Anda di halaman 1dari 31

Pertemuan I

A. Pengantar
Membaca Al-Quran memiliki banyak keutamaan dan kelebihan. Hal tersebut telah
diterangkan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala dalam Al-Quran dan oleh Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dalam beberapa hadits, diantaranya:
 Membaca Al-Quran bagaikan perniagaan yang tidak akan pernah merugi

‫س ًّرا َوعَالنِيَةً يَرْ جُو َن‬


ِ ‫صالةَ َوأ َ ْنفَقُوا ِممَّا َر َز ْقنَاهُ ْم‬َّ ‫اَّلل َوأَقَا ُموا ال‬
ِ َّ ‫اب‬ َ َ ‫ون ِكت‬ َ ‫{ ِإ َّن الَّذ‬
َ ُ‫ِين يَتْل‬
})03( ‫ش ُكو ٌر‬ َ ‫غفُو ٌر‬ َ ُ‫ض ِل ِه ِإنَّه‬ َ ‫) ِلي َُوفِيَ ُه ْم أُج‬92( ‫ُور‬
ْ َ‫ُورهُ ْم َويَ ِزيدَهُ ْم ِم ْن ف‬ َ ‫ارةً لَ ْن تَب‬
َ ‫تِ َج‬

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (QS. Fathir: 29-
30).

 Membaca Al Quran akan mendatangkan suatu kebaikan

‫سفَ َر ِة‬
َّ ‫آن َم َع ال‬ َّ ‫ع َْن عَائِشَةَ رضى هللا عنها قَالَ ْت قَا َل َرسُو ُل‬
ِ ْ‫الْ َما ِه ُر ِبالْقُر‬- « ‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ِ‫اَّلل‬
ِ ‫ق لَه ُ أ َ ْج َر‬
». ‫ان‬ ٌّ ‫علَيْ ِه شَا‬
َ ‫آن َويَتَتَعْت َ ُع فِي ِه َوهُ َو‬ َ ْ‫الْ ِك َر ِام الْبَ َر َر ِة َوالَّذِى يَ ْق َرأ ُ الْقُر‬

“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallambersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat
yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan
terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR.
Muslim).

 Membaca Al Quran akan mendatangkan syafa’at

‫يَقُو ُل «اقْ َرءُوا‬- ‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ِ‫اَّلل‬


َّ ‫ْت َرسُو َل‬ َ ‫ع َْن أَبي أ ُ َما َمةَ ْالبَا ِه ِل ُّى رضى هللا عنه قَا َل‬
ُ ‫س ِمع‬
…‫ص َحابِ ِه‬ َ ‫آن فَ ِإنَّه ُ يَأْتِى يَوْ َم ْال ِقيَا َم ِة‬
ْ َ ‫ش ِفيعًا أل‬ َ ْ‫الْقُر‬

1
“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya
dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang
membacanya” (HR. Muslim).

 Salah satu ibadah paling agung adalah membaca Al Quran

‫ َوا ْعلَ ْم أَنَّكَ لَ ْن‬، َ‫ست َ َطعْت‬


ْ ‫تَقَ َّربْ َما ا‬: ” ‫ت رضى هللا عنه أَنَّهُ قَا َل‬ ِ ‫ب بْ ِن ْاأل َ َر‬
ِ ‫ع َْن َخبَّا‬
“. ‫ب إِلَى هللاِ ِبش َْيءٍ أ َ َحبَّ إِلَيْ ِه ِم ْن ك ََال ِم ِه‬ َ ‫تَتَقَ َّر‬

“Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu
dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan
sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (Atsar shahih
diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
Hal hal yang tersebutkan di atas adalah sebagian kecil dari keutamaan-keutamaan al
quran yang begitu banyak. Maka sudah selayaknya bagi seorang muslim senantiasa
mengingat-ingat keutamaan-keutamaan tersebut setiap saat, agar senantiasa termotivasi
dalam membaca Al-Quran. Tidak berhenti disitu saja, melainkan sudah menjadi kewajiban
bagi setiap muslim agar menjadikan aktivitas membaca al-Quran menjadi ibadah yang
sempurna dengan melandasinya dengan ilmu, dan ilmu yang paling mendasar dalam
membaca al-quran adalah ilmu tajwid.
Oleh karena itu, pada pertemuan yang pertama ini akan dijabarkan terkait pengantar
ilmu tajwid yang semoga bisa menjadi langkah awal pembaca untuk memahami betapa
pentingnya membaca Al-Quran sesuai dengan ilmu tajwid, sekaligus menjadi wasilah
semakin mendekatkan diri dengannya.
B. Ringkasan Ilmu Tajwid
1. Definisi Ilmu Tajwid
Secara Bahasa: Memperbaiki/membaguskan
Secara istilah: Mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya (tempat keluarnya) dengan
memberikan hak-haknya dan mustahaknya.
Adapun yang dimaksud dengan hak huruf yaitu sifat asli yang harus ada pada huruf tersebut
seperti tebal, tipis, qalqalah, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan Mustahak huruf
yaitu sifat huruf yang baru datang ketika ada hukum yang mengaturnya seperti idgham, ikhfa’ dan

2
sebagainya.
2. Sumber Ilmu Tajwid
Sumber ilmu Tajwid adalah dari Allah Subhanahu wata’ala yang diturunkan kepada Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam melalui malaikat Jibril. Dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam
diteruskan kepada para sahabat, kemudian kepada ulama/ahli qira’at Al-Quran. Dari ulama/imam
ahli qira’at tersebut diwariskan secara turun temurun hingga sampai kepada umat islam saat ini.
3. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah. Sedangkan membaca Al-
Qur’an dengan tartil (sesuai dengan kaidah ilmu tajwid) hukumnya fardhu ‘ ain.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

      

“Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzammil: 4)


Berkata Imam Al-Jazary:
“Membaca Al-Quran dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa yang membacanya tidak
dengan tajwid ia berdosa, karena dengan tajwidlah Allah menurunkan Al-Quran dan demikianlah Al-
Quran itu sampai kepada kita darinya.” (sumber: Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Ilmu
Tajwid, H. Ahmad An Nuuri, MA, hlm 20.)
Mungkin saja seorang Qari (pembaca Al-Qur’an) yang kedengarannya bacaannya bagus, namun
ia tidak memahami berbagai kaidah ilmu tajwid secara benar, seperti idzhar, mad wajib, tafkhim, dll.
Maka ia tetap dituntut untuk mengetahui dan mempelajari hukum-hukum tersebut, karena amat
mustahil bacaan seseorang itu akan baik dan benar secara standar kalau ia tidak paham teori
tajwid yang amat kompleks jumlahnya.
4. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam
membaca Al-Qur’an. Kesalahan dalam membaca Al-Quran (Lahn) terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Lahn Jali adalah kesalahan yang jelas/kesalahan pada lafazh ketika membaca Al-Quran yang
menyalahi kebiasaan ulama qira’at, baik merubah arti ataupun tidak, atau merubah i’rab ().
Yang termasuk dalam kesalahan yang jelas diantaranya penyebutan makhraj, merubah harakat,
tidak membaca mad tabi’i (mad asli) dan lain-lain. Kesalahan seperti ini hukumnya haram.
Contoh Lahn jali yang dapat mengubah makna antara lain:
- Kesalahan dalam penyebutan huruf yang tidak sesuai makhrajnya:
(QS. Al-Jatsiyah: 12)

3
ْ َ ‫َولَعَلَّ ُك ْم ت‬
‫ش ُك ُروْ َن‬
“.....mudah-mudahan kamu bersyukur..”
Bila huruf ‫ ش‬dilafalkan menjadi huruf ‫ س‬, maka artinya akan berubah menjadi: mudah-
mudahan kamu mabuk.
- Kesalahan dalam membaca harakat huruf
Contoh:
(QS. Al-Fatihah: 7)

         

“Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka...”
Bila huruf َ‫( ت‬dengan harakat fathah) dibaca َ‫( ت‬dengan harakat dhammah), maka artinya
akan berubah menjadi “Yaitu jalan orang-orang yang telah aku anugerahkan nikmat
kepada mereka...”
2. Lahn Khafi adalah kesalahan yang samar atau kesalahan yang terjadi pada lafazh ketika
membaca Al-Quran, yang hanya diketahui oleh orang yang pernah belajar qira’at secara khusus.
Yang termasuk dalam kesalahan ini diantaranya tidak membaca ghunnah, kurang panjang dalam
membaca mad dan lain-lain. Kesalahan ini hukumnya makhruh.
Contoh:

ُّ ‫اس قَالُوا أَنُ ْؤ ِم ُن َك َما َءا َم َن ٱل‬


‫سفَ َها ُء‬ ُ َّ‫امنُوا َك َما َءا َم َن ٱلن‬
ِ ‫َوإِذَا قِي َل لَ ُه ْم َء‬
ُ ‫أَنُ ْؤ ِم‬
Kurang panjang dari 5 harakat:‫ن‬ ‫َك َما َء‬
ُ َّ‫َءا َم َن ٱلن‬
Tidak dengung 2 harakat:‫اس‬

5. Hukum Membaca Isti’adzah dan Basmalah


Hukum beristi’adzah sebelum membaca Al-Qur’an adalah mustahabbah atau dianjurkan
(sunnah), dan sebagian ulama menganggapnya wajib, baik di awal surah maupun selain di awal
surah.
Allah berfirman dalam QS. An-Nahl: 98

‫ٱلر ِج ِيم‬ َ َٰ ‫ش ْي‬


َّ ‫ط ِن‬ َّ ‫ست َ ِع ْذ ِب‬
َّ ‫ٱَّللِ ِم َن ٱل‬ َ ‫فَ ِإذَا قَ َرأْتَ ْٱلقُرْ َء‬
ْ ‫ان فَٱ‬
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.”
Hukum membaca basmalah sangat dianjurkan ketika di awal surah kecuali surah At-Taubah,
baik dilakukan dengan suara keras (jahriyah) atau pelan (sirriyah).

4
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam sangat menganjurkan membaca basmalah sebagaimana
dalam sabdanya:
“Setiap perkara yang mempunyai nilai yang tidak dimulai dengan basmalah maka terputuslah
(barokahnya).” (Ibnu Hibban)
Sedangkan syaikh Muhammad Nabhan dalam bukunya Al-Mudzakkirah fi At Tajwid
menjelaskan bahwa hukum basmalah adalah sunnah Muakkadah disetiap awal surat, kecuali surat
At-Taubah. Adapun di pertengahan surat, maka boleh memilih membaca basmalah atau tidak
membacanya (Al-Mudzakkirah fi At Tajwid, syaikh Muhammad Nabhan).
a. Cara Membaca Isti’adzah dan Basmalah
1. Membaca isti’adzah, basmalah dan awal surat secara terpisah
2. Membaca isti’adzah, basmalah dan awal surat secara bersambung
3. Membaca isti’adzah kemudian berhenti (waqaf), lalu membaca basmalah dan awal surat
secara bersambung
4. Membaca isti’adzah dan basmalah secara bersambung, kemudian berhenti, lalu membaca
awal surat.
Ketika bacaan terputus dan hendak menyambungnya kembali maka dianjurkan untuk
beristi’adzah.
Berhenti sejenak setelah isti’adzah lebih baik, terutama apabila awal ayat tersebut adalah
nama Allah atau kata ganti yang kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau kepada
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.
b. Waktu ber-isti’adzah:
1. Sebelum membaca Al-Quran
2. Apabila bacaan terputus

C. Praktik membaca Ta’awudz, Basmalah dan QS. Al-Fatihah

5
Pertemuan II
A. Pengantar
Manusia tidak lain adalah hatinya yang merupakan sumber kebaikan atau kerusakan. Dan tubuh
tidak lain hanya pembawa hati dan perantara antara hati dan dunia luar. Panca indera adalah sarana
untuk menukilkan pengetahuan-pengetahuan dari dan ke dunia luar. Adapun otak adalah perantara
antara panca indera dan hati.
Manusia sering berada pada kondisi susah dan tertimpa musibah, bahkan pada saat dirinya
hendak mendekatkan diri pada Allah melalui Al-Quran. Sehingga kadang hal-hal seperti ini
menjadikan seseorang lalai bahkan mengalami penurunan semangat. Kenyataan ini bukanlah aib,
melainkan hal yang mesti memacu diri untuk mengambil langkah preventif (pencegahan) agar
sekiranya kita bisa mempersiapkan diri menghadapinya. Berkaitan dengan proses belajar Al-Quran,
hal yang sangat dianjurkan pada saat masa itu datang, yakni dengan mengingat kembali keutamaan-
keutamaan Al-Quran dan bahwa ia adalah satu satunya hal yang dapat mendatangkan kecintaan kita
pada-Nya. Berikut adalah beberapa keutamaan yang dapat dijadikan motivasi untuk bertahan dalam
pembelajaran Al-Quran.:

 Mencintai Al-Quran adalah tolak ukur kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya

َ‫ َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن يَ ْعلَ َم أَنَّهُ ي ُِحبُّ هللا‬: ” ‫ أنه قَا َل‬، ‫هللا بن مسعود رضى هللا عنه‬ ِ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ع َْن‬
َ ْ‫َان ي ُِحبُّ ْالقُر‬
“. ُ‫آن فَ ِإنَّهُ ي ُِحبُّ هللاَ َو َرسُولَه‬ َ ‫ فَ ِإ ْن ك‬، ْ‫َو َرسُولَهُ فَ ْليَ ْنظُر‬
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia
mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka
sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam
kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).

 Membaca Al-Quran dapat melembutkan hati

‫نظرنا في هذه األحاديث والمواعظ فلم نجد شيئًا أرق للقلوب‬: “‫وقال وهيب رحمه هللا‬
”.‫وال أشد استجالبًا للحزن من قراءة القرآن وتفهمه وتدبره‬
“Berkata Wuhaib rahimahullah: “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan
nasehat ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan
mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya”.

 Perumpamaan keutamaan bagi orang-orang yang membaca Al-Quran

6
Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda:

‫ َو َمث َ ُل‬، ٌ‫ ِري ُح َها َط ِيبٌ َو َط ْع ُم َها َط ِيب‬: ‫آن َمث َ ُل األُتْ ُر َّج ِة‬ َ ْ‫َمث َ ُل ْال ُم ْؤ ِم ِن الَّذِي يَ ْق َرأ ُ القُر‬
َ ْ‫ْال ُم ْؤ ِم ِن الَّذِي الَ يَ ْق َرأ ُ القُر‬
ِ ‫ َو َمث ُل ال ُمنَا ِف‬، ٌ‫ الَ ِري َح لَ َها َو َط ْع ُم َها ح ُْلو‬: ‫آن َك َمث َ ِل التَّمْ َر ِة‬
‫ق‬
َ‫ق الَّذِي ال‬ ِ ِ‫ َو َمث َ ُل ال ُمنَاف‬، ‫ ري ُح َها َط ِيبٌ َو َط ْع ُم َها ُم ٌّر‬: ‫الريحانَ ِة‬َّ ‫رآن َك َمث ِل‬ َ ‫الَّذِي يقرأ الق‬
. ((‫علَ ْي ِه‬ ٌ ‫س لَ َها ِري ٌح َو َط ْع ُم َها ُم ٌّر )) متف‬
َ ‫ق‬ َ ْ‫يَ ْق َرأ ُ القُر‬
َ ‫ لَ ْي‬: ‫آن َك َمث ِل ال َح ْن َظلَ ِة‬

“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah:
aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-
Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma): tidak ada aromanya namun rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah
Raihanah: aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq
yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah: tidak memiliki aroma dan
rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari 5427, Muslim 797]

 Satu Pahala Kebaikan Membaca Al-Quran Akan Digandakan Menjadi Sepuluh Kali

ٌ ‫سنَة‬
َ ‫اَّلل فَلَهُ ِب ِه َح‬
ِ َّ ‫ب‬ِ ‫ قَ َرأ َ حَرْ فًا ِم ْن ِكتَا‬: ‫اَّلل‬
ِ َّ ‫سعُو ٍد يَقُو ُل قَا َل َرسُو ُل‬ ْ ‫اَّلل ْب َن َم‬ َ ‫ع َْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
ْ َ‫سنَةُ ِبع‬
. ٌ‫ش ِر أَمْ ثَا ِل َها َال أَقُو ُل الم حَرْ فٌ َولَ ِك ْن أ َ ِلفٌ حَرْ فٌ َو َال ٌم حَرْ فٌ َو ِمي ٌم حَرْ ف‬ َ ‫َو ْال َح‬
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata; Rasulullah bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari
Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan
dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf,
akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf”. (Hadis riwayat at-Tirmidzi)

Setelah mendapatkan kembali semangat mempelajari Al-Quran, maka janganlah kita mengulur-
ulur waktu lagi untuk bersegera berinteraksi dengan Al-Quran. Selanjutnya, dalam pertemuan
pertama telah didapatkan pengantar ilmu tajwid. Setelah itu, hal yang mesti diketahui adalah
bagaimana ilmu tajwid menjabarkan aturan-aturan yang harus diperhatikan. Aturan pertama adalah
mengenai makharijul huruf yang akan dijelaskan pada pertemuan kedua ini. Berikut penjelasannya:

7
B. Makhārijul Huruf I
1. Definisi Makhārijul Huruf
Yang dimaksud makhaarijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya bunyi huruf, yaitu
tempat bunyinya suara yang keluar dari rongga mulut akibat adanya tekanan udara pada selaput
suara.
a. Pembagian Makhārijul Huruf
Makharijul Huruf terbagi atas 18 makhraj yang dikelompokkan ke dalam lima tempat, yaitu :

i) ‫ال َجوْ ف‬ )Rongga Mulut)


Al Jauf artinya rongga mulut, yaitu kelompok makhraj huruf yang ada di rongga mulut.
Huruf yang keluar dari Al Jaufu (rongga mulut) terbagi atas 3, yaitu:

- Huruf Alif yang didahului Fathah ( ‫ا‬ ←ََ


َ )
- Huruf Ya sukun yang didahului Kasrah ( ‫ْي‬ ←ََ
ِ َ)
- Huruf Wau sukun yang didahului Dhammah (َ ْ‫)ََُ←َ و‬
Ketiga huruf ini berfungsi sebagai mad ashli/mad thabi’i.

ii) ‫الشفتان‬ (Dua Bibir)

Yaitu kelompok makhraj yang ada di bibir. Terdiri dari 4 huruf yang terbagi menjadi dua
makhraj, yaitu :
 Perut bibir bawah bertemu dengan ujung gigi depan (seri) atas. Hurufnya adalahَ ‫ف‬

‫ف فُ ْوفًا فَ ِن فَ ْف َن ِم َن ا ْل ُم ْف ِن َم ِف ْيفَا فَنِفًا‬


ْ َ‫فَا فِ ْي فُ ْو ب‬
 Antara dua bibir hurufnya adalah ‫ب‬ ‫و م‬
1. Huruf ‫ب‬ dilafalkan dengan mempertemukan dua bibir sambil merapatkan dan

menekan sedikit, karena adanya sifat syiddah (kuat) yang dimilki huruf ini

‫بَا بِي بُ ْو بَ ْو بُوبًا بَ ِن بَ ْب َن ِم َن ال ُم ْب ِن َمبِ ْيبًا بَنِبًا‬

2. Huruf ‫م‬ dilafalkan dengan mempertemukan dua bibir sambil merapatkan dan tidak

menekan

‫َما ِمي ُمو بَ ْم ُمو ًما َم ِن َم ْم َن ِم َن ال ُم ْم ِن َم ِم ْي ًما َم ِن ًما‬

8
3. Huruf ‫ و‬dilafalkan dengan memonyongkan kedua bibir. Termasuk dalam makhraj ini
huruf waw layyin (huruf waw sukun yang huruf sebelumnya berharakat fathah.

‫َوا ِوي ُووْ بوْ ُووْ ًوا َو ِن َووْ َن ِم َن ال ُموْ ِن َم ِو ْي ًوا َونِ ًوا‬
C. Praktik membaca QS. Al-Kaafiruun

9
Pertemuan III

A. Pengantar
Allah telah menganugerahkan kepada kita tenaga dan kemampuan, barangsiapa yang berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mengolah dan mengembangkannya, dia akan mendapatkan manfaat.
Barangsiapa yang meremehkan dan melalaikannya, sungguh dia telah berbuat jahat terhadap dirinya.
Salah satu hal yang membuktikan seseorang telah bersungguh-sungguh dalam hal tersebut adalah
ketika terlihat pada dirinya usaha untuk memuliakan diri denga perkara-perkara yang Allah cintai,
misalnya dengan senantiasa mendekatkan diri pada Al-Quran. Sebab tidak ada seseatu hal yang
melekat padanya melainkan akan ikut mulia juga, contohnya:
 Malam diturunkannya Al-Quran merupakan sebaik-baik malam.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan, Dan tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan”
(Q.S. Al-Qadr: 1-3)
 Bulan diturunkannya Al-Quran merupakan sebaik-baik bulan.
Al-Baqarah: 185

‫ت ِم َن ْال ُهد ََٰى َو ْالفُرْ قَان‬


ٍ ‫اس َوبَ ِينَا‬ ُ ْ‫ان الَّذِي أ ُ ْن ِز َل ِفي ِه ْالقُر‬
ِ َّ‫آن هُدًى ِللن‬ َ ‫ض‬َ ‫ش ْه ُر َر َم‬
َ …
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…. (QS. Al-Baqarah:
185)
 Tempat diturunkannya Al-Quran merupakan tempat termulia di muka bumi.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

‫صالَةٌ فِى ْال َمس ِْج ِد‬


َ ‫س َواهُ إِالَّ ْال َمس ِْجدَ ْال َح َرا َم َو‬
ِ ‫صالَ ٍة فِي َما‬
َ ‫ف‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن أ َ ْل‬ َ ‫صالَةٌ فِى َمس ِْج ِدى أ َ ْف‬ َ
‫س َواه‬ ِ ‫صالَ ٍة ِفي َما‬ َ ‫ف‬ َ ‫ْال َح َر ِام أ َ ْف‬
ِ ‫ض ُل ِم ْن ِمائ َ ِة أ َ ْل‬
Artinya: Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid
lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di
masjid lainnya.” (HR. Bukhari)
 Nabi yang diturunkan kepadanya Al-Quran (Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam)
merupakan Nabi dan Rasul termulia

10
Al- Kahfi: 110

ِ ‫قُ ْل إِنَّ َما أَنَا بَش ٌَر ِمثْلُ ُك ْم يُو َح َٰى إِلَ َّي أَنَّ َما إِ َٰلَ ُه ُك ْم إِ َٰلَهٌ َو‬
َ ‫احدٌ ۖ فَ َم ْن ك‬
‫َان يَرْ جُو ِلقَا َء َر ِب ِه‬
‫ش ِر ْك بِ ِعبَادَ ِة َر ِب ِه أ َ َحدًا‬ ْ ُ‫صا ِلحًا َو َال ي‬ َ ‫ع َم ًال‬َ ‫فَ ْليَ ْع َم ْل‬

Artinya: Katakanlah; Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS. Al-Kahfi:
110)

Jika ruang dan waktu saja telah mulia karena Al-Quran, maka hal ini pun juga akan niscaya
dimiliki bagi orang-orang yang juga memilih mendekatkan diri padanya. Ini adalah kesempatan luar
biasa yang diberikan Allah kepada kita, dan akan sangat merugi bagi yang tidak memanfaatkannya.
Oleh karena itu, bertahan pada proses ini adalah langkah yang paling tepat dan semakin membuat kita
segera mencapai cita-cita tertinggi itu.
Selanjutnya, akan dibahas kembali lanjutan materi pertemuan dua mengenai makharijul huruf yang
merupakan bagian aturan kaidah dalam membaca Al-Quran, sebagaimana yang dibahasakan pada
pembahasan selanjutnya.

B. Makhārijul Huruf 2

1. ‫( اللسان‬Lidah) I

‫( اللسان‬Lidah) yaitu kelompok makhraj huruf yang ada di lidah. Terdiri atas 18 huruf
yang terbagi ke dalam 10 makhraj, yakni sebagai berikut:

 Pangkal lidah (dekat tenggorokan), bertemu dengan langit-langit. Hurufnya : ‫ق‬

‫قا قِ ْي قُوْ بَ ْق قُوْ قًا قَ ِن قَ ْق َن ِم َن ال ُم ْق ِن َم ِق ْيقًا قَنِقًا‬

 Pangkal lidah agak ke bawah sedikit, menempel ke langit-langit. Hurufnya : ‫ك‬

‫كن َك ْك َن ِم َن ال ُم ْك ِن َمك ْي ًكا َكنِ ًكا‬ ْ ‫كَا ِكي ُكو‬


ِ ‫بك ُكو ًكا‬

11
 Pertengahan lidah, bertemu dengan langit-langit : ‫جش ي‬

‫َجا ِج ْي جُوْ بَ ْج جُوْ جًا َج ِن َج ْج َن ِم َن ْال ُم ْج ِن َم ِج ْيجًا َجنِجًأ‬


ً ِ‫شن‬
‫شا‬ ً ‫ش ْي‬
َ ‫شا‬ ْ ‫ش َن ِم َن ْال َم‬
ِ ‫ش ِن َم‬ ْ ‫ش‬ ً ْ‫شو‬
َ ‫شا ش َِن‬ ُ ‫ش‬ ُ ‫ش ْي‬
ْ َ‫شوْ ب‬ ِ ‫شَا‬
‫يَا يِ ْي يُوْ بَ ْي يُوْ يًا يَ ِن يَ ْي َن ِم َن ْال َم ْي ِن َميِ ْييًا يَنِيًا‬

 Salah satu tepi (sisi lidah, atau keduanya bertemu dengan gigi geraham atas. Hurufnya

: ‫ض‬

ً ِ‫ضن‬
‫ضا‬ َ ‫ضا‬ ْ ‫ض َن ِم َن ْال ُم‬
ً ‫ض ِن َم ِض ْي‬ ْ ‫ض‬
َ ‫ض ِن‬ ً ْ‫ضو‬
َ ‫ضا‬ ُ ‫ض‬ ُ ‫ضا ِض ْي‬
ْ َ‫ضوْ ب‬ َ
 Salah satu sisi lidah yang dekat ke ujungnya bertemu dengan langit-langit yang sejajar

dengannya. Hurufnya ‫ل‬


َ‫ال ِل ْي لُوْ بَ ْل لُوْ الً لَّ ِن لَ ْل َن ِم َن ْال ُم ْل ِن َم ِل ْيالً لَنِال‬
 Tepi ujung lidah bertemu dengan gusi depan atas, suara menekan ke langit-langit sampai

ke rongga hidung: ‫ن‬


‫نَا نِ ْي نُوْ بَ ْن نُوْ نًا نَ ِن نَ ْن َّن ِم َن ْال ُم ْن ِن َمنِ ْينًا نَّنِنًا‬

C. Praktik membaca QS. Al-Zalzalah

12
Pertemuan IV
A. Pengantar
Adakah seorang muslim tidak ingin membaca Al-Quran? secara jujur, pastilah setiap muslim
menginginkannya, sebab jaminan kebahagiaan dunia akhirat jelas terlihat bagi yang ikhlas
menjalankannya. Karena Allah tidak akan menerima suatu amalanpun, kecuali sesuatu yang
dikerjakan dengan ikhlas karena mengharap ridha-Nya. Namun kenyataannya tidak semudah itu untuk
mempertahankan keikhlasan dalam ibadah yang satu ini. Hal ini disebabkan al-quran adalah pusat
perselisihan dan pertentangan antara manusia dengan setan. Mansuia ingin berpegang teguh pada Al-
Quran sedang setan selau berusaha untuk menghalang-halangi darinya.
Maka sudah sepatutnya kita berusaha untuk memenangkan pertarungan ini dengan keimanan yang
jujur. Ada banyak hal yang memudahkan mewujudkan usaha itu, diantaranya dengan kembali
mengingat bahwa kemuliaan Al-Quran akan berdampak pada kemuliaan sesuatu yang berkaitan
dengannya, diantara contohnya:
 Malaikat yang menjadi pembawa wahyu Al-Quran (Jibril) merupakan sebaik-baik malaikat
Al-Baqarah: 97-98

             

          

      

Artinya: Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab
yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir (QS. Al-Baqarah: 97-98)

Allah memuliakan jibril dengan menyebut namanya secara khusus dan mencela mereka yang
memusuhi jibril, dan Allah menyebut tugas jibril yag mulia yaitu menyampaikan wahyu dari
Allah kepada para Nabinya, dan Allah menamainya dnegan nama-nama yang mulia, dan sifat-
sifat yang agung
 Sebaik-baik generasi adalah generasi yang padanya Al-Quran turun (Sahabat Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam

13
‫اس قَرْ نِي ث ُ َّم الَّ ِذ ْي َن يَلُوْ نَ ُه ْم ث ُ َّم الَّ ِذ ْي َن يَلُوْ نَهُم‬
ِ َّ‫َخ ْي ُر الن‬
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian
generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no.
2533)

 Sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Quran


Az-Zukhruf: 43-44

            

    


Artinya: “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-
benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta
pertanggungan jawab” (QS. Az-Zukhruf: 43-44).
Selanjutnya, akan dibahas kembali lanjutan materi pertemuan tiga mengenai makharijul huruf
yang merupakan bagian aturan kaidah dalam membaca Al-Quran, sebagaimana yang dibahasakan
pada pembahasan selanjutnya.
B. Makhārijul Huruf 3

1. ‫( اللسان‬Lidah) II
 Ujung lidah bagian luar bertemu dengan gusi depan atas yang sejajar dengannya, suara

agak bergetar. Hurufnya : ‫ر‬

‫ورا َّر ِن َررْ َن ِم َن ْالمُرْ ِن َم ِر ْي ًرا َرنِ ًرا‬


ً ‫َرا ِر ْي ُروْ بَرْ ُر‬

Ujung atas lidah bertemu dengan pangkal gigi depan atas ‫ط ت د‬

‫ِي دُوْ بَ ْد دُوْ دًا د َِن دَ ْد َن ِم َن ْال ُم ْد ِن َم ِد ْيدًا دَنِدًا‬


ْ ‫دَا د‬
‫تَا ِت ْي تُوْ بَ ْت تُوْ تًا ت َ ِن تَتْ َن ِم َن ْال ُمتْ ِن َم ِت ْيتًا ت َ ِنتًا‬

‫طوْ ًطا َط ِن َط ْط َن ِم َن ْال ُم ْط ِن َم ِط ْي ًطا َطنِ َطا‬


ُ ‫طوْ بَ ْط‬
ُ ‫َطا ِط ْي‬

14
‫‪‬‬ ‫‪Ujung atas lidah bertemu dengan rongga antara gigi atas dan gigi bawah (lebih dekat ke‬‬
‫ز ‪bawah). Hurufnya:‬‬ ‫صس‬
‫مص ْيصًا َ‬
‫صنِصًا‬ ‫ص ْ‬
‫ص َن ِ‬ ‫ص ِن َ‬ ‫صا ِص ْي صُوْ بَ ْ‬
‫ص ُ‬
‫صصًا َ‬ ‫َ‬
‫س ْيسًا َ‬
‫س ِنسًا‬ ‫سس َْن ِم َن ْال ُمس ِْن َم ِ‬ ‫س ِن َ‬ ‫سسًا َ‬ ‫س ُ‬ ‫س ْي سُوْ بَ ْ‬ ‫سا ِ‬‫َ‬
‫َزا ِز ْي ُزوْ بَ ْز ُزوْ ًزا َز ِن َز ْز َن ِم َن ْال ُم ْز ِن َم ِز ْي ًزا َزنِ ًزا‬

‫‪‬‬ ‫ذ ‪Dari ujung lidah bertemu dengan ujung gigi depan (seri) atas. Hurufnya :‬‬ ‫ظ ث‬
‫ظوْ ًظا َظ ِن َظ ْظ َن ِم َن ْال ُم ْظ ِن َم ِظ ْي ًظا َظنِ ًظا‬ ‫ظوْ بَ ْظ ُ‬ ‫َظا ِظ ْي ُ‬
‫ِي ذُوْ بَ ْذ ذُوْ ذًا ذَ ِن ذَ ْذ َن ِم َن ْال ُم ْذ ِن َم ِذ ْيذًا ذَ ِنذًا‬
‫ذَا ذ ْ‬
‫ثَا ِث ْي ثُوْ بَ ْث ثُوْ ثًا ث َ ِن ثَثْ َن ِم َن ْال ُمثْ ِن َم ِث ْيثًا ث َ ِنثًا‬

‫‪C. Praktik membaca QS. Al-Lail‬‬

‫‪15‬‬
Pertemuan V
A. Pengantar
Al-Quran merupakan nikmat besar yang tidak diragukan lagi bagi seorang muslim. Namun, ada
kalanya kesibukan-kesibukan dan tendensi duniawi mengaburkan prinsip ini dari hati-hati kaum
muslimin. Maka hal inlah yang menjadi penyebab utama seseorang lalai dari berinteraksi dengan Al-
Quran bahkan sampai meninggalkannya, na’udzubillahi min dzalik. Oleh karena itu, sebelum
memasuki materi lanjutan makharijul perlu disebutkan terlebih dahulu jenis jenis fenomena
meninggalkan Al-Quran, diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak mendengarkan dan mengimani isinya
a. Dalil mendengarkan al-Qur’an
Allah Ta’ala mememrintahkan secara umum kepada orang mukmin untuk mendengarkan al-
Qur’an dengan tenang. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman:
Al a’raf 204:
204. Dan apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tennag agar kamu mendapat rahmat.
Syekh As-Sa’dy rahimahullah berkata:
“perintah ini umum bagi semua orang yang mendengarkan kitabullah ketika dibaca maka dia
diperintahkan untuk mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang. Perbedaan antara
mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang (Al-inshat) adalah penampilan, yaitu dengan
tidak berbicara atau meninggalkan kesibukan yang dapat memngganggu dari mendengarkan.
b. Fenomena Meninggalkan al-Qur’an
1) Lebih sennag mendengarkan suara msuik dan lagu-lagu dari lantunan ayat-ayat al-Qur’an
2) Melakukan berbagai aktifitas pada saat dibacakan al -qur’an, seperti berbicara, bercanda,
menulis, dll.
c. Dalil Mengimani Al-Qur’an
Al Baqarah 2:41
41. dan beriman kamu kepada apa yang telah aku turunkan (Al-Qur’an) yang membernarkan
apa yang ada padamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orng yang pertama kafir
kepadanya dan jangnalah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah dan
hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.
d. Fenomena Tidak Mengimani Al-Qur’an
1) Tidak meyakini atau meragukan al-Qur’an ebagai al-haq (kebenaran) dan meyakini ada
kebenaran selain al-Qur’an
Al-Baqarah 2:147

16
147. kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan seklai-kali kamu termasuk orang-
orang yang ragu.
2) Mendustakan ayat-ayat al-Qur’an keseluruhannya atau sebagiannya
Al Baqarah 2:85
85. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir
segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap
mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu
sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.
2. Tidak Mengamalkan Al-Qur’an
a. Perintah mengamalkan al-Qur’an
1) Tujuan utama al-Qur’an ditururkan adalah untuk diamalkan
2) Menaati perintah Allah dan RasulNya adalah merupakan wujud mengamalkan al-Qur’an
Ali Imran 3: 32
32. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
b. Fenomena tidak mengamalkan al-Qur’an
1) Tidak menjadikan sebagai pedoman dalam kehidupan
2) Menghalalkan apa yang diharamkan al-Qur’an atau menghalalkan apa yang diharamkan al-
Qur’an
3) Tidak melaksanakan apa yang diperintahkan dan tidak meninggalkan apa yang di dilarang
Masih banyak jenis fenomena fenomena terkait ini, yang akan dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya. Selanjutnya, akan dibahas kembali lanjutan materi pertemuan empat mengenai makharijul
huruf. berikut penjelasannya.
B. Makhaarijul Huruf 4

1. ‫( الخلق‬tenggorokan)
‫( الخلق‬tenggorokan) yaitu kelompok makhraj huruf yang ada di tenggorokan. Terdiri
dari 6 huruf yang terbagi menjadi tiga makhraj yaitu:

 Atas tenggorokan ‫خغ‬

17
َ ‫غ ْغن ِم َن ال ُم ْغ ِن َم ِغ ْيغًا‬
‫غنِغًا‬ َ ‫غن‬ ً ‫غو‬
َ ‫غا‬ ُ ‫غو بَ ْغ‬
ُ ‫غا ِغي‬
َ

‫وخا َخ ِن َخ ْخ َن ِم َن ال ُم ْخ ِن َم ِخ ْي ًخا َخنِ ًخا‬


ً ‫َخا ِخي ُخو بَ ْخ ُخ‬
 Tengah tenggorokan ‫حع‬
َ ‫عع َْن ِم َن ال ُمع ِْن َم ِع ْيعًا‬
‫ع ِنعًا‬ ً ‫عو‬
َ ‫عا ع َِن‬ ُ ْ‫عو بَع‬
ُ ‫عَا ِعي‬
‫َحا ِحي حُو بَ ْح حُوحًا َح ِن َح ْح َن ِم َن ال ُم ْح ِن َم ِح ْيحًا َحنِحًا‬
 Pangkal tenggorakan ‫هء‬
ْ ‫ب ْء ءُوءًا َء ِن َءء َْن ِم َن ال ُمء ِْن َم ِء‬
‫يءًا َء ِنءًا‬ َ ‫َءا ِءي ءُو‬
‫َها ِهي هُو بَ ْه هُوهًا َه ِن َه ْه َن ِم َن ال ُم ْه ِن َم ِه ْيهًا َهنِهًا‬
2. ‫الخيشوم‬ (Rongga Hidung)

‫الخيشوم‬ (Rongga Hidung) yaitu kelompok makhraj huruf yang ada di rongga hidung.

Rongga hidung sebenarnya bukan tempat keluarnya bunyi huruf, tetapi karena ilmu tajwid
mempelajari huruf dalam berbagai hubungannya, maka rongga hidung dikelompokkan
sebagai makhraj huruf yang mengeluarkan bunyi suara dengung.
Semua bacaan dengung keluar dari rongga hidung,َyaitu;

 ‫ْن‬ yang dibaca dengan idghamَbighunna, iqlab atau ikhfa


 ‫ م‬yang dibaca dengan idgham Mutamatsilain atauَikhfa syafawi
 Nun dan mim yang bertasydid ( ‫) ن – م‬

C. Praktik membaca QS. Al-‘Aadiyaat

18
Pertemuan VI
A. Pengantar
Al-Quran adalah ruh dan cahaya bagi manusia. Sedang, setan telah menetapkan untuk dirinya
perjanjian untuk menjauhkan manusia dari sumber petunjuk ini dari jalan yang lurus, dan kebanyakan
manusia banya yang tergelincir ke dalama perangkap-perangkap setan. Maka tidak heran fenomena-
fenomena meninggal Al-Quran secara terang terlihat di berbagai tempat sebagaimana yang disebutkan
pada pertemuan sebelumnya, berikut akan dirincikan kembali jenis fenomena-fenomena tersebut,
diantaranya:
1. Tidak Berhukum dengan Al-Qur’an
a. Wajibnya berhukum dengan al-Qur’an
Al Maidah 5:49-50
49. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan
Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik.
50. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?
b. Fenomena tidak berhukum dengan al-Qur’an
1) Tidak meyakini al-Qur’an sebagai sumber hukum
2) Meyakini ada hukum yang lebih baik dari al-Qur’an

2. Tidak mentadabburi Al-Qur’an


a. Pengertian tadabbur
Tadabbur berasal dari kata: yang memandang kepada akibat sesuatu dan memikirkannya.
Secara istilah:
1) Memperhatikan perkataan dari permulaan hingga akhir, kemudian perhatian itu berkali-kali
2) Menggunakan ketajaman mata hati (ainul bashirah) lewat proses perenungan mendalam
secara berulang-ulang agar dapat menangkap pesan-pesan yang terdalam dn mencapai tujuan
maknanya yang terjauh
3) Membaca, mempelajari, memahami, menghayati, mengamalkan untuk....mutiara-mutiara al-
Qur’an al-karim.

19
b. Tujuan al-Qur’an diturunkan adalah unutk ditadabburi ayat-ayatnya
Shaad 38:29
29. Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai fikiran.
c. Bahaya tidak mentadabburi al-Qur’an, indikasinya hati terkunci
Muhammad 47: 24

‫أ َف َ َال ي َ ت َد َ ب َّ ُر و َن ال ْ ق ُ ْر آ َن أ َ ْم عَ ل َ َٰى ق ُل ُ و بٍ أ َق ْ ف َ ا ل ُ هَ ا‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

3. Tidak berobat dengan Al Qur’an


a. Al Qur’an sebagai obat
17:82

‫ش ف َا ءٌ َو َر ْح َم ة ٌ لِ ل ْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن ۙ َو َال ي َ ِز ي د ُ الظَّ ا لِ ِم ي َن إ ِ َّال‬


ِ ‫َو ن ُن َ ِز لُ ِم َن ال ْ ق ُرْ آ ِن َم ا ه ُ َو‬
‫َخ سَ ا ًر ا‬
“Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang
yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al Quran itu) hanya akan menambah
kerugian.”

b. Fenomena tidak berobat dengan Al Qur’an :


 Tidak yakin dan percaya bahwa al Qur’an sebagai obat
 Ketika ada yang sakit al qur’an diabaikan dan mengutamakanselain al Qur’an

Telah jelaslah bahwa presepsi meninggalkan Al-Quran hanya disematkan pada yang tidak
membaca Al-Quran merupakan presepsi yang kurang tepat, karena segala bentuk kurang pedulinya
kita dengan Al-Quran sebaimana yang disebutkan di atas juga sedikt demi sedikit membawa pada
semakin terjauhkan hati darinya.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang muslim terus memupuk semangatnya dalam
menambah khazanah pengetahuan ilmu tajwid. Selanjutnya, kita akan masuk pada materi ilmu tajwid
terkhusus pembahasan nun sukun dan tanwin yang dibagi dalam dua pertemuan, berikut
penjelasannya:

20
B. Nun Sukun dan Tanwin 1

1. ‫اإلظهار‬ (Membaca Jelas/Terang(

Idzhar secara bahasa artinya jelas dan terang. Sedangkan menurut istilah ialah pengucapan
nun sukun atau tanwin, jika datang setelahnya salah satu huruf dari huruf-huruf idzhar halqi
yang berjumlah enam huruf, yaitu hamzah dan ha, ‘ain dan ha, serta ghain dan kha.

‫ ْن ← غ ه ء ح ع خ‬/

Contoh:
ُ َ‫سي ُْنغ‬
(‫ضوْ ن)غ‬ َ َ‫ف‬ (‫ون )ح‬َ ُ ‫يَ ۡن ِحت‬
(‫َو ۡٱل ُم ۡن َخنِقَةُ )خ‬ (‫َويَ ۡنـَٔ ۡو َن )ء‬
(‫َو ۡٱأل َ ۡنعَ َٰـ َم )ع‬ (‫يَ ۡن َه ۡونَ َوهُمۡ )ه‬
2. ‫) اإلدغام‬Meleburkan)

Idgham secara bahasa artinya memasukkan. Sedangkan secara istilah yaitu memasukkan
huruf sukun ke dalam huruf yang berharakat sebagaimana layaknya satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi menjadi dua yaitu:

 ‫ اإلدغام بغنه‬, setiap lafazh yang termasuk bacaan pada hukum ini, dimasukkan ke dalam

empat huruf (‫و‬ ‫ )م ن ي‬dan ditahan selama dua harakat


‫منوي‬ ← ‫ ً ْن‬/
Contoh:
َّ ‫َو َمن‬
(‫ٱَّللَ ي ُِط ِع )ي‬ (‫ق )م‬
ٍ ِ‫ِمن مَّاءٍ دَاف‬
(‫لَ ْن ن ْد ُخل َهآ أ َبَدً )ن‬ (‫ِمن َوا ٍل )و‬
Kecuali Empat lafazh, yaitu:

Harus dibaca idzhar ( jelas dan tidak dengung) sebab bertemu dalam satu kalimat (kata)
 ‫ اإلدغام بالغنه‬, setiap lafazh yang termasuk bacaan pada hukum ini, dimasukkan ke
dalam dua huruf ( ‫ ) ر ل‬tanpa ditahan.

‫ ْن ← ر ل‬/
Contoh:
(‫)ل‬ ‫أ َ ْن لَّ ْن تَقُوْ َل‬

21
(‫َّرسُو ٍل ِمن )ر‬

C. Praktik membaca QS. Al-Baqarah 1-10

22
Pertemuan VII
A. Pengantar
Al-Quran adalah kitab yang agung sebagaimana firman Allah dan surah Shaad:1

‫ص ۚ َو ال ْ ق ُ ْر آ ِن ِذ ي الذِ ْك‬
“Shaad, demi Al Quran yang mempunyai keagungan”
Namun, sekalipun demikian masih banyak terdapat sikap dari kaum muslimini yang
belum paham bagaimana seharusnya mengagungkan Al-Quran dalam kehidupan sehingga
muncullah fenomena seperti berikut:
a. Fenomena tidak mengagungkan Al Qur’an
 Tidak memperhatikan adab membaca Al Qur’an seperti:
 Tidak menjaga thahara,
 Tidak menghadap kiblat
 Tidak mengawali dengan ta’awwdz dan basmalah
 Bercanda ketika mendengar dan membacanya
 Tidak menghayatinya
 Tidak memperhatikan adab-adab terhadap mushaf Al Qur’an seperti:
 Meletakkan Al Qur’an di lantai.
 Menjadikan Al Qur’an sekedar pajangan.
 Membawa Al Qur’an ke tempat yang kotor.
 Fenomena meninggalkan belajar dan mengajarkan Al-Qur,an
 Enggan dan tidak mau menyisihkan waktu untuk belajar Al-Qur’an, seperti belajar
membaca, mempelajari isinya dan mempelajari cara menghafalnya, sementara kegiatan
yang berorientasi materi, sekalipun agak sakit tetap dipaksakan untuk hadir dan terlibat.
 Aktifitas mengajarkan Al-Qur’an dianggap sebagai pekerjaan sepele dan tidak produktif
b. Fenomena meninggalkan membaca Al-Qur’an
 Sangat jarang bahkan amat kurang waktu untuk membaca Al-Qur’an
 Waktunya lebih banyak digunakan untuk membaca koran, edget dan menonton TV
Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan-perbuatan tersebut. Cukuplah Al-
Quran yang merupakan kalamullah (perkataaan Allah) yang menjadikan kita tidak
mempersamakannya dengan buku-buku pada umumnya.
Selanjutnya, kita akan masuk pada materi ilmu tajwid terkhusus lanjutan
pembahasan nun sukun dan tanwin yang dibagi dalam dua pertemuan, berikut
penjelasannya:

23
B. Nun Sukun dan Tanwin 2

1. ‫اإلخفاء‬ (Membaca Samar)

Ikhfa’ secara bahasa artinya tabir/penutup terhadap sesuatu.


Sedangkan menurut istilah yaitu pengucapan nun sukun atau tanwin seperti huruf
sukun yang terbebas dari tasydid. Diucapkan dengan sifat pertengahan antara idzhar dan
idgham yang disertai dengan ghunnah (dengung) pada huruf pertama. Lamanya adalah dua
harakat, bisa jadi dalam satu atau dua kalimat.

ًَ ‫د ذ ج ف ق ث ص ز ض ط ك ت س ش ظ‬ ← ‫ ْن‬/

Contoh:

( ‫ص ُر ُكم )ص‬
ُ ‫يَن‬ (‫يَن ُكثُون )ك‬ (‫يَ ْنقَ ِلبُوْ َن )ق‬
(‫)ذ‬ ‫ٱلَّ ِذ َمن ىذَا‬ (‫أَن َج ۡينَ َٰـ ُك )ج‬ َ ‫نَ ْن‬
(‫سخ )س‬
(‫اع ث ُ َّم أ َ ِم ْي ٍن )ث‬
ٍ ‫ُّم َط‬ (‫ش َٰـ ِهدًا َرسُوالً )ش‬
َ (‫أ َ ْندَادًا )د‬
(‫يَ ْن ِطقُ َن )ط‬ (‫ص ِع ْيدًا َزلَقًا )ز‬
َ ْ َ‫ِم ْن ف‬
ِ َّ ‫ض ِل‬
(‫اَّلل )ف‬
(‫ص ِب ُروا َو ِإ ْن )ت‬
ْ َ‫ت‬ َ ‫ِم ْن‬
(‫ض ِر ْي ٍع )ض‬ (‫َم ْن َظلَ َم )ظ‬
2. ‫( اإلقالب‬Membalik/ Mengganti)

Iqlab secara bahasa artinya perubahan suatu dariَbentuk aslinya.


Sedangkan menurut istilah, iqlab yaitu membalikkan nun sukun atau tanwin menjadi
mim yang tersembunyi dengan tetap menjaga ghunnnahnya. Hal itu berlaku bila datang
setelahnya huruf ba’. Sedangkan huruf iqlab hanya ada satu saja yaitu huruf ba’. Apabila ba’
datang setelah nun sukun atau tanwin dalam satu atau dua kalimat, maka nun sukun atau
tanwin tersebut harus diiqlabkan menjadi mim, kemudian menyamarkanَhuruf mim ini kepada
huruf ba’ disertai dengan ghunnah.

‫ب‬ ← ‫ ْن‬/
Contoh:

‫َمن بَ ِخ َل‬ ‫أ َ ْن ِبئُوْ ِنى‬


C. Praktik membaca QS. Al-Bayyinah

24
Pertemuan VIII
A. Pengantar
Hukum kausalitas dalam kehidupan itu adalah sebuah keniscayaan, begitu pula dalam perkara Al-
Quran, ketika seseorang telah meninggalkan Al-Quran, maka pasti ia tidak akan dibiarkanbegitu saja
melainkan akan mendapatkan konsekuensi-konsekuensi dari perbuatannya tersebut, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kehidupan yang sempit dan kebutaan.
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam
keadaan buta.” (QS. Taha: 124)
2. Kedzaliman yang paling besar. (QS. Al-Kahfi: 57)
“dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat
Tuhannya lalu Dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua
tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka
tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan Kendatipun
kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-
lamanya.”
3. Bersahabat karib dengan syaitan dan ia sesat. (QS. Az-Zukhruf: 36)
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami
adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya.”
4. Seperti binatang ternak. (QS. Al-Araf: 179)
“dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”
5. Kehinaan dan kekalahan. (QS. Ali-Imran: 112)
“Mereka (Yahudi) diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka
(berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat
murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka
mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang
demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (Qs. Ali Imran: 112)

25
Solusi dari segala bahaya meninggalkan Al-Quran di atas adalah kembali kepada Diin
(agama) ini dengan penuh kesungguhan. Wujud kesungguhan tersebut dibuktikan dengan cara
mempelajari Islam dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Selanjutnya, kita akan masuk pada materi ilmu tajwid yakni pada pembahasan hukum
mim sukun dan qalqalah, berikut penjelasannya:

B. Hukum Mim Sukun dan Qalqalah


1. Hukum Mim Sukun
Mim sukun adalah mim yang tidak berkharakat, sukunnya tetap baik ketika washal
(disambung) maupun waqaf (berhenti), terletak di tengah atau di akhir kata benda, kata kerja
dan huruf.
Hukum mim sukun terbagi atas 3 yaitu:
a. Ikhfa’ Syafawi
Yaitu apabila mim sukun bertemu dengan huruf ba’ (‫)ب‬. Ini dinamakan syafahian
karena huruf mim (‫ )م‬dan ba (‫ )ﺐ‬mempunyai makhraj yang sama yaitu dari kedua bibir.
Beberapa contoh dari bacaan ikhfa’ syafawi adalah sebagai berikut:

a) َ‫(وه ْمَ ِب ْاْل ِخر ِة‬QS. Al-A’raf ayat 45


ِ ‫(وم ْنَي ْعت‬QS. Ali-Imran ayat 101)
ََِ ‫ص ْمَ ِب‬
b) َ‫اّلل‬

َِ ‫(ي ْخش ْونَربَه ْمَ ِبالْغ ْي‬QS. Al-Mulk ayat 12)


c) َ‫ﺐ‬

d) َ‫(وأ ْمددْناك ْمَ ِبأ ْموا ٍل‬QS. Al-Isra’ ayat 6)


ِ ‫اَجئْت ْمَ ِب ِه‬
e) ََ‫َالسحْر‬ ِ ‫(قالَموس ٰىَم‬QS. Yunus ayat 81)
b. Idgham Syafawi
Yaitu apabila mim sukun bertemu dengan huruf mim (‫ )م‬yang berharakat.
Beberapa contoh dari bacaan idgham syafawi adalah sebagai berikut:

a) َ‫ن كنْت َْم مؤْ ِمنِين‬


َْ ‫( ِإ‬QS. Al-Baqarah ayat 91
b) .‫( وله َْم ما ي ْشتهون‬QS. An-Nahl ayat 57)
c) َ‫سس‬ َْ ‫( أ َْم م‬QS. At Taubah ayat 109)
َ ‫نأ‬
c. Izh-har Syafawi
Yaitu apabila mim sukun bertemu dengan semua huruf hijaiyah kecuali huruf mim (‫ )م‬dan
ba (‫)ﺐ‬.
Beberapa contoh dari bacaan izh-har syafawi adalah sebagai berikut:

26
a) ً ‫ل لك َْم أ ْنه‬
‫ارا‬ ٍَ ‫ل لك َْم جنَا‬
َْ ‫ت ويجْع‬ َْ ‫( ويجْع‬QS. Nuh ayat 12)
b) َ‫( ك ْنت َْم خيْرَ أ َم ٍة‬QS.Ali-Imran ayat 110)
c) َ‫ن ك ْنت َْم صا ِدقِين‬
َْ ‫( ِإ‬QS.Al-Baqarah : 23)

2. Qalqalah
Qalqalah artinya memantul atau bergoncang, yaitu pengucapan huruf yang sukun, yang
disertai pantulan suara pada makhrojnya sehingga terdengar tekanan suara yang kuat. Baik
sukunnya itu asli atau karena waqaf. Huruf qalqalah itu ada 5 (‫ﺐ‬, ‫ﺝ‬, ‫د‬, ‫ﻃ‬, ‫)ﻕ‬. Untuk
memudahkan pemahaman digunakan istilah dalam ejaan Indonesia yaitu “BAJU DI THAQA.”
Contohnya:

a) ََ َ‫ل هو‬
َ‫اّلل أحد‬ َْ ‫( ق‬QS.Al-Ikhlas ayat 1)
b) َ‫( ا ْقرَأْ ِباس َِْم ر ِبكَ الَذِي خلق‬QS.Al-a’laq : 1)
c) َْ‫( فإِذا فر ْغتَ فٱنصﺐ‬QS.Asy-Syarh : 7)
d) َ ‫ت ْٱلبر‬
ِ‫وﺝ‬ َِ ‫سما ٓ َِء ذا‬
َ ‫( وٱل‬QS.Al-Buruj : 1)
e) َ‫طشَ ر ِبكَ لشدِيد‬ ْ ‫نب‬ََ ‫( ِإ‬QS.Al-Buruj : 12)

C. Praktek Membaca Surat Al-Fill

27
Pertemuan IX

A. Pengantar
Al-Quran merupakan pedoman hidup manusia, petunjuk kepada kebenaran, pembeda
antara yang haq dan yang bathil serta memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seorang
muslim, oleh karena itu, ada beberapa kewajiban-kewajiban yang harus diperhatikan seorang
muslim terhadap Al-Quran, diantaranya:
a) Beriman kepadanya
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.” (Q. S An-Nisa:136)
b) Menjaga dan memerhatikannya
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang
diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang
zalim.” (Q.S Al-Ankabut:49)
c) Membacanya
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S Al-Kahfi: 28)
d) Mentadaburi ayat-ayatnya
“Dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan)
tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah
memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S Al-Fath: 24)
e) Mengamalkannya
“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah Dia
dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Q.S Al-An’am:155)
f) Beradab dengannya
1) Adab hati
 Mengenal sumber Al-Quran
 Mengagungkan kedudukannya
 Menghadirkan hati tatkala membacanya

28
 Hati harus berinteraksi dengannya
 Merasakan bahwa kita yang diseru
2) Adab zahir
 Memakai harum-haruman
 Bersih tempat
 Berhias
 Membersihkan mulut
 Berdakwah kepadanya
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada merekadan supaya mereka memikirkan,” (Q.S An-
Nahl:44)

B. Mad dan Tanda Waqaf


1. Mad
a. Mad Tobi’i (penejelasannya lihat Al-Jauf)

ِ ْ‫ُكوْ نُو‬
Contoh: ‫ص َرا‬ – ‫َط – ال ِذ ْي َن‬
b. Mad Wajib muttashil (Jalan Syatibiyyah)

Yaitu bila huruf mad bertemu dengan hamzah dalam satu kalimah (kata). Panjangnya 4
atau 5 harakat (jika washal), 6 harakat (jika waqaf)

Contoh: ‫ء‬
ُ ҇‫ الدُّعَا‬,‫َما҇ ًء‬

c. Mad Ja-iz munfashil (Jalan Syatibiyyah)

Yaitu bila huruf mad bertemu dengan hamzah, tetapi hamzah ada di kata berikutnya.
Panjangnya harus 4 atau 5 harakat.

ْ َ ‫آلا‬
Contoh: ُ‫عبُد‬ , ‫قَالُوْ ҇ ااِنَّا‬

d. Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal

Yaitu bila huruf mad bertemu dengan ber-tasydid dalam satu kata, panjangnya harus 6
harakat

Contoh: ُ‫صا҇ َّخة‬ ِ ‫ فَ ِإذَ َجا҇ َء‬, ‫ضا҇ ِل ْي َن‬


َّ ‫ت ال‬ َّ ‫َوالَال‬

29
e. Fawaatihu as-suwar
Yaitu mad pada huruf – huruf pembuka surah yang terkumpul dalam kalimat.
 Panjangnya 6 harakat
‫سلَ ُك ْم‬
َ ‫ع‬ َ َ‫نَق‬
َ ‫ص‬ yaitu :

Huruf – huruf tersebut dibaca dengan nama – nama aslinya dan berlaku hokum idzhar,
idgham, ikhfa-nya.
Contohnya:

 Panjangnya 2 harakat
‫ َح ُّي َطهُر‬yaitu :
)‫ ه (ها) – ر (را‬- )‫ح (حا) – ي (يا) – ط (طا‬
َٰ )‫(طاها‬
Contohnya: ‫ط َٰه‬

Ada satu huruf yang termasuk pembuka surah, tapi tidak dibaca panjang yaitu Alif.

2. Tanda Waqaf

Tanda - tanda waqaf yang berlaku dalam Al-Qur-an adalah sebagai berikut:

 ‫م‬ : Waqaf Laazim (diharuskan berhenti dan memulai lagi bacaan berikutnya pada kalimat

setelahnya). Karena jika bacaan dilanjutkan (tanpa berhenti pada tanda dimaksud) dengan
kalimat setelahnya, niscaya akan dipahami bukan dengn makna yang sebenarnya. QS. Al-
An-’am : 36*

 ‫ج‬ : Boleh berhenti.

 ‫قلى‬ : Lebih baik waqaf

 ‫صلى‬ : Lebih baik washol


 ‫ ال‬: Dilarang berhenti, karena pada kalimat tersebut masih sangat erat kaitannya dengan
kalimat berikutnya.
 : Berhenti pada salah satunya. (QS. 2:2, 84:14-15)

C. Praktek Membaca

QS. Ali Imran

30
QS. Al-A’raf
QS. Ar-Ra’d
QS. Maryam
QS. Asy-Syu’araa (Masing-masing ayat pertama)

31

Anda mungkin juga menyukai