Anda di halaman 1dari 48

0

َ َّ ُ َ َ
﴾ِ ‫الس َعادة‬ ‫﴿بِداية‬
َ َ ‫فى الْإ ۡكثَار م َِن التِل‬
ِ ‫اوة‬ ِ ِ ِ

Menggapai Kebahagiaan Dengan


Memperbanyak Membaca Al-Qur`ân



Hadits-Hadits dan Perkataan ‘Ulama


Tentang Keutamaan Membaca Al-Qur`ân

Kesungguhan Para Sahabat dan Para


‘Ulama dalam Membaca Al-Qur`ân

1
Bidâyatus Sa’âdah fil Iktsâri Minat Tilâwah

Menggapai Kebahagiaan Dengan Memperbanyak


Membaca Al-Qur`ân

Diterjemahkan dari kitab Ithâfus Sâdatil


Muttaqîn - Imâm Az-Zabîdî, syarah dari
kitab Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn - Imâm al-Ghozâlî
pada Bab Fadhîlah al-Qur`ân

Penyusun: Muhammad Hâfizh, Lc

Cetakan I, Januari 2022


Cetakan II, Pebruari 2022

Hak Cipta Tidak Dilindungi Undang – Undang.


Silahkan memperbanyak tanpa seizin tertulis
dari penyusun.

2
 Pengantar

Menghadirkan Rasa Cinta Membaca Al-Qur`ân

َ َ ََ ‫َُ ْ ه‬
‫ح ْول‬ ُ َ ‫السل‬
‫ام َعلـى رسو ِل اّلِلِ ولا‬ َّ ‫ال ْحَ ْم ُد ِ هّلِلِ َو‬
َّ ‫الصل َاةُ َو‬
ُ ْ َ َّ َ ‫ه‬ َّ َ َّ ُ َ َ
:‫ولا قوة إ ِلا ب ِاّلِلِ – أما بعد‬

.: Membaca al-Qur`ân merupakan salah satu


aktifitas ibadah yang bisa mendekatkan diri
kepada Allâh . Sebagaimana yang
disampaikan oleh Imâm Ja’far ash-Shôdiq
:
َ ْ َ َ ََ ْ ََ َ ْ ُْ َ ََْْ ُ‫َ ْ ََ َ َ ْ ُ َ َ ُ ه‬
‫اد أن يُكل َِم‬‫من أراد أن يكل ِمه اّلِل فليقرإ ِ القرآن ومن أر‬
ُّ ‫ع ل َ ُه فى‬
ُ ‫الس‬
‫ج ْو ِد‬
ْ َّ َ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ُ ‫ه‬
‫اّلِل فليدعه وتضر‬
ِ
“Barangsiapa berkeinginan Allâh  berbicara
kepadanya, maka bacalah al-Qur`ân dan
barangsiapa berkeinginan berbicara kepada Allâh
, maka berdo’alah dan pasrahkan diri dalam
sujud.”

3
.: Al-Qur`ân adalah kalâmullâh, sehingga
membacanya merupakan amalan ibadah
yang utama, sebagaimana sabda Rasûlullâh
:
َ ‫ادة ِ أُ َّمت ْي ق َِر‬
ْ ‫اءةُ الْ ُق‬ َ ْ‫أَف‬
َ َ‫ض ُل عِب‬
‫آن‬
ِ ‫ر‬ ِ
“Ibadah umatku yang paling utama adalah
membaca al-Qur`ân” (HR Baihaqî)
.: Disebut amalan ibadah yang paling utama
karena membaca al-Qur`ân adalah gerbang
pertama dalam menyelami samudra ilmu al-
Qur`ân sebelum memahami, merenungkan
dan mempraktekkannya sebagai pedoman
dalam kehidupan sehari-hari.
.: Alangkah indah apa yang telah
disampaikan oleh Hujjatul Islâm Imâm al-
Ghozâlî  dalam kitab Ihyâ`-nya tentang
makna Haqqo tilâwâtih pada surat al-Baqarah
ayat 121:

4
َ ‫لئ‬ َ ُ َ َ ‫ح َّق ت ِل‬ َ ‫ٱلَّذ‬
َ ‫ِين َء َات ۡي َن ُه ُم ٱلۡك َِت‬
َ ‫ب َي ۡتلُونَ ُهۥ‬
‫ك‬ َِٰٓ ‫اوتِهِۦ أ ْو‬
َ ُ َ ۡ ُ ُ َ َٰٓ َ ْ ُ َ ُ ۡ َ ۡ
‫يُؤمِنُون بِه ِۗۦ َو َمن يَكف ۡر بِهِۦ فأولئِك هم ٱلخ ِسرون‬

“Orang-orang yang telah kami berikan kitab


kepada mereka, (lantas) mereka membacanya
dengan bacaan yang sebenarnya, maka mereka
itulah orang-orang yang beriman kepadanya. Dan
barang siapa mengingkarinya, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi"
ُ َ ِّ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ ‫َو َم ْع ََن تِ ََل َوةِ الْ ُق‬
‫َتك ِفي ِه اللسان‬ ِ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ :‫ه‬ ‫ت‬
ِ ‫و‬ ‫َل‬ ‫ت‬
ِ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ن‬ِ ‫آ‬‫ر‬
ُ‫َتج ُم َوالْ َقلْب‬
ْ َ ُ‫ان يُ َرتِّ ُل َوالْ َع ْق ُل ي‬ُ َ ِّ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
‫ فاللس‬.‫والعقل والقلب‬
ِ
َ
‫يتَّ ِع ُظ‬
.: Yang dimaksud membaca al-Qur`ân
dengan Haqqo tilâwâtih adalah: ”Adanya
keterkaitan antara lisan, akal dan hati. Maka
bagiannya lisan adalah mentartilkan al-Qur`ân,
bagiannya akal adalah memahami dan bagiannya
hati mengambil pelajaran untuk dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari” (Haqquttilâwah: 48)

5
.: Alhamdulillâh di ujung tahun 2021 tulisan
sederhana dengan judul Bidâyatus Sa’âdah Fîl
Iktsâri Minat Tilâwah: Menggapai Kebahagiaan
Dengan Memperbanyak Membaca Al-Qur`ân ini
bisa terselesaikan.

.: Buku ini telah dibagi menjadi 4 Bab:


- BAB I : Hadits-Hadits pilihan dan
perkataan beberapa ‘ulama tentang
keutamaan membaca al-Qur`ân
- BAB II : Tingkatan tempo dalam
membaca al-Qur`ân.
- BAB III : Kesungguhan para sahabat
dan para ‘ulama dalam membaca al-
Qur`ân yang dibagi menjadi dua bagian:

Bagian pertama membahas tentang


kesungguhan mereka dalam membaca al-
Qur`ân dari sudut keberkahan waktu yang
telah Allâh  berikan kepada mereka.
(khôriqul ‘âdah: sesuatu yang tidak biasa).

6
Bagian kedua membahas aktifitas mereka
dalam membaca al-Qur`ân dengan porsi
kuantitas yang berbeda dengan yang ada
di bagian pertama.
- BAB IV : Penutup

.: Pada akhirnya, semoga buku ini mampu


memberikan semangat kepada siapa saja
untuk lebih dekat kepada al-Qur`ân dengan
lebih istiqomah membaca, memahami dan
menjadikanya pedoman dalam kehidupan
sehari-hari.
.: Semoga buku ini bermanfaat dan menjadi
kado penutup yang indah di akhir tahun
2021.

Di ujung senja
Panggung Rejo – Pelabuhan - Pasuruan
Jum’at, 31 Desember 2021

Muhammad Hafizh, Lc

7
 Daftar Isi 

Pengantar ..................................................... 2

1. BAB I : Hadits-Hadits dan Perkataan


‘Ulama Tentang Keutamaan Membaca
Al-Qur`ân .............................................. 9

2. BAB II : Tingkatan Tempo Membaca


Al-Qur`ân ........................................... 16

3. BAB III : Kesungguhan Para Sahabat


dan Para ‘Ulama dalam Membaca Al-
Qur`ân

➢ Bagian Pertama ................................ 22


➢ Bagian Kedua ................................... 32

4. BAB IV : Penutup .............................. 43

8
“Jika engkau melihat al-Qur`ân

dengan mata, engkau hanya akan

melihat barisan bait kata-kata.

Namun jika engkau melihatnya

dengan hati dan segenap jiwa raga,

engkau akan merasakan tatapan cinta

dan kerinduan Allâh ”

 Jalâluddîn Ar-Rûmï 

9
 BAB - I 

Hadits-Hadits dan Perkataan ‘Ulama


Tentang Keutamaan Membaca Al-Qur`ân

.: Dari Sahabat ‘Ibnu Mas’ûd , ia


berkata, Rasûlullâh  bersabda:
ْ ُ ْ ٌ َ ََُ ‫ه‬
‫ح َسنَة َوالحَ َسنَة ب ِ َعش ِر‬ ‫اب اّلِلِ فله‬ َ َ‫َم ْن قَ َرأ‬
َ‫ح ْرفًا م ِْن كِت‬
ِ
َ
ٌ‫ َولام‬- ‫ح ْرف‬ٌ َ
َ ‫ح ْرف َولك ِْن أل ٌِف‬ٌ َ ‫أَ ْمثَال َِها لَا أَقُ ْو ُل الم‬
ٌ َ ٌْ َ ٌ َ
‫ح ْرف‬ ‫ ومِيم‬- ‫ح ْرف‬
“Barangsiapa membaca satu huruf dari al-
Qur`ân, maka ia memperoleh satu kebaikan,
sedangkan satu kebaikan tersebut akan dilipat
gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak
mengatakan Alif Lâm Mîm itu adalah satu huruf,
akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lâm adalah
satu huruf dan Mîm adalah satu huruf. (HR at-
Tirmîdzî – 2912)

10
.: Dari Abû Umâmah , ia berkata: Aku
mendengar Rasûlullâh  bersabda:
َ ‫ص‬
ِ‫حابِه‬ َ َ‫آن فَإنَّ ُه يَأْتىْ يَ ْو َم الْقِي‬
ْ َ‫امةِ َشفِيْ ًعا ل ِأ‬ َ ْ ُْ ُ َْ
‫اقرؤوا القر‬
ِ ِ
“Bacalah oleh kalian al-Qur`ân, maka
sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
nanti sebagai syafa’at atau penolong bagi para
pembacanya dan orang-orang yang mengamalkan
hukum-hukum dan petunjuknya” (HR Muslim)

.: Dari Sayyidah ‘Âisyah , ia berkata,


Rasûlullâh  bersabda:
ْ َ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ْ ْ َّ
‫السف َرةِ الك َِرا ِم‬ ‫ِي َيق َرأ الق ْرآن َو ُه َو َماه ٌِر بِهِ مع‬ ‫الذ‬
ٌّ َ َ ُ
َ ُ ْ ْ ْ َّ َ َ َ َ ْ
‫ِي َيق َرأ الق ْرآن َويَتَتَ ْعتَ ُع فِيْهِ َو ُه َو َعليْهِ شاق‬
‫البررةِ والذ‬
ْ َ َُ
)‫ان (متفق عليه‬ ِ ‫له أج َر‬
“Orang yang membaca al-Qur`ân dan ia sudah
mahir dengan bacaannya, maka ia bersama para
Malaikat utusan Allâh yang mulia lagi sangat
taat. Sedangkan orang yang membaca al-Qur`ân

11
dengan terbata-bata dan terasa berat
membacanya, maka ia mendapatkan dua pahala”
(HR Bukhori: 8/532 dan HR Muslim: 798)

.: Seorang Muhaddits al-Imâm al-Hâfizh Abû


‘Amr Ibnu Sholâh  (w.643 H) dalam
fatwanya beliau berkata:

َ‫ َف َق ْد َو َرد‬،‫اّلِل ب َها الْبَ َش َر‬


ُ ‫ك َر َم ه‬ ْ َ ٌَ ََ ْ ُْ َُ
ِ ‫آن كرامة أ‬ ِ ‫ق َِرائة القر‬
َ َ ٌ
‫ح ِريْ َصة ل ِذل ِك عَلى‬ َ ‫ َو َأ َّن َها‬،‫ك َة ل َ ْم ُي ْع َط ْوا ذل َِك‬
َ َ َ ْ َّ َ
ِ ‫أن الملائ‬
ْ ْ َ ْ
‫عهِ مِن ال ِإن ِس‬ ِ ‫است َِما‬

“Membaca al-Qur`ân adalah sebuah kemuliaan


yang telah Allâh berikan kemuliaan tersebut
kepada manusia. Sungguh para malaikat tidak
mendapatkan kemuliaan yang demikian. Karena
mereka mengetahui keagungan kemuliaan
tersebut, maka mereka bersemangat dalam
mendengarkan bacaan al-Qur`ân yang dibaca oleh
manusia” (Al-Manhjus Sawî. Habib Zein bin
Ibrâhîm bin Sumaith. Hal: 496 dan Al-Itqôn. Imâm
as-Suyûthî. (Jilid 1, hal: 103)

12
.: Telah diriwayatkan dalam sebuah Atsar,
bahwa Sayyidinâ ‘Alî bin Abî Thôlib 
berkata:
َ ‫ان ل َ ُه بكُل‬
َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َّ
ً ‫آن قَائ‬
‫ح ْر ٍف‬ ِ ِ ‫ك‬ ِ ‫ة‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫الص‬ ‫ى‬ ‫ف‬
ِ ِ ‫ا‬‫م‬ ‫إِن من قرأ القر‬
َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ً َ َ َ ْ َ َ َ َ َُ
ْ‫ان فِى‬ ‫ وِإن ك‬،‫ وِإن كان قاعِدا فخمسون‬،‫مِئة حسن ٍة‬
َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ
‫ َوِإن كان عَلى‬،‫ارةٍ خم ٌس َوعِش ُر ْون‬ ‫غي ِر الصلاة ِ على طه‬
َ َ َ ْ َ َ َ َ َْ
‫ات‬ٍ ‫غي ِر طهارةٍ عش ُر حسن‬
“Sesungguhnya orang yang membaca al-Qur`ân
dalam keadaan berdiri mengerjakan sholat, maka
Allâh memberikan 100 pahala kebaikan dari setiap
huruf yang telah ia baca. Adapun jika ia sholat
dalam keadaan duduk, maka baginya adalah 50
kebaikan di setiap hurufnya. Jika ia membaca al-
Qur`ân di luar sholat dalam keadaan suci
(mempunyai wudhu), maka baginya 25 kebaikan
di setiap hurufnya dan jika ia tidak mempunyai
wudhu, maka baginya 10 kebaikan di setiap huruf
yang dibaca” (Risâlatul Mu’âwanah. Habib
‘Abdullâh bin ‘Alwî al-Haddâd. Hal: 45)

13
.: Syaikh Ibrâhîm al-Khowwâsh (w.291 H)
seorang ‘ulama sufi yang beraqidah ahlus
sunnah waljamâ’ah dari Iran, beliau berkata:

‫الت َدبُّ ِر‬ َ ‫ ق َِر‬:‫اء الْ ُقلُ ْوب َخمْ َس ُة أَ ْشيَا ٍء‬
َّ ‫اءةُ الْ ُق ْرآن ب‬ ُ ‫َد َو‬
ِ ِ ِ
َ ‫الس‬ َّ ‫ع عِنْ َد‬ُ ُّ َ َّ َ ْ َّ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ
‫ح ِر‬ ‫وِإخلاء البط ِن وقِيام اللي ِل والتضر‬
ْ َّ ُ َ َ َ َ
‫الصا ِلحِي َن‬ ‫ومجال ِسة‬

Obatnya hati itu ada lima perkara, yaitu:


1) Membaca al-Qur`ân dengan merenungi
bacaan serta maknanya (tadabbur)
2) Mengosongkan perut (berpuasa)
3) Qiyâmullail (Beribadah di malam hari)
4) Merendahkan diri bermunajat di waktu sahur
5) Duduk bersama orang-orang sholeh dengan
memperbanyak berkumpul bersama mereka
dan mengikuti kajian agama

.: Dari perkataan Syaikh Ibrâhîm al-


Khowwâsh inilah yang kemudian dikutip
oleh Sunan Bonang menjadi syair tombo ati
iku limo:

14
Moco Qur`ân angen-angen sak maknane, sholat
wengi lakonono, wong kang sholeh kumpulono,
kudu weteng ingkang luwe dan dzikir wengi
ingkang suwe.

.: Dari sahabat Ibnu ‘Umar  ia berkata,


Rasûlullâh  bersabda:
َ َ ْ ُ َ ُ َ ُ ُْ َّ
‫إِن ه ِذه ِ القل ْو َب ت ْص َدأ ك َما يَ ْص َدأ الحَدِي ْ ُد إِذا أ َصابَ ُه‬
ْ ْ َ َ َ ُ َ َ َ َ ‫َْ ُ َْ َ َ ُ َْ ه‬
‫جلاؤ َها قال كث َر ُة ذِك ِر‬ ‫الماء قِيل يا رسول اّلِلِ وما‬
ْ ُ ْ َ َ َ ِ ‫ال ْ َم ْو‬
ِ ‫ت وت ِلاوةِ القر‬
‫آن‬

“Sesungguhnya hati ini akan bisa berkarat


sebagaimana berkaratnya besi ketika terkena air.
Kemudian ada sahabat yang bertanya: Bagaimana
cara membersihkannya?... Beliau bersabda:
Banyak mengingat mati dan membaca al-Qur`ân”
(HR Baihaqî: 2014)

15
“Tiada nikmat yang lebih
agung setelah nikmat iman,
selain nikmat bisa belajar dan
mengajarkan al-Qur`ân.
Karena dengan kedua aktifitas
inilah iman kita akan dijaga
oleh Allâh ”
َ َ ُ ُ َٰ َ َ ۡ ۡ َ َ ۡ َ ُ َ
َ ‫اد ۡت ُه ۡم إ‬
﴾‫يمَٰ ٗنا‬ِ ‫﴿ِإَوذا تلِيت علي ِهم ءايتهۥ ز‬
“Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka” (Al-Anfâl; 4)

16
 BAB - II 

Tingkatan Tempo Membaca Al-Qur`ân

Imâm Ibnul Jazarî  berkata dalam


bait Thoyyibatun Nashr :
ْ َ َّ ُ ‫َ ْ َ َ ْ ْ َ ُ م‬ ْ ْ ْ َّ ُ ُْ ُ ْ
‫اقي ِقي ِق َمَ ۞ حٍَْ وتَْ ِورر وُّ متع‬ َ‫َورُقَ َرأ القَ ْرآن ِتل‬

‫َََ َّا ُمبا تلََالْ َع َر ي‬


َ ُ ‫ُ َ َّ ُم‬ ْ ُ ُ‫ح ْسَِ َََ ْا تلل‬
‫ي ْا ِن ال َع َر ِ ۞ مََرتَل‬ ُ ْ ‫َم‬
ِ ِ ِ ِ

“Al-Qur`ân dibaca secara tahqîq, hadr dan tadwîr


dengan suara yang baik sesuai lahjah arab serta
dengan tartîl dan tajwid yang benar”

1. Tahqîq
Tempo tahqîq menurut ahli ilmu adalah
membaca al-Qur`ân secara pelan dengan
memberikan hak-haknya setiap huruf berupa
memperjelas pengucapan huruf yang tebal
dan yang tipis (Tafkhîm dan Tarqîq),

17
menyempurnakan setiap harokat pada huruf,
memanjangkan mad serta memenuhi ghunnah
sesuai kadarnya, memperjelas bacaan yang
dibaca jelas (izhhâr) dan berhenti pada waqof
yang diperbolehkan sesuai dengan kaedah-
kaedah ilmu tajwid yang benar.
Tempo ini tepat digunakan untuk proses
belajar mengajar, sehingga diharapkan murid
dapat melihat dan mendengarkan cara guru
membaca huruf demi huruf sesuai dengan
makhroj dan sifat-sifatnya serta hukum-
hukumnya, seperti mad, ikhfa`, idghôm,
ghunnah dan lain sebagainya.

2. Hadr
Tempo Hadr adalah membaca al-Qur`ân
dengan cepat dengan tetap menjaga kaedah-
kaedah tajwid. Tempo ini sesuai untuk
mengkhatamkan al-Qur`ân dalam sholat
(seperti ketika sholat tarawih) atau ketika
mengkhatamkannya di luar sholat dengan
berusaha konsisten memperhatikan hukum-

18
hukum tajwidnya dan kestabilan kecepatan
tempo agar tidak terjadi keteledoran.

3. Tadwîr
Pengertian tadwîr adalah bacaan yang
sedang atau pertengahan antara tahqîq dan
hadr.
Terdapat istilah lain, yaitu tartîl yang
artinya membaguskan. Adapun perbedaan
antara tahqîq dan tartîl adalah: bahwasanya
tartîl digunakan untuk tadabbur atau tafakkur
(merenungi makna yang terkadung dalam
ayat) dan untuk istinbâth (mencari ketetapan
hukum terhadap ayat). Sedangkan tahqîq
digunakan untuk latihan pengucapan dalam
proses pembelajaran.
Para ‘ulama berbeda pendapat tentang
manakah yang lebih utama antara membaca
al-Qur`ân secara tartil namun kuantitas
bacaan yang dihasilkannya sedikit atau
membacanya dengan cepat namun kuantitas
bacaan yang didapat lebih banyak?

19
Sebagian ‘ulama berpendapat yang kedua
adalah yang lebih utama, yaitu membaca
dengan cepat sehingga lebih banyak ayat
yang dibaca. Pendapat ini didasari dengan
hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu
Mas’ûd  dari Nabi Muhammad
, beliau bersabda:

ُ ۡ ٌ َ
‫ح َسنَة َوالحَ َسنَة‬
ََ ‫ه‬
ِ‫اّلِلِ فل ُه بِه‬ ‫اب‬َ‫ح ۡرفًا م ِۡن كِت‬َ َ‫َم ۡن قَ َرأ‬
ِ
َ َ ۡ
‫ب ِ َعش ِر أ ۡمثال َِها‬
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari
kitâbullâh (al-Qur`ân) maka ia akan mendapatkan
satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut dilipat
gandakan dengan sepuluh kali lipat.”
Sedangkan jumhur ‘ulama perpendapat
yang pertama adalah lebih utama,
sebagaimana dijelaskan oleh Imâm Ibnul
Jazarî  dalam kitab an-Nasyr: "Seseorang
yang membaca al-Qur`ân secara tartil dengan
pelan (sedikit yang dibaca) dan disertai tadabbur
adalah lebih utama daripada membaca secara cepat

20
sehingga lebih banyak yang dibaca. Karena tujuan
al-Qur`ân diturunkan adalah untuk difahami dan
diamalkan isinya". Beliau mengibaratkan
orang yang pertama itu seperti bersedekah
dengan permata mulia atau memerdekakan
budak yang harganya mahal, adapun orang
yang kedua ibarat bersedekah dengan
beberapa dinar atau memerdekakan budak
yang harganya murah.
Imâm Abû Hâmid al-Ghazâlî  dalam
kitab Ihyâ' beliau berkata: "Ketahuilah bahwa
membaca al-Qur`ân secara pelan / tartil sangat
dianjurkan bukan hanya sekedar untuk
memahami maknanya saja. Sesungguhnya orang
‘ajamî (sebutan orang non arab) yang tidak faham
al-Qur`ân tetap dianjurkan membaca al-Qur`ân
secara tenang dan tartil, karena dengan membaca
secara pelan akan memberikan pengaruh dalam
hati serta sebagai bentuk memuliakan dan
mengagungkan al-Qur`ân".

21
3 Hal Yang Tidak Akan
Mengecewakan Hati Manusia:
Orang yang membaca al-Qur`ân dan
mengamalkannya
َ‫َ ٓ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ ۡ ى‬
‫ما أنزۡلا عليك ٱلقرءان لِتشق‬
Kami tidak menurunkan al-Qur`ân ini kepadamu
agar kamu menjadi susah (Thôhâ: 2)

Orang yang senantiasa berdo’a


ٗ َ َ َ َٓ ُ ۢ ُ َ ََۡ
‫ب شقِيا‬
ِ ‫ولم أكن بِدَعئِك ر‬
dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a
kepada Engkau, ya Tuhanku (Maryam: 4)

Berbakti kepada kedua orangtua


ٗ َ ٗ َّ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َٰ َ ۢ َّ َ َ
‫ارا شقِيا‬‫وبرا بِو ِِل ِِت ولم َيعل ِِن جب‬
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka. (Maryam: 32)

22
 BAB - III 

Kesungguhan Para Sahabat dan Para


‘Ulama dalam membaca al-Qur`ân

※ Bagian Pertama ※

.: Terdapat beberapa riwayat tentang para


sahabat dan para ‘ulama yang telah Allâh
 karuniakan keberkahan waktu dalam
membaca al-Qur`ân, sehingga terkadang
terasa mustahil dilakukan (khorîqul ‘âdah:
sesuatu hal yang tidak biasa)

.: Berikut ini beberapa riwayat yang telah


kami kutip dari kitab Ithãfus Sâdatil Muttaqîn
syarahnya kitab Ihyã’ 'Ulûmiddîn yang ditulis
oleh Imâm az-Zabîdî (5 / 27-28).

23
َّ
‫اب الش ِريْ َعةِ مِ ْن َط ِريْ ِق‬ َ‫خ َر َج ابْ ُن أَبىْ َد ُاود فى كِت‬ ْ ََ
‫وأ‬
ِ ِ ِ
ُ َ ُ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ُ َّ َ
‫ح َسين كان يختِ ُم الق ْرآن ف ِى ك ِل يَ ْو ٍم‬ ‫َمال ِك أن عمر بن‬
َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ
َ ِ ‫الشاف ِعي َي ْف َع ُل ذل‬
‫ك ف ِى َسائ ِ ِر َسنتِهِ غيْ َر‬ ِ ‫وليل ٍة وكذل ِك‬
َ ‫َش ْهر َر َم‬
‫ضان‬ ِ
.: Ibnu Abî Dâwud menjelaskan dalam kitab
asy-Syarî'ah dari jalur Mâlik bahwa ‘Umar bin
Husain telah mengkhatamkan al-Qur`ân
sehari sekali. Sebagaimana pula yang telah
dilakukan juga oleh Imâm asy-Syâfi'î (w.204
H) di selain bulan Ramadhan.
ْ َ َ َ ََ َ َ َّ َ َ
‫كان الشاف ِعِي إِذا دخل ش ْه َر َر َمضان ختَ َم ف ِى ال َي ْو ِم‬
َْ ُ ْ َ ََ َْ َ َّ
‫ك َيف َعل الأ ْس َو ُد َو َصالِح بن‬ ِ ‫ وكذل‬.‫َوالليْلةِ َم َّرتي ِن‬
َ ََ ُ ‫وأبُو َشيْخ‬ َ َ
‫جبَيْر‬ ُ ‫ان َسعِيْد بن‬ ‫ وك‬.‫الهنَائ ِى‬ ‫كيْ َسان‬
َ َ َ ْ َ َْ َ ُْ َ َْ َ ََ َ
‫اعة يختِ ُم ْون الق ْرآن َم َّرتي ِن َوأكثر ف ِى ليْل ٍة‬ ‫وجم‬
.: Imâm asy-Syâfi'î ketika memasuki bulan
Ramadhan beliau mengkhatamkan al-Qur`ân

24
sehari 2 kali. Sebagaimana yang dilakukan
oleh para tâbi’în seperti al-Aswad (w.75 H),
Shôlih bin Kaisân (w.140 H), Abu Syaikh al-
Hunâi. Adapun Sa'îd bin Jubair (w.95 H)
beserta jama’ahnya biasa mengkhatamkan al-
Qur`ân 2 kali bahkan lebih di setiap malam.

ْ ََ َ َْْ
َ ِ ‫كثَ ُر َما بَلَ ْغنَا فى ذل‬ َّ ‫قَ َال‬
‫ك َع ِن‬ ِ ‫ وأ‬:‫ار‬
ِ ‫ك‬‫ذ‬‫أ‬ ‫ال‬ ‫ى‬ِ ‫ف‬ ‫ي‬‫و‬ِ
َ ‫الن‬
‫و‬
َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ ْ َْ ُ ْ َ َ َ ُ َّ َ َْ ْ
‫ات‬ٍ ‫ب أنه كان يق َرأ ف ِى اليو ِم والليلةِ ثمان ِ َى ختم‬ ِ ‫اب ِن الك‬
ِ ‫ت‬ ‫ا‬

.: Dalam kitab al-Adzkâr Imâm an-Nawawî


berkata: Telah banyak riwayat yang kami
terima bahwa as-Sayyid al-Jalîl Ibnul Kâtib
(w.340 H) seorang ‘ulama sufi dari Mesir
yang hidup di abad ke-4 Hijriyah, bahwa
beliau telah mengkhatamkan al-Qur`ân 8x
sehari semalam.

25
َّ ُ ُْ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ
‫اءةُ الق ْرآ ِن كل ُه ف ِى‬‫السل ِف ق ِر‬ ‫وقد ر ِوي عن جماع ٍة مِن‬
َّ ‫ح َدةٍ مِنْ ُهم ُعثْ َمان بن َع َّفان َوتَ ِميْم‬ ْ
‫الدارِي‬ ِ ‫َرك َع ٍة َوا‬
‫جبَيْر‬
ُ ‫َو َسعِيْد بن‬

.: Terdapat riwayat bahwa para generasi salaf


telah membaca al-Qur`ân sekali khatam
dalam satu raka’at sholat, di antaranya
adalah 'Utsmân bin ‘Affân (w.35 H), Tamîm
ad-Dârî (w.40 H) dan Sa’îd bin Jubair (w.95
H).
َ َ ُْ َ ْ َ َ َْ َ ََ ُ ََْ ْ ُ ُ ْ َ َ َ
‫ختَ َم الق ْرآن ف ِى ش ْه ِر‬ ‫ رأيت أبا حنِيفة وقد‬:‫قال بعضهم‬
.‫ار‬ َ َّ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ ً َ ْ َ َ ْ َ َ َ
ِ ‫رمضان ِست ِين ختمة ب ِاللي ِل و ِست ِين ختمة ب ِالنه‬
.: Sebagian ‘ulama berkata: Pada saat bulan
Ramadhan aku menyaksikan Imâm Abû
Hanîfah  (w.148 H) mengkhatamkan al-
Qur`ân 60 kali di malam hari dan 60 kali di
siang hari.

26
َ َ ‫َم‬ ْ َ ُْ َ َ َُْ َ َ َ
‫ات فِيْهِ َسبْ َعة‬ ِ‫حنِيْفة الق ْرآن ف ِى ال َم ْوضِ ع‬ ‫خت م أب و‬
َ ِ َ ‫آل‬
ٍ‫اف م َّرة‬
.: Beliau juga telah mengkhatamkan al-
Qur`ân di tempat beliau meninggal sebanyak
7000 kali. (Al-Manhjus Sawî. Habib Zain bin
Ibrâhîm bin Sumaith. Hal: 408)

.: Anggap saja beliau membaca al-Qur`ân


sehari khatam sekali. Satu tahun ada 365 hari.
7000 : 365 = 19,1. Jadi, 7000 kali khatam bisa
ditempuh selama ±20 tahun jika sehari
khatam sekali.
ُ َْ َ َ َ َ ُ ‫َوقَ َال يَزيْد بن َه‬
‫ كان َمنْ ُص ْور بن زاذان يق َرأ‬:‫ار ْون‬ ِ
ُّ َ َّ ُ َ ُْ
‫الق ْرآن كل ُه ف ِى َصلاة ِ الض َحى‬
.: Yazîd bin Hârun berkata: Manshûr bin
Zâdzân (Seorang Tâbi'în, w.131 H) membaca
seluruh al-Qur`ân dalam sholat dhuhâ.

27
ََ ُ ُ ُْ َ َ َ َ َ
‫ت أ َصل ِي أنا َو َمنْ ُص ْور بن‬ ‫ كن‬:‫حسان قال‬ ِ ‫ع ْن هِشام بن‬
َ ُْ َ ‫ضان‬ َ ‫اء َش ْه ُر َر َم‬ َ ‫ان إذَا‬ َ َ َ ًْ َ َ َ
‫ختَ َم الق ْرآن‬ َ ‫ج‬
ِ ‫زاذان جمِيعا فك‬
َ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ َْ َْ َ ْ
‫ختْ َمتَي ِن ث َّم َيق َرأ إِلى‬ ِ‫ب َوالعِشاء‬ ِ ‫فِيما بي ِن المغ ِر‬
ُ‫الصل َاة‬
َّ ‫ام‬َ ‫الط َوا ِسي ْ ْن َقبْ َل أَ ْن ُت َق‬
َّ

.: Diriwayatkan dari Hisyâm bin Hisân beliau


berkata: Saya sholat bersama Manshûr bin
Zâdzân, ketika memasuki bulan Ramadhan
beliau mengkhatamkan al-Qur`ân 2 kali
antara Maghrib dan ‘Isya' kemudian
membaca lagi sampai thowàsîn (asy-Syu'arô`,
an-Naml & al-Qoshosh) sebelum berdiri
untuk sholat.
ْ ْ ْ ُّ ْ َ ُْ َْ َ َ
‫َوكان يختِ َم الق ْرآن فِيْ َما َبي َن الظ ْه ِر َوال َعص ِر َويَختِ ُم ُه‬
ُّ َ َ َ ْ ْ َْ ََْ َ ْ
‫امتَ ُه مِ ْن ُد ُم ْو ِع‬
َ ‫ع َم‬
ِ ‫ب َوال ِعشاءِ َوكان َيبُل‬ ِ ‫فِيما بين المغ ِر‬
َ ‫َ َْْ َ َُْ ه‬
ِ‫اّلِلِ َعليْه‬ ‫عينيهِ رحمة‬

28
.: Beliau juga mengkhatamkan al-Qur`ân
antara Zhuhur - Ashar dan antara Maghrib –
‘Isya' sampai imamahnya basah oleh air mata
beliau, semoga Allâh  senantiasa
merahmati beliau.

َّ َ ْ َُ َ َ ْ ُ ََ َ َ ‫ج‬ َ
‫ قال أبو العباس بن‬:‫عيَاش‬ ِ ‫اء ف ِى ت ْرجمةِ شعبَة بن‬
َ َ َ َّ َ َ َ َْ َ َ
‫حض ْر ُت أبَا‬ ‫ لما‬:‫ قال‬،‫ح َّدثنَا يح َيي الحَ َّمان ِى‬ :‫َم ْس ُر ْوق‬
َ َ ََ ْ ُ ْ َ َ َ َْ ْ َ
‫ك؟‬ ِ ْ‫ ما ُيبْكِي‬:‫ فقال ل َها‬،‫ت أختُ ُه‬ ‫بك ٍر الوفاة بك‬
َ َ َ َ ‫ َف َق ْد‬،ِ‫الزاويَة‬
ُ ‫ختَ َم أ‬ َ ْ‫اُنْ ُظري إل َى ت ِل‬
‫خ ْو َك فِيْ َها ث َمان‬ ِ
َّ ‫ك‬
ِ ِ
َ ‫َع ْش َرةِ َألْف‬
. ‫ختْ َم ٍة‬ ِ
.: Telah dijelaskan dalam biografi Abû Bakr
Syu'bah bin 'Iyâsy (95-193 H) Perowi Qirô`ah
Imâm 'Ashim. Abul 'Abbâs bin Masrûq (214-
298 H) berkata: Telah menceritakan kepada
kami Yahyâ al-Hammânî (150-228 H), ia
berkata: Ketika aku menghadiri pemakaman
Abû Bakr, aku mendapati saudari beliau

29
bersedih lantas aku berkata: "Apa yang
membuatmu sedih?.... lihatlah di tempat ibadah
tersebut sungguh saudaramu mengkhatamkan al-
Qur`ân di tempat tersebut sebanyak 18.000 kali."
َ َّ َ َ
‫عيَاش‬
ْ
ِ ‫ج ْوهٍ ُمتَ َع ِددةٍ أن أبَا بَكر بن‬
ُ ‫ى مِ ْن ُو‬ َ ‫َوقَ ْد ُرو‬
ِ
َّ ُ َ ُ ْ ْ ْ َ ً َ ْ َ ْ َ َ َ
‫َمكث نح َوا مِ ْن أ ْربَعِين َسنة يخت ُم الق ْرآن ف ِى كل يَ ْو ٍم‬
َ
َ َ
‫َوليْل ٍة َم َّر ًة‬
.: Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa
Abû Bakr bin 'Iyâsy secara rutin selama 40
tahun telah mengkhatamkan al-Qur`ân setiap
hari sekali. (Siyaru A’lâmin Nubalâ`. Imâm
adz-Dzahabî. 7 / 446)

.: 40 tahun x 365 hari = 14.600 kali khatam


dalam kurun waktu 40 tahun.

َ ْ َ َ َ َ ََ
‫َسلِيْم بن عتر َو ُه َو تاب ِعِي كبِيْر ش َه َد فتْ ُح مِصر ف ِى ع ْه ِد‬
َ ‫اث‬
َ ُ‫ختَ َمات َوي‬ َ َ َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ ُ
‫جامِ ُع‬ ٍ ‫ أنه كان يختِم مِن الليلةِ ثل‬.‫عمر‬

30
َّ ُ ‫ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ه‬ َ َ َ ََ َ َ ََ
‫اّلِل إِن‬ ‫ يرحمك‬:‫ت امرأته‬ ِ ‫ات فل َّما َمات قال‬ٍ ‫ثلاث م َّر‬
َ‫ضي أَ ْهلَك‬ ُ َ َّ َ ‫ُ ْ َ َ ُ ْ ي‬
ِ ‫ك َوت ْر‬‫ض رب‬ ِ ‫كنت لتر‬

.: Sulaim bin 'Atar (W.75 H) beliau seorang


Tâbi'în senior yang pernah mengikuti
penakhlukkan Mesir di era Kholifah ‘Umar.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan: Bahwa
beliau dalam suatu malam mengkhatamkan
al-Qur`ân sebanyak 3 kali dan mendatangi
(men-jimâ’) istrinya sebanyak 3 kali.
.: Tatkala ia meninggal, istrinya berkata:
"Semoga Allâh senantiasa merahmatimu,
sungguh engkau telah memuaskan Tuhanmu dan
juga istrimu."

.: Anggap saja dimulai jam 18.00-05.00 maka


ada waktu 11 jam. Dipotong 2 jam untuk
sholat ‘Isya’, mendatangi istri 3x dan mandi
besar. Jadi, tersisa 9 jam untuk 3 kali
mengkhatamkan al-Qur`ân / 3 jam sekali
khatam.

31
“Paling utamanya perjalanan menuju
Allâh  adalah perjalanan
mengajar dan belajar”
Rasûlullâh  bersabda:
ُ ‫علْ ًما َس َّه َل ه‬
‫اّلِل‬
ْ ً َ َ
ِ ِ‫َم ْن َسلك َط ِريْقا يَلتَ ِم ُس فِيه‬
ْ َ ً
ِ‫بِهِ َط ِريْقا إِلى الجَ َّنة‬
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk
menuntut ilmu, maka Allâh  akan
memudahkan baginya jalan menuju surga”
(HR Muslim)

32
※ Bagian Kedua ※

.: Dianjurkan mengkhatamkan al-Qur`ân


dalam waktu satu bulan, 15 hari, 10 hari dan
7 hari. Sebagaimana keterangan berikut ini:

ْ‫قَ َال لِى‬: ‫اّلِلِ ابْن َع ْمرو بْن عَاص قَ َال‬ ‫َع ْن َعبْ ُد ه‬
ِ ِ
.‫آن فِىْ َش ْه ٍر‬ َ ْ ُْ َْ : ‫َر ُس ْو ُل ه‬
‫ اقرإ ِ القر‬ ِ‫اّلِل‬
ْ‫إِنِى‬: ‫ت‬ ُ ْ‫قُل‬. ‫اقْ َرأْهُ فىْ َع ْشر‬: ‫قَ َال‬. ‫إنىْ أَج ُد قُ َّو ًة‬: ‫ت‬ ُ ْ‫قُل‬
ٍ ِ ِ ِِ
َ‫اقْ َرأْهُ فىْ َسبْع َولَا تَز ُد َعلـى ذل ِك‬: ‫قَ َال‬. ‫أَج ُد قُ َّو ًة‬
ِ ٍ ِ ِ
.: Dari 'Abdullâh bin 'Amr bin 'Àsh berkata,
Rasûlullâh  berpesan kepadaku:
“Bacalah al-Qur`ân dalam satu bulan. Aku
berkata: sesungguhnya aku masih mampu. Beliau
bersabda: Bacalah ia dalam 10 hari. Aku berkata:
sesungguhnya aku masih mampu. Beliau
bersabda: Bacalah ia dalam seminggu dan jangan
lebih cepat daripada itu.”

33
‫يَا َر ُس ْو َل ه‬: ‫َع ْن قَيْس اب ْن أَبى َص ْع َص َعة قَ َال‬
ْ‫اّلِل ف ِى‬
ِ ِ ٍ
ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ََْ ْ َ
ْ ُ
‫إِن ِى‬: ‫قلت‬. ٍ‫ف ِى خم ِس عشرة‬: ‫كم أقرأ القرآن؟ قال‬
َ‫اقْ َرأْهُ فىْ ُجمْعة‬: ‫قَ َال‬. ‫ك‬ َ ِ ‫أَج ُدنىْ أَقْ َوى مِ ْن ذل‬
ٍ ِ ِ ِ
.: Dari Qois bin Abî Sho'sho’ah berkata:
“Wahai Rasûlullâh berapa banyak aku membaca
al-Qur`ân? Beliau  bersabda: Bacalah
dalam 15 hari. Aku berkata: “Sesungguhnya aku
masih mampu.” Beliau  bersabda:
“Bacalah -khatamkanlah- ia setiap hari Jum'at.”
َ َ َ ُْ ْ َ ْ ‫ْ ْ َْ ه‬
ْ‫ان أبى‬ ‫ك‬: ‫من ب ِن عب ِد اّلِلِ ب ِن مسعود‬ َّ ُ ْ َ َ َ
ِ ِ ‫قال عبد الرح‬
َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُْ َُ ْ َ
‫ضان مِ َن الجُ ْم َعةِ إِلى‬ ‫يقرأ القرآن ف ِى شه ِر رم‬
ْ
.ِ‫الجُ ْم َعة‬
.: 'Abdurrahmân bin 'Abdullâh bin Mas'ûd
berkata: “Pada bulan Ramadhan Ayahku (Ibnu
Mas’ûd) membaca -mengkhatamkan- al-Qur`ân
dari hari Jum'at ke Jum'at.”

34
.: Di antara para sahabat yang biasa
mengkhatamkan al-Qur`ân setiap hari Jum'at
adalah: 'Utsmân bin 'Affân, Zaid bin Tsâbit,
Ibnu Mas'ûd, Ubay bin Ka'ab.
.: Di antara para Tâbi'în yg mengkhatamkan
al-Qur`ân dalam seminggu adalah: Tamîm
ad-Dârî, ‘Abdurrahmân bin Yazîd, Ibrâhîm
an-Nakho'î, 'Urwah bin az-Zubair, Abu
Mijlaz.
.: Dijelaskan pula beberapa riwayat lain
tentang kebiasaan para sahabat dan tâbi'în
dalam membaca al-Qur`ân, di antaranya:
.: Imâm al-Hasan al-Bashrî mengkhatamkan
al-Qur`ân dalam 10 hari.
.: Ubay bin Ka'ab mengkhatamkan al-Qur`ân
dalam 8 hari.
.: Al-Aswad bin Yazîd mengkhatamkan al-
Qur`ân dalam 6 hari.
.: 'Alqomah bin Qois mengkhatamkan al-
Qur`ân dalam 5 hari.

35
.: Abu Dardâ' mengkhatamkan al-Qur`ân
dalam 4 hari.
.: Ibnu Mas'ûd terkadang mengkhatamkan al-
Qur`ân dalam 3 hari.

.: Dari penjelasan-penjelasan yang telah


disebutkan pada uraian-uraian sebelumnya,
maka dalam mengkhatamkan al-Qur`ân ini
telah dibagi 4 tingkatan, yaitu:
ْ َ ٌ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ
‫اعة مِ ْن أه ِل‬ ‫الختم ف ِى يو ٍم وليل ٍة وقد كرهه جم‬
 ‫حنْبَل‬ َ ‫الْعِلْ ِم ل ِ َما َت َق َّد َم مِنْ ُه ُم ا ْلإ َمام أَ ْحمَد ب ْن‬
ِ ِ
1) Khatam al-Qur`ân sehari sekali atau lebih,
sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian
pertama.

.: Imâm Ahmad bin Hambal memakruhkan


mengkhatamkan al-Qur`ân dalam sehari.
Sebagaimana para sahabat Mu'adz bin Jabal,
‘Abdullâh bin Mas'ûd dll memakruhkan
mengkhatamkan al-Qur`ân kurang dari 3
hari, berdasarkan hadits dari ‘Abdullâh bin

36
'Amr bin 'Âsh yg diriwayatkan oleh Tirmidzî,
an-Nasaî dan Abû Dâwud bahwa Râsulullâh
 bersabda:
َ َ ْ ِّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ
‫ل يفقه مِ قرأ القرآن ِف أقل ِمِ ثَلث‬
“Tidak akan bisa memahami orang yang membaca
al-Qur`ân kurang dari 3 hari”
َّ َ َ ُّ ُ ُ َ َ ْ ْ َ َ
‫ َولا ُيقال كل َم ْن ل ْم َيتَفق ْه ف ِى‬: ‫قال ال َول ِى العِ َراق ِى‬
ُ‫ث َأنَّه‬ ْ ْ ُ َُ َ َ َْ
ِ ‫ َو ُم َراد الحَ ِدي‬. ‫ب مح َّر ًما‬
ََ ُْ
‫الق ْرآ ِن فق ِد ارتك‬
َّ َ َّ ََ ََ ُ َ‫ل‬
ِ‫التفق ُه فِيْه‬ َ َ َ ِ ‫اي ْم‬
ٍ ‫ك ُن مع ق ِ َراءت ِهِ ف ِى أق ِل ثل‬
‫اث‬
َ ِ ‫ان لذل‬ ُ َّ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ ُّ َ َّ َ
‫ك‬ ِ ‫الز َم‬ ‫سع‬
ِ ‫والتدبر ل ِمعانِيهِ ولا يت‬
.: Al-Waliy al-'Irôqi (Ulama Madzhab Syafi'i)
berkata: Bukan berarti setiap yang tidak
memahami al-Qur`ân termasuk perbuatan
yang haram. Maksud hadits tersebut adalah
tidaklah mungkin seseorang yang
mengkhatamkan al-Qur`ân kurang dari tiga
hari untuk bisa men-tadabburi maknanya
karena keterbatasan waktu yang ada.

37
ْ ََ ُ ‫ كُ َّل يَ ْوم‬- ‫َوال ْخَتْ ُم فىْ كُل َش ْهر‬
‫ج ْز ٌء مِ ْن ثلاثِي َن‬ ٍ ٍ ِ ِ
2) Mengkhatamkan al-Qur`ân setiap satu
bulan sekali (sehari membaca satu juz)
.: Imâm Ahmad berkata: Aku telah banyak
mendengar penjelasan bahwa hendaknya
seseorang mengkhatamkan al-Qur`ân tidak
lebih dari 40 hari. Para sahabat Imam Ahmad
atau para ‘ulama yang sezaman dengan
beliau memakruhkan mengkhatamkan al-
Qur`ân lebih dari 40 hari, karena hal tersebut
merupakan perbuatan yang lalai, kecuali jika
memang ada udzur.
.: Abû Laits as-Samarqondî berkata: Telah
terdapat riwayat dari para ‘ulama kami
sebagaimana yang ada dalam kitab al-Bustãn
dijelaskan bahwa seorang pembaca al-Qur`ân
hendaknya mengkhatamkan al-Qur`ân dua
kali dalam setahun.
.: Diriwayatkan oleh Hasan bin Ziyâd dari
Imâm Abû Hanîfah beliau telah berkata:
"Mengkhatamkan al-Qur`ân dua kali dalam

38
setahun adalah bentuk memenuhi Haknya al-
Qur`ân, karena Nabi  telah
didatangi Malaikat Jibril  sebanyak dua
kali di tahun wafatnya beliau."
ُْ َْ
‫الختْ ُم ف ِى الأ ْسبُ ْو ِع َم َّر ًة‬
3) Mengkhatamkan al-Qur`ân seminggu
sekali atau lebih. Sebagaimana keterangan di
atas ada yang mengkhatamkan al-Qur`ân
seminggu atau 7 hari sekali, 8 hari sekali, 10
hari sekali dan 15 hari sekali.
َْ ُْ َْ
‫الختْ ُم ف ِى الأ ْسبُ ْو ِع َم َّرتي ِن‬
4) Mengkhatamkan al-Qur`ân seminggu
dua kali. Sebagaimana yang sudah diuraikan
di atas ada mengkhatamkan al-Qur`ân 3 hari
sekali dan 4 hari sekali.

.: Dianjurkan bagi seorang thôlibul ‘ilmi (santri


pendakwah) untuk mengkhatamkan al-
Qur`ân seminggu dua kali. Sekali khatam di

39
waktu siang dan sekali khatam di waktu
malam.
.: Jika siang hari dianjurkan mengkhatamkan
al-Qur`ân pada hari Senin pada dua raka’at
sholat Shubuh atau setelahnya. Jika malam
hari dianjurkan pada malam jum'at pada dua
raka’at sholat Maghrib atau setelahnya.
Karena sesungguhnya jika khatamnya
malam hari, maka para Malaikat akan
bersholawat kepadanya sampai pagi dan jika
khatamnya siang hari, maka para Malaikat
akan bersholawat kepadanya sampai malam,
sehingga menjadi berkahlah seluruh siang
dan malamnya sebab mengkhatamkan al-
Qur`ân.

.: Telah terdapat riwayat lain tentang


perhatian dan kesungguhan para ‘ulama
dalam menjaga kelestarian al-Qur`ân, di
antaranya adalah:
1) KH Muhammad Moenauwir Krapyak
(Rujukan sanad ‘Ulama ahli al-Qur`ân

40
Nusantara) beliau memelihara hafalan al-
Qur`ân dengan beberapa tahapan.

» Tahapan pertama: Beliau mengkhatamkan al-


Qur`ân secara bil ghôib (hafalan) setiap satu
pekan sekali yang dilakukan secara
istiqomah selama 3 tahun.
» Tahapan kedua: Beliau mengkhatamkan al-
Qur`ân secara bil ghôib setiap 3 hari sekali
selama 3 tahun.
» Tahapan ketiga: Beliau mengkhatamkan al-
Qur`ân secara bil ghôib sehari sekali yang juga
dilakukan selama 3 tahun.
» Tahapan terakhir: Beliau membaca al-Qur`ân
tanpa berhenti secara bil ghôib selama 40 hari
tanpa henti, sehingga dikisahkan bibir beliau
sampai berdarah.
2) Syaikh Hâtim al-Huwainî (Da'i Mesir yang
merupakan putra dari ‘ulama pakar hadits
Syaikh Abû Ishâq al-Huwainî) berkata:

41
"Fadhîlatusy Syaikh Ahmad Îsã Al-
Ma'shorõwî memberitahuku bahwa berkah
karunia Allâh , beliau telah membiasakan
membaca al-Qur`ân 3 juz setiap hari.
Sehingga beliau bisa khatam al-Qur`ân setiap
10 hari. Setiap kali khatam dengan satu
riwayat yang berbeda, mulai dari riwayat
Qôlún, kemudian riwayat Warsy dan
seterusnya. Semua itu beliau lakukan dengan
hafalan al-Qur`ân dan hampir selama 50
tahun ini beliau tidak melihat mushaf kecuali
sangat jarang."

3) 'Âdil 'Abdul Hamîd Surûr, Usia 52 tahun,


tinggal di Damaskus - Syiria. Bertahun-tahun
beliau mengidap penyakit ginjal sehingga
harus cuci darah seminggu dua kali.
Sebelum sakit beliau terbiasa muroja'ah 5 juz
setiap hari, namun setelah diuji dengan
penyakit ini menjadikan beliau mudah lupa,
sehingga menambah muroja'ahnya 10 juz
setiap hari.

42
َ ُْ َ َ
: ‫قال الفضيْل ب ِ ْن عِيَاض‬
ً ْ ْ ْ ُ ْ َ ًّ ُ ‫ه‬ ََ
ِ ‫آن ُمؤن ًِسا َوبِال َم ْو‬
‫ت َواعِظا‬ ِ ‫كفي بِاّلِلِ محِبا وبِالقر‬

Fudhoil bin ‘Iyâdh (w. 187 H) berkata:

“Cukuplah Allâh  sebagai


Sang kekasih, Al-Qur`ân
sebagai Penghibur Hati dan
Mati sebagai Pemberi Nasehat”

43
 BAB - IV 

Penutup

.: Rasûlullâh  bersabda:
َ ْ ‫خ ُذ ْوا مِنْ ُه َما‬ُ َ ‫َّ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ه‬
‫استَ َط ْعتُ ْم فإِنِى‬ ‫إِن هذا القرآن مأدبة اّلِلِ ف‬
َ َْ ْ َْ ْ ََ ْ َ ً ْ َ َُْ َ َ
‫ت ليْ َس فِيهِ م ِْن‬ ٍ ‫لا أعلم شيئا أصفر مِن خي ٍر مِن بي‬
َ ْ َ َْ َّ َ ْ َ ْ َّ َ ٌ َ ‫ه‬ َ
ِ ‫اب اّلِلِ ش ْيء وِإن القلب الذِي ليس فِيهِ مِن كِت‬
‫اب‬ ِ ‫كِت‬
َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ ٌ َ ٌ َ ‫ه‬
‫ت الذِي لا َساك َِن ل ُه‬ ِ ‫اب البي‬ ِ ‫اّلِلِ ش ْيء خ ِرب كخر‬
“Sesungguhnya al-Qur`ân ini adalah jamuan
Allâh , maka ambillah darinya semampu
kalian. Sungguh aku tidak mengetahui sesuatu
yang lebih kosong dari kebaikan selain rumah
yang di dalamnya tidak ada bacaan al-Qur`ân.
Sungguh hati yang di dalamnya tidak ada bacaan
Al-Qur`ân adalah hancur seperti hancurnya
rumah yang tidak berpenghuni. (HR Ad-Dârîmï)

44
.: Berdasarkan hadits tersebut tidaklah
mengherankan bagi orang-orang yang
memiliki kebersihan hati tiada pernah puas
menikmati jamuan Allâh  dan selalu
merasa lezat dalam membaca al-Qur`ân.

.: Sebagai penutup alangkah indah apa yang


telah disampaikan oleh Imâm Ibnul Jazarî
 dalam bait Thoyyibatun Nasyr:
َ َ َّ َ َْ ْ ََْ
ِ‫صيْل ِهِ ۞ َولا َي َمل ق ُّط مِ ْن ت ْرتِيْل ِه‬
ِ ‫الس ِعيْ ُد ف ِى تح‬
َّ ‫حر ِص‬
ِ ‫فل ي‬
“Bersungguh-sungguhlah secara bahagia dalam
memperoleh keutamaan al-Qur`ân dan jangan
pernah merasa lelah untuk senantiasa
membacanya secara tartil”

.: Tiada hari berlalu yang lebih indah dan


bermanfaat, kecuali di dalamnya terdapat
luangnya waktu untuk membaca al-Qur`ân.

Wallâhul Musta’ân

45
 Tentang Penulis

Muhammad Hâfizh, lahir di Malang pada 23


Pebruari 1987. Alumni SMPN 1 Singosari - 2001
dan MA Al-Ma’arif Singosari - 2004. Mengenyam
Pendidikan pesantren di PIQ (Pesantren Ilmu Al-
Qur`ân) Singosari 1998 – 2004. Memperoleh gelar
S1 - 2009 di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir
dengan mengambil jurusan Tafsîr dan ‘Ulûmul
Qur`ân.

Founder Mata Hati (Majlis Ta’lîm Haqqut Tilâwah),


mengajar materi Tafsîr dan ‘Ulûmul Qur`ân di
Pesantren Dârul Ukhuwwah Putri I dan sebagai
Ketua Ummi Malang. Selain mengajar dan
menjadi pembicara, kesibukan lainnya adalah
belajar.
“Kuasai dunia dengan ilmu. Jalannya adalah belajar.
Senjatanya adalah menulis. Kekuatannya adalah
membaca. Maka, iqro` - bacalah!”

No HP : 0858-5593-9480
IG : hafizhmuhammad87
FB : Hafizh Muhammad
Youtube : Muhammad Hafizh
Gmail : kalimasada1987@gmail.com

46
47

Anda mungkin juga menyukai