1. Orang yang Paling Baik dan Mulia Ialah yang Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an
Artinya:
"Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur'an dan
mengajarkannya." (HR. Bukhari)
Hadis ini: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`ān dan mengajarkannya";
ditujukan kepada seluruh umat. Sebaik-baik manusia adalah orang yang memadukan antara dua
kriteria ini, yakni mempelajari Al-Qur`ān dan mengajarkannya, ia mempelajarinya dari orang
lain lalu mengajarkannya pada orang lain; sebab mempelajari Al-Qur`ān merupakan ilmu yang
paling prestisius. Proses mempelajari dan mengajarkan ini meliputi pembelajaran cara baca
maupun maknanya (tafsirnya). Orang yang menjadi guru hafalan Al-Qur`ān, yakni yang
mengajarkan tilawah pada manusia dan membimbing mereka menghafalnya, maka ia termasuk
kategori orang yang mengajarkannya, demikian pula orang yang mempelajari Al-Qur`ān dalam
konteks ini, ia juga termasuk kategori orang yang mempelajarinya. Adapun jenis yang kedua,
yakni mengajarkan makna Al-Qur`ān, maka maksudnya adalah mengajarkan tafsir Al-Qur`ān,
yaitu seseorang membuka majelis untuk orang banyak agar mengajarkan mereka tafsir firman
Allah -'Azza wa Jalla-, dan tata cara menafsirkan Al-Qur`ān. Apabila seseorang mengajari orang
lain tata cara menafsirkan Al-Qur`ān dan mengajarkannya berbagai kaidah tafsir di dalamnya,
maka aktifitasnya ini termasuk kategori mengajarkan Al-Qur`ān.
Bacaan latin Innalladziina yajharu bil qur’aani kalladzii yajharu bish-shodaqoti walladzii
yusirru bil qur’aani kalladzii yusirru bish-shodaqoh.
Artinya:
"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mengeraskan suaranya seperti orang yang
menampakkan sedekah, dan orang yang memelankan suaranya dalam membaca Al-Qur'an
seperti orang yang menyembunyikan sedekahnya." (HR. Nasa'i )
Hadits di atas derajatnya shahih sekaligus menerangkan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an
secara lirih, karena disandingkan dengan perbuatan sedekah secara sembunyi-sembunyi.
Meskipun demikian, membaca Al-Qur’an secara lantang dan jahr pula tetap memiliki keutamaan
sebagaimana bersedekah secara terang-terangan. Membaca Al-Qur’an secara lantang dan jahr
bisa dilakukan ketika sedang bertadarus, mengajarkan Al-Qur’an, serta mempelajari Al-Qur’an
bersama-sama.Buah Raihanah adalah buah yang manis dan harum baunya, namun rasanya pahit.
Sedangkan buah hanzhalah adalah buah yang rasanya pahit dan baunya tidak sedap sebagai
perumpaan bagi orang-orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an.
Bacaan latin: Iqro-ul qur’aana fainnahu ya’tii syafii’an yaumal qiyaamatti lishoohibihi.
Artinya:
Bacalah Al-Qur'an karena ia datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pemiliknya.
(HR. Ahmad)
Derajat hadits di atas adalah shahih dan menerangkan tentang kebaikan Al-Qur’an yang
dihadiahkan kepada para pembaca dan pengamalnya, di mana Al-Qur’an bakal menjadi syafaat
alias penolong di Hari Kiamat nanti. Hadis ini memerintahkan agar menjadikan Al Qur’an
sebagai bacaan utama harian kita. Kelak Al-Qur'an akan menjadi sahabat di akhirat jika kita
sudah membersamainya sejak di dunia. Jika kita menjaga kelestariannya dengan membaca dan
berpegang teguh pada isi kandungannya, niscaya Al-Qur’an akan menjaga kita dengan
memberikan syafaat/pertolongan di akhirat kelak.
Kalimat “Bacalah Al-Qur’an” dapat dipahami perintah membaca secara tekstual maupun
perintah tadabbur isi kandungannya. Mayoritas ulama memahami perintah ini dengan membaca
secara tekstual secara istiqamah setiap hari berdasarkan hadis-hadis tentang keutamaan membaca
Al-Qur’an. Salah satunya sabda Rasulullah SAW dari Anas bin Malik RA,
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an siang atau malam 50 ayat niscaya tidak tergolong orang-
orang yang melalaikan (Al-Qur’an), dan barang siapa yang membaca Al-Qur’an 100 ayat
niscaya tergolong orang yang taat, dan barangsiapa yang membaca Al-Qur’an 200 ayat niscaya
Al-Qur’an tidak akan menghujatnya pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Sinni)
Kalimat “memberi syafaat kepada pembacanya” menunjukkan kehadiran Al-Qur’an pada hari
kiamat sebagai sahabat sejati pembacanya dengan tampil sebagai pemberi syafaat. Pada hari itu,
Al-Qur’an akan tampil mengawal sahabatnya meniti jalan menuju surga. Syekh Abdul Fattah al-
Qadi menjelaskan bahwa syafaat Al-Qur’an berbeda dengan syafaat lainnya di hari kiamat.
Syafaat Al-Qur’an mencegah seseorang jatuh dalam kobaran api neraka, sedangkan syafaat yang
lain mengangkat dan menyelamatkan seseorang dari kobaran api neraka. Artinya seorang yang
mendapatkan syafaat Al-Qur’an, ia akan tercegah dan tidak sampai jatuh dalam kobaran api
neraka meskipun ia divonis sebagai penghuni neraka. Sementara orang yang mendapatkan
syafaat selain Al-Qur’an, maka ia diangkat dari dalam kobaran neraka setelah merasakan
panasnya api neraka.
Referensi
S u m a n t r i j a m b a r i . Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an. ( J a k a r t a S e l a t a n : P T K a w a h
Media. 2 0 1 2 )