Pertama, mendapatkan pahala yang sangat banyak, di mana satu huruf diberi balasan dengan
sepuluh kebajikan, sebagaimana diriwayatkan oleh Iman At-Tirmidzi dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW. Kita tahu bahwa seluruh Alquran, menurut sebuah literatur berjumlah 325.015
huruf, yang berarti satu kali khatam Alquran mendapatkan nilai pahala kebajikan kelipatan
sepuluh, yakni 3.250.150.
Tentu untuk meraihnya, kita harus berusaha memperbanyak membaca Alquran. Baik sebulan
sekali, dua bulan sekali, atau bahkan tiga bulan sekali. Bahkan banyak di antara ulama Alquran
yang mampu mengkhatamkan Alquran setiap seminggu sekali.
Kedua, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang selalu membaca Alquran, mempelajari
isi kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab Alquran dan Allah
merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan
Alquran).” (HR Bukhari).
Secara logika dapat kita pahami, mengapa orang-orang yang membaca dan mempelajari isi
kandungan Alquran dan berusaha mengamalkannya diangkat derajatnya oleh Allah SWT?
Orang-orang yang membaca Alquran berarti orang-orang yang selalu dekat dengan Allah,
bahkan membaca Alquran merupakan bercakap-cakap dengan Allah SWT.
Ketiga, mendapatkan ketengan jiwa atau hati yang sangat luar biasa, di mana setiap ayat Alquran
yang dibacanya akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi para pembacanya.
Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Isra [17] ayat 82, Alquran diturunkan Allah SWT
untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan. Sehingga para pembaca Alquran, bahkan
orang yang mendengarkan bacaannya mendapat pula ketenangan jiwa.
Keempat, mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat. Hal ini dijelaskan pada hadis
Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim. “Bacalah Alquran oleh kamu sekalian,
karena bacaan Alquran yang dibaca ketika hidup di dunia ini, akan menjadi syafaat/penolong
bagi para pembacanya di hari Kiamat nanti.”
Maka perbanyaklah membaca Alquran ketika nafas masih menyertai kita dan denyut jantung
masih bergerak, karena bacaan Alquran akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di
hari Kiamat nanti, dikala manusia banyak yang sengsara dan menderita.
Kelima, akan terbebas dari aduan Rasulullah SAW pada hari Kiamat nanti, di mana ada beberapa
manusia yang diadukan Rasulullah SAW pada hari Kiamat dihadapan Allah SWT.
Jadi, perbanyaklah membaca Alquran, luang waktu sisa-sisa kehidupan yang Allah berikan untuk
memperdalam ajarannya. Jangan disia-siakan, karena Alquran akan mengantarkan kemudahan
kita ketika menghadap Allah SWT (sakaratul maut).
Tidak ada bacaan yang lebih hebat di sisi Allah, Malaikat, dan Rasul-Nya selain Alquran. Karena itu,
marilah memperbanyak membaca Alquran, meresapi setiap maknanya, kemudian dihafalkan dan
selanjutnya diamalkan. Dengan begitu, kita akan menjadi manusia yang paling beruntung.
Rasulullah SAW menganggap Alquran itu sebagai al-Muta'abbadu bi tilawatihi (hal yang dianggap
beribadah bila membacanya). Sayang, meski membacanya dianggap sebagai sebuah bentuk ibadah, kita
masih sering membaca yang lain ketimbang Alquran.
Bahkan, banyak kaum Muslimin yang bangga telah membaca buku karangan tokoh tertentu. Mereka
merasa pandai dan bertambah luas wawasannya setelah menamatkan buku itu. Mereka juga tak merasa
berat untuk membeli beragam judul buku atau majalah. Semuanya dibaca tanpa ada yang terlewatkan.
Tapi, jarang sekali mereka mau menyentuh dan membaca Alquran yang jelas mendatang pahala dan
rahmat dari Allah. Malah mereka membiarkan Alquran teronggok di lemari atau di rak buku. Lusuh dan
berdebu yang menunjukkan bahwa ia jarang dijamah, apalagi dibaca. Andai saja, mereka tahu apa yang
dijanjikan Rasulullah SAW tentang pahala membaca Alquran, niscaya mereka tidak akan menyia-
nyiakannya.
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membaca satu huruf dari
kitabullah, maka baginya kebaikan dengan satu huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan 10 kali
lipat. Aku tidak mengatakan bahwa, “Alif, lam, mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf,
dan mim satu huruf.” (HR at-Tirmidzi, dia mengatakan, “Hadis hasan shahih.)”
Subhanallah. Satu huruf Alquran akan berbuah 10 pahala. Maka, jika kita membaca alif, lam, mim, maka
kita akan mendapatkan 30 pahala di sisi Allah. Lalu, berapa huruf dalam basmalah, surah al-Fatihah, dan
seluruh Alquran?
Karena itu, marilah bersama-sama kita memperbanyak membaca Alquran dan mengamalkannya. Mari
kita atur jadwal rutin membaca Alquran setiap hari. Upayakan tak ada satu hari pun yang terlewatkan
tanpa membaca Alquran.
Jangan khawatir bagi yang belum lancar atau masih terbata-bata dalam membaca Alquran. Sebab, Allah
akan menganugerahkan pahala bagi yang mau berusaha membaca Alquran. Jangan takut dibilang
terlambat belajar Alquran walau usia sudah mencapai 50 tahun atau lebih. Sebab, Allah tetap akan
memberikan kemudahan bagi siapa saja yang mau belajar dan mengambil pelajaran dari Alquran. (Lihat
QS al-Qamar [54]: 17, 22, 32, 40).
Berbahagialah, karena masih diberi kesempatan belajar Alquran. Dan itu jauh lebih baik daripada tidak
mau mempergunakan usia yang ada untuk belajar Alquran. Rasul SAW bersabda, “Orang yang mahir
membaca Alquran, nanti akan berkumpul bersama-sama para malaikat yang mulia lagi taat. Dan orang
yang terbata-bata ketika membaca Alquran dan terasa berat baginya, ia akan mendapatkan dua
pahala.” (HR Bukhari dan Muslim)
rtikel, Ramadhan
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang mengajak kepada pintu-Nya, Yang memberi
taufik kepada orang yang dikehendaki-Nya, memberi nikmat dengan menurunkan kitab-Nya
yang mengandung ayat yang muhkam dan mutashabih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah subhanahu wata’ala, tiada sekutu bagi-Nya, persaksian yang aku
berharap selamat dari siksa-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah hamba dan rasul-Nya, manusia paling sempurna dalam amal ibadah dalam pergi
dan pulangnya.
Semoga shalawat selalu tercurah kepadanya, kepada Abu Bakar radhiallahu’anhu sahabatnya
paling utama, kepada Umar radhiallahu’anhu yang Allah subhanahu wata’ala memuliakan agama
dan dunia menjadi lurus dengannya, kepada Utsman radhiallahu’anhu syahid dalam rumah dan
mihrabnya, dan kepada Ali radhiallahu’anhu yang terkenal menyingkap ilmu yang rumit dan
membuka tutupnya, dan kepada keluarga dan para sahabatnya, serta orang yang lebih utama
dengannya.
ۡوفِّيَهُمG َ Gُ َر ٗة لَّن تَبGونَ تِ ٰ َجGGة يَ ۡر ُجGٗ Gَ ٗ ّرا َو َعاَل نِيGزَق ٰنَهُمۡ ِس
َ Gُ لِي٢٩ ورG ۡ وا ِم َّما َر
ْ ُصلَ ٰوةَ َوأَنفَق َ َ {إِ َّن ٱلَّ ِذينَ يَ ۡتلُونَ ِك ٰت:قال هللا تعالي
ْ ب ٱهَّلل ِ َوأَقَا ُم
َّ وا ٱل
]30 -29 :}[فاطر٣٠ ور ٞ ور َش ُك ٞ ُضلِ ۚ ِٓۦه إِنَّهۥُ َغف
ۡ َأجُو َرهُمۡ َويَ ِزي َدهُم ِّمن ف ُ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, * agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karuniaNya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir:29-30)
Membaca al-Qur`an terbagi dua, Pertama, membaca secara hukum, membenarkan beritanya dan
melaksanakan hukumnya, hal itu dengan cara melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya. Hal itu insya Allah akan dibahas di majelis yang lain.
Kedua, membaca secara lafazh yaitu membacanya. Banyak sekali nash yang menunjukkan
keutamaannya. Dalam Shahih al-Bukhari, dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu,
sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur`an.” HR. Al-Bukhari
4739, at-Tirmidzi 2908, Abu Daud 1452, Ibnu Majah 211, Ahmad 1/69, dan ad-Darimi 3338
Dalam Shahihaian, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
أجران
ِ ٌّ والذي يقرأ القرآنَ ويتتعت ُع فيه وهو عليه شا،الكرام البررة
ق له ِ لماه ُر بالقرآن مع السَّفر ِة
“Orang yang pandai membaca al-Qur`an bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti, dan
orang yang membaca al-Qur`an dan ia terbata-bata padanya serta merasa berat atasnya, untuknya
dua pahala.” HR. Muslim 798, at-Tirmidzi 2904, Abu Daud 1454, Ibnu Majah 3779, Ahmad
6/98, ad-Darimi 3368.
Dua pahala, pertama adalah pahala membaca dan yang kedua karena susahnya dalam membaca.
Dalam Shahihain pula, dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ رة الGG ِل التمGرآنَ كمثG َرأ القGؤ ِمن الَّ ِذي الَ يقG ومثَ ُل الم، ٌمث ُل المؤم ِن الَّ ِذي يقرأ القرآنَ َمثَ ُل األ ْت ُر َّج ِة ريحُها طيبٌ وطع ُمها طيّب
ريح
لها وطع ُمها حل ٌو
“Perumpamaan orang beriman yang membaca al-Qur`an adalah seperti buah utrujjah, rasanya
enak dan aromanya wangi. Dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca al-Qur`an
adalah bagaikan buah kurma, tidak ada aromanya dan rasanya manis.” HR. Al-Bukhari 5111,
Muslim 797, at-Tirmidzi 2865, an-Nasa`i 5038, Abu Daud 4829, Ibnu Majah 214, Ahmad 4/408
dan ad-Darimi 3363.
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Umamah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada
pembacanya.” HR. Muslim 804 dan Ahmad 5/255
Dalam Shahih Muslim, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌعG وأرب،ث ٌ
ٍ ه من ثالGي ٌر لGوثالث خ ْ أفال ي ْغدو أ َحدُك ْم إلى المسج ِد فَيَتعلَّم أو في ْق َرأ آيتي ِن
،اقتينGهُ ِم ْن نGَ ي ٌر لGَ َّل خGمن كتاب هللا ع َّز و َج
اإلبِ ِل َّ
ِ دادهن من ومن أ ْع
ْ خير له ِم ْن أربَع
“Tidaklah seseorang darimu pergi ke masjid, lalu ia mempelajari atau membaca dua ayat dari al-
Qur`an, lebih baik baginya daripada dua ekor unta, tiga ayat lebih baik dari pada tiga unta, empat
ayat lebih baik baginya dari pada empat ekor unta, dan dari jumlahnya dari unta.” HR. Muslim
803, Abu Daud 1456, dan Ahmad 4/154.
Dalam Shahih Muslim pula, dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah subhanahu wa ta’ala (masjid),
membaca kitabullah (al-Qur`an) dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan
turunlah sakinah (ketenangan) kepada mereka, diliputi rahmat dan dikelilingi malaikat, dan Allah
subhanahu wata’ala menyebutkan mereka pada orang (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” HR.
Muslim 2699, at-Tirmidzi 2945, Abu Daud 1455, Ibnu Majah 225, dan Ahmad 2/252.
بل في ُعقُلِها ِ تعاهَدُوا القرآنَ فوالذي نَ ْف ِسي بيده لَهُو أش ُّد تَفلُّتا ً من
ِ اإل
“Jagalah hapalan al-Qur`an, demi Allah subhanahuwata’ala yang diriku berada di tangan-Nya,
sungguh ia lebih cepat terlepas dari pada unta dalam ikatannya.” Muttafaqun ‘alaih. HR. Al-
Bukhari 4746, Muslim 791, dan Ahmad 4/397.
“Janganlah seseorang darimu berkata ‘aku lupa ayat ini dan ini, tetapi ia dilupakan.” HR. Al-
Bukhari 4744, Muslim 790, at-Tirmirdzi 2942, an-Nasa`i 943, Ahmad 1/417, dan ad-Darimi
2745
Hal itu dikarenakan ucapannya, ‘aku lupa’ bisa memberikan arti tidak memperdulikan hapalan
al-Qur`an-nya hingga ia melupakannya.
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌ
حرف ٌ
حرف ومي ٌم حرف والَ ٌم
ٌ ٌ حرف ولكن
ألف ٌ ال أقُول الم، والحسنَةُ بع ْشر أ ْمثالها،ٌمن قَرأ حرفا ً من كتاب هللا فَلَهُ به َح َسنَة
“Barangsiapa yang membaca satu huruf al-Qur`an maka baginya satu kebaikan dan satu
kebaikan dibalas sepuluh kebaikan, aku tidak mengatakan satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam
satu huruf dan mim satu huruf.’ HR. At-Tirmidzi 2910 dan ia berkata: Hasan shahih dari jalur
ini, dan sebagian ulama mutaakhirin menshahihkannya secara mauquf kepada Ibnu Mas’ud.
مة لِ َم ْنGG عص،ُافعGGفا ُء النGG والش، ُبينGGو ُر المGGتينُ والنGG ُل هللاِ المGرآن حبGGإن هذا الق َّ ،إن هذا القرآنَ مأدُبةُ هللاِ فاقبلوا مأ ُدبَتَه ما استطعت ُم َّ
إن هللاGَّ Gوه فGGُ اتل،َثر ِة التَّرْ دَادGGق من ك
ُ Gَ وال يَ ْخل،هGGي عجائبGG وال تنقض، وال يع َوجُّ فيق َّو ُم، ال يزي ُغ فَيُستَ ْعتَب،ُتمسَّكَ بِ ِه ونجاةٌ لِ َم ْن اتَّب َعه
ٌ
حرف حرف وميم ٌ حرف والَ ٌم
ٌ ٌ ِحرف ول ِك ْن أل
ف ٌ ٍ حرف ع ْش َر حسنا
أ َما إني ال أقو ُل الم.ت ٍ يَأ ُج ُر ُكم على تالوتِ ِه ك َّل
Saudara-saudaraku, inilah keutamaan membaca al-Qur`an, pahala ini bagi yang mengharapkan
pahala dan ridha dari Allah subhanahu wata’ala. Pahala besar untuk amal yang sedikit. Maka
orang yang tertipu adalah yang lalai padanya, orang yang rugi adalah orang yang tidak
mendapatkan keuntungan saat tidak bisa lagi menyusulnya. Keutamaan ini mencakup semua al-
Qur`an, dan disebutkan dalam sunnah tentang keutamaan beberapa surat tertentu.
Di antara surah tersebut adalah surah al-Fatihah: Dalam Shahih al-Bukhari, dari Abu Sa’id bin
Mu’alla radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
{ال َح ْم ُد هَّلل ِ َربِّ ْال َعـلَ ِمينَ } هي السَّب ُع ال َمثَانِي والقرآنُ العظي ُم الذي أوت ْيتُه
ْ أل ُعلِّمنَّك أ ْعظَم سور ٍة في القرآن
“Aku akan mengajarkan kepadamu surah terbesar dalam al-Qur`an ‘alhamdulillahi rabbil
‘alamin’ (al-Fatihah) tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan al-Qur`an agung yang diberikan
kepadaku.” HR. Al-Bukhari 4720, an-Nasa`i 4720, Abu Daud 1458, Ibnu Majah 3785, Ahmad
4/211, dan ad-Darimi 1492.
Karena keutamaannya tersebut, membacanya merupakan salah satu rukun shalat yang tidak sah
kecuali dengannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.” Muttafaqun ‘alaih, HR. Muslim
723, Muslim 394, at-Tirmidzi 247, an-Nasa`i 911, Abu Daud 822, Ibnu Majah 837, Ahmad
5/313, ad-Darimi 1242.
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ً َم ْن صلَّى صالةً ل ْم يقرأ فيها بفاتح ِة الكتاب فهي ِخدَا ٌج يقولها ثالثا
“Barangsiapa shalat yang tidak membaca al-Fatihah padanya, maka ia kurang.” Beliau
mengatakannya tiga kali. Ada yang bertanya kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ‘Kami
berada di belakang imam.’ Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menjawab: ‘Bacalah pada dirimu
(dengan suara pelan). HR. Muslim
Di antara surah yang ditentukan adalah surah al-Baqarah dan Ali Imran: Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
َّ Gير صG
وافG ِ Gَا فِرْ قGGان أو كأنهمGGان أو َغيَايتGGا غَمامتGG ِة كأنَّهُ َمGاقرؤوا الزهراوين البقرةُ وآل عمران فإنهما يأتيان يو َم القيام
ٍ Gان ِم ْن طG
ُأخ َذها بَ َركةٌ وتَرْ َكها حسرةٌ ال يستطيعها البَطَلَة ْ فإن
َّ تُحاجَّا ِن عن أصحابهما اقرؤوا سُو َرة البقر ِة
“Bacalah Zahrawain (yaitu) al-Baqarah dan Ali Imran, sesungguhnya keduanya datang pada hari
kiamat seolah-olah dua awan, atau bagaikan dua kelompok burung yang berbulu yang membela
pembacanya. Bacalah surat al-Baqarah, sungguh mengambilnya adalah berkah dan
meninggalkannya adalah rugi, dan penyihir tidak bisa mengganggunya.” HR. Muslim 804 dan
Ahmad 5/249.
ُإن البيتَ الَّ ِذي تُقرأُ فيه سورة البقر ِة ال يَ ْدخله ال َّشيطان
َّ
“Sesungguhnya rumah yang dibacakan surah al-Baqarah di dalamnya tidak bisa dimasuki
syetan.” HR. Muslim 780, at-Tirmidzi 2877 dan Ahmad 2/378.
Hal itu dikarenakan di dalamnya ada Ayat Kursi, disebutkan dalam hadits shahih bahwa
barangsiapa yang membacanya di malam hari niscaya ia berada dalam penjagaan Allah
subhanahuwata’ala dan syetan tidak bisa mendekatinya hingga subuh.
Dan dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, bahwa Jibril as berkata, dan ia berada di sisi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Ini adalah pintu yang telah dibuka, belum pernah dibuka
sebelumnya. Ia berkata: maka turun malaikat darinya, lalu datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ia berkata:
“Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, belum pernah diberikan kepada
nabi sebelum kamu (yaitu) al-Fatihah dan penutut surah al-Baqarah, engkau tidak membaca satu
huruf darinya kecuali diberikan kepadamu.” HR.Muslim 806 dan an-Nasa`i 912.
(Surat al-Ikhlas) Juga termasuk surah yang ditentukan keutamaannya disebutkan secara khusus.
Tercantum dalam Shahih al-Bukhari, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya:
القرآن
ِ َ ُوالَّ ِذي ن ْفسي بيده إنَّها تعد ُل ثُل
ث
ْماعيل
َ ٍ ُق أربعةَ أنف
س من ول ِد إس ٍ ك وله الحم ُد َع ْش َر مرَّا
َ ت كان ك َمن أعت ْ َُم ْن قا َل ال إِله إالَّ هللا وحده ال شريك له له ال
ُ مل
“Barangsiapa yang membaca Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah
subhanahuwata’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan untuk-Nya pujian’
sebanyak sepuluh kali, niscaya pahala seperti memerdekakan empat orang budak dan keturunan
nabi Ismail.” HR. Al-Bukhari 6041, Muslim 2693, at-Tirmidzi 3553, dan Ahmad 5/418.
Kendati demikian, jika seseorang berkewajiban membayar empat kafarat empat orang budak lalu
ia membaca zikir ini, niscaya tidak bisa menggantikan kewajiban memerdekakan budak ini,
sekalipun sama dalam keutamaan.
Di antara surah yang mempunyai keutamaan khusus adalah surah al-Falaq dan an-Naas. Dari
Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apakah engkau tidak memikirkan ayat-ayat yang diturunkan yang tidak ada seumpamanya
yaitu surah al-Falaq dan an-Naas.’HR. Muslim. Dan dalam riwayat an-Nasa`I, ‘Tiada seseorang
meminta dengan semisalnya dan tidak ada yang berlindung dengan seumpamanya.”
Ikutilah mereka, semoga Allah subhanahuwata’ala memberi rahmat kepadamu, niscaya engkau
menyusul orang-orang baik yang suci. Ambilah kesempatan malam dan siang yang
mendekatkanmu kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Sesungguhnya umur terus
berjalan cepat dan waktu berlalu semuanya, dan hanya bagaikan satu waktu di siang hari.
Ya Allah, berilah kami taufik untuk membaca kitab-Mu menurut cara yang menyebabkan ridha-
Mu kepada kami. Berilah kami petunjuk jalan-jalan kesejahteraan. Keluarkanlah kami dari
kegelapan kepada cahaya. Dan jadikanlah ia sebagai hujjah bagi kami bukan atas kami, wahai
Rabb semesta alam.
Ya Allah, tinggikanlah derajat kami dengannya, selamatkanlah kami dengannya dari kerendahan,
ampunilan kesalahan-kesalahan kami dengannya, ampunilah kami, kedua orang tua kami dan
semua kaum muslimin dengan rahmat-Mu wahai Yang Paling pengasih dari yang pengasih.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sumber:
1. http://www.ibnothaimeen.com/all/books/article_17685.shtml
2. www.islamhouse.com
Kata Alqur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru` (dibaca).
Adapun definisi Alqur’an adalah: “Kalam Allah swt. yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad saw. dan ditulis di mushaf dan
diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”
Banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena AlQur’an itu
sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang-orang yang mukmin.
“Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang
mu’min.”
(QS. Al Isra/17: 82)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”
(QS. Ar Ra’d/13: 28)
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an yaitu “Asysyifâ” yang artinya
secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan
sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.”
(QS. Yunus/10: 57)
“Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, korma, anggur dan buah-
buahan lain selengkapnya, sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat tanda-
tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan”.
(QS. An-Nahl 16:11)
“Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah jalan-
jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman
madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alamnya
terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan”.
(QS. An-Nahl 16: 69)
Berdasarkan keterangan tadi, dapat dipastikan bahwa orang yang membaca Alqur’an
akan merasakan ketenangan jiwa.
Banyak pula hadits Nabi yang menerangkan tentang keutamaan membacanya dan
menghafalnya atau bahkan mempelajarinya.
“Siapa saja yang disibukkan oleh Alqur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku, dan
memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa
yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaannya
Kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-
Nya.”
(HR. At Turmudzi)
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah (masjid) Allah, mereka membaca
Alqur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi
dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada
makhluk yang ada di sisi-Nya”.
(HR. Muslim)
“Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alqur’an”
(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud)
Dan masih banyak lagi dalil yang menerangkan bahwa berbagai penyakit dapat
disembuhkan dengan membaca atau dibacakan ayat-ayat Alqur’an
(lihat Assuyuthi, Jalaluddin, Al Qur’an sebagai Penyembuh (Alqur’an asy Syâfî), terj.
Achmad Sunarto, Semarang, CV. Surya Angkasa Semarang, cet. I, 1995).
Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam karyanya
Ta’lim al Muta’alim halaman 41, sebuah kitab yang mengupas tata krama mencari ilmu
berkata,
“Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau
hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan melaksanakan ibadah
salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada mushaf”. Selanjutnya ia
berkata, “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan
memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Alqur’an”.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida
Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat
Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat
merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh
dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam
Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran
terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang men
dengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang
dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan
yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti
bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya
adalah Alqur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan
Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an.
Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan
bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa
Arab yang bukan dari Alqur’an.
Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut
diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi
Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang
kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons
tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki
Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh
besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat
memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan
Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi
kecerdasan spiritual (SQ).
Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah
dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
(Q.S. 7: 204).
Atau juga, “Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu yang menjadi penawar
(obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
(Q.S.17:82).
Atau, “Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram”
(Q.S. 13: 28).
Kitab ini, tentu saja bukanlah sebuah buku sains ataupun buku kedokteran, namun
Alqur’an menyebut dirinya sebagai ‘penyembut penyakit’, yang oleh kaum Muslim
diartikan bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa manusia pada kesehatan
spiritual, psikologis, dan fisik.
Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan firman-firman Allah. Banyak
sekali nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira bagi orang yang beriman dan beramal
sholeh, dan berita-berita ancaman bagi mereka yang tidak beriman dan atau tidak
beramal sholeh.
Maka, alqur’an berisikan ucapan-ucapan yang baik, yang dalam istilah Alqur’an sendiri,
ahsan alhadits. Kata-kata yang penuh kebaikan sering memberikan efek auto sugesti yang
positif dan yang akan menimbulkan ketenangan.
Pikiran dan tubuh dapat berinteraksi dengan cara yang amat beragam untuk menimbul
kan kesehatan atau penyakit.
Relaksasi
Aspek Waqof
Alqur’an adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode etik dalam membacanya.
Membaca Alqur’an tidak seperti membaca bacaan-bacaan lainnya. Membaca Alqur’an
harus tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus membaca dengan sekali nafas
hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu yang dalam istilah ilmu
tajwid dinamakan waqaf. Jika si pembaca berhenti pada tempat yang tidak semestinya
maka dia harus membaca ulang kata atau kalimat sebelumnya.
Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Alqur’an, baik di akhir ayat
maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti tanda-tanda waqof yang ada dalam
Alqur’an, kedudukannya tidak dihukumi wajib syar’i bagi yang melanggarnya. Walaupun
jika berhenti dengan sengaja pada kalimat-kalimat tertentu yang dapat merusak arti dan
makna yang dimaksud, maka hukumnya haram.
Jadi cara membaca Alqur’an itu bisa disesuaikan dengan tanda-tanda waqaf dalam
Alqur’an atau disesuaikan dengan kemampuan si pembaca dengan syarat bahwa bacaan
yang dibacanya tidak berubah arti atau makna.
Siapa saja bisa boleh membaca Alqur?an, baik anak kecil, muda maupun tua, baik pria
maupun wanita selagi mereka dalam keadaan suci atau berwudlu. Jadi bagaimanapun
kemampuan mereka bernafas mereka boleh membaca Alqur’an. Berhenti berdasarkan
kemampuan nafas pembaca, dalam ilmu tajwid, bisa dikategorikan dalam bagian-bagian
waqaf.
Mad Munfashil,
yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah.
Cara baca hukum ini 4 harakat.
Mad Badal,
yaitu apabila terdapat hamzah yang berharakat bertemu dengan huruf mad yang
sukun. Cara membaca hukum ini adalah 2 harakat.
Pada hakikatnya tidak ada waktu yang makruh untuk membaca/meditasi Alqur’an, hanya
saja memang ada beberapa dalil yang menerangkan bahwa ada waktu-waktu yang lebih
utama dari waktu-waktu yang lainnya untuk membaca Alqur’an. Waktu-waktu tersebut
adalah:
1. Dalam sholat
An-Nawawi berkata;
‘Waktu-waktu pilihan yang paling utama untuk membaca Alqur’an ialah dalam sholat.’
“Allah telah memilih negeri-negeri, maka negeri-negeri yang lebih dicintai Allah ialah
negeri al Haram (Mekkah). Allah telah memilih zaman, maka zaman yang lebih dicintai
Allah ialah bulan-bulan haram. Dan bulan yang lebih dicintai Allah ialah bulan dzulhijjah.
Hari-hari bulan Dzulhijjah yang lebih dicintai Allah ialah sepuluh hari yang pertama.
Allah telah memilih hari-hari, maka hari yang lebih dicintai Allah ialah hari Jum?at.
Malam-malam yang lebih dicintai Allah ialah malam Qadar. Allah telah memilih waktu-
waktu malam dan siang, maka waktu yang lebih dicintai Allah ialah waktu-waktu sholat
yang lima waktu. Allah telah memilih kalam-kalam (perkataan), maka kalam yang dicintai
Allah adalah lafadz ‘La ilâha illallâh wallâhu akbar wa subhanallâhi wal hamdulillâh.“
2. Malam hari
Waktu-waktu yang paling utama untuk membaca Alqur’an selain waktu sholat adalah
waktu malam,
Allah menegaskan,
“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat
Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat).”
(QS. Ali Imron 3:113)
3. Setelah Subuh
Sebagai penutup mudah-mudahan ini merupakan langkah awal untuk bisa lebih
membuktikan unsur-unsur kesehatan dari Alqur’an, baik makna-maknanya, cara
membacanya maupun lainnya.
Sumber: http://musiconlinecairo.multiply.com/
Bulan Ramadhan adalah bulan Alquran, maka dari itu hendaknya seorang muslim
memberikan porsi perhatian yang lebih terhadap Alquran di bulan ini. Mengenai keutamaan
membaca Alquran Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faathir: 29-30)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan bahwa membaca kitab Allah ada dua macam:
Pertama, membaca hukmiyyah, yakni membenarkan berita-berita yang ada dan melaksanakan
hukumnya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Kedua, membaca lafzhiyyah, yakni membaca lafaznya. Telah datang nash-nash yang cukup
banyak menerangkan tentang keutamaannya, baik membaca secara umum isi Alquran, surat
tertentu maupun ayat tertentu (lih. Majaalis Syahri Ramadhan, tentang Fadhlu tilaawatil
Qur’aan).
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Hal itu dikarenakan Alquran adalah firman Allah Rabbul ‘aalamin. Alquran merupakan ilmu
yang paling utama dan paling mulia, oleh karena itu orang yang mempelajari dan
mengajarkannya adalah orang yang terbaik di sisi Allah Ta’ala.
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran.” (QS. Az Zumar: 23)
ُ
« ٌضالَلَة ِ ث ِكتَابُ هَّللا ِ َو َخ ْي ُر ْالهُدَى هُدَى ُم َح َّم ٍد َو َشرُّ األ ُم
َ ور ُمحْ َدثَاتُهَا َو ُكلُّ بِ ْد َع ٍة ِ » أَ َّما بَ ْع ُد فَإ ِ َّن خَ ْي َر ْال َح ِدي
“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk urusan adalah perbuatan yang diada-adakan
(dalam agama) dan semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim)
Imam Syafi’i dan ulama lainnya berpendapat bahwa membaca Alquran merupakan dzikr yang
paling utama.
ٌّ ع فِي ِه َوهُ َو َعلَ ْي ِه َشاGُ َْال َما ِه ُر بِ ْالقُرْ آ ِن َم َع ال َّسفَ َر ِة ْال ِك َر ِام ْالبَ َر َر ِة َوالَّ ِذي يَ ْق َرأُ ْالقُرْ آنَ َويَتَتَ ْعت
ِ ق لَهُ أَجْ َر
ان
“Orang yang lancar membaca Alquran akan bersama malaikat utusan yang mulia lagi berbakti,
sedangkan orang yang membaca Alquran dengan tersendat-sendat lagi berat, maka ia akan
mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)
Orang yang tersendat-sendat dalam membaca Alquran mendapatkan dua pahala adalah hasil dari
membaca Alquran dan karena telah bersusah payah untuknya.
4. Orang yang membaca Alquran diibaratkan seperti buah utrujjah yang luarnya wangi
dan dalamnya manis.
يحَ طيِّبٌ َو َمثَ ُل ْال ُم ْؤ ِم ِن الَّ ِذي اَل يَ ْق َرأُ ْالقُرْ آنَ َك َمثَ ِل التَّ ْم َر ِة اَل ِر
َ َمثَ ُل ْال ُم ْؤ ِم ِن الَّ ِذي يَ ْق َرأُ ْالقُرْ آنَ َك َمثَ ِل اأْل ُ ْت ُر َّج ِة ِري ُحهَا طَيِّبٌ َوطَ ْع ُمهَا
ق الَّ ِذي اَل يَ ْق َرأُ ْالقُرْ آنَ َك َمثَ ِلِ ِق الَّ ِذي يَ ْق َرأُ ْالقُرْ آنَ َمثَ ُل ال َّر ْي َحانَ ِة ِري ُحهَا طَيِّبٌ َوطَ ْع ُمهَا ُم ٌّر َو َمثَ ُل ْال ُمنَاف
ِ ِلَهَا َوطَ ْع ُمهَا ح ُْل ٌو َو َمثَ ُل ْال ُمنَاف
)ْس لَهَا ِري ٌح َوطَ ْع ُمهَا ُمرٌّ (البخاري ْ
َ ال َح ْنظَلَ ِة لَي
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah utrujjah; aromanya
wangi dan rasanya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah
kurma; tidak ada wanginya, tetapi rasanya manis. Orang munafik yang membaca Alquran
adalah seperti tumbuhan raihaanah (kemangi); aromanya wangi tetapi rasanya pahit,
sedangkan orang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti tumbuhan hanzhalah;
tidak ada wanginya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari-Muslim)
ا ْق َر ُءوا ْالقُرْ آنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َشفِيعًا أِل َصْ َحابِ ِه
“Bacalah Alquran, karena ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada
pembacanya.” (HR. Muslim)
6. Membaca satu atau dua ayat Alquran lebih baik daripada memperoleh satu atau dua
ekor onta yang besar
« ُول َ فَقُ ْلنَا يَا َرس. » ط ِع َر ِح ٍم ْ َيق فَيَأْتِ َى ِم ْنهُ بِنَاقَتَ ْي ِن َكوْ َما َو ْي ِن فِى َغي ِْر إِ ْث ٍم َوالَ ق
ِ ُِط َحانَ أَوْ إِلَى ْال َعق ْ أَيُّ ُك ْم يُ ِحبُّ أَ ْن يَ ْغ ُد َو ُك َّل يَوْ ٍم إِلَى ب
ٌ َب هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل خَ ْي ٌر لَهُ ِم ْن نَاقَتَ ْي ِن َوثَال
ُث خَ ْي ٌر لَه َ َ ِ قَا َل « أَفَالَ يَ ْغدُو أ َح ُد ُك ْم إِلَى ال َمس. َهَّللا ِ نُ ِحبُّ َذلِك
ِ ْج ِد فَيَ ْعلَ َم أوْ يَ ْق َرأ آيَتَي ِْن ِم ْن ِكتَا ْ َ
ِ َث َوأَرْ بَ ٌع َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أَرْ بَ ٍع َو ِم ْن أَ ْعدَا ِد ِه َّن ِمن
اإلبِ ِل ٍ َ » ِم ْن ثَال.
“Siapakah di antara kalian yang suka berangkat pagi setiap hari ke Bathhan atau ‘Aqiq dan
pulangnya membawa dua onta yang besar punuknya tanpa melakukan dosa dan memutuskan
tali silaturrahim?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami suka hal itu.” Beliau
bersabda: “Tidak adakah salah seorang di antara kamu yang pergi ke masjid, lalu ia belajar
atau membaca dua ayat Alquran? Yang sesungguhnya hal itu lebih baik daripada memperoleh
dua ekor onta, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor onta, empat ayat lebih baik daripada
empat ekor onta dan (jika lebih) sesuai jumlah itu dari beberapa ekor onta.” (HR. Muslim)
ُت َعلَ ْي ِه ُم ال َّس ِك ْينَةُ َوغ َِشيَ ْتهُ ُم الرَّحْ َمةُ َو َحفَّ ْتهُ ُم ْال َمالَئِ َكة َ ت هللاِ يَ ْتلُوْ نَ ِكت
ْ ََاب هللاِ َويَتَدَا َرسُوْ نَهُ بَ ْينَهُ ْم إِالَّ نَزَ ل ٍ َما اجْ تَ َم َع قَوْ ٌم فِي بَ ْي
ِ ْت ِم ْن بُيُو
ْ ْ ْ
َُوذك َره ُم هللاُ فِي َمن ِعن َدهُ َ َ
“Tidaklah berkumpul sebuah kaum di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan
mempelajarinya, kecuali akan turun ketentraman kepada mereka, diliputi oleh rahmat,
dikelilingi oleh para malaikat dan Allah akan menyebut mereka ke hadapan makhluk di sisi-
Nya.” (HR. Muslim)
8. Karena kemuliaan Alquran, tidak pantas bagi yang telah menghapalnya mengatakan
“Saya lupa ayat ini dan itu”, tetapi hendaknya mengatakan “Ayat ini telah terlupakan.”
“Janganlah salah seorang di antara kamu berkata: “Saya lupa ayat ini dan ini”, bahkan ayat
itu telah dilupakan.” (HR. Muslim)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata, “Hal itu karena ucapan “saya lupa” terkesan adanya sikap tidak
peduli dengan ayat Alquran yang dihapalnya sehingga ia pun melupakannya.”
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu
kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku
tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan
Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Ali bin Abi Thalib berkata, “Alquran adalah Kitabullah, di dalamnya terdapat berita generasi
sebelum kalian, berita yang akan terjadi setelah kalian dan sebagai hukum di antara kalian.
Alquran adalah keputusan yang serius bukan main-main, barangsiapa meninggalkannya dengan
sombong pasti dibinasakan Allah, barangsiapa mencari petunjuk kepada selainnya pasti
disesatkan Allah. Dialah tali Allah yang kokoh, peringatan yang bijaksana dan jalan yang lurus.
Dengan Alquran hawa nafsu tidak akan menyeleweng dan lisan tidak akan rancu. Paraulama
tidak akan merasa cukup (dalam membacanya dan mempelajarinya), Alquran tidak akan usang
karena banyak pengulangan, dan tidak akan habis keajaibannya. Dialah Alquran, di mana jin
tidak berhenti mendengarnya sehingga mereka mengatakan; “Sungguh kami mendengar Alquran
yang penuh keajaiban, menunjukkan ke jalan lurus, maka kami beriman kepadanya”.
Barangsiapa yang berkata dengannya pasti benar, barangsiapa beramal dengannya pasti diberi
pahala, barangsiapa berhukum dengannya pastilah adil, dan barangsiapa mengajak kepadanya
pastilah ditunjuki ke jalan yang lurus.”
َق َو َرتِّلْ َك َما ُك ْنتَ تُ َرتِّ ُل فِي ال ُّد ْنيَا فَإ ِ َّن َم ْن ِزلَتَكَ ِع ْن َد آ ِخ ِر آيَ ٍة تَ ْق َرأُ بِهَا ْ
ِ ب ْالقُرْ آ ِن ا ْق َرأ َوارْ ت َ ِيُقَا ُل ل
ِ صا ِح
“Akan dikatakan kepada pembaca Alquran “Bacalah dan naiklah (ke derajat yang tinggi), serta
tartilkanlah sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, karena kedudukanmu pada
akhir ayat yang kamu baca.” (Hasan shahih, HR. Tirmidzi)
12. Dengan Alquran, Allah meninggikan suatu kaum dan dengannya pula Allah
merendahkan suatu kaum
“Sesungguhnya Allah meninggikan suatu kaum karena Alquran ini dan merendahkan juga
karenanya.” (HR. Muslim)
Yakni bagi orang yang mempelajari Alquran dan mengamalkan isinya, maka Allah akan
meninggikannya. Sebaliknya, bagi orang yang mengetahuinya, namun malah mengingkarinya,
maka Allah akan merendahkannya.
13. Orang yang membaca Alquran secara terang-terangan seperti bersedekah secara
terang-terangan
“Orang yang membaca Alquran terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-
terangan, dan orang yang membaca Alquran secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah
secara sembunyi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat Shahihul Jaami’: 3105)
Oleh karena itu, bagi orang yang khawatir riya’ lebih utama membacanya secara sembunyi.
Namun jika tidak khawatir, maka lebih utama secara terang-terangan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaknya yang mengimami suatu kaum itu
orang yang paling banyak (hapalan) terhadap Kitab Allah Ta’ala (Alquran). Jika mereka sama
dalam hapalan, maka yang lebih mengetahui tentang sunah. Jika mereka sama dalam
pengetahuannya tentang sunah, maka yang paling terdepan hijrahnya. Jika mereka sama dalam
hijrahnya, maka yang paling terdepan masuk Islamnya –dalam riwayat lain disebutkan “Paling
tua umurnya”-, janganlah seorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasaannya, dan
janganlah ia duduk di tempat istimewa yang ada di rumah orang lain kecuali dengan izinnya.”
(HR. Muslim)
Mereka lebih didahulukan dimasukkan ke dalam liang lahad, jika banyak orang yang meninggal
Pada saat perang Uhud banyak para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang gugur,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar yang lebih didahulukan
dimasukkan ke liang lahad adalah para penghapal Alquran.
Oleh karena itu, di zaman Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu, para penghapal Alquran
duduk di majlis musyawarahnya.
Imam Tirmidzi meriwayatkan –dan dia menghasankannya- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah mengirim utusan beberapa orang, lalu beliau meminta masing-masing untuk
membacakan Alquran, maka mereka pun membacakan Alquran. Ketika itu ada anak muda yang
ternyata lebih banyak hapalannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepadanya: “Surat apa saja yang kamu hapal, wahai fulan?” Ia menjawab: “Saya hapal surat ini,
itu dan surat Al Baqarah.” Beliau berkata: “Apakah kamu hapal surat Al Baqarah?” Ia
menjawab: “Ya.” Maka Beliau bersabda: “Berangkatlah, kamulah ketuanya.”
Ketika itu ada seorang yang terkemuka di antara mereka berkata: “Demi Allah, tidak ada yang
menghalangiku untuk mempelajari suratAl Baqarah selain karena khawatir tidak sanggup
mengamalkannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ُ َو َم ْن تَ َعلَّ َمه،ان
ٍ ب َمحْ ُش ٍّو ِم ْس ًكا يَفُوْ ُح ِر ْي ُحهُ فِي ُكلِّ َم َك ِ ْ َوا ْق َرأُوْ هُ فَا ِ َّن َمثَ ُل ْالقُر، َتَ َعلَّ ُموا ْالقُرْ آن
ٍ آن لِ َم ْن تَ َعلَّ َمهُ فَقَ َرأَهُ َوقَا َم بِ ِه َك َمثَ ِل ِج َرا
ٍ ب أُوْ ِك َى َعلَى ِمس
ْك ٍ فَيَرْ قُ ُد َوهُ َو فِي َجوْ فِ ِه َك َمثَ ِل ِج َرا
“Pelajarilah Alquran dan bacalah, karena perumpamaan Alquran bagi orang yang
mempelajarinya kemudian membacanya seperti kantong yang penuh dengan minyak wangi,
dimana wanginya semerbak ke setiap tempat, dan perumpamaan orang yang mempelajarinya
kemudian tidur (tidak mengamalkannya) padahal Alquran ada di hatinya seperti kantong yang
berisi minyak wangi namun terikat.”
Ibnu Mas’ud berkata, “Barangsiapa yang ingin dicintai Allah dan Rasul-Nya, maka
perhatikanlah: “Jika ia mencintai Alquran, berarti ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (HR.
Thabraniy dengan isnad, di mana para perawinya tsiqah)
Utsman bin ‘Affan berkata, “Kalau sekiranya hati kita bersih, tentu tidak akan kenyang
(membaca) kitabullah.”
Maraaji’:
Ramadhan, bulan yang selalu dirindukan kehadirannya oleh setiap Muslim. Bulan yang sangat
sarat dengan amal kebajikan dan pahala yang melimpah. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai
bulan panen raya. Pada bulan ini, segala amal kebajikan pahalanya dilipatgandakan, sepuluh
sampai tujuh ratus kali lipat. Sabda Nabi SAW., “Semua amalan anak Adam akan
dilipatgandakan (balasannya) : satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh
ratus kali lipat.” Allah berfirman,”Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang
langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena
Aku.” (HR. Muslim)
Di antara amal kebajikan yang sangat dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan adalah tadarus
Al-Quran. Tadarus Al-Quran berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-
wahyu Allah SWT yang turun pertama kali pada malam bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah :
185) Dengan tadarus Al-Quran, kandungan hikmah yang termuat dan terkumpul di dalam Al-
Quran dapat menjadi kompas penunjuk jalan menuju kebenaran.
Malaikat Jibril menyimak tadarus Al-Quran Rasulullah setiap bulan Ramadhan. Utsman bin
Affan biasa mengkhatamkan tadarus Alquran setiap hari sekali. Imam Syafii mengkhatamkan
tadarus Al-Quran sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadhan, Al-Aswad setiap dua hari
sekali, Qatadah setiap tiga hari sekali, serta tiap malam pada sepuluh malam akhir bulan
Ramadhan. Subhanallah.
Terkait larangan Nabi SAW. mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari, Al-Hafidz Ibnu
Rajab Al-Hambali berkata, “Sesungguhnya larangan dari Nabi SAW. untuk mengkhatamkan Al-
Quran kurang dari tiga hari berlaku jika dilakukan secara rutin. Adapun untuk waktu-waktu yang
utama, seperti bulan Ramadhan, lebih-lebih pada malam-malam Lailatulkadar, atau di tempat-
tempat yang dimuliakan, seperti di Mekah bagi orang yang memasukinya, selain penduduknya,
adalah disunahkan untuk memperbanyak tadarus Alquran. Hal itu dalam rangka mencari
keutamaan waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishak, dan yang lainnya.”
(Raghib As-Sirjani dan Muhammad Al-Muqaddam dalam bukunya Madrasah Ramadhan)
Sungguh, Al-Quran merupakan suatu hidangan yang tidak pernah membosankan. Semakin
dinikmati, semakin bertambah pula nikmatnya. Oleh karena itu, setiap orang yang mempercayai
Al-Quran akan semakin bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, mempelajarinya,
menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
Tidak heran, jika Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya untuk senantiasa bertadarus Al-
Quran. Ada banyak keutamaan dalam tadarus Al-Quran.
Pertama, menjadi sebaik-baiknya manusia. Tidak ada manusia yang lebih baik
daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Alquran. Oleh karena itu, profesi
pengajar Al-Quran – jika dimasukkan sebagai profesi – adalah profesi terbaik di antara
sekian banyak profesi. Sabda Nabi saw., “Sebaik-baik kamu sekalian adalah yang
mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Kedua, memperoleh kebaikan berlipat. Sabda Nabi SAW., “Barangsiapa yang
membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap
kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim
itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi)
Ketiga, memberi syafaat di hari kiamat. Sabda Nabi SAW., “Bacalah olehmu Al-
Quran karena sesungguhnya Al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
Keempat, dikumpulkan di surga bersama para Malaikat. Sabda Nabi SAW., “Orang
yang mahir membaca Al-Quran kelak (mendapat tempat di surga) bersama para
malaikat yang mulia lagi taat. Sementara orang yang kesulitan dan berat jika
membaca Al-Quran, maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kelima, mengangkat derajat. Nabi SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan
mengangkat derajat beberapa kaum dengan Alkitab (Al-Quran), dan Ia akan
merendahkan derajat suatu kaum yang lain dengannya.” (HR. Muslim)
Keenam, menjadi pembeda. Sabda Nabi SAW., “Perumpamaan orang mukmin yang
membaca Al-Quran seperti buah limau yang harum baunya dan lezat rasanya.
Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah
kurma yang tidak berbau, tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik
yang membaca Al-Quran seperti buah yang harum baunya, tetapi rasanya pahit.
Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah
handhalah yang tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tadarus Al-Quran merupakan amalan mulia yang dianjurkan Nabi saw., terutama pada bulan
Ramadhan. Untuk itu, jangan biarkan bulan Ramadhan kali ini berlalu tanpa tadarus Al-Quran.
Wallahualam.***
[Ditulis oleh IMAM NUR SUHARNO, pengurus MUI. Maniskidul dan Korps Mubaligh Husnul
Khotimah, Kuningan, Jawa Barat. Disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi
Jumat (Pon) 13 Agustus 2010 dari kolom "RENUNGAN JUMAT"] –
Jadi, ada tujuh langkah untuk berinteraksi dan menguatkan interaksi dengan Al-Qur’an, yaitu :
1. Ar-Roghbah
“Ar-Roghbah” diartikan sebagai kemauan yang keras. Kemauan untuk bersama dan berinteraksi
terus dengan Al-Qur’an. Kemauan ini harus diungkapkan dan dituliskan. Misalnya saja
menuliskan target tilawah (membaca, red) Al-Qur’an 1 juz per hari, target muroja’ah (mengulang
hapalan, red) 1 juz per hari, dan target ziyadah (tambahan hafalan, red) 1 halaman per hari di
buku rencana kita.
Betapapun sibuknya kita, jika memiliki kemauan yang keras pasti akan selalu ada waktu yang
kita sisihkan. Walaupun itu pada akhirnya mengorbankan waktu-waktu yang dengan kita
sendirinya sadari tidak terlalu bermanfaat semisal menonton TV. banyak berbicara dengan
teman, dls.
Kemauan yang keras juga akan memicu bantuan dari Allah yaitu dibukakan jalan berupa
kelapangan waktu, tenaga dan kesempatan. Masih ingat bukan pepatah juga mengatakan, “Man
Jadda, Wajada”
Naik turunnya kemauan adalah hal manusiawi seiring keimanan yang kita miliki. Namun itu juga
bergantung seberapa besar nilai Al Quran dalam diri kita. Sahabat Rasul sampai mengatakan
bahwa Al Quran lebih baik dari apa-apa yang dikumpulkan oleh para pencari dunia. Jadi
tinggikan nilai Al Quran dalam diri kita
2. At-Tanfidz
“At-Tanfidz” diartikan sebagai aksi/tindakan. Ar-Roghbah saja tidak cukup, harus berlanjut ke
AKSI. Make the willingness real.
Jadi, apa yang telah dituliskan tadi diaplikasikan, dilakukan. Kemudian didukung dengan banyak
mendengar murotal Qur’an, perbanyak koleksi murottal dengan berbagai Qori, membaca buku
tentang Al-Qur’an.
Ikut komunitas dan membentuk komunitas tahsin dan tahfizh juga salah satu cara ampuh karena
interaksi dengan Al Quran itu akan lebih kuat jika bersama-sama.
Umar yang mati dalam hidayah Islam dan Al Walid dalam kekafiran memiliki kisah menarik
untuk kita simak.
Umar masuk Islam ketika mendengar saudarinya membaca Quran surah Ath Thaha. Mendengar
alunan penuh makna yang indah ia langsung bertanya, “Apa yang engkau baca itu?”. Tak puas
mengetahuinya ia menemui Rasulullah dan saat itulah juga ia bersyahadat kemudian.
Lain halnya kisah hidup Al Walid, seorang penyair yang terkenal karena menguasai berbagai
jenis syair di dunia. Ia diutus kaum kafir untuk membujuk Rasul mengehentikan dakwahnya.
Dengan kemampuan speaking-nya dia menghadap rasul dan menanyakan “Apa yang engkau
kehendaki, Muhammad?”
Ketika ditawari harta, tahta maupun wanita Rasul hanya menjawab dengan salah satu bagian
surah dalam Al Quran. Al Walid lantas terhenyak. Pertama kali ia mendengar makna indah
seperti itu. Tak mungkin ia tak lantas masuk Islam. Ia masih berminat menimbang-nimbang.
Akhirnya di perjalanan ia bertemu kawan-kawannya dari kafir Quraisy dan kekagumannya pun
hilang. Akhirnya dia tidak jadi masuk Islam dan bahkan menganggap Al Quran berisi sihir
belaka.
Dari dua kisah tersebut kita bisa menarik kesimpulan. Ketika kita menunda-nunda boleh jadi
nikmat iman dan islam kita akan perlahan terkikis oleh waktu dan keadaan. Karena seyogyanya
penundaan kebaikan akan hanya bermuara pada dua hal :
Alangkah indah nasihat Ibnu Umar: “Jika di waktu sore maka janganlah menunggu datangnya
pagi, jika di waktu pagi jangan menunggu datangnya petang, gunakan waktu sehatmu sebelum
datang sakitmu, gunakan kesempatan hidupmu sebelum datang kematianmu.”
3. At-Tashobbur
“At-Tashobbur” diartikan sebagai menyabarkan-nyabarkan diri. Artinya lebih dalam dari sekedar
“sabar”. Tidak hanya “sabar”, tapi “menyabar-nyabarkan” diri untuk berinteraksi dengan Al-
Qur’an. Terkadang perlu untuk memaksa diri berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam porsi yang
besar. Kemudian tidak “melarikan diri” darinya. Jika kita memiliki batas kesabaran maka kita
akan lampaui batas itu dan berusaha meningkatkannya.
Demikian pula ketika dalam menghafal, tidak meloncati suroh yang akan dihapal karena
dianggap sulit merupakan sikap at tashobur.
Ada tips untuk menghapal suroh yang sulit itu. Pindahkan fokusnya pada waktu. Misalnya “saya
akan bersama Suroh Al-Jin selama 1 jam.” Tidak perlu membebani pikiran bahwa 1 jam itu
mesti hapal, tapi rutin saja lakukan itu dulu. InsyaAllah ketika sudah familiar dengan surohnya,
akan mudah terhapal.
4. At-Taladzudz
“At-Taladzuz” diartikan sebagai menikmati. Ketika sudah menyabarkan diri bersama Al-Qur’an
dengan porsi yang besar, memenuhi targetannya, maka yang awalnya terasa sulit, akhirnya
menjadi “menikmati” semuanya.
5. Al-Mudawamah
6. Al-Iktsaar
“Al-Iktsaar” diartikan sebagai banyaknya waktu yang digunakan untuk bersama Al-Qur’an.
Waktu menjadi produktif bersama Qur’an. Jadi, jika dipoin ke-5, frekuensi berinteraksi dengan
Al-Qur’an adalah terus-menerus, maka di poin ini, kuantitasnya diperbanyak.
Bagaimana menyikapi pandangan, “buat apa tilawah banyak, yang penitng dipahami. Buat
apa hafal banyak yang penting implementasi,” dan semacamnya?
1. Jangan bercita-cita di salah satu target interaksi saja. Bahkan apabila sudah hafal 30 juz
sekalipun. Mimpi dan usaha kita harus menyeluruh. Dari mulai membaca, menghafal,
mentadabburi dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun keterbatasan kta tidak
bisa dipungkiri. Ada yang memilih fokus pada tilawah dahulu dirutinkan dan diperbagus
tahsinnya, baru mulai menghafal. Ada yang mulai dari mentadabburi baru menghafal. Yang
mana saja boleh, sesuai kemampuan kita masing-masing
2. Jangan pernah kita menganggap remeh aktivitas interaksi lain. Sehingga muncul sikap negatif
terhadap orang lain yang baru mulai belajar tahsin, atau baru membiasakan tilawah, atau memilih
menghafal walau belum sempat secara intensif mengkaji tafsirnya. Karena boleh jadi kita hanya
menilai orang lain sementara kita sendiri belum bisa melaksanakannya.
7. Al-Istiqomah
Ternyata poin istiqomah berada di akhir. Ya, karena sulitnya untuk istiqomah ini dan untuk
menjadi istiqomah diperlukan waktu yang cukup panjang dan setelah melewati berbagai tahapan.
Istiqomah, dengan kemantapan hati berinteraksi dengan Al-Qur’an baik itu membaca,
menghapal, membaca tafsir, dan mengamalkannya dalam kehidupan hingga Allah SWT
memanggil kembali pada-Nya.
Semoga kita bisa perlahan namun pasti mengamalkan langkah-langkah di atas dan seperti
langkah terakhir – ISTIQOMAH- untuk terus mengamalkannya.
Sumber Referensi :
[1] : Materi Mukhoyyam Al Quran 2013, oleh Ust Subagiyo di Masjid Syamsul ‘Ulum IT
Telkom
[2] : http://utikawaii.wordpress.com/2013/01/
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, seseorang dituntut untuk memiliki kondisi diri yang
prima sehingga segala kegiatan dapat dijalani dengan baik. diri manusia terdiri dari tiga aspek
yaitu jasad, akal, dan ruh. kondisi yang prima seutuhnya akan terbentuk dari kekuatan jasad,
kecerdasan akal, dan kestabilan ruhiyah. aspek yang disebut terakhir menjadi yang utama
karena dengan keterbatasan jasad dan akal, ruh menjelma sebagai faktor penentu bagi kondisi
seseorang. saat jasad kehabisan tenaga serta akal kehilangan kejernihannya, kestabilan ruhiyah
akan berbicara untuk me-recover dan mengembalikan ketangguhan pribadi.
Interaksi dengan quran adalah sarana yang penting dalam penjagaan kestabilan ruhiyah. bentuk
interaksi dengan quran yang paling sederhana adalah tilawah, yaitu membacanya. meskipun
tampak sederhana namun efek yang timbul bukan sesuatu yang remeh. lagipula pada prakteknya
ternyata tidak mudah untuk tetap konsisten dalam tilawah quran. kadang muncul pertanyaan,
kapan waktu untuk tilawah sedangkan tugas lain begitu banyak? ini adalah tantangan dalam
menyiasati waktu. sesungguhnya kondisi kesibukan itu akan terus ada sepanjang hidup bahkan
semakin lama agenda kesibukan akan semakin bertambah. ini masalah komitmen. jangan
mencari pembenaran atas lemahnya komitmen dengan berlindung di balik was-was syetan
berupa alasan sibuk, tidak sempat, acara padat, dan lain-lain.
biasakanlah untuk memiliki bacaan quran harian. pancang dan penuhi targetan jumlah tilawah
setiap harinya. ukur kemampuan diri agar bisa konsisten. tilawah satu halaman dalam satu hari
yang berkelanjutan lebih baik daripada tilawah dua halaman tapi bolong-bolong serta tidak
konsisten, hari ini iya, lusa tidak, kemarin terpenuhi target, besok tidak, dan seterusnya.
kemudian lambat laun ditingkatkan secara bertahap sehingga bisa mencapai ideal satu juz dalam
sehari. tapi sekali lagi, intinya adalah bacaan harian. yang diminta adalah satu juz perhari, bukan
tiga puluh juz sebulan. jika targetnya sebatas tiga puluh juz sebulan, bisa saja hari ini tidak
tilawah kemudian besok ditombok jadi dua juz.
kembali disinggung di sini bahwa pada prakteknya tidak mudah untuk konsisten dalam tilawah
harian. bahkan ‘semudah’ apapun targetan tersebut tetap saja tidak lepas dari goyah. perlu
dilakukan penyiasatan agar tagetan harian terpenuhi dan berkelanjutan. beberapa strategi yang
dapat dipakai sebagai kiat menjaga tilawah antara lain:
pertama, selalu membawa mushhaf. hal ini akan memudahkan dalam pemenuhan target. jika
suatu ketika tiba-tiba mendapatkan keluangan waktu yang tidak direncanakan maka dapat
langsung tilawah. selain itu, akan juga timbul rasa malu dan sayang jika sudah repot-repot
membawa mushhaf tapi tidak dibaca.
kedua, porsikan waktu yang memang khusus untuk tilawah.jangan memberikan waktu ‘sisa’
untuk quran. maksudnya jangan tilawah sesempatnya sehingga jika tidak sempat maka tidak
tilawah. berikan waktu wajib tilawah dalam rangkaian agenda harian. misalnya setiap selesai
sholat atau saat jam-jam tertentu. waktu khusus tersebut jangan diganggu-gugat. jika ada yang
mengajak berkegiatan lain saat itu, katakan dengan tegas “maaf, ini waktu saya untuk tilawah”.
ketiga, cari tempat, suasana, dan waktu yang dirasa nyaman untuk tilawah. hindari kondisi
yang membuat malas untuk membaca quran. tiap pribadi memiliki kecenderungan berbeda
terkait suasana ini. ada yang nyaman tilawah pada waktu sepertiga malam, ada yang sehabis
shubuh, ada juga yang menikmati tilawah saat tengah hari. ada yang suka tilawah di masjid, ada
yang sambil berbaring di kamar, ada juga yang senang tilawah di depan pemandangan.
keempat, jika lalai memenuhi target pada hari itu, lakukan qadha. misalnya target adalah dua
halaman, tetapi hari ini dengan benar-benar terpaksa hanya bisa tilawah satu halaman, maka
esoknya harus membaca tiga halaman. dengan demikian akan muncul perasaan ‘berat’ saat
meng-qadha sehingga terpacu untuk tetap memenuhi target harian. namun jangan jadikan qadha
sebagai kebiasaan. jangan menganggap remeh saat satu hari tidak memenuhi target tilawah.
Orang yang pandai membaca Al Qur’an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan
yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala. [HR Bukhari dan
Muslim]
ketujuh, rajin mengikuti majelis dan kajian quran. dari sana akan diperoleh pemahaman,
wawasan, dan urgensi interaksi dengan quran. sudah menjadi karakter manusia dimana
ketertarikannya akan tumbuh jika ia mengetahui kegunaan dari sesuatu tersebut terutama bagi
dirinya. hal ini dapat memberi dan menjaga semangat dalam tilawah.
kedelapan, perbanyak amal dan jauhi maksiat. setiap amal shaleh akan memberi energi untuk
melaksanakan amal shaleh lainnya (termasuk membaca quran). sedangkan maksiat yang satu
akan melahirkan maksiat yang lainnya (termasuk menjauhi quran).
kesemuanya itu harus dilakukan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh sehingga kemudian
tilawah menjadi kebutuhan pribadi. tanda-tanda sudah terlatih adalah jika hari itu belum tilawah
akan muncul perasaan gelisah dan merindukan membaca quran. jika bertanya lagi tentang
manfaatnya, bukankah pahala membaca quran adalah pahala yang paling mudah didapat?!
Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu pahala dan satu pahala
diganjar sepuluh kali lipat. [HR Tirmidzi]
1. Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena
AllahSubhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya.
Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan
keduniaan, karena riya atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas
menjerumuskan pelakunya kepada dosa.
2. Pastikan dalam menghafalkan Al Qur’an, anda dalam keadaan suci dari hadats.
Pastikan anda sudah benar-benar bertobat sebab Allah tidak akan memberikan kelapangan bagi
mereka yang berdosa. Imam Syafii pernah mengungkapkan kepada gurunya akan kesulitan dia
dalam menghafal lalu gurunya meminta dia untuk meninggalkan perbuatan dosa.
3. Camkan dalam pikiran tentang betapa mulianya penghafal Al-Qur’an itu seperti
disebutkan dalam hadits diatas sehingga anda memiliki semangat untuk terus menghafal
Al-Qur’an.
Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an,”Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana
engkau dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang
kau baca.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi). Hadits ini menunjukkan keutamaan bagi mereka
penghafal Al-Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim (QS. Al
Ankabut : 49)
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang
mengambil pelajaran?” (54: 17).
Dalam ayat di atas tedapat jaminan untuk dapat menghafal al-Quran bagi yang berusaha
menghafalkannya. Imam Qurtubi dalam menjelaskan ayat tersebut menyatakan sebagai berikut:
”Artinya Aku (Allah) memudahkan menghafalnya dan membantu bagi yang berusaha
menghafalnya. Adakah orang yang berusaha menghafalkannya, sehingga dimudahkan dalam
menghafalnya?”. (lihat tafsir al-Qurtubu: surat al-Qamar).
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al-Quran. Sesungguhnya siapa
yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran maka dia akan
mendapatkannya.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang baik bacaan Al-
Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri
mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan
Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau untuk murajaah hafalan beliau. Pada
tahun Rasulullah shallallahualaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali.
Para shahabat radliallahu anhum juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahualaihi wa
sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang
dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari yang baik dan
bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya
sendiri dalam hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, atau bisa ditambah/dikurangi
dari target tersebut sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa
mungkin untuk dipenuhi.
7. Luangkan waktu khusus per hari atau beberapa hari untuk menghafal Al-Qur’an.
Waktu yang memang ketika anda sedang tidak sibuk dengan urusan lainnya.
Banyak yang menganjurkan untuk memulai menghafal dari lima juz terakhir (juz 30 lalu juz 29
dan seterusnya).
10. Awali dari surat yang anda benar-benar suka untuk menghafalnya, lalu diikuti oleh
surat yang anda sering dengar dan diikuti dengan surat-surat yang anda kenali dari hati
anda.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini dimaksudkan
untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan
mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa menghafal
dengan mendengar. Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan
tempat-tempatnya dalam mushaf. Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti
mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan
ini akan mempersulit dirinya.
Sehingga memori ingatan kita dipenuhi dengan alunan bunyi lafaz ayat Al-Quran yang akan kita
hafal. Bukankah anak kecil dengan mudah menghafal jingle iklan di televisi, padahal mereka
tidak punya waktu khusus untuk menghafalkannya, bukan?
Mempelajari tajwid dan tahsin dalam menghafal al Qur’an adalah hal yang tak bisa ditawar.
Sangatlah ironis jika hafal banyak ayat, tapi bacaannya masih salah dan kurang fasih.
Proses menghafal al-quran sangat terbantu apabila seseorang memahami bahasa arab, karena
dengan begitu dia mengerti tentang apa yang dia baca, dan juga bacaannya sangat membekas di
hati dari pada yang hanya menghafal tanpa tahu memahami apa yang dia baca. Memang
pemahaman bahasa arab bukan hal yang mutlak dibutuhkan untuk sekedar menghafal al-quran
al-karim, namun perlu diketahui bahwa tujuan utama diturunkannya al-quran bukanlah untuk di
hafal, bukan agar seseorang memindahkan huruf-hurufnya dan lafadz-lafadznya kedalam
memory otak, melainkan untuk ditadaburi, dan tidak mungkin bagi seseorang untuk mentadaburi
al-quran jika dia tidak memahami apa yang dia baca. Jadi kesimpulannya cepat atau lambat
seorang yang sedang berusaha menghafal al-quran dituntut untuk bisa memahami bahasa arab.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal Al-Quran
adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi keterkaitan
antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya. Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-
Quran untuk membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan
tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna
yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus. Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang
dapat ditelaah oleh pemula seperti kitab Zubdatut Tafsir oleh Asy-Syaikh Muhammad Sulaiman
Al-Asyqar. Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat
menelaah kitab-kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier,Tafsir
Ath-Thabari, Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan oleh Asy-Syanqithi.wajib pula
menghadirkan hatinya pada saat membaca Al-Quran.
17. Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat lain kecuali setelah
benar-benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada dirinya
sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz atau
mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam
ucapan, atau syakal ataupun lupa. Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar
pada dirinya sendiri, sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada
yang memperingatkan kesalahan tersebut.
“Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih
cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya.”
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja niscaya ia
akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan Al-Quran terus diulang setiap harinya.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk memperhatikannya agar
dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat lain.
21. Sering-seringlah melafazhkan ayat-ayat yang ingin dihafal itu dalam setiap
kesempatan, jangan hanya bergantung pada saat murajaah (eveluasi) saja.
Misalnya, ketika di dalam perjalanan, saat bekerja atau saat lainnya yang layak untuk
melafazkankan ayat Al-Quran.
23. Manfaatkan shalat-shalat sendirian seperti shalat sunnah untuk melakukan murajaah
hafalan.
Misalnya pada 10 rakaat shalat rawatib qabliyah dan ba’diyah, shalat tahiyatul masjid, shalat
dhuha, qiyamullaih dan witir.
24. Tidak ada salahnya untuk bisa ingat terus anda mempunyai ‘contekan’ kecil yang anda
bawa kemana-mana.
Tapi harus dijaga dengan baik agar tidak menghilangkan kehormatan kita kepada tulisan ayat Al-
Quran.
Carilah teman yang memiliki semangat yang sama seperti kita, kemudian dekati dia, jadikan dia
teman untuk muroja’ah, kemudian tumbuhkan semangat berkompetisi agar saling terpacu untuk
menjadi yang terbaik, dan semangat semacam inilah yang tumbuh dikalangan para sahabat,
mereka berusaha untuk saling mendahului dalam kebaikan sebagai implementasi dari firman
Allah ta’ala:
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun. Wallahu alam
dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan
lebih baik daripada menghafal di usia tua. Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti
mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti
mengukir di atas air.
Keutamaan Para Penghafal Al-Qur’an
**Keutamaan di Dunia**
**Keutamaan di Akhirat**
Dari Abi Umamah ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata,
“Bacalah Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari
kiamat bagi para pembacanya (penghafal).” (HR. Muslim)
Dari Abdillah bin Amri bin ‘Ash dari nabi SAW. Ia bersabda, “Akan dikatakan
kepada shahib quran, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana
engkau mentartilkan Al Quran di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di
akhir ayat yang kau baca.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Para ulama menjelaskan arti shahib Quran adalah orang yang hafal
semuanya atau sebagian, selalu membaca dan mentadabur serta
mengamalkan isinya, dan berakhlak seperti isinya.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Baginda bersabda, orang yang hafal Al
Quran nanti akan datang dan Al Quran akan berkata: “Wahai Tuhan,
pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru.”Maka orang tersebut
diberikan makhota kehormatan. Al Quran berkata lagi: “Wahai Tuhan
tambahkanlah pakaiannya.” Maka orang itu diberi pakaian kehormatannya.
Al Quran berkata lagi: “Wahai Tuhan, redailah dia.” Maka kepadanya
dikatakan, “Baca dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia diberi tambahan
satu kebajikan.” (HR. At Tirmidzi)
Wassalamu’alaikum wr wb,,,, :D