I‫ل‬:‫ }ع‬،{C‫ت‬8‫ن; ك=ان‬D‫إ‬8‫ }و‬،{‫ا‬C‫و‬:‫ح‬D‫ك‬C‫ }ف=ان‬:‫ك‬
Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil
(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
56 dari 80

.{‫ل‬C‫ي‬D‫م‬8‫ر@ ج‬C‫صب‬
8 =‫ }ف‬،{G‫̂يا‬D‫جن‬8 G‫ط=با‬:‫ }ر‬،{‫اء‬8‫ ج‬C‫ن‬8‫ }م‬،{‫اه‬8‫ن‬C‫ي‬8‫ج‬C‫ }أ=ن‬:‫ج‬
.{‫د‬C‫ي‬D‫د‬8‫ ش‬6‫ك;ن‬:‫ }ر‬،{G‫̂يا‬D‫شق‬8 G‫ارا‬B‫ب‬8‫ }ج‬،{6‫د‬C‫ي‬D‫ه‬8‫ ش‬C‫ن‬D‫ }م‬،{‫ا‬8‫ن‬C‫ر‬8‫ش‬C‫ }أ=ن‬:‫ش‬
.{‫ب‬C‫ي‬D‫ذ=اب@ =قر‬8‫ }ع‬،{‫وا‬I‫ ق=ال‬G‫قا‬C‫ز‬D‫ }ر‬،{‫ل‬C‫ ق=ب‬C‫ن‬D‫ }م‬،{=‫ن‬C‫و‬:‫م‬D‫ق‬C‫ن‬8‫ }ت‬:‫ق‬
.{‫م‬:‫أ=ل=ه‬8‫وج@ س‬C =‫ }ف‬،{G‫دا‬C‫ي‬D‫د‬8‫ س‬G‫ل‬C‫ }ق=و‬،{‫م‬:‫ه‬8‫أ=ل;ت‬8‫ س‬C‫ن‬D‫ل=ئ‬8‫ }و‬،{‫ان‬8‫س‬C‫ن‬D‫ }ال‬:‫س‬
.{‫ه‬8‫ر‬:‫دب‬: 6‫ذ‬D‫ئ‬8‫م‬C‫و‬8‫ }ي‬،{G‫اقا‬8‫ه‬D‫ د‬G‫ }ك=أ;سا‬،{‫ة‬B‫اب‬8‫ د‬C‫ن‬D‫ا م‬8‫م‬8‫ }و‬،{G‫ادا‬8‫د‬C‫ }أ=ن‬:‫د‬
.{G‫ة‬8‫ ط=ي•ب‬G‫مة‬8 D‫ }ك=ل‬،{G‫ ط=ي•با‬G‫ل=ل‬8‫ }ح‬،{‫ات‬8‫ ط=ي•ب‬C‫ن‬D‫ }م‬،{‫ا‬C‫و‬I‫ق‬D‫ط=ل‬C‫ن‬D‫ }ا‬:‫ط‬
.{G‫قا‬C‫ر‬:‫ ز‬6‫ذ‬D‫ئ‬8‫م‬C‫و‬8‫ }ي‬،{‫ة‬B‫ي‬D‫ك‬8‫ ز‬G‫ف;سا‬8‫ }ن‬،{‫م‬:‫زل=ل;ت‬8 ;‫ن‬D‫ }ف=إ‬،{=‫ل‬D‫ز‬C‫ن‬I‫ }أ‬:‫ز‬
.{‫ف=ح‬C‫ ف=اص‬F‫ة‬8‫ي‬D‫ }ل=آت‬،{‫ي‬D‫ ل‬C‫ب‬8‫ ف=ه‬G‫را‬D‫اق‬8‫ }ع‬،{‫وا‬:‫ن; ف=اؤ‬D‫ }ف=ا‬،{‫ن‬C‫و‬I‫ق‬D‫ف‬C‫ن‬:‫ }ي‬:‫ف‬
.{‫ن‬C‫و‬:‫ض‬8‫ر‬C‫ع‬:‫ ت‬6‫ذ‬D‫ئ‬8‫م‬C‫و‬8‫ }ي‬،{‫ا‬8‫ه‬8‫ن‬C‫سو‬
: 8‫ل;ب‬8‫ ت‬G‫ة‬8‫حل;ي‬D } ،{‫وا‬:‫ر‬D‫ب‬C‫ص‬8‫ن; ت‬D‫ا‬8‫ }و‬،{8‫ت‬C‫ }أ=ن‬:‫ت‬
.{G‫فا‬C‫ضع‬
8 6‫ة‬B‫و‬I‫ }ق‬،{‫ن‬C‫آل‚ي‬8‫ ض‬G‫ما‬C‫ }ق=و‬،{J‫ضل‬
8 C‫ن‬8‫م‬8‫ }و‬،{‫د‬C‫و‬:‫ض‬C‫ن‬8‫ }م‬:‫ض‬
.{@‫ات‬8‫م‬I‫ل‬I‫اب@ ظ‬8‫سح‬8 } ،{G‫ل‬C‫ي‬D‫• ظ=ل‬G‫ل‬D‫ }ظ‬،{‫ر‬C‫ي‬D‫ ظ=ه‬C‫ن‬D‫ }م‬،{‫وا‬:‫ر‬I‫ظ‬C‫ن‬I‫ }ا‬:‫ظ‬
Bunyi bacaan yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Catatan:
– Membaca ikhfa dimulai dari tempat keluarnya huruf ikhfa yang mengiringi nun
mati/tanwin. Untuk mengetahui tempat keluar hurufnya dengan cara meletakkan alif
di awal huruf ikhfa, seperti:

‫ أظ‬،‫ أض‬،‫ أت‬،‫ أف‬،‫ أز‬،‫ أط‬،‫ أد‬، ‫ أس‬، ‫ أق‬، ‫ أش‬،‫ أج‬،‫ أك‬،‫ أث‬،‫ أذ‬،‫أص‬
– Jika huruf ikhfa termasuk bacaan tafkhim/tebal, maka bunyi ikhfa
ditafkhimkan/ditebalkan. Seperti: ‫من صدقة‬
– Dan jika huruf ikhfa termasuk huruf tarqiq/tipis, maka bunyi ikhfa
ditipiskan/ditarqiqkan. Sepert: ‫ذي‬-‫ال‬ ‫من ذا‬.
– Ada ikhfa dengan makna baru, yakni bacaan sukunnya huruf hidup (berharakat
selain sukun dan tasydid) setelah harakat sukun asli karena diwakafkan. Contoh:

‫ والفجر ===< والفجر‬,‫من قبل ===< من قبل‬


Maka bunyi huruf terakhir tetap dibaca dengan pelan/samar. Ikuti petunjuk guru.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
57 dari 80

Sedangkan jika huruf terakhir termasuk huruf qalqalah, maka harus dibaca seperti
hukum qalqalah. Contoh:

‫ وبرق‬C‫ ورعد‬,‫بالقسط‬
Cara baca yang benar, ikuti petunjuk guru.

14.2.5. Hukum Mim Sukun


Adalah mim yang tidak berharokat/berbaris. Mim semacam ini bisa terdapat sebelum

semua huruf hijaiyah kecuali 2 huruf mad [ , ] untuk menghindari bertemunya 2


huruf yang sukun.

14.2.5.1. Izh-har Syafawi


Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid,
melafalkan huruf-huruf Izh-har dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dinamalan
syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan
penghubungannya kepada Izh-har karena ketetapan pengucapannya sama dengan
pengucapan huruf Izh-har. Izh-har syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf
hijaiyah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf Wawu atau fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca
Izh-har syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya
huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya karena
makhraj huruf mim dengan huruf Wawu adalah sama dan antara huruf mim dan fa
sangat berdekatan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

،{‫ن‬C‫آل‚ي‬B‫ =ل الض‬8‫ و‬C‫م‬D‫يه‬C =‫ل‬8‫ }ع‬،{‫ا‬8‫ه‬C‫ي‬D‫ ف‬C‫م‬I‫ل=ك‬8‫ }و‬،{‫عل=ى‬8 C‫م‬:‫ت‬C‫ن‬I‫ن; ك‬D‫إ‬8‫ }و‬،{C‫م‬I‫ر@ ل=ك‬C‫ي‬8‫ خ‬C‫م‬I‫ك‬D‫}ذل‬
.{‫حك;م‬: C‫م‬I‫ك‬D‫ }ذل‬،{‫ا‬8‫ه‬C‫ي‬D‫ ف‬C‫م‬D‫ه‬C‫عل=ي‬8 }

Al-Fajr (89): 6

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
58 dari 80

Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

14.2.5.2. Ikhfa Syafawi


Menurut bahasa, berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid, disertai
dengan dengung. Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan
dua bibir. Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.

Ath-Thuur (52): 20
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
59 dari 80

BAB XV
PERTEMUAN DUA HURUF

15.1. Pengertian dan Macam-macam Pertemuan Dua Huruf


15.1.1. Pengertian Pertemuan Dua Huruf
Pertemuan 2 huruf adalah bertemunya dua huruf yang makhraj/tempat keluarnya
sejenis, mirip/berdekatan, identik dan beda/berjauhan. cara membacanya adalah
dileburkan/idgham beserta dengung atau tanpa dengung.

15.1.2. Macam-macam Pertemuan Dua Huruf


Pertemuan dua huruf, baik secara lafal ataupun tulisan dapat terbagi ke dalam 4
kasus, yaitu: Mitslain (identik), Mutaqaribain (mirip-berdekatan), Mutajanisain (sejenis)
dan Mutaba’idain (berbeda-berjauhan). Dalam konteks ini tidak dibahas hukum
mutaba’idain, karena target yang ingin dicapai disini adalah dapat mengetahui huruf-
huruf yang wajib di-idgham-kan dan yang tidak. Hal ini tidak didapati dalam
mutaba’idain.
Hukum Izh-har dan idgham pada mitslain, mutaqaribain dan mutajanisain hanya terjadi
pada huruf pertama saja, bukan pada huruf yang kedua. Berikut ini uraian macam-
macam pertemuan dua huruf.
15.1.2.1. Idgham Mitslain
adalah bertemunya dua huruf yang hurufnya sejenis, seperti:

،{:‫د‬:‫ب‬C‫ع‬8‫ ت‬C‫ت‬8‫ا كا=ن‬8‫ }م‬،{=‫ل; ل‬8‫ }ب‬،(didengungkan) {=‫ل‬B‫ َنز‬C‫ن‬8‫ }م‬،{C‫من‬D C‫م‬I‫ا َلك‬8‫}م‬

.(tidak dengung){8‫ب‬8‫ذ; ذ=ه‬D‫ }إ‬،{‫م‬I‫ك;ك‬D‫ر‬C‫د‬:‫ }ي‬،{‫ي‬D‫اب‬8‫ت‬D‫ك‬D‫ ب‬C‫ب‬8‫ذ;ه‬D‫}ا‬،{8‫اك‬8‫ص‬8‫ع‬D‫ ب‬C‫ب‬D‫ر‬C‫ض‬D‫}ا‬

cara membaca yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga
fasih.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
60 dari 80

Catatan:
– Khusus pada ayat

[29-28 :‫ه ]الاقة‬8‫ي‬D‫ل;ط=ان‬:‫عن•ي س‬8 8‫ل=ك‬8‫ه * ه‬8‫ي‬D‫ال‬8‫عن•ي م‬8 ‫ى‬8‫ا أ=غ;ن‬8‫م‬


boleh Izh-har, idgham/dileburkan tanpa dengung dan saktah (berhenti
sejenak tanpa nafas seukuran 2 harokat).
– Apabila huruf yang pertama dan kedua adalah wawu dan ya maka tidak
boleh dileburkan/diidghamkan. Tapi harus dibaca panjang/mad (2 harokat).
Contoh:

.{:‫س‬D‫و‬C‫س‬8‫و‬:‫ ي‬C‫ي‬D‫ذ‬J‫ }ال‬،{‫وا‬I‫ل‬D‫عم‬8 8‫ا و‬C‫و‬:‫ن‬8‫}آم‬


– Apabila huruf yang pertama termasuk dalam hukum mad lin/lembut dan
huruf yang kedua sejenis, maka huruf yang pertama cukup dileburkan ke
huruf yang kedua tanpa dengung atau mad. Contoh:

{‫ا‬C‫و‬:‫ر‬8‫ص‬8‫ن‬8‫ا و‬C‫و‬8‫ آو‬8‫ن‬C‫ي‬D‫ذ‬J‫ال‬8‫}و‬


cara membaca yang benar, ikut petunjuk guru.

15.1.2.2. Idgham Mutajanisain


adalah dua huruf yang sama makhroj/tempat keluarnya, tapi beda sifat
hurufnya. cara membacanya huruf yang pertama dileburkan pada huruf kedua tanpa
dengung. Contoh:

"‫ " أجيبدعوتكما‬:‫ا{ تقرأ‬8‫م‬I‫ك‬:‫ت‬8‫و‬C‫ع‬8‫ د‬C‫ت‬8‫ب‬C‫ي‬D‫ج‬I‫" }أ‬.‫دعوا‬s‫ " أثقل‬:‫ا{ تقرأ‬8‫و‬8‫ع‬8‫ د‬C‫ د }أ=ث;ق=ل=ت‬+‫ت‬

."}‫ائفة‬-‫ قالط‬:‫{ تقرأ‬F‫ف=ة‬D‫ ط=ائ‬C‫ }ق=ال=ت‬."‫ائفتان‬-‫ همط‬:‫{ تقرأ‬D‫ان‬8‫ف=ت‬D‫ ط=ائ‬C‫ت‬B‫م‬8‫ }ه‬:‫ ط‬+‫ت‬

" :‫{ تقرأ‬8‫ ت‬C‫د‬D‫ ك‬C‫ }ل=ق=د‬.|‫ " ومه ت‬:‫{ تقرأ‬:‫ ت‬C‫د‬B‫ه‬8‫م‬8‫ و}و‬. "‫بين‬s‫ " قت‬:‫{ تقرأ‬8‫ ن‬B‫ي‬8‫ب‬8‫ ت‬C‫ }ق=د‬:‫ ت‬+‫د‬

" ‫لقدكت‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
61 dari 80

." ‫ي اركمعنا‬8‫ن‬:‫ا ب‬8‫ "ي‬:‫ [ تقرأ‬42 :‫ا{ ] هود‬8‫ن‬8‫ع‬8‫ م‬C‫رك=ب‬C ‫ ا‬B‫ي‬8‫ن‬:‫ا ب‬8‫ }ي‬:‫م‬+‫ب‬

." ‫متم‬s‫ل‬-‫م{ تقرأ " إظ‬:‫ت‬C‫ذ; =ظل=م‬D‫ }إ‬:‫ ظ‬+ ‫ذ‬

." ‫لك‬-‫ " يلهذ‬:‫ك{ تقرأ‬D‫ث; ذل‬8‫ل;ه‬8‫ }ي‬:‫ ذ‬+ ‫ث‬

."‫ "فرت|م‬:‫م{ تقرأ‬:‫ط;ت‬8‫ " بست " }ف=ر‬:‫ تقرأ‬.{8‫ط;ت‬8‫س‬8‫ }ب‬." |‫ " أحت‬:‫{ تقرأ‬:‫ط;ت‬8‫ }أ=ح‬:‫ ت‬+‫ط‬
Catatan:
Sifat huruf tha harus tetap ditampakkan dalam meleburkan tha ke huruf
berikutnya yakni ditebalkan seperti membaca huruf tha aslinya. cara membaca
yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

15.1.2.3. Idgham Mutaqaribain


Apabila ada dua huruf yang berdekatan makhraj/sifat hurufnya dan huruf yang
pertama berharakan/berbaris sukun, maka huruf yang pertama dileburkan pada huruf
yang kedua tanpa dengung. Contoh:

" m‫ }قل; رب{ ===< " قرب‬:‫ ر‬+ ‫ل‬

" ‫م{ ===< " نخل̧كم‬I‫ }ال; نلق;ك‬:‫ ك‬+ ‫ق‬


.{‫م‬:‫ت‬C‫ر‬D‫ر‬I‫ط‬C‫ا اض‬JD‫ }م‬:‫ ط‬+ ‫ض‬
.{‫م‬:‫ت‬C‫ذ=ا أ=ف=ض‬D‫ }ف=إ‬: ‫ ت‬+ ‫ض‬
.{‫عظت‬8‫ علينا أو‬s‫ }سواء‬:‫ظ‬
Pada contoh ‫ ق‬bertemu ‫ ك‬tersebut, dalam membaca huruf qaf boleh tetap menjaga sifat

huruf qaf yakni tebal (tafkhim) atau tidak ditebalkan yakni dibaca seperti huruf kaf ( ‫)ك‬

sehingga bacaannya sama dengan huruf kaf. Termasuk pada contoh-contoh di bawah ini
adalah huruf-huruf yang bersifat tebal/tafkhim.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
62 dari 80

.{‫م‬:‫ت‬C‫ر‬D‫ر‬I‫ط‬C‫ا اض‬8‫ م‬-‫ }إل‬:‫ ط‬+ ‫ض‬


.{‫م‬:‫ت‬C‫ذ=ا أ=ف=ض‬D‫ }ف=إ‬: ‫ ت‬+ ‫ض‬
.{‫ت‬
8 ;‫ظ‬8‫ع‬8‫ا أ=و‬8‫ن‬C‫عل=ي‬8 s‫اء‬8‫و‬8‫ }س‬: ‫ ت‬+ ‫ظ‬
cara membaca yang benar, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
63 dari 80

BAB XVI
HUKUM-HUKUM MAD

16.1. Pengertian dan Macam-macam Mad


Mad, menurut bahasa, berarti tambahan. Menurut istilah tajwid, memanjangkan
suara/melamakan bacaan pada salah satu huruf-huruf hijaiyah ketika waqaf/washal
ketika bertemu dengan huruf mad. Huruf mad ada 3, yaitu alif (‫) ا‬, wawu (‫ )و‬dan ya (‫)ي‬.
Syarat mad, huruf sebelum wawu berbaris dhammah, sebelum ya berbaris kasrah dan
sebelum alif berbaris Fat-hah. Jika huruf yang sebelum ya atau Wawu sukun itu berbaris
Fat-hah tidak dibaca panjang kecuali diwaqafkan (hukumnya menjadi mad lin yang
dijelaskan pada bagian tertentu). Ingat, cara membaca mad yang benar, ikuti petunjuk
guru dan baca berulang-ulang hingga fasih. Secara umum mada terbagi menjadi dua (2):

a. Mad Thabi'i atau Mad Asli


Yaitu bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun.
Dinamakan thabi'i karena mad tersebut merupakan sesuatu yang thabi'i (alami),
kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya panjang 2 harokat.

a.1. Mad Asli: Pada Wakaf dan Washal


Huruf mad tetap ada disaat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di tengah,

seperti pada kata atau di akhir, seperti pada kata

.
Syarat mad thabi’i, tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut.

Al-Mutaffifiin (83): 26
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
64 dari 80

a.2. Mad Asli: Pada Washal


Mad asli atau thabi'i bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf Wawu kecil yang
terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat setelah ha
dhamir yang berbaris kasrah. Agar ha dhamir bisa disambung dengan Wawu atau ya,
maka disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharokat seperti

.
Dalam hal ini Wawu dan ya dibaca panjang 2 harokat (dengan syarat tidak terdapat
huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf tidak dibaca
panjang.

'Abasa (80): 35
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

a.3. Mad Asli: Pada Wakaf


Mad asli atau thabi’i bisa juga terjadi pada huruf mad yang ada ketika wakaf dan hilang
ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti

, jika berhenti pada huruf alif .


Dalam hal ini mad akan hilang jika disambung dengan kata sesudahnya.

a.4. Mad Asli: Ketika Bertemu Lam Ta'rif (`‫)ال‬


Mad asli/thabi'i tidak dibaca panjang atau dibaca pendek ketika dilanjutkan/diwashalkan
dan bertemu dengan lam ta'rif. Contoh:

‫ض‬C‫ف ا;لَر‬
D ،‫وا ال‬:‫ع‬C‫ اد‬D‫ل‬I‫ ق‬،‫ي‬D‫ذ‬J‫ ذا= ال‬C‫ن‬8‫ م‬،‫ض‬C‫;لر‬
َ ‫ ا‬8‫لى‬8‫ع‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
65 dari 80

b. Mad Far'i
Menurut bahasa far'i berarti cabang. Sedangkan menurut istilah mad far'i adalah
bacaan mad karena salah satu 2 sebab, yaitu hamzah atau sukun. Ada beberapa jenis
mad far'i, antara lain:

b.1. Mad Wajib Muttashil (satu kata)


Disebut Mad Wajib Muttashil, bila mad thabi'i bertemu dengan huruf hamzah
dalam satu kata. Aturan bacaannya panjang, 4 harokat menurut imam Hafsh dan tidak
boleh ditambah/ dikurangi. Contoh:

Ar-Ra'd (13): 21
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

b.2. Mad Jaiz Munfashil (terpisah)


Disebut Mad Jaiz Munfashil, bila mad thabi'i bertemu dengan huruf hamzah di kata
berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada
kata yang berbeda. Aturan membacanya, 4 harokat menurut imam Hafsh.

Al-'Anfaal (8): 72
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

Catatan:

Apabilah terdapat 2 atau lebih bacaan Mad Wajib Muttashil atau Mad Jaiz Munfashil,

maka hukum bacaan panjang antara mad yang pertama dengan yang berikutnya harus

sama, tidak boleh berbeda karena dianggap satu derajat. Tidak boleh yang pertama

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
66 dari 80

dibaca 4, yang kedua dan seterusnya dibaca 5 ata 6 dan sebaliknya.Jadi, jika mad yang

pertama dibaca 4 harokat, maka mad kedua dan seterusnya dibaca 4 harokat pula. Jika

dibaca 5 harokat, mad kedua dan seterusnya dibaca 5 harokat pula. Jika dibaca 6

harokat, mad kedua dibaca 6 harokat pula. Contoh:


.{ ‫آ —ء‬8‫ الس¬ف=ه‬8‫ن‬8‫ا آم‬8‫ =كم‬:‫ن‬D‫م‬C‫ؤ‬:‫ا ا=ن‬C‫و‬I‫ ق=ال‬:‫اس‬B‫ الن‬8‫ن‬8‫ا آم‬8‫ }ك=م‬،{‫ذ=ا‬D‫آ إ‬B‫ن‬D‫ إ‬:‫ه‬:‫ع‬D‫ب‬B‫ت‬8‫ }ن‬،{ª‫آء‬8‫ء م‬D ‫آ‬8‫م‬B‫ الس‬8‫ن‬D‫}م‬

b.3. Mad 'Aridh Lissukun


Menurut bahasa kata 'aridh berarti melintang. Menurut ilmu tajwid mad 'aridh
lissukun adalah bacaan huruf berharokat yang diwaqafkan dan sebelumnya terdapat
huruf mad. Panjangnya bisa 2, 4, atau 6 harokat. Contoh:

{C‫ي‬D‫ر‬C‫}أ=م‬،{‫ن‬C‫ي‬D‫ال=م‬8‫ب• ا;لع‬8‫ }ر‬،{‫ن‬C‫و‬:‫ن‬D‫م‬C‫ؤ‬I‫ ا;ل‬8‫ أ=ف;ل=ح‬C‫ }ق=د‬،{C‫ق=اب‬D‫ ا;لع‬:‫د‬C‫ي‬D‫د‬8‫}ش‬

b.4. Mad Lazim


Disebut mad lazim, bila mad thabi'i bertemu dengan sukun yang tetap ada baik
dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam 1 kata ataupun tidak. Dinamakan lazim
(harus), karena mad tersebut harus dibaca 6 harokat dan keharusan adanya sukun, baik
ketika washal ataupun wakaf.

b.4.1. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal


Yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad thabi'i yang bertemu dengan huruf
yang bertasydid dalam 1 kata. Aturan membacanya wajib panjang, 6 harokat.
Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid

pada huruf yang sukun. Contoh, huruf alif dalam: , dari firman Allah

Taala: . Contoh lain:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
67 dari 80

‫نا‬s‫كم ونساء‬s‫ن ا وأبناء‬s‫ك من العلم فقل تعالوا ندع أبناء‬s‫ك فيه من بعد ما جاء‬B‫آج‬8‫فمن ح‬

﴾٦١﴿‫ه على الكاذبي‬-‫كم وأنفسنا وأنفسكم ثم نبتهل فنجعل لعنت الل‬s‫ونساء‬


Ali Imran (3): 61
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

b.4.2. Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf


Yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad thabi'i yang bertemu dengan huruf
yang sukun (tetapi tidak bertasydid) dalam satu kata. Aturan membacanya wajib
panjang, 6 harokat. Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah
sebagai akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Dinamakan kalimi (kata)
karena sukun asli dan mad thabi'i itu terdapat dalam 1 kata.

﴾٥١﴿‫ذا ما وقع ا<منتم به * ا<لا<ن وقد كنتم به تستعجلون‬7‫اثم ا‬


Yunus (10): 51
Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-ulang hingga fasih!

b.5. Mad Harfi


Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah
satu huruf hijaiyah yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat
setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiyah yang terletak di awal
beberapa surat. Ada dua jenis mad harfi, yaitu:

b.5.1. Mad Harfi Mutsaqqal


Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya akibat adanya tasydid pada
sukun tersebut. Aturan membacanya wajib panjang, 6 harokat. Contoh, huruf lam dalam:

, huruf sin pada ‫ طسم‬dan contoh lainnya yang sejenis. Contoh lainnya:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
68 dari 80

{‫ }الص‬،{‫ }طسم‬،{‫ }الر‬،{‫}آل‬

b.5.2. Mad Harfi Mukhaffaf


Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya

tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contoh, huruf mim dalam: dan contoh lain
yang sejenis.
Catatan: huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat ada 14 huruf, yaitu yang

tergabung dalam kalimat: . Aturan membaca panjangnya


bisa 2, 4 dan 6 harokat. Cara membaca mad harfi yang benar ikuti petunjuk guru dan
baca berulang-ulang hingga fasih.
Contoh-contoh dalam Al Qur'an:

{‫ }طه‬،{‫ }طس‬،{‫ }ق والقرآن‬،{‫}ن والقلم‬

b.6. Mad Badal (panjangnya hamzah)


Disebut mad badal, bila huruf hamzah terdapat sebelum mad thabi'i di dalam 1
kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah.atau sukun). Dinamakan badal karena huruf
mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, dimana asal dari mad badal pada
umumnya adalah karena bertemunya 2 hamzah dalam 1 kata, yang pertama berharokat
dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad
yang sesuai dengan jenis harokat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan
bacaan.
Jika huruf hamzah yang pertama berbaris Fat-hah, maka yang kedua diganti menjadi

huruf alif, seperti: ‫وا‬:‫ن‬8‫ آم‬asalnya . Jika huruf yang pertama berbaris kasrah,

maka yang kedua diganti menjadi huruf ya, ‫ا‬A‫ا ن‬8‫يم‬CD‫إ‬ seperti: asalnya . Jika

huruf yang pertama berbaris dhammah, maka yang kedua diganti menjadi huruf Wawu,

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
69 dari 80

seperti: ‫وا‬:‫ت‬C‫و‬I‫ ا‬asalnya . Aturan membacanya, panjang dua harokat seperti mad

thabi'i.

b.7. Mad 'Iwadl


Menurut bahasa 'iwadh berarti ganti. Adapun menurut ilmu tajwid mad 'iwadh
adalah mengganti bunyi tanwin fat-hah/fat-hatain menjadi fat-hah biasa, tapi bacaannya
dipanjangkan seukuran dua harokat. Dengan syarat, huruf yang berharokat fathatain

bukan huruf ta marbuthah (‫)ة‬. Contoh:

.{‫م®ى‬8‫س‬:‫ }م‬،{G‫ }إل قليل‬،{G‫ غفورا‬G‫ }عفوا‬،{G‫ عظيما‬G‫}أجرا‬


b.8. Mad Tamkin
Menurut bahasa tamkin berarti mengokohkan. Sedangkan menurut istilah tajwid
mad tamkin adalah mengokohkan bacaan 2 ya dalam satu kata dengan ketentuan, ya
pertama berharokat tasydid dan yang ya kedua berharokat sukun. Panjang bacaannya
seukuran 2 harokat. Contoh:

.{‫ن‬C‫ي•ي‬D‫ب‬B‫ }الن‬،{‫م‬:‫ت‬C‫حي•ي‬: }

b.9. Mad Lin

Menurut bahasa lin (‫ )لي‬berarti lembut. Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid

mad lin adalah sukunnya huruf wawu dan ya yang sebelumnya huruf berharokat fat-hah
dan setelahnya huruf berharokat sukun/diwaqafkan. Contoh:

.{C‫ف‬C‫خو‬8 } ،{C‫ت‬C‫ي‬8‫ }ا;لب‬،{C‫ه‬C‫عل=ي‬8 } ،{C‫ش‬C‫ي‬8‫قر‬I}

b.10. Mad Shilah

Menurut bahasa shilah berarti bersambung. Mad shilah terbagi menjadi dua

macam:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
70 dari 80

b.10.1 Mad Shilah Kubra

adalah bacaan panjang ha dhamir yang bertemu dengan hamzah. Panjang

bacaannya seperti hukum Mad Jaiz Munfashil, yakni minimal 4 harokat menurut imam

Hafsh. Contoh:
.{8‫ك‬D‫ول=ئ‬I‫ا ا‬8‫ه‬C‫ي‬D‫ }ف‬،{G‫دا‬8‫ أ=ح‬D‫ه‬D‫ }ب‬،{@‫ر‬C‫ أ=ج‬:‫ل=ه‬8‫}و‬

b.10.2. Mad Shilah Shuqhra

adalah bacaan panjang ha dhamir yang tidak bertemu dengan hamzah. Panjang

bacaannya cukup 2 harokat seperti Mad Thabi'i. Contoh:


.{8‫ق;ط=ع‬8‫ي‬8‫ و‬D‫ه‬D‫ت‬8‫م‬D‫ك=ل‬D‫ }ب‬،{C‫ ف=ق=د‬:‫ه‬:‫ل;ت‬I‫ }ق‬،{G‫عذ=ابا‬8 :‫ه‬:‫ذ‚ب‬8‫ع‬I‫}أ‬
Kecuali contoh ayat di bawah ini:
.[7 :‫{ ]الزمر‬C‫م‬I‫ ل=ك‬:‫ه‬8‫ض‬C‫ر‬8‫}ي‬

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
71 dari 80

BAB XVII
PANTULAN HURUF

17.1. Pengertian Pantulan Huruf (Qalqalah)


Pantulan huruf lazim disebut qalqalah. Menurut istilah tajwid, qalqalah adalah
bunyi getaran/pantulan suara yang terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun
sehingga menimbulkan semacam pantulan suara yang kuat, baik sukun asli ataupun
tidak.

Huruf qalqalah ada 5, yaitu yang tergabung dalam yaitu: huruf , , ,

dan .
Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena
waqaf/berhenti pada huruf qalqalah.

17.2. Tingkatan Bacaan Pantulan Huruf (Qalqalah)


Ada beberapa tinggakatan qalqalah, antara lain:
17.2.1. Qalqalah Tingkatan Rendah
Tingkat qalqalah yang paling rendah terjadi apabila huruf qalqalah terletak di
tengah-tengah kata. Seperti huruf jim pada ayat:

﴾٥٤﴿‫ا ما كنتم تعملون‬-‫ن إل‬C‫و‬8‫ز‬C‫ج‬:‫ا ولا ت‬1‫ شيئ‬C‫فاليوم لا تظلم نفس‬


Yaasin (36): 54
dan contoh lain yang sejenis. Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-
ulang hingga fasih!

17.2.2. Qalqalah Tingkatan Sedang


Tingkat qalqalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf
qalqalah, sedang huruf tersebut tidak bertasydid. Seperti huruf tha pada kalimat:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
72 dari 80

‫ي بما تعملون‬m‫ رب‬-‫كم ظهريا إن‬s‫ه واتخذتموه وراء‬-‫قال يا قوم أرهطي أع |ز عليكم من الل‬

﴾٩٢﴿}‫محيط‬
Huud (11): 92
dan contoh lain yang sejenis. Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-
ulang hingga fasih!

17.2.3. Qalqalah Tingkatan Keras


Tingkat qalqalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf qalqalah,
sedang huruf tersebut bertasydid. Seperti huruf qaf pada kalimat:

﴾١٧٦﴿...ۗ•‫ق‬8‫ال;ح‬D‫ ب‬8 ‫ه نزل الكتاب‬-‫ الل‬-‫لك بأن‬Â‫ذ‬


Al-Baqarah (2): 176
dan contoh lain yang sejenis. Bunyi ayat, ikuti petunjuk guru dan baca berulang-
ulang hingga fasih!

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
73 dari 80

BAB XVIII
BACAAN ASING (GHARIB)

Perlu diketahui, menurut standar tartil bacaan imam Hafsh, riwayat imam 'Ashim
bahwa dalam Al Qur'an terdapat bacaan-bacaan asing/gharib yang tidak begitu lazim
digunakan Bahasa Arab, tapi harus dipraktikkan dalam membaca Al Qur'an. Bacaan
gharib tersebut antara lain:
18.1. Imalah
Menurut bahasa imalah berarti condong atau miring. Menurut ilmu tajwid berarti
memiringkan harokat fat-hah kepada harokat dhammah. Menurut bacaan imam Hafsh
hanya ada satu kata dalam Al Qur'an yang dibaca imalah, yaitu kata ‫ر\يه\ا‬Z‫ م\ج‬pada ayat:
S ‫ر رح‬S ‫بي لغفو‬F ‫ن ر‬7‫وقال اركبوا فيها بسم الله مجراها ومرساها * ا‬
﴾٤١﴿‫يم‬
QS. Huud: 41
Cara membaca yang benar, ikuti petunjuk guru.

18.2. Isymam
menurut bahasa isymam berarti mencium. Sedangkan menurut istilah tajwid
adalah membaca huruf yang berharokat fat-hah dengan mengumpulkan dua bibir sedikit
dari bacaan sukun sebagai isarat/tanda membaca sedikit dhammah. Menurut bacaan

imam Hafsh hanya ada satu kata dalam Al Qur'an yang dibaca isymam, yaitu kata ‫ا‬B‫ن‬8‫تأ;م‬8
pada ayat:

[11 :‫ ]يوسف‬8‫ف‬:‫وس‬:‫ل=ى ي‬8‫ا ع‬B‫ن‬8‫أ;م‬8‫ ل ت‬8‫ا ل=ك‬8‫ا م‬8‫ان‬8‫ا أ=ب‬8‫ي‬


Cara membaca yang benar, ikuti petunjuk guru.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
74 dari 80

18.3. Saktah
Saktah menurut bahasa berarti diam. Sedangkan menurut ilmu tajwid adalah
berhenti sejenak tanp nafas seukuran dua harokat. Biasanya pada kata yang dibaca
saktah diberi tanda huruf ‫ س‬kecil atau kata ‫ سكتة‬kecil. Menurut imam Hafsh, bacaan
saktah dalam Al Qur'an ada pada ayat-ayat berikut ini:

.[2-1 :‫ا… ]الكهف‬A‫أ;س‬8‫ ب‬8‫ر‬D‫نذ‬:‫ي‬D‫ا ل‬A‫ا س * ق=ي•م‬8‫ج‬8‫عو‬D :‫ل; ل=ه‬8‫ع‬C‫ج‬8‫ ي‬C‫ل=م‬8‫و‬


.[52 :‫ ]يس‬...‫ان‬8‫م‬C‫ح‬B‫ الر‬8‫د‬8‫ع‬8‫ا و‬8‫ذ=ا م‬8‫ا س ه‬8‫ن‬D‫ق=د‬C‫ر‬8‫ م‬C‫ن‬D‫ا م‬8‫ث=ن‬8‫ع‬8‫ ب‬C‫ن‬8‫ا م‬8‫ل=ن‬C‫ي‬8‫ا و‬8‫وا ي‬I‫ق=ال‬
.[27: ‫ ]القيامة‬6‫اق‬8‫ س ر‬C‫ن‬8‫يل= م‬D‫ق‬8‫و‬
.[14 :‫ون= ]الطففي‬:‫ب‬D‫ك;س‬8‫وا ي‬:‫ا ك=ان‬8‫ م‬C‫م‬D‫ه‬D‫وب‬I‫ل‬I‫عل=ى ق‬8 =‫ان‬8‫ل; س ر‬8‫ك=ل ب‬
Adapun pada ayat ini di bawah ini, boleh saktah dan boleh meleburkan ha yang pertama

pada ha yang kedua.


[29-28 :‫ة ]الاقة‬B‫ني‬D‫ل;ط=ا‬:‫ س‬C‫عن•ي‬8 8‫ل=ك‬8‫ه * ه‬8‫ي‬D‫ال‬8‫ م‬C‫عن•ي‬8 ‫ى‬8‫ا أ=غ;ن‬8‫م‬
Cara membaca yang benar, ikuti petunjuk guru.
Menurut standar tartil bacaan imam Hafsh, selain ayat-ayat tersebut tidak boleh
membaca Al Qur'an dengan berhenti tanpa nafas. Jadi harus berhenti dengan nafas
sesuai konsep wakaf dan ibtida. Karena jika membaca ayat-ayat selain tersebut dengan
konsep saktah, maka bacaannya digolongkan bacaan yang syadz (diragukan) atau
bahkan tergolong bacaan maudhu' (ditolak, tidak ada ulama yang bertanggung jawab).

18.4. Tashil
Tashil menurut bahasa berarti memudahkan. Sedangkan menurut ilmu tajwid
saktah berarti memudahkan bacaan salah satu dari dua haruf hamzah. Menurut imam

Hafsh, bacaan tashil dalam Al Qur'an hanya pada hamzah kedua pada kata ‫ي‬D‫م‬8‫ج‬C‫=أأ=ع‬
dalam ayat:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
75 dari 80

‫ذين آمنوا هد‡ى‬-‫ قل هو لل‬Å‫ وعربي‬Å‫ي‬D‫م‬8‫ج‬C‫لت آياته أﭐع‬m‫ولو جعلناه قرآن‡ا أعجميا لقالوا لولا فص‬

‫ بعيد‬P‫ئك ينادون من مكا ن‬Â‫ر وهو عليهم ع م‡ى أول‬C ‫ذين لا يؤمنون في آذانهم وق‬-‫ وال‬Ç‫وشفاء‬

﴾٤٤:‫لت‬m‫﴿فص‬
QS. Fushshilaat: 44
Cara membaca yang benar, ikuti petunjuk guru.

Untuk praktik, bacalah QS. Al Fatihah, Yasin, Waqi'ah, Ar Rahman dan juz
30 sesuai kaidah-kaidah panduan tingkatan Tajwid (T) disertai bimbingan guru. Bagi
wanita yang berhalangan, bisa menggunakan kitab Hadist/Al Barzanji/kitab Diba'
sebagai alternatif.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
76 dari 80

BAB XIX
BACAAN STANDAR TARTIL DAN SUNAH-SUNAHNYA

19.1. Pengertian Tartil & Bentuk Bacaannya yang Lazim


Seperti pada ulasan derajat bacaan, tartil merupakan cara membaca Al Qur'an
perlahan-lahan, tenang dan melafalkan setiap huruf dari makhrajnya secara tepat,
menerapkan hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan maknanya
dan disertai ghayah/lagu yang bagus/indah. Membaca Al Qur'an dengan lagu/ghayah
yang indah bukan untuk pamer atau ingin dipuji, melainkan karena ada perintah dari
rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana sabdanya berikut ini dalam kitab Mafaatihul
Jinaan:

C‫م‬I‫ك‬D‫ات‬8‫و‬C‫ا=ص‬D‫آن= ب‬C‫ر‬I‫وا ا;لق‬:‫ي•ن‬8‫ز‬


Artinya: “hiasilah Al Qur'an dengan suaramu”.

Yang dimaksud menghiasi bacaan adalah dengan membaca secara tartil, sesuai
kaida-kaidah ilmu tajwid, suara yang bagus dan pelafalan yang tepat sesuai pelafalannya
orang arab.
Sabda nabi lainnya, riwayat imam Abu Daud dari Sa'ad bin Abi Waqqash dan Abi
Lubabah:

‫ا‬B‫ن‬D‫ م‬8‫يس‬C =‫ ف=ل‬D‫آن‬C‫ر‬I‫ا;لق‬D‫ ب‬B‫ن‬8‫غ‬8‫ت‬8‫ ي‬C‫ ل=م‬C‫ن‬8‫م‬


Artinya: “barang siapa yang tidak membaca Al Qur'an dengan lagu/ghayah (intonasi
yang indah), maka dia bukanlah golonganku (yang disukai)”.

Perlu diperhatikan bahwa orang yang belum bisa membaca Al Qur'an dengan
lagu bukan berarti tidak diakui nabi, akan tetapi kurang dicintai/disenangi. Yang
dimaksud lagu/ghayah adalah membaca Al Qur'an dengan jenis-jenis lagu yang telah
terkenal/masyhur, seperti bayati, shoba, jiharka, sika, rosta, nahwan dan sejenisnya.

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
77 dari 80

Sabda nabi lainnya dalam kitab Mafaatihul Jinaan:

َ‫ى ال‬8‫خش‬
C 8‫ ي‬:‫ه‬B‫ ا=ن‬:‫ت‬C‫أ=ي‬8‫ ر‬I‫أ‬8‫ق;ر‬8‫ ي‬:‫ه‬:‫ت‬C‫ع‬D‫م‬8‫ذ=ا س‬D‫ ا‬C‫ي‬D‫ذ‬J‫ ال‬D‫آن‬C‫ر‬I‫ا;لق‬D‫ا ب‬A‫ت‬C‫و‬8‫ ص‬D‫اس‬B‫ الن‬8‫ن‬8‫س‬C‫ ا=ح‬J‫ن‬D‫ا‬
Artinya: “sesungguhnya paling baik suaranya manusia adalah ketika aku mendengarkan
bacaan Al Qur'annya, aku beranggapan bahwa ia takut kepada Allah”.

Bacaan yang dengan intonasi sedih dan bahkan hingga bisa menangis adalah
bacaan seseorang yang dianggap takut kepada Allah SWT. Karena Al Qur'an dengan
susah payah dan penuh sedih karena keagungan mukjizatnya. Sabda nabi lainnya dalam
kitab Mafaatihul Jinaan:

‫ب‬8‫ر‬8‫ ا;لع‬D‫ن‬C‫و‬:‫ح‬I‫ل‬D‫آن= ب‬C‫ر‬I‫ا ا;لق‬:‫ؤ‬8‫ق;ر‬D‫ا‬


Artinya: “bacalah Al Qur'an sesuai dengan lihan/kefasihan suarannya orang arab.

Maksudnya orang yang membaca kalimat-kalimat atau huruf-huruf Al Qur'an,


usahakan kefasihan pelafalannya sama dengan pelafalannya orang arab. Seperti
melafalkan huruf shad, 'ain dan huruf-huruf lainnya harus fasih seperti orang arab.
Karena lihan/kefasihan bacaan sangat menentukan kepada maka kata atau kalimatnya.
Jadi, meskipun membaca Al Qur'an juga dituntut dengan lagu/ghayah tidak boleh
mengesampingkan kefasihan dalam melafalkan huruf-huruf maupun kalimat-kalimat
ayat Al Qur'an. Untuk itu, agar mampu melafalkan Al Qur'an seperti fasihnya orang arab
harus berguru kepada orang yang fasih atau langsung kepada orang arab sendiri. Bacaan
tartil adalah bacaan yang bisa memenuhi tuntunan 4 hadist di atas. Maka, jika diurut
secara tahapan yang benar, belajar membaca Al Qur'an harus diawali dari pelafalan yang
fasih, kemudian belajar lagu/ghayah dan belajar membaca dengan sedih.

19.2. Sunah-sunah dalam Membaca Al Qur'an


Dalam membaca Al Qur'an dituntut pula untuk bisa melakukan anjuran-anjuran
yang diajarkan dan dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Di antara sebagian
anjuran-anjurannya dalam membaca Al Qur'an antara lain:

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
78 dari 80

1. Membaca ta'awwudz/isti'adzah sebelum atau ketika memotong bacaan dengan


pembicaraan. Adapun bentuk yang lazim sebagai berikut:

‫م‬C‫ي‬D‫ج‬B‫ الر‬D‫ط=ان‬C‫ي‬B‫ الش‬8‫ن‬D‫ م‬D‫ال‬D‫ ب‬I‫ذ‬C‫و‬:‫ا=ع‬

‫م‬C‫ي‬D‫ج‬B‫ الر‬D‫ط=ان‬C‫ي‬B‫ الش‬8‫ن‬D‫ م‬D‫م‬C‫ي‬D‫ل‬8‫ ا;لع‬D‫ع‬C‫مي‬D B‫ الس‬D‫ال‬D‫ ب‬I‫ذ‬C‫و‬:‫ا=ع‬


2. Kondisi badan dan pakaian yang suci dan bersih, wangi dan menghadap kiblat (jika
memungkinkan).
3. Membaca Al Qur'an disertai lagu/ghayah, sedih/menangis dan penuh renungan
dengan nyaring atau pelan. Jika hatinya terjaga dari riya, ujub dan sejenisnya serta
tidak dianggap menggangu orang lain, maka membaca Al Qur'an dengan nyaring
dianjurkan. Tapi, membaca dengan pelan lebih unggul.
4. Membaca do'a atau kalimat-kalimat thayyibah/baik pada ayat-ayat tertentu
sebagaimana uraian tabel berikut ini.
DO'A ATAU KALIMAT THAYYIBAH LETAK AYAT

‫ة‬8‫ي‬D‫اف‬8‫ ا;لع‬8‫ و‬8‫ف;و‬8‫ ا;لع‬8‫ك‬I‫ئ=ل‬C‫س‬8‫ن‬ Akhir surah Al Qari'ah (Juz 30)

‫ن‬C‫ي‬D‫د‬D‫اه‬B‫ الش‬8‫ن‬D‫ م‬8‫ك‬D‫ل=ى ذ=ال‬8‫اع‬8‫ا=ن‬8‫ل=ى و‬8‫ب‬ Akhir surah At Tiin (Juz 30)

‫ا‬A‫ر‬C‫ي‬D‫س‬8‫ا ي‬A‫اب‬8‫س‬D‫ ح‬C‫ي‬D‫ن‬C‫ب‬D‫اس‬8‫ب• ح‬8‫ر‬ Akhir Surah Al Ghasyiyah (Juz 30)

‫ر‬C‫ي‬D‫ ق=د‬6‫ء‬C‫ي‬8‫ل‚ ش‬I‫ ك‬8‫لى‬8‫ ع‬:‫ه‬B‫ن‬D‫ل=ى ا‬8‫ب‬ Akhir surah Al Qiyamah (Juz 29)

‫ال‬D‫ا ب‬B‫ن‬8‫ام‬ Akhir surah Al Mursalat (Juz 29)

‫ن‬C‫ي‬D‫ال=م‬8‫ب¬ ا;لع‬8‫ال— ر‬ Akhir surah Al Mulk (Juz 29)

‫اانتم تخلقونه ام نحن الالقون‬


3x •‫ب‬8‫ا ر‬8‫ ي‬8‫ت‬C‫ل=ى ا=ن‬8‫ب‬
(27 ‫ جز‬,‫)الواقعة‬
•‫رب‬8 ‫ا‬8‫ل=ى ي‬8‫ب‬ Q.S. Al Hadid: 15, juz 27)

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
79 dari 80

5. Memohon lindung kepada Allah SWT jika membaca ayat tentang siksa dan
memohon kebaikan jika membaca ayat tentang nikmat (do'akan pula umat islam).
6. Sujud tilawah ketika membaca ayat-ayat tasbih selain waktu setelah shubuh dan
ashar. Caranya cukup takbiratul ihram, kemudian sujud tanpa bertakbir dan
membaca do'a:

‫ذي خلقه وصوره وشق سمعه‬-‫لهم لك سجدت وبك امنت ولك اسلمت سجد وحهي لل‬-‫ال‬
.‫ رب| الملئكة والر|وح‬C‫ قد|وس‬C‫ سب|وح‬.‫ل احسن الالقين‬
I ‫وبصره بحوله وقوته تبارك ا‬
Jika tidak sujud, membaca:
‫ بال العلي‬-‫ ول حول ول قوة ال‬.3x ‫ل اكبر‬
I ‫ هو ا‬.‫ ال‬-‫سبحان ال والمد ل ول اله ال‬
.‫العظيم‬
Menurut jumhur/mayoritas ulama, ayat-ayat sajadah ada di 14 tempat, yakni:
6.1. Ayat terakhir Q.S. Al A'Raf
6.2. Q.S. Ar Ra'd: 15 (‫والصال‬ ‫و‬m ‫)بالغد‬.
6.3. Q.S. An Nahl: 50 (‫)ويفعلون ما يؤمرون‬.

6.4. Q.S. Al Isra: 109 (‫)ويزيدهم خشوع‡ا‬.

6.5. Q.S. Maryam: 58 (‫)خر|وا سجد‡ا وبكيا‬.

6.6. Q.S. Al Haj: 18 (I‫ يفعل ما يشاء‬s‫ ال‬-‫)ان‬.

6.7. Q.S. Al Haj: 77 (‫كم تفلحون‬-‫)وافعلوا الير لعل‬.

6.8. Q.S. Al Furqan: 60 (‫)وزادهم نفور‡ا‬.

6.9. Q.S. An Naml: 26 (‫)رب| العرش العظيم‬.

6.10. Q.S. Sajadah: 15 (‫)وهم ل يستكبرون‬.

6.11. Q.S. Fushshilat: 38 (‫)ل يسأمون‬.


6.12. Akhir Q.S. An Najm.
6.13. Q.S. Al Insyiqaq: 21 (‫يسجدون‬ ‫)ل‬.
6.14. Q.S. Al 'Alaq: 19 atau akhir surah.

‫وال اعلم بالصواب‬


Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil
(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)
80 dari 80

DAFTAR BACAAN

Al Qur'an Al Karim
Al Ghazali, Imam : Mukhtashar Ihya Ulumiddin. Darul Fikri
Amin, Arwani, Muhammad, KH. : Faidhal Barakaat Fii Sab'il Qiraa-at.
Mubarakatan Thayyibatan, Kudus: 2007
Humam, As'ad, KH. : Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis. Tim
Tadarus AMM Yogyakarta: 2005
Murtadha, Alwi, Bashari, Muhammad, KH : Mabaadi Ilmu Tajwid. CV. Rahmatika,
Malang: 2005
Nawawi, Imam : Tibyan Fii Adaabi Hamalatil Qur'an.
Al Hidayah, Surabaya.
Rauf, Abdu, Idris, Muhammad, KH. : Kamus Idris Al Marbawi. Al Hidayah,
Surabaya.
Soenarto Ahmad : Pelajaran Tajwid Praktis & Lengkap.
Bintang Terang, Jakarta: 1988
Tamim, Mohamed, Mr. dkk : Modern Islamic Encyclopedia (Software).
1998-1999
Ya'qub, Syaikh : Mafaatihul Jinaan. Hakikat Kitabevi,
Turkey: 2007.
http://ilma95.net/tajwid.htm

Tahsin Tilawah: Panduan Belajar Tartil


(Riwayat: Imam Hafsh dari Imam Ashim)

Anda mungkin juga menyukai